BAB II KEDUDUKAN PERJANJIAN DALAM JUAL BELI SAHAM DENGAN HAK MEMBELI KEMBALI (REPO) DALAM HUKUM DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9/POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TRANSAKSI REPURCHASE AGREEMENT BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.04/2014 TENTANG PEDOMAN REPURCHASE AGREEMENT DENGAN MENGGUNAKAN GMRA INDONESIA ANNEX

TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DARI KLAUSULA EKSEMSI DALAM KONTRAK STANDAR PERJANJIAN SEWA BELI

TANYA JAWAB PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 09/POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TRANSAKSI REPURCHASE AGREEMENTBAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN

2 Indonesia pada saat sebelum berlakunya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, telah terdapat upaya menuju standarisasi Transaksi Repo, antara lain de

PERJANJIAN JUAL BELI. Selamat malam. Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Perjanjian Jual Beli ya..

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai sarana berinvestasi bagi pemodal. melakukan investasi pada berbagai instrumen keuangan. Keseluruhan kegiatan

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PERLAKUAN AKUNTANSI TRANSAKSI REPURCHASE AGREEMENT SESUAI GMRA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengerahan dana, sehingga dapat dipergunakan secara produktif untuk. kepemilikan saham-saham perusahaan go public.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

PERMINTAAN TANGGAPAN

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

Laporan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Dalam Acara: Peluncuran Global Master Repurchase Agreement Indonesia.

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

BAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI. A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan

No fungsi pengawasan Transaksi Efek bersifat utang dan Sukuk, para Pihak tersebut diwajibkan untuk menyampaikan laporan atas Transaksi Efek ya

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

HUKUM JASA KONSTRUKSI

KEPUTUSAN DIREKSI PT BURSA EFEK INDONESIA. Nomor : Kep-00405/BEI/ Perihal : Pelaporan Transaksi Efek Melalui Centralized Trading

Prinsip Kehati-hatian Bank Dalam Kegiatan Reksadana 1

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANAREKSA REPO SAHAM (DARSA)

Utang Jangka Panjang (Long Term Liabilities)

KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( )

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB II LANDASAN TEORI. tahun (1982:331) laba perusahaan adalah merupakan selisih antara

Tanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perolehan laba perusahaan. Laba tersebut merupakan hasil yang dicapai dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR / POJK.04 / 2016 TENTANG PELAPORAN TRANSAKSI EFEK

FOCUS GROUP DISCUSSION Penyusunan Rancangan Pedoman Perlakuan Akuntansi Transaksi Repurchase Agreement. Jakarta, 22 November 2016

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website :

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB III OPERASIONALISASI DANAREKSA REPO SAHAM (DARSA) DI PT. DANAREKSA SURABAYA

MAKALAH KONTRAK. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Bisnis DosenPengampu :Andy Kridasusila, SE, MM.

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang satu ke orang lain.tanah sebagai benda yang bersifat permanen tetap, banyak

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. menurut Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata (selanjutnya

Sistematika Siaran Radio

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA KEPEMILIKAN MODAL ANTARA PT. AMBARA PRANATA DENGAN PT. MACCARONI APABILA TERJADI WANPRESTASI

TENTANG PELAPORAN TRANSAKSI EFEK KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /POJK.04/2017 TENTANG PELAPORAN TRANSAKSI EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBAGA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

BAB II TINJAUAN TENTENG LEVERING SEBAGAI CARA UNTUK MEMPEROLEH HAK MILIK DALAM JUAL BELI MENURUT HUKUM PERDATA

PERJANJIAN GADAI YANG DIJAMIN DENGAN BARANG YANG BERASAL DARI HASIL KEJAHATAN : STUDI PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SESETAN

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

ANALISIS HUKUM PERTANGGUNGJAWABAN PARA PIHAK DALAM REPURCHASE AGREEMENT SAHAM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/13/PBI/2008 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT BERHARGA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

No. 17/29/DPM Jakarta, 26 Oktober 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat bertahan hidup sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Oleh karena minyak dan gas

TINJAUAN PUSTAKA Bank

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

Force Majeur & Akibat Hukumnya

BAB II TINJAUAN UMUM. Secara umum, kuasa diatur dalam bab ke-16, Buku III Kitab Undang-

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya manusia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. hasil dari penelitian yuridis-normatif berkenaan dengan Analisis Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

KAJIAN YURIDIS PENGALIHAN PIUTANG DARI KREDITUR KEPADA PERUSAHAAN FACTORING DALAM PERUSAHAAN PEMBIAYAAN ANJAK PIUTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

No. 9/4/DPM Jakarta, 16 Maret 2007 SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara

ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli

Transkripsi:

49 BAB II KEDUDUKAN PERJANJIAN DALAM JUAL BELI SAHAM DENGAN HAK MEMBELI KEMBALI (REPO) DALAM HUKUM DI INDONESIA 2.1. Kedudukan Kontrak Repuschase Agreement (REPO) Pengertian perjanjian atau kontrak diatur dalam Pasal 1313 KUH Perdata. Pasal 1313 KUH Perdata berbunyi : Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Perjanjian tersebut sah apabila memenuhi syarat perjanjian dalam pasal 1320 KUH Perdata. Menurut pasal 1320 KUH Perdata persetujuan harus memenuhi syarat agar dianggap sah, yaitu : (1) kata sepakat antara pihak-pihak (subyek); (2) kecakapan atau kemampuan subyek membuat persetujuan; (3) obyek tertentu; (4) sebab (kausa) yang halal. 76 Berdasarkan ketentuan tersebut, maka perjanjian atau transaksi REPO adalah perjanjian yang sah, karena perjanjian atau transaksi REPO memenuhi syarat perjanjian sah dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Pertama, adanya kesepakatan para pihak yang ditunjukan dengan adanya tanda tangan yang dibubuhkan dalam standar kontrak yang dibuat oleh para pihak. Kedua, kecakapan subyek membuat perjanjian, ini ditunjukan dengan terciptanya perjanjian baku yang dalam hal ini adalah tentang jual beli saham dengan hak membeli kembali dan ada kebebasan pihak-pihak untuk menolak atau menerima perjanjian tanpa 76 R.M Suryodiningrat, 1985, Azas-Azas Hukum Perikatan, Edisi Kedua, TARSITO, Bandung, Halaman. 86. 49

50 paksaan. Kemudian ketiga, obyek tertentu. Obyek dalam hal ini adalah saham perseroan yang diperjual belikan. Dan yang terakhir adanya kausa yang halal, ini ditunjukan dengan adanya tujuan yang tidak bertentangan dengan hukum, yaitu memindahkan kepemilikan barang atau obyek tertentu secara sah. Namun perjanjian ini tidak dijelaskan secara jelas dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata seperti perjanjian lainnya (jual beli, tukar menukar, sewa menyewa, perjanjian kerja, dan perjanjian lain yang diatur dalam KUH Perdata dan Kitab Undang undang Hukum Dagang), sehingga perjanjian jenis ini dikategorikan sebagai perjanjian tidak bernama. Walau begitu, perjanjian tidak bernama tetap diatur dalam KUHPerdata, yaitu dalam Pasal 1319 Yang menyatakan bahwa : 77 Semua persetujuan, baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang lain. Selain itu, dilandasi pula oleh Pasal 1338 KUH Perdata tentang kebebasan berkontrak dan diakui oleh hukum praktek sehari-hari dan yurisprudensi. Pasal 1338 KUHPerdata berbunyi : 78 Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik. Secara umum, REPO merupakan instrumen pada pasar uang untuk memperoleh pendanaan jangka pendek. Transaksi REPO dilakukan dengan cara transaksi jual beli surat berharga (efek), di mana pihak penjual dan pihak pembeli 77 Pasal 1319 KUHPerdata 78 Pasal 1338 KUHPerdata

51 membuat perjanjian yang mengikat kedua belah pihak. Perjanjian tersebut mensyaratkan kepada pihak penjual, untuk melakukan pembelian kembali efek yang telah dijual kepada pembeli berdasarkan harga dan waktu yang telah disepakati. Harga pembelian kembali oleh penjual efek tersebut disertai dengan bunga berdasarkan tingkat pengembalian yang telah disepakati. Karena itulah, transaksi REPO ini sering disebut sebagai secured/ collateralized loan (pinjaman yang dijamin dengan efek). 79 Selain itu, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) (sekarang menjadi Otoritas Jasa Keuangan/OJK) telah menerbitkan pengaturan tentang Repo. Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-132/BL/2009 tentang Perlakuan Akuntansi Repurchase Agreement (Repo) dengan Menggunakan Master Repurchase Agreement (MRA) mendefinisikan repo sebagai transaksi jual efek dengan janji beli kembali pada waktu dan harga yang telah ditetapkan. Sedangkan, berdasarkan sudut pandang pembeli efek atau penyedia dana menyebutkan istilah repo sebagai reverse repo. Artinya, reverse repo merupakan kebalikan dari transaksi repo, di mana transaksi beli efek dengan janji akan menjual kembali pada waktu dan harga yang telah ditetapkan. 80 Penjual efek melakukan penjualan kepada pembeli dengan perjanjian untuk membeli kembali (perjanjian dapat berupa perjanjian tertulis maupun perjanjian tidak tertulis). Penjualan ini pada hakikatnya merupakan pinjaman jangka pendek di mana pihak pembeli akan melakukan pembayaran atas efek yang dijual tersebut. 79 Indradi, Repurchase Agreement (REPO): Dualisme Dalam Perspektif Pajak Penghasilan, Jurnal Insidetax Edisi 24 Oktober 2014, halaman. 1 80 Ibid. Halaman.2

52 Pada waktu dan harga yang telah disepakati dalam perjanjian pihak penjual akan melakukan pembelian kembali efek yang telah dijual tersebut. Harga pembelian yang dibayarkan oleh penjual akan disertai dengan tingkat bunga yang telah disepakati. Dengan demikian, pembelian kembali efek ini pada hakikatnya merupakan pelunasan atas utang jangka pendek. 81 Terdapat dua perspektif berbeda atas transaksi repo. Pertama, berdasarkan perspektif hukum atau legal, transaksi jenis ini merupakan transaksi jual beli efek berdasarkan perjanjian yang mengikat kepada penjual efek untuk melakukan pembelian kembali (buyback). Sedangkan, perspektif kedua berdasarkan substansi ekonomi, artinya transaksi repo dipersamakan dengan transaksi pinjaman dengan jaminan berupa efek. 1. Berdasarkan Perjanjian /Kontrak Dari sudut pandang hukum, status kepemilikan efek dalam transaksi repo telah berpindah dari penjual kepada pembeli. Namun, secara substansi ekonomi, dengan adanya klausa perjanjian untuk membeli kembali (buy-back clause), risiko atas kepemilikan efek yang diperjualbelikan pada dasarnya masih berada pada penjual. Jual beli dengan hak membeli kembali diatur di dalam KUHPerdata Buku Ketiga tentang Perikatan, Bab Kelima tentang Jual Beli, Bagian Keempat tentang Hak Membeli Kembali Pasal 1519 sampai dengan Pasal 1532. 81 Ibid. Halaman. 3-4

53 Definisi jual beli dengan hak membeli kembali diatur di dalam Pasal 1519 Kitab Undang Undang Hukum Perdata ( KUHPER ) yaitu : 82 Kekuasaan untuk membeli kembali barang yang telah dijual diterbitkan dari suatu janji, dimana si Penjual diberikan hak untuk mengambil barangnya yang dijual, dengan mengembalikan harga pembelian asal, dengan disertai penggantian yang disebutkan di dalam Pasal 1532 KUHPER. Dalam suatu perjanjian jual beli dengan hak membeli kembali itu sudah barang tentu dikandung maksud bahwa si pembeli selama jangka waktu yang diperjanjikan itu tidak akan menjual lagi barangnya kepada orang lain, karena ia setiap waktu dapat diminta menyerahkan kembali barang itu kepada si penjual. Namun kalau ia toh menjual barangnya kepada orang lain, dan barang ini adalah barang bergerak, maka pembeli kedua ini aman, artinya tidak dapat dituntut untuk menyerahkan barangnya kepada penjual pertama. Jika Perjanjian Repo ditinjau dengan benar-benar maka sebenarnya perjanjian tersebut merupakan suatu perjanjian dimana pihak Penjual diberikan kekuasaan secara sepihak (dan diluar hakim) untuk membatalkan perjanjiannya dan menuntut kembali barangnya sebagai miliknya. Perjanjian Jual Beli Dengan Hak Membeli Kembali di dalam praktek sering dipakai untuk menyelubungi suatu perjanjian pinjam uang dengan pemberian jaminan kebendaan yang seharusnya dibuat dalam bentuk hipotik, khususnya bagi benda tidak bergerak seperti tanah atau bangunan. Berdasarkan perjanjian kontraknya, transaksi repo dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu classic repo dan sell/buy-backrepo atau sering kali disebut 82 Pasal 1519 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

54 sebagai sell/ buy-back. Dalam transaksi classic repo, terdapat perjanjian/kontrak secara tertulis (dokumen legal) yang memuat kedudukan para pihak untuk mengantisipasi risiko apabila terjadi peristiwa gagal bayar (default event). Standar perjanjian tertulis yang disusun oleh International Capital Market Association (ICMA) untuk transaksi classic repo adalah Global Master Repurchase Agreement (GMRA). 83 Dengan adanya perjanjian hukum tersebut, tentu akan semakin memperkuat status penjual sebagai pemilik risiko (risk owner) atas efek yang diperjualbelikan. Dengan demikian, secara substansi ekonomi, kedudukan penjual dalam classic REPO sama dengan pemilik efek REPO yang sebenarnya (pihak pembeli). Sedangkan dalam transaksi sell/ buy-back REPO, biasanya tidak terdapat perjanjian tertulis untuk mendukung substansi bahwa pemilik risiko sesungguhnya adalah penjual. Oleh karena itu, pembeliannya dapat dianggap sebagai pembelian putus. Namun, seiring perkembangannya, transaksi REPO jenis ini juga dapat dibuat dokumen perjanjian hukumnya. Perjanjian standar yang digunakan dalam transaksi sell/buy-back REPO pada dasarnya sama, yaitu GMRA. Namun terdapat modifikasi perjanjian untuk transaksi REPO jenis sell/buy-backterkait dengan beberapa klausul, terutama terkait dengan transfer penghasilan terkait dengan kepemilikan efek. Transaksi sell/buy-back REPO tidak mensyaratkan adanya transfer tersebut, sedangkan pada classic REPO mensyaratkan adanya transfer tersebut (pembahasan mengenai jenis penghasilan ini ada di penjelasan berikutnya), dan penggunaan istilah dalam 83 Moorad dalam Indradi, Repurchase Agreement (REPO): Dualisme Dalam Perspektif Pajak Penghasilan, Jurnal Insidetax Edisi 24 Oktober 2014, halaman.2.

55 GMRA disesuaikan dengan jenis transaksi reponya. Namun secara prinsip, transaksi sell/buy-back repo dengan dokumen legal (GMRA) memiliki banyak kesamaan dengan transaksi classic REPO 2. Berdasarkan pihak yang terlibat dalam transaksi repo 84 a. Delivery REPO Bentuk transaksi REPO ini merupakan transaksi REPO standar yang melibatkan pihak penjual (seller) dan pembeli (buyer). Bentuk transaksinya, pihak penjual atau pihak yang membutuhkan dana segar menyerahkan (secara fisik) efek kepada pihak pembeli/ penyedia dana atau kepada agen kustodian yang tidak memiliki hubungan dengan pihak penjual. Dalam proses penyerahan tersebut, pihak pembeli yang secara nyata menanggung risiko pengiriman atas efek dan penguasaan atas efek tersebut berada di tangan pembeli melalui sistem penyelesaian transaksi REPO (settlement system). Oleh karena itu, bagi pihak pembeli, REPO jenis ini membutuhkan biaya yang lebih mahal. 85 b. Hold-in custody REPO Bentuk transaksi REPO ini merupakan transaksi REPO yang melibatkan agen kustodian yang memiliki hubungan dengan penjual. Dalam transaksi REPO jenis ini, pihak penjual tidak menyerahkan efek kepada pihak pembeli, melainkan tetap menguasai secara fisik efek tersebut atas nama pembeli melalui agen custodian yang ditunjuk. REPO jenis ini tidak membutuhkan biaya untuk penyelesaian transaksi (settlement system) karena tidak membutuhkan biaya pengiriman efek secara fisik (Bakir, 2013). 84 Ibid. Halaman.7 85 Ibid.halaman.8

56 c. Tri Party REPO Bentuk transaksi REPO ini merupakan jenis REPO yang aktivitasnya dilakukan setelah terjadinya persetujuan penjualan. Aktivitas tersebut mulai dari pemilihan efek yang menjadi jaminan, pembayaran, dan penyelesaian transaksi jual beli, sampai dengan penjagaan dan pengelolaan efek selama masa transaksi REPO. Setelah aktivitas ini, kedua belah pihak (penjual dan pembeli) menyerahkan (outsourced) transaksi REPO kepada pihak ketiga yang ditunjuk, dalam hal ini adalah agen/bank kustodian. Agen/ bank kustodian tersebut tidak ikut menanggung risiko dalam transaksi REPO. Singkatnya, tugas agen/bank custodian adalah melakukan pengelolaan terkait dengan efek/jaminan. Adapun, tugas pengelolaan efek tersebut meliputi pembayaran bunga/pendapatan dari efek, revaluasi, dan penggantian efek yang menjadi jaminan apabila nilai efek turun dan sudah tidak sesuai dengan nilai efek yang dipersyaratkan oleh pihak pembeli.tidak hanya itu, tugas lainnya juga berkaitan dengan penyelesaian transaksi REPO seperti pembayaran oleh pihak pembeli dan pelunasan atau pembelian kembali oleh pihak penjual.