PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ISPA PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWANTORO I SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEKAMBUHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi, walaupun dari

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia,

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Annissa Rizkianti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memberikan perhatian kepada klien dalam segala situasi yang berhubungan dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan yang cepat dan sangat penting atau sering disebut masa kritis anak

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal FAKTOR RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA POTUGU KECAMATAN MOMUNU KABUPATEN BUOL ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

Oleh : Tintin Purnamasari ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

PERBEDAAN FAKTOR PERILAKU PADA KELUARGA BALITA PNEUMONIA DAN NON PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB 1 : PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik pada

HUBUNGAN PHBS TATANAN RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN ISPA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMON II KULON PROGO TAHUN 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. kepadatan hunian tidak menunjukkan ada hubungan yang nyata.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab. Sementara menurut United Nations Childrens Foundation (UNICEF)

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak yang diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DI PUSKESMAS DESA DAYEUH KOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community). Agar klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat mampu mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri, diperlukan peran perawat sebagai pendidik yaitu melalui kegiatan pembelajaran atau pendidikan kesehatan (Suliha, 2001). Pendidikan kesehatan telah lama menjadi standart bagi praktek keperawatan profesional, sesuai dengan model konseptual Virginia Henderson yang menyatakan bahwa salah satu bagian dari peran perawat adalah meningkatkan pemahaman masyarakat baik dalam keadaan sehat maupun sakit untuk meningkatkan derajat kesehatan dan pengetahuan merupakan salah satu komponen dari 14 kebutuhan dasar manusia (Perry & Potter, 1997). Dengan pendidikan kesehatan, pengetahuan masyarakat akan bertambah sehingga akan berperilaku sehat dan dapat meningkatkan derajat kesehatan (Depkes RI, 1998). 1

2 World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO ± 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di Negara berkembang, dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh ± 4 juta anak balita setiap tahun (Asrun, 2006). Penyakit (ISPA) saat ini masih merupakan masalah serius terhadap kesehatan di seluruh dunia. Pada negara berkembang lebih dari 50% kematian pada umur anak-anak balita disebabkan karena Penyakit infeksi saluran pernafasan akut. Hal ini merujuk pada hasil Konferensi Internasional mengenai ISPA di Canberra, Australia, pada Juli 1997, yang menemukan empat juta bayi dan balita menderita ISPA di negara-negara berkembang dan meninggal tiap tahun akibat ISPA, pada akhir 2000, diperkirakan kematian akibat Pneumonia sebagai penyebab utama ISPA, di Indonesia mencapai lima kasus diantara 1.000 bayi/balita. Artinya, Pneumonia mengakibatkan 150 ribu bayi atau balita meninggal tiap tahunnya, atau 12.500 korban per bulan, atau 416 kasus sehari, atau 17 anak per jam, atau seorang bayi tiap lima menit (Silahi, 2004) Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi

3 terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Anonim, 2008). Gejala awal yang timbul biasanya berupa batuk pilek, yang kemudian diikuti dengan napas cepat dan napas sesak. Pada tingkat yang lebih berat terjadi kesukaran bernapas, tidak dapat minum, kejang, kesadaran menurun dan meninggal bila tidak segera diobati. Usia Balita adalah kelompok yang paling rentan dengan infeksi saluran pernapasan. Kenyataannya bahwa angka morbiditas dan mortalitas akibat ISPA, masih tinggi pada balita di negara berkembang. Di Jawa Tengah balita yang terserang ISPA sebanyak 323.931 penderita (Anonim, 2008). Sedangkan di Kabupaten karanganyar jumlah balita yang terserang ISPA di periode yang sama sebanyak 7.539 balita, (Sub Din P2P Karanganyar, 2009). Dari hasil studi pendahuluan pada tanggal 21 Juli 2010 di Puskesmas Colomadu II, dari bulan Januari-Juni 2010 diperoleh data 879 balita menderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Colomadu II. Berdasarkan uraian di atas, penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit dengan angka kesakitan dan angka kematian yang cukup tinggi, sehingga dalam penanganannya diperlukan kesadaran yang tinggi baik dari masyarakat maupun petugas, terutama tentang beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan. Menurut Hendrik Blum dalam Notoatmodjo, 1997, faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan antara lain faktor lingkungan seperti asap dapur, faktor prilaku seperti kebiasaan merokok keluarga dalam rumah, faktor pelayanan kesehatan seperti status imunisasi, ASI Ekslusif dan faktor keturunan.

4 Tingginya angka kejadian ISPA di Puskesmas Colomadu II dan rendahnya pengetahuan ibu-ibu tentang penanganan ISPA maka perlu diadakan pendidikan kesehatan yang bisa dilakukan saat posyandu dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, merubah sikap serta perilaku masyarakat dalam penatalaksanaan ISPA. Karena pengetahuan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 1997). Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut, tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Anak Balita Di Desa Blulukan Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu II - Kabupaten Karanganyar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah : Apakah pendidikan kesehatan efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang ISPA pada anak balita di Desa Bulukan wilayah kerja Puskesmas Colomadu II, Kabupaten Karanganyar? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang ISPA pada anak balita di Desa Bulukan wilayah kerja Puskesmas Colomadu II, Kabupaten Karanganyar. 2. Tujuan khusus : a. Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap Ibu

5 antara sebelum dan sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang ISPA pada anak balita di Desa Bulukan wilayah kerja Puskesmas Colomadu II, Kabupaten Karanganyar. b. Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap Ibu pada kelompok kontrol tentang ISPA pada anak balita di Desa Bulukan wilayah kerja Puskesmas Colomadu II, Kabupaten Karanganyar. c. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA pada anak balita di Desa Bulukan wilayah kerja Puskesmas Colomadu II, Kabupaten Karanganyar. d. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap ibu tentang ISPA pada anak balita di Desa Bulukan wilayah kerja Puskesmas Colomadu II, Kabupaten Karanganyar D. Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu keperawatan Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam bidang keperawatan, khususnya pada bidang yang berhubungan terhadap penyakit yang sering terjadi di masyarakat dalam hal pemberian asuhan keperawatan dan dapat menjadikan ilmu keperawatan di Indonesia semakin berkembang. 2. Bagi petugas Puskesmas Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dan tambahan pengetahuan dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di Puskesmas. 3. Bagi responden penelitian a. Menambah pengetahuan ibu-ibu tentang gambaran penyakit ISPA.

6 b. Ibu-ibu tahu bagaimana upaya yang harus dilakukan bila anak menderita ISPA. E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis penelitian tentang ISPA telah banyak di laksanakan di berapa tempat dengan berbagai rancangan, diantaranya : 1. Dodi Eko Prasetyo Putro, 2008, Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, dengan judul Hubungan antara pengetahuan dan sikap orang tua dengan upaya pencegahan kekambuhan Ispa pada anak di wilayah kerja puskesmas Purwantoro I. Rancangan penelitian ini adalah Cross Sectional, dengan hasil penelitian adalah 1. pengetahuan orang tua tentang ISPA dalam penelitian mempunyai pengetahuan yang baik, 2. Sikap orang tua tentang ISPA dalam penelitian mempunyai Sikap yang baik, 3. Upaya pencegahan kekambuhan ISPA orang tua memiliki respon yang baik, 4. pengetahuan dan sikap mempunyai hubungan dengan upaya pencegahan kekambuhan ISPA pada anak. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penulis lebih menitikberatkan pada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang ISPA pada anak balita. Variabel serta tempat penelitian berbeda, 2. Agustama, 2005, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatra Utara, dengan judul Fakto-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Kabupaten Pati tahun 2006. Rancangan penelitian ini adalah Cross Sectional, dengan hasil penelitian adalah adanya hubungan yang senifikan antara pendidikan ibu, status gizi balita, status imunisasi, pencegahan, kelembaban udara dan ventilasi

7 dengan kejadian ISPA. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penulis lebih menitikberatkan pada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang ISPA pada anak balita. Variabel serta tempat penelitian berbeda, 3. Eke Suhandayani, 2006, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Semarang, dengan judul Kajian ISPA pada balita di kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Rancangan penelitian ini adalah Case Control, dengan hasil penelitian adalah adanya hubungan pemberian ASI dengan kejadian ISPA, ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian ISPA, ada hubungan antara keberadaan keluarga yang merokok dengan kejadian ISPA, ada hubungan dengan ventilasi udara ruang tidur dengan kejadian ISPA, ada hubungan antara penderita ISPA dengan kejadian ISPA dan tidak ada hubungan antara status gizi, imunisasi, lantai ruang tidur, kepemilikan asap dapur, dan penggunaan bahan bakar dengan kejadian ISPA. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penulis lebih menitik beratkan pada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang ISPA pada anak balita. Variabel serta tempat penelitian berbeda.