BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan sumber daya yang memiliki potensi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau yayasan, orangtua, guru, dan juga siswa-siswi itu sendiri.

BAB I. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia ke arah globalisasi yang pesat, telah menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. adalah belajar/berprestasi, hormat dan patuh pada ayah-ibu. Jika peran setiap

BAB I PENDAHULUAN jiwa, yang terdiri dari tuna netra jiwa, tuna daksa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai efektivitas individual

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kedua subyek sama-sama menunjukkan kemampuan problem solving, autonomy, sense of purpose and bright future.

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut berdampak pada rendahnya angka partisipasi pendidikan (APK)

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal tahun 2008, masalah kesehatan seringkali menjadi topik utama

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. nonformal (Pikiran Rakyat, 12 November 1998). Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi remaja untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. mendalam di seluruh dunia dikarenakan jumlah penderita autisme yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. (rohani) dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit,

BAB I PENDAHULUAN. Namun, terkadang terdapat keadaan yang membuat manusia sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peran dalam kehidupannya, seperti menjadi suami atau istri bagi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dapat berubah melalui pendidikan baik melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu ilmu yang saat ini berkembang dengan pesat, baik secara teoritis

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental dengan pengaruh perubahan perilaku yang tidak disadari. Pola

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Francisca, Miss Indonesia 2005 menganggap pendidikan adalah hal yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, masalah pun semakin kompleks, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi yang terjadi di seluruh dunia menyebabkan tingkat persaingan

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri, dengan harapan anak mereka akan menjadi anak yang sehat,

BAB I PENDAHULUAN. dibangun oleh suami dan istri. Ketika anak lahir ada perasaan senang, bahagia

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan penyakit tertua di dunia yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu jenis penyakit yang belum diketahui secara pasti faktor penyebab ataupun

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

KATA PENGANTAR. Angket ini berisi daftar pernyataan yang berhubungan dengan penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Hal ini didukung oleh berkembangnya ilmu pengetahuan, serta semakin

BAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. yang menerjang sebagian besar wilayah pantai barat dan utara Propinsi Nanggroe

BAB I PENDAHULUAN. dari panca indera lain. Dengan demikian, dapat dipahami bila seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu ikatan lahir dan batin antara pria dan wanita

BAB I PENDAHULUAN. negara lain, tapi juga terjadi di Indonesia. Keberadaan perempuan, yang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan oleh orang tua tunggal adalah salah satu fenomena di zaman

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI DERAJAT RESILIENCE PADA ANAK- ANAK DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Masyarakat berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan tersebut agar

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

Kisi-kisi Alat Ukur Resilience

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit pemerintah, fungsi sosial inilah yang paling menonjol. Menurut WHO,

BAB I PENDAHULUAN. hatinya lahir dalam keadaan yang sehat, dari segi fisik maupun secara psikis atau

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Juga

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

KUESIONER DATA PRIBADI DAN DATA PENUNJANG KATA PENGANTAR. adalah menyusun skripsi. Adapun judul skripsi ini adalah Studi Deskriptif tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan populasi penduduk sebesar jiwa pada data

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

BAB I PENDAHULUAN. panti tidak terdaftar yang mengasuh sampai setengah juta anak. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu sistem sosial yang terdiri dari sejumlah individu yaitu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. memerhatikan kesehatannya, padahal kesehatan itu penting dan. memengaruhi seseorang untuk dapat menjalani kehidupan sehari-harinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Olahraga merupakan suatu kegiatan yang melibatkan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. optimal apabila besar bersama keluarga. Intinya dalam keluarga yang harmonis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan formal merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Semua orangtua berharap dapat melahirkan anak dengan selamat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Resiliensi yang berdasarkan (Benard, Bonnie 2004) dalam buku Resiliency : What

BAB I PENDAHULUAN. memasuki suatu era yang cukup memprihatinkan, khususnya bidang pendidikan. Badan Pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. di kota-kota lain di Indonesia. Tidak memandang dari status sosial mana individu

Abstrak. iii Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Dengan keberhasilan itulah, individu berharap memiliki masa depan cerah yang

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang

DATA PRIBADI. Nama : Jenis Kelamin : Tempat/Tanggal Lahir : Usia : Anak ke- : dari saudara. Pendidikan : Agama : Hobi : Nama Ayah : Nama Ibu :

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dilihat berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), tercatat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pula dengan individu saat memasuki masa dewasa dini. Menurut Harlock (1980),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

Abstrak. Kata Kunci : Resiliensi, Faktor-faktor Proteksi, Keluarga, Komunitas. vii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Banyak bermunculan fenomena perceraian yang terjadi, dimana tingkat perceraian di

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan akhir kehidupan. Dalam proses tersebut, manusia akan mengalami tahap

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Panti Sosial Asuhan Anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik pula. Pendidikan memiliki peran penting bagi setiap bangsa, khususnya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada remaja. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ann I. Alriksson-Schmidt, MA, MSPH, Jan Wallander, PhD dan Fred Biasini, PhD bahwa intervensi untuk meningkatkan kualitas hidup pada remaja dengan mobility disability difokuskan dengan mengurangi stres hidup dan mengembangkan resilience dalam perbaikan sumber secara personal dan sosial yang seragam (www.jpepsy.oxfordjournals.org). Penelitian Joan E. Haase, PhD, RN mengungkapkan bahwa remaja dengan kanker (Adolescents with cancer / AWC) merupakan populasi yang dilupakan dalam area pelayanan psikososial, dan sedikit berdasarkan penelitian yang telah dikonduksikan dengan intervensi untuk menolong mereka beradaptasi secara positif terhadap pengalaman mengenai kanker. The Adolescent Resilience Model (ARM) adalah salah satu model pertama secara teoritis yang mengemukakan komprehensi, gambaran proses yang integratif dan hasil resilience dan kualitas hidup dari AWC. ARM adalah contoh program penelitian yang diarahkan dengan tujuan meningkatkan konsep kesehatan positif pada AWC (www.jpo.sagepub.com). Selain itu, belum ditemukan penelitian mengenai resiliensi pada remaja panti asuhan. 1 Universitas Kristen Maranatha

Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu berinteraksi dengan orang lain. Hubungan antar manusia ini terjadi dalam keluarga, masyarakat, sekolah, maupun lingkungan bermain. Dalam menjalin hubungan, individu perlu melakukan penyesuaian dengan lingkungan sesuai situasi dan lingkungan tempat individu tersebut tumbuh dan berkembang. Begitu pun dengan individu yang tinggal di panti asuhan. Jumlah panti asuhan di seluruh Indonesia diperkirakan antara 5.000 s.d 8.000 yang mengasuh sampai setengah juta anak. Jumlah tersebut kemungkinan merupakan jumlah panti asuhan terbesar di seluruh dunia. Pemerintah Indonesia sendiri hanya memiliki dan menyelenggarakan sedikit dari panti asuhan tersebut, lebih dari 99% panti asuhan diselenggarakan oleh masyarakat, terutama organisasi keagamaan. Penelitian yang dilakukan oleh DEPSOS RI, Save the Children dan UNICEF memberikan potret mendalam tentang situasi anak-anak dan pengasuhan yang mereka dapatkan di panti asuhan. Menurut Makmur Sunusi, Phd., selaku Direktur Jendral Pelayanan Sosial dan Rehabilitasi Sosial Depsos RI mengatakan bahwa Indonesia telah mengakui secara jelas bahwa keluarga adalah lingkungan terbaik bagi anak-anak untuk tumbuh. Penelitian ini merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa kebutuhan anak-anak yang memerlukan pengasuhan alternatif dipenuhi dengan profesionalitas dan pengasuhan yang berkualitas dan panti asuhan merupakan pilihan terakhir. Berbeda dengan asumsi yang ada, hanya ada persentasi yang sangat kecil untuk anak-anak di panti asuhan yang benarbenar yatim piatu (6%) dan 90% di antaranya memiliki salah satu atau kedua 2 Universitas Kristen Maranatha

orang tua. Kebanyakan anak-anak ditempatkan di panti asuhan oleh keluarganya yang mengalami kesulitan ekonomi dan juga secara sosial dalam konteks tertentu, dengan tujuan untuk memastikan anak-anak mereka mendapatkan pendidikan. (www.depsos.go.id) Kenyataannya, kebanyakan panti asuhan tidak memberikan 'pengasuhan' sama sekali, melainkan menyediakan akses pendidikan. Secara eksplisit, hal ini tertera dalam pendekatan pengasuhan, pelayanan yang diberikan, dan sumberdaya yang diberikan oleh panti asuhan. Hampir tidak ada asesmen tentang adanya kebutuhan pengasuhan anak-anak baik sebelum, selama, maupun selepas mereka meninggalkan panti asuhan. Kriteria seleksi anak-anak dan praktek rekrutmen sangat mirip di hampir semua panti asuhan yang diakses dan mereka fokus kepada anak-anak usia sekolah, keluarga miskin, keluarga yang kurang beruntung dan yang terlalu tua 'untuk mengasuh sendiri'. Faktanya, 'pengasuhan' di panti asuhan ditemukan sangat kurang. Hampir semua fokus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kolektif, khususnya kebutuhan materi sehari-hari sementara kebutuhan emosional dan pertumbuhan anak-anak tidak dipertimbangkan. Sekali anak-anak memasuki panti asuhan, mereka diharapkan untuk tinggal di sana sampai lulus dari SMA kecuali mereka melanggar peraturan atau tidak berprestasi di sekolah (www.depsos.go.id). Panti asuhan merupakan suatu lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggungjawab memberikan pelayanan penggantian dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial anak asuh sehingga memperoleh kesempatan 3 Universitas Kristen Maranatha

yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai yang diharapkan (Profil Panti Asuhan di Yayasan X Kota Cirebon). Panti Asuhan di Yayasan X Kota Cirebon memiliki sistem asrama dimana remaja panti laki-laki maupun perempuan tinggal bersama dalam teritori berbeda. Selain itu, panti asuhan terdiri dari seorang pengasuh dengan puluhan anak. Jumlah tersebut berkurang dikarenakan adanya anak panti yang telah melakukan pelanggaran berat seperti remaja putra masuk ke kamar remaja putri berulang kali dimana dalam panti asuhan tersebut asrama putra dan putri dipisahkan. Jenis pola pengasuhan yang diterapkan di panti asuhan adalah ibu pengasuh tidak diperbolehkannya memarahi anak-anak panti secara keras namun ibu pengasuh akan memberikan sanksi pada anak panti yang melakukan pelanggaran misalnya pulang ke rumah tanpa pamit. Dalam setiap kelompok masyarakat, remaja tumbuh dari anak-anak yang belum matang menjadi seorang dewasa yang matang. Remaja merupakan masa dimana individu mengalami transisi secara biologis, psikologis, sosial dan ekonomi (Steinberg, Laurence. 2002). Pada mulanya, remaja panti tinggal di rumah masing-masing. Dikarenakan keadaan ekonomi keluarga yang tergolong lemah, remaja-remaja tersebut dititipkan ke panti asuhan dengan harapan dapat terpenuhinya kebutuhan yang diperlukan seperti makan, tempat tinggal atau pendidikan. Transisi dari hidup bersama keluarga menuju kehidupan di panti membawa suatu perubahan dalam menghadapi permasalahan hidupnya. Keadaan tersebut dihayati secara berbedabeda antara remaja panti yang satu dengan remaja lainnya. 4 Universitas Kristen Maranatha

Perubahan yang dialami remaja panti adalah beberapa remaja panti mengungkapkan sebelumnya mereka mudah marah atau malas membantu orangtua dan sekarang mereka dilatih untuk terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah dan bekerja bersama dengan remaja panti lainnya. Ketika mereka pulang ke rumah, mereka menjadi terbiasa membantu orangtuanya. Dalam menghadapi masalah, remaja panti bisa meminta bantuan keluarganya saat tinggal di rumah namun sekarang remaja panti harus menghadapinya seorang diri misalnya perasaan malu dalam dirinya. Saat liburan sekolah, beberapa remaja memilih untuk tinggal di panti asuhan dan sebagian kembali ke rumah. Oleh karena itu, mereka memiliki kemampuan bertahan yang berbeda. Resiliency adalah kemampuan daya tahan seseorang dalam menghadapi suatu hambatan atau rintangan yang secara terus menerus ada dalam kehidupannya (Benard, 2004). Menurut Benard, resiliency memiliki empat manisfestasi, yang pertama social competence. Dengan social competence, remaja panti asuhan diharapkan akan mampu berelasi secara baik dengan lingkungannya. Kedua, problem solving menunjukkan bagaimana remaja panti asuhan dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Ketiga, autonomy menunjukkan remaja panti asuhan diharapkan memiliki kemandirian dan kontrol terhadap lingkungan. Manifestasi yang keempat adalah sense of future and bright future, remaja panti asuhan memiliki keyakinan untuk dapat melewati berbagai rintangan yang harus dihadapi dalam menjalani kehidupannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 remaja panti asuhan maka ditemukan pendapat yang bervariasi mengenai keadaan mereka. Dalam hal 5 Universitas Kristen Maranatha

kemampuan individu untuk membentuk suatu hubungan yang positif (social competence), 60% remaja panti asuhan mengungkapkan bahwa mereka senang berteman dengan orang lain selain dengan teman di panti. Beberapa remaja mengungkapkan terkadang mereka malu dengan keadaan mereka tetapi mereka senang bisa mengenal teman baru. Selain itu, 40% dari mereka merasa kesulitan untuk berteman dengan orang lain selain dengan teman di panti. Sebagian besar mengaku merasa tidak nyaman jika bersama orang lain yang tidak dikenalnya. Dalam mengatasi masalahnya (problem solving), 70% remaja panti asuhan mengungkapkan mereka lebih sering mengatasi masalah seorang diri meskipun terkadang meminta bantuan pada teman dekatnya di panti misalnya saat berselisih dengan teman satu panti. Mereka akan mencoba berbagai cara untuk berbaikan. Jika tidak bisa mereka akan meminta bantuan teman dekatnya di panti sedangkan 30% mengungkapkan mereka jarang melakukan sesuatu saat mengatasi masalahnya. Saat berselisih dengan teman di panti, mereka lebih memilih untuk diam saja. Dalam hal mampu untuk bertindak secara independen dan mengontrol lingkungan (autonomy), 40% remaja panti asuhan mengungkapkan bersyukur dengan keadaan dirinya yang bisa pergi ke sekolah meskipun status mereka anak panti asuhan sedangkan 60% remaja panti lainnya mengungkapkan mereka merasa sedih dengan keadaan dirinya meskipun berusaha menerima keadaan dirinya. 6 Universitas Kristen Maranatha

Dalam hal mampu untuk mengarahkan diri pada tujuan/masa depan, bersikap optimistik, kreatif, menghayati makna dan koherensi diri (sense of purpose and bright future), 20% remaja panti asuhan mengungkapkan mereka memiliki cita-cita setelah keluar dari panti asuhan. Sebagian besar bercita-cita untuk membuat usaha sendiri sedangkan 80% remaja panti asuhan lainnya belum memiliki harapan akan masa depannya setelah keluar dari panti asuhan. Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana resiliency pada remaja Panti Asuhan di Yayasan X Kota Cirebon. 1.2 Identifikasi Masalah Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana gambaran resiliency pada remaja Panti Asuhan di Yayasan X Kota Cirebon. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian: Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran resiliency pada remaja Panti Asuhan di Yayasan X Kota Cirebon. 7 Universitas Kristen Maranatha

1.3.2 Tujuan Penelitian: Penelitian ini dibuat bertujuan untuk memperoleh gambaran resiliency pada remaja Panti Asuhan di Yayasan X Kota Cirebon yang ditinjau dari keempat manifestasi resiliency yaitu social competence, problem solving, autonomy dan sense of purpose. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat: 1. Menjadi bahan acuan untuk penelitian sejenisnya bagi peneliti lain yang tertarik menggali lebih jauh mengenai resiliency. 2. Memberikan informasi tambahan bagi ilmu psikologi mengenai resiliency pada remaja panti asuhan. 1.4.2 Kegunaan Praktis Dari hasil penelitian ini diharapkan: 1. Memberi informasi bagi remaja Panti Asuhan di Yayasan X Kota Cirebon agar mereka dapat mengoptimalkan potensi dalam diri dan dapat beradaptasi secara positif dengan lingkungannya. 8 Universitas Kristen Maranatha

2. Memberi informasi mengenai pengasuhan berbasis keluarga pada ibu pengasuh Panti Asuhan di Yayasan X Kota Cirebon. 3. Memberi informasi kepada keluarga remaja Panti Asuhan di Yayasan X Kota Cirebon untuk mendukung anaknya dalam menjalani kehidupan di panti meskipun hidup terpisah dari keluarga. 1.5 Kerangka Pemikiran Dalam setiap kelompok masyarakat, remaja tumbuh dari anak-anak yang belum matang menjadi seorang dewasa yang matang. Remaja merupakan masa dimana individu mengalami transisi secara biologis, psikologis, sosial dan ekonomi (Steinberg, Laurence. 2002). Pada saat remaja panti asuhan berusaha untuk menjalin kehidupannya di panti asuhan, mereka mengalami tekanan dari dalam diri seperti perasaan malu terhadap keadaan dirinya. Kemampuan untuk beradaptasi dengan baik di tengah situasi yang menekan dan banyak halangan serta rintangan disebut juga resiliency (Benard, 2004). Secara umum, individu yang resilient dapat digambarkan melalui empat manifestasi yaitu social competence, problem solving, autonomy dan sense of purpose and bright future (Benard, 2004). Social competence merujuk pada kemampuan remaja panti untuk mampu beradaptasi secara positif terhadap lingkungannya, menjalin dan mempertahankan hubungan yang dekat dengan orang dewasa dan teman sebaya. Mereka juga dapat 9 Universitas Kristen Maranatha

memunculkan respon positif dari orang lain walaupun orang tersebut mengetahui identitas mereka. Remaja panti juga dapat berkomunikasi dengan baik di lingkungannya ketika menghadapi suatu masalah. Mereka mampu menangani permasalahan yang terjadi pada diri mereka dan lingkungannya, memiliki kesediaan untuk peduli terhadap perasaan dan perspektif orang lain dimana mereka dapat mendengarkan pendapat yang disampaikan orang lain. Selain itu, mereka dapat membantu orang lain sesuai dengan kebutuhan serta bersedia memaafkan keluarga yang telah membawa mereka ke panti asuhan. Beberapa remaja panti merasa senang ketika orang lain berkunjung karena ia akan mendapatkan ilmu baru dari orang tersebut namun sebagian besar merasa kurang nyaman dengan orang lain yang tidak dikenalnya. Problem solving merujuk pada kemampuan remaja panti asuhan untuk dapat merencanakan beragam hal yang positif terhadap keadaan hidup mereka, mereka dapat melihat alternatif dengan mencari solusi ketika menghadapi suatu permasalahan. Selain itu, mereka dapat mengenali sumber-sumber dukungan dari keluarga, komunitas dan sekolah sebagai tempat untuk berbagi, berinisiatif mencari bantuan dan kesempatan serta memanfaatkannya untuk mengatasi, menganalisis masalah dan mencari solusi yang tepat. Ketika remaja panti mengalami kesulitan belajar, remaja panti seringkali meminta bantuan pada temannya di panti untuk mengajarkan dia. Autonomy merujuk pada kemampuan remaja panti untuk memiliki penilaian diri yang positif mengenai keadaan hidupnya, mampu bertanggungjawab terhadap tugas dengan membagi waktu dengan baik, mampu 10 Universitas Kristen Maranatha

mengendalikan pelaksanaan tugas dengan baik. Mereka memiliki belief bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mencapai hasil yang diinginkan seperti rasa bersyukur akan keadaan hidupnya, memiliki kompetensi dalam mencoba atau melakukan sesuatu, mampu melepaskan diri dari pengaruh buruk lingkungan dan mampu menolak pesan negatif dari lingkungan. Mereka juga mampu merefleksikan diri dengan mampu melakukan aktivitas dengan baik meskipun sedang mengalami hal yang kurang menyenangkan dan memiliki rasa humor seperti bercanda dengan teman satu panti. Beberapa remaja panti mengungkapkan tidak merasa malu dengan keadaan dirinya meskipun masyarakat mengetahui identitas dirinya. A sense of purpose and bright future merujuk pada kemampuan remaja panti untuk mengarahkan diri pada tujuan/masa depan, mampu mempertahankan motivasi dalam mencapai tujuan, mereka memiliki hobi yang dapat menghibur saat menghadapi kesulitan, mereka mengembangkan imajinasi yang positif. Selain itu, mereka juga memiliki makna diri yang positif dan keyakinan religius yang membuat mereka optimistik dan memiliki harapan. Sebagian besar remaja panti mengungkapkan mereka belum menentukan pekerjaan apa yang akan dilakukannya setelah lulus sekolah kelak tetapi beberapa telah memiliki cita-cita yang ingin dicapainya. Derajat resiliency remaja panti asuhan dapat berbeda-beda. Hal tersebut tidak terlepas dari peran faktor yang melindungi mereka dari tekanan, yang disebut sebagai protective factors. Protective factors terdiri dari caring 11 Universitas Kristen Maranatha

relationships, high expectation, dan opportunities for participation and contribution yang diberikan oleh keluarga, sekolah dan komunitas (Benard, 2004). Caring relationship meliputi dukungan kasih sayang, perhatian dan kepedulian yang diberikan oleh orang lain terhadap individu. High expectation meliputi harapan yang positif dari orang lain terhadap diri individu. Opportunities for participation and contribution meliputi adanya kesempatan bagi individu untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang menarik dan menantang (Benard, 2004). Caring relationship dalam keluarga ditunjukkan dengan adanya hubungan yang erat antara anggota keluarga dengan remaja Panti Asuhan di Yayasan X Kota Cirebon berupa kepedulian keluarga untuk berkunjung ke panti. High expectation dalam keluarga berupa adanya harapan yang positif yang diberikan anggota keluarga terhadap remaja Panti Asuhan di Yayasan X Kota Cirebon seperti remaja dapat bersekolah dengan baik. Selain itu, pada opportunities for participation and contribution dalam keluarga ditunjukkan dengan adanya kesempatan remaja Panti Asuhan X Kota Cirebon untuk mengambil keputusan serta mengatasi permasalahannya seorang diri. Caring relationship dalam sekolah ditunjukkan dengan adanya perhatian dan kepedulian dari guru dan teman-teman sebayanya terhadap remaja Panti Asuhan di Yayasan X Kota Cirebon seperti belajar bersama yang dilakukan remaja panti bersama teman sekolahnya. High expectation dalam sekolah menunjukkan adanya harapan dan motivasi positif dari guru dan teman-teman sebayanya seperti remaja panti mampu untuk mengerjakan tugasnya seorang diri. 12 Universitas Kristen Maranatha

Selain itu, opportunities for participation and contribution dalam sekolah ditunjukkan dengan adanya kesempatan remaja Panti Asuhan di Yayasan X Kota Cirebon untuk bertanya dan mengemukakan pendapat pada pengajar. Caring relationships dalam komunitas ditunjukkan dengan kepedulian dan perhatian yang diberikan oleh panti asuhan seperti pemenuhan kebutuhan bagi remaja Panti Asuhan di Yayasan X Kota Cirebon. Adanya high expectation dalam komunitas ditunjukkan dengan memberikan harapan dan motivasi yang positif sesuai kemampuan. Selain itu, opportunities for participation and contribution dalam komunitas ditunjukkan dengan adanya kesempatan remaja Panti Asuhan di Yayasan X Kota Cirebon untuk ikut serta dalam kegiatan yang diadakan oleh panti asuhan. Bagi remaja Panti Asuhan di Yayasan X Kota Cirebon yang memperoleh caring relationship, high expectation dan opportunities for participation and contribution tinggi dari keluarga, sekolah dan komunitas maka mereka akan mampu untuk beradaptasi secara positif dengan lingkungannya. Bagi remaja panti yang memperoleh caring relationship, high expectation dan opportunities for participation and contribution sedang dari keluarga, sekolah dan komunitas maka mereka cukup mampu beradaptasi secara positif terhadap lingkungannya. Sedangkan, bagi remaja Panti Asuhan di Yayasan X Kota Cirebon yang memperoleh caring relationships, high expectation dan opportunities for participation and contribution rendah dari keluarga, sekolah dan komunitas maka mereka akan cenderung kurang mampu beradaptasi secara positif terhadap lingkungannya. 13 Universitas Kristen Maranatha

Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan dengan bagan kerangka pemikiran sebagai berikut: Protective Factors (sekolah, keluarga dan komunitas) : - Caring Relationship - High Expectations - Opportunities for Mampu beradaptasi secara positif dengan lingkungannya. participation and Tinggi Remaja Panti Asuhan X Kota Cirebon Resiliency Sedang Cukup mampu beradaptasi secara positif dengan lingkungan Adversity (tekanan) - Perasaan malu dalam diri. - Social competence - Problem Solving - Autonomy Rendah Kurang mampu beradaptasi secara positif dengan lingkungannya. - Sense of Purpose Skema 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran 14 Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi Resiliency pada remaja yang tinggal di Panti Asuhan di Yayasan X Kota Cirebon dapat berbeda-beda. Semakin tinggi resiliency yang dimiliki oleh remaja panti maka remaja tersebut mampu untuk menghadapi tekanan yang ada dan memiliki kekuatan dalam menjalani berbagai situasi yang ada. Semakin rendah resiliency yang dimiliki oleh remaja panti maka remaja tersebut kurang mampu untuk menghadapi tekanan yang ada sehingga memiliki kemungkinan sulit beradaptasi dengan lingkungannya secara positif. Apabila derajat resiliency yang dimiliki remaja panti berada di sedang maka remaja tersebut pada cukup mampu untuk menghadapi tekanan yang ada dan memiliki kekuatan dalam berbagai situasi yang ada. Protective factors melalui keluarga, sekolah dan komunitas mempengaruhi resiliency yang dimiliki para remaja panti. 15 Universitas Kristen Maranatha