IDENTIFIKASI VARIAN ARSITEKTUR LUMBUNG DI BALI

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PENELITIAN KAJIAN FUNGSI DAN EFISIENSI KONSTRUKSI BANGUNAN JINENG DALAM DINAMIKA KEHIDUPAN MODERN

KARAKTERISTIK BANGUNAN BALE METEN, SERTA PROSES PEMBANGUNANNYA

Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK

Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn

STRUKTUR & KONTRUKSI BANGUNAN TRADISIONAL BALE PEGAMAN DI DESA BAYUNG GEDE, KABUPATEN BANGLI

METAMORFOSA HUNIAN MASYARAKAT BALI

berbentuk persegi panjang yaitu memanjang dari selatan ke utara. Di desa ini

DINDING DINDING BATU BUATAN

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

Rumah Jawa adalah arsitektur tradisional masyarakat Jawa yang berkembang sejak abad ke- 13 terdiri atas 5 tipe dasar (pokok) yaitu:

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

Rumah Lanting : Rumah Terapung Diatas Air Tinjauan Aspek Tipologi Bangunan

BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung

Struktur dan Konstruksi II

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan pembangunan yang sangat pesat, juga diikuti munculnya

ARSITEKTUR LUMBUNG PADI DESA SINABUN

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

RINCIAN KEGIATAN DAN ALOKASI PERTEMUAN DALAM SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah dimiliki Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia terletak pada 6 o LU 11 o LS dan 95 o BT

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sifat kayu merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable

1. Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI ) 3. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1983)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. DASAR PERENCANAAN

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

PERUBAHAN ARSITEKTUR TRADISIONAL HUNIAN DESA BAYUNG GEDE, BANGLI

III. BAHAN DAN METODE. perancangan. Inventarisasi dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai bulan

TIANG Gambar Balok Lantai Dimasukkan ke dalam Tiang (Sketsa : Ridwan)

KAJIAN VISUAL BANGUNAN DAPUR TRADISIONAL KHAS KECAMATAN KUBU, KARANGASEM. I Gede Putu Bayu Intaran, Gede Eka Harsana Koriawan, Ni Nyoman Sri Witari

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan yang dibahas terletak di Desa Lebih Kecamatan Gianyar

ornamen yang disakralkan. Kesakralan ornamen ini berkaitan dengan lubang pintu kori agung yang difungsikan sebagai jalur sirkulasi yang sifatnya sakra

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. Desain Premis... BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gempa Bumi di Indonesia... 1

BAB III METODE PENELITIAN

RUMAH TRADISIONAL BANYUWANGI

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PERENCANAAN DAN PENERAPAN SISTEM STRUKTUR

1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu

Identifikasi Perubahan Tatanan Spasial Karang di Desa Taro Kelod Gianyar Bali

PERKEMBANGAN DAN PERUBAHAN FUNGSI LUMBUNG PADA ARSITEKTUR TRADISIOAL BALI ( Kajian Fenomena Sosial )

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi utamanya di dalam bidang

DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT

Sambungan Kayu. Sambungan Kayu: Hubungan Kayu:

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN RUMAH SEHAT SEDERHANA YANG LAYAK HUNI DI KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS (KUBA) PALAMPANG TARUNG DI PALANGKA RAYA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERENCANAAN BANGUNAN INFRAKSTRUKTUR PENDIDIKAN (GAZEBO) FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

RANCANGAN RUMAH TUMBUH TIPE KPR BTN DI KOTA DENPASAR

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

Identifikasi Geometri sebagai Dasar Bentuk pada Arsitektur Tradisional Nusa Tenggara Barat

PREDIKSI SOAL UJIAN NASIONAL KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN... 1

Desa Adat Penglipuran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Keluarga Dampingan 1.2 Profil Keluarga Dampingan

A. Pasangan Dinding Batu Bata

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

BAB II DATA PROYEK DATA UMUM PROYEK

RING BALK. Pondasi. 2. Sloof

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung

EBOOK PROPERTI POPULER

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :

Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB I PENDAHULUAN Maulana BAB I PENDAHULUAN

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONDISI UMUM BANJARMASIN

B A B I P E N D A H U L U A N

DAFTAR ISI. Halaman. PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii. ABSTRAK...iii. ABSTRACT... iv. PERNYATAAN... v. KATA PENGANTAR vi. DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. Pengujian kualitas genteng pres. (produk kabupaten Kebumen dan produk kabupaten Sukoharjo) UNIVERSITAS SEBELAS MARET.

BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

BAB VII PENAMBAHAN BALOK STRUKTUR LANTAI ATAP AKIBAT BEBAN GONDOLA DAN ROOF TANK

IDENTIFIKASI CIRI-CIRI PERUMAHAN DI KAWASAN PESISIR KASUS KELURAHAN SAMBULI DAN TODONGGEU KECAMATAN ABELI KOTA KENDARI. Djumiko.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

PERENCANAAN ULANG STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERUSAHAAN DAERAH PASAR SURYA SURABAYA DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH

BAB 1. Pendahuluan. Negara Indonesia selain terkenal dengan Negara kepulauan, juga terkenal dengan keindahan alam dan kekayaan hutan.

Transkripsi:

UNDAGI Jurnal Arsitektur Warmadewa, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2017, Hal 9-16 ISSN 2338-0454 IDENTIFIKASI VARIAN ARSITEKTUR LUMBUNG DI BALI Oleh: I Made Suwirya Dosen Jurusan Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa, Jl. Terompong No. 24 Denpasar Bali, Indonesia Email: madesuwirya@gmail.com A B S T R A K Lumbung adalah bangunan tradisional Bali yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan padi. Lumbung dapat dibedakan menjadi empat jenis. Antara lain: Jineng, Kelumpu,Gelebeg, dan Kelingking. Perwujudan arsitektur lumbung dipengaruhi oleh fungsi yang mewadahinya dan status sosial ekonomi masayarakat setempat. Bangunan Lumbung bukan hanya tanggap terhadap iklim dan lingkungan tetapi yang penting diingat adalah dari segi waktu. Sebelum ditemukannya bibit unggul, waktu panen bisa mencapai 6 bulan, dan persediaan bahan pangan harus memenuhi waktu tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi varian arsitektur lumbung pada aspek wujud, struktur, dan material yang digunakan. Metode yang digunakan dalam menganalisis adalah rasionalistik kualitatif. Kata Kunci : Jineng, Kelumpu, Gelebeg, Kelingking PENDAHULUAN Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia. Luas wilayah Bali sebesar 5,636 km². Letak geografis provinsi 114 BT - 40 BT, 8 LS- 48 LS. Ketinggian maksimum 300 m dan minimum 22m. Curah hujan maksimal 355 mm perbulan dan minimal 50 mm perbulan. Suhu udara 27-70 C, kelembaban ratarata 77.70%. Melihat kondisi iklim yang demikian dan curah hujan yang tinggi perlu dipikirkan strategi dari segi desain terutama untuk penyimpanan bahan pangan. Bukan hanya dari segi tanggapan terhadap iklim dan lingkungan tetapi yang penting diingat adalah dari segi waktu. Sebelum ditemukannya bibit unggul, waktu panen bisa mencapai 6 bulan, dan persediaan bahan pangan harus memenuhi waktu tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut diciptakanlah bangunan yang bernama lumbung. Lumbung adalah bangunan tradisional Bali yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan padi. Lumbung dapat dibedakan menjadi empat jenis. Antara lain: Kelumpu, Kelingking, Jineng dan gelebeg. Lumbung memiliki beberapa fungsi adalah sebagai berikut: pada bagian atas lumbung digunakan sebagai tempat untuk menyimpan hasil pertanian. Dibanjar yang sebagian besar penduduknya sebagai petani, lumbung dibuat untuk menyimpan hasil pertanian milik banjar. Lumbung dadia digunakan untuk menyimpan bahan pangan dan bahan upacara di desa. Bangunan lumbung juga berfungsi sebagai ungkapan identitas yang dapat menunjukkan status sosial. Halaman 9 P a g e

disekitar lumbung digunakan sebagai tempat berkumpul dan tempat menjemur padi. Lumbung juga berfungsi sebagai tempat memuja Dewi Sri sebagai dewa kemakmuran. Fungsi lumbung lainnya adalah sebagai tempat melaksanakan kerja-kerja sosial dalam kehidupan beradat dan beragama. KAJIAN LITERATUR Lumbung adalah bangunan tradisional Bali yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan padi. Lumbung dapat dibedakan menjadi 4 jenis menurut bentuknya, yaitu: 1. Jineng Bangunan penyimpanan padi dengan denah persegi empat, memiliki 4 kolom, dengan atap pelana lengkung, letak jineng umumnya berdekatan dengan paon, sehingga ruang bale jineng dapat difungsikan sebagai perluasan dari kegiatan paon. Jineng jika dilihat dari struktur dan konstruksinya merupakan bangunan bertingkat, dengan ruang penyimpanan padi diatas. Langki kepala tiang dengan lantai selasar terbatas sisi dalam atap lengkung, dan balai di bagian bawah untuk tempat duduk, istirahat, atau tempat bekerja. Sesuai dengan fungsi aslinya dan adanya ruang bertingkat, maka konstruksi jineng dibuat dengan kolom yang cukup besar, bukan hanya satu rai seperti umumnya bangunan tradisional bali lainnya. 2. Klumpu Bangunan dengan denah berbentuk segi empat dengan empat atau enam kolom (tiang), dengan atap pelana dari atas bale-bale sampai ke atap. Padi dimasukkan ke ruang penyimpanan dari sisi samping bangunan. Namun, terdapat juga kelumpu yang memiliki pintu di atas bangunan, dan untuk memasukkan padi ke dalam ruang penyimpanan harus menggunakan bantuan tangga. Dinding dan selasar ruang penyimpanan terbuat dari bahan gedeg anyaman bambu atau papan kayu, atap bangunan umumnya dari alang-alang atau bahan lain yang ditentukan dari iklim setempat. 3. Gelebeg Serupa dengan jineng, berdenah segi empat dengan atap pelana lengkung, dan memiliki 6 sampai 8 kolom. Tempat menyimpanan padi di bawah atap sampai dengan bagian atas bale, dengan dinding papan atau bambu dari bale sampai bertemu atap. Pintu masuk untuk menyimpan padi searah dengan panjang bangunan dari sisi bagian atas. Gelebeg ada yang dilengkapi dengan gelagar sebagai pemisah ruang bawah balai sampai kea tap. Ruang bagian atas digunakan untuk menyimpan bibit padi. 4. Kelingking Merupakan lumbung padi yang menggandakan dimensi atau luas ruang kelumpu. Pola ruang, bentuk, dan struktur serupa dengan kelumpu. Sesuai dengan fungsi aslinya sebagai tempat menyimpan padi dengan beban cukup berat, maka dimensi disesuaikan dengan pembebanan, stabilitas, dan estetika. Batu sendi alas tiang dan pondasi (jongkok asu) ukurannya lebih besar dibandingkan lumbung tradisional Bali tipe lainnya. Pengunaan bahan untuk pondasi, bebaturan, menggunakan batu alam mengambil jenis-jenis batuan setempat. Desa yang memiliki kali yang berbatu basalt digunakan batu tersebut untuk bangunan begitu juga dengan desa yang menghasilkan batu kapur atau padas Penggunaan bahan untuk tiang saka dan keperluan kayu lainnya menggunakan bahan-bahan yang ada di daerah disekitar. Sedangkan untuk bahan atap dipegunungan penghasil bambu memakai sirap bambu, di pantai yang banyak kebun kelapa di pakai daun 10 P a g e

kelapa sebagai atap. Di bukit atau daratan tegal alang-alang, perumahan, dan pembangunan lainnya menggunakan alang-alang sebagai penutup atap. Lumbung padi menurut asta kosala asta kosali asta gumi terletak di zona nista (Barat daya untuk daerah bali bagian selatan) dari pekarangan rumah tinggal bali tradisional Bali, tepatnya di sebelah timur atau utara paon (dapur). Konsep tata letak ini mengikuti filosofi dan nilai fungsi bangunan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kelumpu Bangunan dengan denah segi empat tiang empat atau enam atap pelana ruang terkurung dari atas balaibalai sampai keatap.memasukkan padi ke dalam ruangan penyimpanan dari sisi bangunan. Dalam bentuknya yang lain ada pula Kelumpu dengan pintu dibagian atas. Dinding dan selasar ruang penyimpanandari papan atau gedeg anyaman bambu. Atap bangunan umumnya menggunakan alang-alang atau bahan lain yang disesuaikan dengan iklim dan fungsi bangunan. a. Tata Letak Pemilik : I Wayan Suka Alamat : Br. Sema, Ds. Melinggih, Kec. Payangan, Gianyar KETERANGAN A. SANGGAH B. BALE DAJA C. BALE/ROMPOK D. TUGUN KARANG E. BALE DAUH F. BALE DANGIN G. BALE DELOD + DAPUR H. BALE/ROMPOK I. KLUMPU Gambar 7. Tata Letak Bangunan Kelumpu Zonasi bangunan klumpu terdapat pada bagian Utamaning Nista pada natah tersebut, memiliki orientasi menghadap ke Barat. b. Perwujudan Bangunan klumpu ini menggunakan bentuk persegi empat panjang dan memiliki jumlah tiang / saka empat atau enam. Menggunakan bentuk atap pelana dengan sudut kemiringan atap yang sangat curam dan melengkung untuk mengantisipasi gangguan dari binatang pengerat seperti tikus. Memiliki ruang penyimpanan yang besar dari badan bangunan hingga atap bangunan yang terlindung dari struktur dinding gedeg. Bangunan ini menggunakan material kayu taep untuk struktur bangunannya, meliputi saka, sunduk dan lambang. Sedangkan untuk waton menggunakan kayu kelapa dan struktur atapnya serta menggunakan kayu kelapa. Struktur atap bangunan ini menggukan tipe atap 11 P a g e

pelana yang konstruksi atapnya dikombinasi konstruksi sudut atap yang curam dengan perkuatan balok jepit pada bidang atapnya yang lengkung. Struktur ini juga dimaksudkan agar ruang penyimpanan lumbung mendapatkan luas yang cukup untuk kualitas penghawaan ruangan serta dimensinya. Untuk struktur badan bangunannya digunakan struktur rangka yang kaku dari hubungan saka dan sunduk. Sedangkan untuk tempat penyimpanan dengan struktur dinding yang dibuat dari anyaman bamboo (gedeg) dengan stuktur rangka. Struktur bawah bangunan menggunakan struktur pondasi setempat yang posisinya dibawah sendi dan saka untuk menyalurkan beban bangunan. 2. Jineng Bangunan tempat penyimpanan padi dengan bentuk denah segi empat tiang empat dengan atap pelana lengkung. Ruang tempat penyimpanan diatas langki kepala tiang dengan lantai selaras berbatas sisi pada atap lengkung sisi dalam pintu masuk dari depan di bagian atas. Ruang balai-balai untuk tempat duduk-duduk atau untuk berbaai kegiatan kerja. Letak jineng biasanya didekat dapur sehingga ruang balai-balai jineng dapat untuk mengerjakan atau sebagai perluasan ruang kerja dapur. Bangunan jineng struktur kontruksinya merupakan bangunan bertingkat, balai-balai diruang bawah untuk tempat duduk, tempat tidursementara atau tempat kerja.bangunan atau ruang diatas untuk tempat menyimpan. Sesuai funngsi dan kontruksinya sebagai bangunan bertinkat, dengan beban berat dimensi tiangnya cukup besar, bukan 1 rai seperti dimensi tradisional. a. Tata Letak Gambar 8. Wujud Bangunan Kelumpu Gambar 9. Tata Letak Bangunan Jineng Zonasi bangunan jineng terdapat pada bagian Utamaning Nista pada natah tersebut, memiliki orientasi menghadap ke Barat. 12 P a g e

b. Perwujudan Bangunan ini menggunakan material kayu taep untuk struktur bangunannya, meliputi saka, sunduk dan lambang. Sedangkan untuk waton menggunakan kayu kelapa dan struktur atapnya serta menggunakan kayu kelapa. Struktur atap bangunan ini menggukan tipe atap pelana yang konstruksi atapnya dikombinasi konstruksi sudut atap yang curam dengan perkuatan balok jepit pada bidang atapnya yang lengkung.struktur ini juga dimaksudkan agar ruang penyimpanan lumbung mendapatkan luas yang cukup untuk kualitas penghawaan ruangan serta dimensinya. Untuk struktur badan bangunannya digunakan struktur rangka yang kaku dari hubungan saka dan sunduk.sedangkan untuk tempat penyimpanan dengan struktur dinding yang dibuat dari anyaman bamboo (gedeg) dengan stuktur rangka. Struktur bawah bangunan menggunakan struktur pondasi setempat yang posisinya dibawah sendi dan saka untuk menyalurkan beban bangunan. Bangunan Jineng inimenggunakan bentukpersegi empat panjang danmemiliki jumlah tiang / saka empat atau enam. Menggunakanbentuk atap pelana dengan sudut kemiringan atap yang sangat curam dan melengkung untuk mengantisipasi gangguan dari binatang pengerat seperti tikus. Memiliki ruang penyimpanan yang besar dari badan bangunan hingga atap bangunan yang terlindung dari struktur dinding papan kayu. Gambar 10. Wujud Bangunan Jineng 3. Gelebeg Bangunannya serupa dengan jineng, segi empat dengan atap pelana lengkung cembung.bedanya dengan jineng, bangunan gelebeg jumlah tingnya enam atau delapan dan ruang tempat penyimpanan padi dari bawah atap sampai ke balai-balai denan dingding papan atau bambu dari balaibalai sampai keatap.pada banunan tidak ada balai-balai untuk tempat dudukseperti pada jineng.semua ruang diatas balai-balai dibawah atap untuk tempat penyimpanan padi.pintu masuk untuk memasukkan padi searah dengan panjang bangunan dari sisi atas.ukuran tiang gelebeg 1 musti dengan pengurip dan dimensi-dimensi kontruksi dan ruang, dari bagian atau kelipatan 1 mustisebagai ukuran sisi-sisi penampang tiang. Bangunan gelebeg ada yang dilengkapi dengan gelegar sebagai lantai pemisah ruang bawah dari balai-balai sampai ke atap. Padi untuk bibit ditaruh di ruang atas. 13 P a g e

a. Tata Letak : Gambar 13. Tampak Bangunan Gelebeg Gambar 11. Tata Letak Bangunan Gelebeg Zonasi bangunan jineng terdapat pada bagian Utamaning Nista pada natah tersebut, memiliki orientasi menghadap ke Barat. b. Perwujudan Gambar 12. Denah Bangunan Gelebeg Bangunan gelebeg inimenggunakan bentukpersegi empat panjang danmemiliki jumlah tiang / saka empat atau enam. Menggunakanbentuk atap pelana dengan sudut kemiringan atap yang sangat curam dan melengkung untuk mengantisipasi gangguan dari binatang pengerat seperti tikus. Memiliki ruang penyimpanan yang besar di atap bangunan yang terlindung dari struktur atap. Bangunan ini menggunakan material kayu kutat untuk struktur bangunannya, meliputi saka, sunduk dan lambang. Sedangkan untuk waton menggunakan kayu base dan struktur atapnya menggunakan kayu kelapa. Struktur atap bangunan ini menggukan tipe atap pelana yang konstruksi atapnya dikombinasi konstruksi sudut atap yang curam dengan perkuatan balok jepit pada bidang atapnya yang lengkung. Struktur ini juga dimaksudkan agar ruang penyimpanan lumbung mendapatkan luas yang cukup untuk kualitas penghawaan ruangan serta besarnya volume untuk penyimpanan bahan pangan. Untuk struktur badan bangunannya serta waton / tempat untuk beraktivitas menggunakan struktur rangka dengan hubungan kayu system pen dan lubang anatara saka dan sunduk. Struktur bawah bangunan menggunakan struktur pondasi setempat yang posisinya dibawah sendi dan saka untuk menyalurkan beban bangunan. Gambar 14. Potongan Bangunan Gelebeg 14 P a g e

bangunan yang terlindung dari struktur atap. Gambar 15. Perspektif Bangunan Gelebeg 4. Kelingking Sebagaimana bangunan gelebeg yang merupakan bangunan jineng dengan ukuran besar atau luas ruang penggandaan dari ukuran atau luas ruang jineng.bangunan type kelinking merupakan penggandaan dimensi atau luas ruang dari bangunan lumbung type kelumpu.pola ruang, struktur bentuk, dan lokasi kelingking serupa dengan kelumpu. Bahan penutup atap bangunanbangunan lumbung umumnya alangalang, untuk pengkondisian suhu ruang.sesuai dengan fungsinya untuk tempat penyimpanan dengan beban yang cukup berat. Dimensi-dimensi disesuaikan. Bangunan Kelingking ini menggunakan bentuk persegi empat panjang dan memiliki jumlah tiang / saka lebih dari enam. Menggunakan bentuk atap pelana dengan sudut kemiringan atap yang sangat curam dan melengkung untuk mengantisipasi gangguan dari binatang pengerat seperti tikus. Memiliki ruang penyimpanan yang besar di atap Bangunan ini menggunakan material kayu albesia untuk struktur bangunannya, meliputi saka, sunduk dan lambang. Sedangkan untuk waton menggunakan kayu seseh dan struktur atapnya menggunakan kayu seseh. Struktur atap bangunan ini menggukan tipe atap pelana yang konstruksi atapnya dikombinasi konstruksi sudut atap yang curam dengan perkuatan balok jepit pada bidang atapnya yang lengkung. Struktur ini juga dimaksudkan agar ruang penyimpanan lumbung mendapatkan luas yang cukup untuk kualitas penghawaan ruangan serta besarnya volume untuk penyimpanan bahan pangan. Untuk struktur badan bangunannya serta waton / tempat untuk beraktivitas menggunakan struktur rangka dengan hubungan kayu sistem pen dan lubang anatara saka dan sunduk. Struktur bawah bangunan menggunakan struktur pondasi setempat yang posisinya dibawah sendi dan saka untuk menyalurkan beban bangunan. Gambar 16. Tampak Bangunan Kelingking 15 P a g e

KESIMPULAN Pada dasarnya jenis lumbung memiliki kemiripan atau kesamaan fungsi dan struktur, yaitu : Klumpu : umumnya memiliki atap berbentuk segitiga dan memiki dinding pada bagian selasarnya sehingga tertutup Kelingking : sebutan yang digunakan untuk klumpu yang memiliki ukuran yang lebih besar, namun Pola ruang, struktur, dan bentuk kelingking serupa dengan kelumpu, biasanya terdapat pada keluarga kerajaan seperti puri. Jineng : umumnya memiliki atap segitiga namun sedikit melengkung dan tidak terdapat dinding pada bagian selasarnya sehingga biasanya digunakan sebagai tempat duduk atau penyimpanan. Gelebeg : sebutan yang digunakan untuk jineng yang memiliki ukuran lebih besar dan daya tampung lebih banyak, namun Pola ruang, struktur, dan bentuk Gelebeg sangat mirip dengan jineng, biasanya terdapat pada keluarga yang perekonomiannya lebih mapan. Dari penjabaran di atas ternyata penyebab desain lumbung mampu menanggulangi masalah iklim dan lingkungan terlihat dari system struktur atap kampiah yang mampu menjaga kelembaban dan pengaruh hujan, Struktur bale yang didalamnya terdapat sambungan anti gempa dan anti binatang liar serta struktur bebaturan yang disebut jongkok asu, yang kokoh menahan beban mati misalnya padi atau hasil panen lainnya. REFERENSI Gelebet, I Nyoman, dkk. 2002. Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Denpasar: Badan Pengembangan Kebudayaan dan pariwisata Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Budaya Bagian Proyek Pengkajian dan Pemanfaatan Sejarah dan Tradisi Bali. Mayu, Ida Bagus. 1986. Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Denpasar. 16 P a g e