Semen cair babi SNI 8034: Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di

dokumen-dokumen yang mirip
Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

Semen beku Bagian 1: Sapi

Semen beku Bagian 1: Sapi

Semen beku Bagian 2: Kerbau

Embrio ternak - Bagian 1: Sapi

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

Bibit babi Bagian 4 : Hampshire

Bibit sapi perah holstein indonesia

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

Kulit masohi SNI 7941:2013

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

Semen portland komposit

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

Bibit sapi potong - Bagian 2: Madura

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

Susu segar-bagian 1: Sapi

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

PERSENTASE MOTILITAS SPERMATOZOA BABI YORKSHIRE DALAM PENGENCER BTS (BELTSVILLE THAWING SOLUTION) DAN ZORLESCO

Bambu lamina penggunaan umum

Analisis kadar abu contoh batubara

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Biji kakao AMANDEMEN 1

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

Gaharu SNI 7631:2011. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri

Air demineral SNI 6241:2015

Bibit sapi potong - Bagian 4 : Bali

Bibit induk (parent stock) itik Alabio meri

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Viabilitas Spermatozoa Babi dalam Pengencer BTS (Beltsville Thawing Solution) yang Dimodifikasi pada Penyimpanan Berbeda

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

Air mineral SNI 3553:2015

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 2: Benih

VIABILITAS SPERMATOZOA BABI DALAM PENGENCER BELTSVILLE THAWING SOLUTION (BTS) PADA TIGA TEMPAT PENYIMPANAN BERBEDA

Cara uji sifat tahan lekang batu

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Cara uji berat jenis aspal keras

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

Alat pemadam kebakaran hutan-pompa punggung (backpack pump)- Unjuk kerja

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR)

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

Penambahan Bovine Serum Albumin Mempertahankan Motilitas Progresif Spermatozoa Kalkun pada Penyimpanan Suhu 4 C

Sari Buah Lontar Sebagai Pengencer Alami Dalam Mempertahankan Kualitas Spermatozoa Babi. Nancy Diana Frederika Katerina Foeh dan Chyintia Dewi Gaina

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Tuna dalam kemasan kaleng

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

Bibit sapi Bali SNI 7355:2008

Air mineral alami SNI 6242:2015

Cara uji daktilitas aspal

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 3: Benih

Spesifikasi agregat untuk lapis permukaan jalan tanpa penutup

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

Minyak terpentin SNI 7633:2011

Cara uji kelarutan aspal

Perpustakaan umum kabupaten/kota

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Pakan konsentrat Bagian 5 : Ayam ras pedaging (broiler concentrate)

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan

Bibit sapi peranakan Ongole (PO)

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Sosis ikan SNI 7755:2013

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

Terasi udang SNI 2716:2016

Cara uji penetrasi aspal

Transkripsi:

SNI 8034: 2014 Standar Nasional Indonesia Semen cair babi ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional

BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi...i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 2 3 4 5 6 7 Ruang lingkup... 1 Istilah dan definisi... 1 Persyaratan mutu... 1 Pengambilan contoh... 2 Pemeriksaan semen cair... 2 Kemasan... 2 Penyimpanan... 2 Bibliografi... 3 Gambar 1 - Contoh kemasan semen cair... 2 BSN 2014 i

Prakata Standar ini disusun oleh Sub Komite Teknis (SKT) 67-03-S1: Bibit ternak untuk : 1. Memberikan jaminan mutu semen cair babi kepada konsumen; 2. Meningkatkan mutu genetik babi; 3. Meningkatkan produktivitas babi. Standar ini telah melalui rapat teknis dan terakhir disepakati dalam konsensus di Bogor tanggal 5 Maret 2014. Hadir dalam konsensus tersebut ketua dan anggota Sub Komite Teknis (SKT) 67-03-S1: Bibit ternak dan instansi terkait lainnya. Standar ini telah melalui jajak pendapat pada tanggal 11 Juni 2014 sampai dengan 9 Agustus 2014 dan disetujui menjadi Rancangan Akhir Standar Nasional Indonesia (RASNI). BSN 2014 ii

Pendahuluan Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu sistem pengawinan dengan memanfaatkan pejantan unggul secara maksimal untuk perbaikan mutu genetik dan produktivitas ternak. Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan IB pada babi yaitu mutu semen cair yang dibuat, diinseminasikan, kesehatan reproduksi, pemeliharaan ternak betina, deteksi berahi dan ketepatan waktu inseminasi serta keterampilan petugas. Mutu semen cair babi yang memenuhi standar harus didukung oleh penanganan yang baik dan benar agar mutu semen cair babi dapat dipertahankan sehingga siap untuk diinseminasikan. BSN 2014 iii

Semen cair babi 1 Ruang lingkup Standar ini menetapkan persyaratan mutu, pengambilan contoh, pemeriksaan, pengemasan dan penyimpanan semen cair babi 2 Istilah dan definisi 2.1 pejantan unggul pejantan yang sudah diseleksi berdasarkan standar bibit yang berlaku 2.2 semen cairan yang disekresikan oleh pejantan unggul yang berisi plasma semen dan spermatozoa pada saat ejakulasi 2.3 semen cair semen yang diencerkan sesuai prosedur proses produksi sehingga menjadi semen cair dan disimpan dalam suhu 16 C - 18 C 2.4 petugas pengambil contoh (PPC) petugas yang memenuhi persyaratan dan ditunjuk oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengambilan contoh semen cair 2.5 pemeriksaan semen cair kegiatan untuk menguji mutu semen cair yang telah diawetkan (dipreservasi) dan dilakukan oleh petugas yang kompeten 2.6 motilitas spermatozoa proporsi jumlah sel spermatozoa yang bergerak maju/progresif dari satu populasi dinyatakan dalam persen (%) 2.7 gerakan individu spermatozoa kecepatan sel spermatozoa bergerak maju ke depan dinilai dengan skor 1-5 3 3.1 3.2 Persyaratan mutu Semen cair tidak mengandung mikroorganisme penyebab penyakit menular. Semen cair sesudah diawetkan (preservasi) pada suhu 16 C 18 C s e l a m a 3 h a r i harus menunjukkan: a) Motilitas spermatozoa minimal 40 %; b) Gerakan individu spermatozoa minimal skor 2 (dua). BSN 2014 1 dari 3

4 Pengambilan contoh Pengambilan contoh dilakukan secara acak pada setiap kali produksi dari masing-masing pejantan minimal 1 (satu) kemasan oleh PPC. 5 5.1 5.2 5.3 Pemeriksaan semen cair Pemeriksaan dilakukan oleh petugas pemeriksa yang berkompeten. Pemeriksaan dilakukan pada awal dan setelah 3 hari preservasi Pemeriksaan dilakukan pada sekurang-kurangnya 5 (lima) lapangan pandang di bawah mikroskop pembesaran 200x atau 400x dengan menggunakan meja penghangat (heating table) 37 C 38 C. 6 6.1 Kemasan Kemasan yang digunakan untuk mengemas semen cair berupa tube (volume 80 ml) atau botol (volume 100 ml) dengan jumlah spermatozoa 2 500 juta 3 000 juta seperti ditunjukkan Gambar 1. a b Keterangan: a adalah tube b adalah botol Gambar 1 - Contoh kemasan semen cair 6.2 Penandaan kemasan minimal memuat: a) Nama produsen; b) Rumpun/galur, nama, kode pejantan; c) Tanggal produksi; d) Bahan pengencer; e) Tanggal kadaluarsa; f) Volume dan jumlah spermatozoa. 7 Penyimpanan Semen cair babi dalam kemasan tube atau botol disimpan pada suhu 16 C 18 C. BSN 2014 2 dari 3

Bibliografi Baracald M, J Ward. 2008. Quality control of Extended boar semen. London Swine Conference Facing the New Reality 1-2 April pp. 195-206 Baes C, S Mattei, H Luther, S Ampuero, X Sidler, G Bee, P Spring and A Hofer. 2012. Performance test for boar taint compounds in live boars. The Animal Consortium. Animal, page 1 of 7 & The Animal Consortium 2012. doi:10.1017/s1751731112002273 Dominiek M, L Rodriguez A, T Rijsselaere, Vyt P, Van Soom A. 2011. Insemination in Pigs, Artificial Insemination in Farm Animals, Dr. Milad Manafi (Ed.), ISBN: 978-953-307-312-5, InTech, Available from: http://www.intechopen.com/books /artificialinsemination-in-farm-animals/artificialinsemination-in-pigs (2 Januari 2014) Artificial Dube C, M Beaulieu, C Reyes-Moreno, C Guillemettea, L Janice. Bailey. 2004. Boar sperm storage capacity of BTS and Androhep Plus: viability, motility, capacitation, and tyrosine phosphorylation. Theriogenology 62 : 874 886 Johnson LA, Weitze KF, P Fiser, Maxwell WMC. 2002. Storage of Boar Semen. J.Anim. Reprod. Sci. 62 : 143 172 Kumaresan A, G Kadirvel, KM Bujarbaruah, RK Bardoloi, A Das A, Kumar, S Naskar. 2009. Preservation of boar semen at 18 ºC induces lipid peroxidation and apoptosis like changes in spermatozoa. J.Anim. Reprod. Sci. 110 : 162 171 BSN 2014 3 dari 3