Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang

dokumen-dokumen yang mirip
2016, No Penerbangan (Aeronautical Meteorological Information Services); Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

NOMOR: KP 081 TAHUN 2018 PROSEDUR PENETAPAN, PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 030 TAHUN 2018 TENTANG TIM PERSIAPAN DAN EVALUASI PENYELENGGARAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tah

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD

^PENYELENGGARAAN KALIBRASI FASILITAS DAN PROSEDUR

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173

Udara Jenderal Besar Soedirman di

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

b. bahwa dalam rangka memberikan pedoman terhadap tata

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956);

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

PART 69-01) PENGUJIAN LISENSI DAN RATING PERSONEL PEMANDU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 60 TAHUN 2016 TENTANG PENGALIHAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN NAVIGASI PENERBANGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1Tahun 2009 tentang Penerbangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka percepatan operasional Bandar

Udara yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal;

2016, No Informasi Aeronautika (Aeronautical Information Publication (AIP)) Indonesia secara elektronik; d. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 182 TAHUN 2017 TENTANG

NOMOR: PM 17 TAHUN 2014

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 173 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERHUBUNGAN UDARA NOMOR KP 112 TAHUN 2017 TENTANG

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tam

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 153 TAHUN 2017 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 017 TAHUN 2018 TENTANG TIM PELAKSANA TINDAK LANJUT UMPAN BALIK PENGGUNA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. NOMOR : KP. 56 Tahun 2014 TENTANG ORGANISASI SLOT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG

SKEP /40/ III / 2010

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 82 TAHUN 2015 TENTANG

2 Menetapkan : 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana diubah terakhir dengan Peratura

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

mengenai kewenangan Inspektur Navigasi Penerbangan dalam melaksanakan pengawasan; bahwa dalam melaksanaan pengawasan sebagaimana

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai angkutan udara perintis. Penyelenggaraan Angkutan Udara Perintis;

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 596 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 39 / III / 2010 TENTANG

2015, No Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahu

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport

Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 18 Peraturan Merited Perhubungan

NOMOR : KP 261 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR KP 104 TAHUN 2017 TENTANG

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengamatan dan Pen

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Bab IV huruf A angka 2 huruf a dan b

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Keselamatan Pekerjaan Bandar Udara

PERATURAN MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 44 TAHUN 2015 TENTANG

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Menimbang : a. bahwa Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara

Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

2 Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA. Pelayanan Informasi. Aerodrome Forecast.

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Bab IV huruf A angka 2 huruf a dan b

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

2016, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 593 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 85 Tahun 2016 TENTANG

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fung

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :.KP TAHUN TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 42 / III / 2010 TENTANG

menyatakan kegiatan Volcanic Ash Exercise (VOLPHIN 17/01)

MEETING OF THE ASIA/PASIFIC ATS INTER-FACILITY DATA-LINK. Menimbang : a. bahwa Indonesia sebagai salah satu Negara anggota

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 503 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN DAN PENGAWASAN PEMENUHAN

Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Direktur Jenderal

Transkripsi:

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 001 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN KEWASPADAAN DALAM MENGHADAPI MUSIM HUJAN DAN KONDISI VISIBILITY BELOW MINIMA DI BANDAR UDARA SERTA PENANGANAN DAMPAK SEBARAN ABU VULKANIK TERHADAP OPERASI PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan keselamatan penerbangan guna menghadapi musim hujan, kondisi visibility below minima dan tanda-tanda sebaran abu vulkanik, dipandang perlu melakukan langkah-langkah peningkatan kewaspadaan terhadap gangguan (hazard); b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu dikeluarkan Instruksi Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang Peningkatan Kewaspadaan Dalam Menghadapi Musim Hujan Dan Kondisi Visibility Below Minima Di Bandar Udara Serta Penanganan Dampak Sebaran Abu Vulkanik Terhadap Operasi Penerbangan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 176); 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5);

4. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 57 Tahun 2011 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 171 (Civil Aviation Safety Regulation Part 171) tentang Penyelenggara Pelayanan Telekomunikasi Penerbangan (Aeronautical Telecommunication Service Provider) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 38 Tahun 2014; 6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil 170 (Civil Aviation Safety Regulation Part 170) tentang Peraturan Penerbangan Lalu Lintas Penerbangan (Air Traffic Rules); 7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 41 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata kerja Kantor Otoritas Bandar Udara; 8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 9 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil bagian 174 (Civil Aviation Safety Regulation Part 174) tentang Pelayanan Informasi Meteorologi Penerbangan (Aeronautical Meteorological Information Service) sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 108 Tahun 2016; 9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome); 10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 94 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 91 tentang Pengoperasian Pesawat Udara (General Operation and Flight Rules; 11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 86 Tahun 2016;

12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 22 Tahun 2015 tentang Peningkatan Fungsi Pengendalian dan Pengawasan oleh Kantor otoritas Bandar Udara; 13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 Tahun 2016 tentang Tatanan Navigasi Penerbangan Nasional; 14. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 39 tahun 2015 tentang Standar Teknis Dan Operasi Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil - Bagian 139 (Manual Of Standard CASR - Part 139) Volume I Bandar Udara (Aerodromes); MENGINSTRUKSIKAN : Kepada 1. Penyelenggara Bandar Udara; 2. Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan; 3. Pimpinan Badan Usaha Angkutan Udara; 4. Pimpinan Unit Pelayanan Informasi Meteorologi Penerbangan; dan 5. Pimpinan unit Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Untuk PERTAMA Dalam rangka meningkatkan keselamatan penerbangan guna menghadapi musim hujan, kondisi visibility below minima dan tanda-tanda sebaran abu vulkanik, dipandang perlu melakukan kewaspadaan terhadap gangguan (hazard) yang ditimbulkan berupa : a. terjadinya perubahan arah dan kecepatan permukaan angin secara cepat; b. genangan air (waterpounding) di permukaan runway; c. berkurangnya kekesatan runway (runwayfriction); d. kondisi visibility below minima; e. asap akibat bencana kebakaran; f. sebaran abu vulkanik (volcanic ash).

KEDUA : Pelaksanaan peningkatan keselamatan penerbangan sebagaimana dimaksud dalam DIKTUM PERTAMA, melakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Penyelenggara Bandar Udara : 1. Segera melaporkan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara bila terjadi gangguan cuaca berupa kondisi low visibility yang berdampak pada penundaan penerbangan (delayed flight), pembatalan penerbangan (cancelled flight) dan perubahan tujuan (diverted); 2. Senantiasa mematuhi peraturan dibidang keselamatan penerbangan dan melaksanakan Standard Operating Procedures (SOP) sesuai dengan bidang pelayanan yang diberikan secara konsisten; 3. Melakukan pemeriksaan kondisi runway, taxiway, apron dan drainase terkait adanya genangan air, rubber deposit, serta meningkatkan inspeksi diluar jadwal yang sudah ada jika diperlukan; 4. Menginformasikan keberadaan air di permukaan runway kepada personel pemandu lalu lintas penerbangan untuk disampaikan kepada pilot sebagai bahan pertimbangan braking action (good, medium, poor) pada saat pendaratan, dengan terminologi sebagai berikut : a) DAMP (perubahan warna permukaan yang karena kelembaban); b) WET (permukaan basah tetapi tidak ada STANDING WATER); dan c) STANDING WATER (untuk operasional pesawat udara, lebih dari 25 persen dari luas permukaan runway (baik di area yang terisolasi atau tidak) tertutup oleh air dengan kedalaman lebih dari 3 mm).

5. Segera menginformasikan kepada personel pemandu lalu lintas penerbangan terkait adanya standing water di permukaan runway, sebelum pesawat udara melakukan pendaratan; 6. Menyampaikan informasi melalui Notice to Airmen (NOTAM) jika hasil pengukuran kekesatan runway (runwayfriction) tidak memenuhi ketentuan; 7. Melakukan penutupan dan penghentian operasi bandar udara bila terjadi kondisi standing water di permukaan runway. b. Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan : 1. harus segera menyampaikan informasi kepada pilot apabila terjadi perubahan cuaca yang signifikan, khususnya bila saat kondisi low visibility sesuai informasi dari unit pelayanan informasi meteorologi penerbangan. 2. harus segera menyampaikan informasi keberadaan air di permukaan runway kepada pilot sebagai bahan pertimbangan braking action (good, medium, poor) pada saat pendaratan sesuai informasi dari penyelenggara bandar udara. c. Pimpinan Badan Usaha Angkutan Udara : harus selalu memperhatikan dan mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan pada saat melakukan lepas landas dan mendarat apabila kondisi visibility below minima. d. Pimpinan Unit Pelayanan Informasi Meteorologi Penerbangan agar segera menyampaikan hasil laporan pengamatan cuaca kepada penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan untuk disampaikan kepada pilot sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan operasi penerbangan. KETIGA : kepada BMKG, PVMBG, penyelenggara bandar udara, penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan dan badan usaha angkutan udara untuk mengantisipasi dampak sebaran abu vulkanik terhadap operasi penerbangan

sebagai akibat dari aktivitas gunung berapi dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, meliputi : a. Pimpinan unit Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi Kementerian ESDM agar: 1. Melakukan pengamatan terhadap aktivitas pra letusan gunung berapi yang berpengaruh dan letusan gunung berapi; dan 2. Menyampaikan informasi dalam bentuk Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) kepada Meteorological Watch Office (BMKG), Volcanic Ash Advisory Centre, Unit Air Traffic Services terdampak dan instansi terkait lainnya apabila diperlukan melalui media surat elektronik. b. Meteorological Watch Office (BMKG) agar : 1. Melakukan pengamatan kondisi cuaca terus menerus yang mempengaruhi operasi penerbangan dalam wilayah tanggung jawabnya; 2. Menyiapkan Significant Meteorological Information dan informasi terkait lainnya dalam wilayah tanggung jawabnya; 3. Memberikan informasi Significant Meteorological Information dan informasi lain kepada unit Air Traffic Services; 4. Menyebarkan informasi Significant Meteorological Information; 5. Memberikan informasi mengenai aktivitas pra letusan gunung berapi, letusan gunung berapi dan awan abu gunung berapi pada saat Significant Meteorological Information belum diterbitkan, kepada unit - unit dibawah ini: a) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Direktorat Navigasi Penerbangan dan Kantor Otoritas Bandar udara Setempat); b) Unit Area Control Centre; c) Unit Approach Control terkait;

d) Unit Kartografi terkait; e) Unit Air Traffic Flow Management terkait; f) NOTAM Office; g) Volcanic Ash Advisory Centre yang berwenang; h) Penyelenggara bandar udara terkait; dan i) Badan usaha angkutan udara. 6. Memberikan informasi adanya pelepasan bahan radio aktif ke atmosfer yang memuat informasi berisi lokasi, tanggal dan waktu terjadinya pelepasan material radioaktif dan prakiraan sebaran material radioaktif di wilayahnya atau wilayah yang berbatasan kepada unit area control centre/flight information centre terkait, berdasarkan perjanjian kerjasama antara unit pelayanan informasi meteorologi dan unit air traffic services, serta kepada unit aeronautical information services. c. Penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan agar: 1) Air Traffic Services Unit Terkait (Unit Area Control Centre): a) Melakukan pengamatan pada ruang udara terdampak (airspace observation) berdasarkan air report dan visual report; dan b) Menyampaikan air report kepada stasiun meteorologi/ unit pelayanan informasi meteorologi di aerodrome. 2) Unit flow control (Unit Air traffic Flow Management) melakukan kajian Air Traffic Flow Management sebagai dampak sebaran abu vulkanik pada ruang udara berkoordinasi dengan Unit Area Control Centre, badan usaha bandar udara dan badan usaha angkutan udara;

3) NOTAM Office agar: a) Menginformasikan kondisi ruang udara terdampak volcanic ash dan disampaikan melalui publikasi NOTAM dan/atau Ash Notice to Airmen (ASHTAM); b) Harus segera menerbitkan NOTAM sesuai dengan arahan Dirjen Hubud/Menteri; dan c) Membuat peta prakiraan ruang udara terdampak abu vulkanik berdasarkan informasi awal dari Volcanic Ash Advisory Centre Darwin dan stasiun meteorology/unit Pelayanan Informasi meteorologi Penerbangan/ Meteorological Watch Office setempat (sehingga pesawat dapat menghindari atau reroute dari ruang udara terdampak volcanic ash). 4) Unit Kartografi membuat alternate air traffic services route (contingency) melalui koordinasi dengan unit area control centre dan menginformasiannya kepada user melalui NOTAM setelah menerima informasi aktivitas gunung api dari Meteorological Watch Office dan peta prakiraan ruang udara terdampak abu vulkanik yang disampaikan oleh NOTAM Office. d. Penyelenggara Bandar Udara agar : 1) Melakukan pengamatan lapangan (visual report) dengan menggunakan perangkat paper test; dan 2) Menginfromasikan hasil visual report kepada pihak terkait. e. Badan usaha angkutan udara agar: 1) Membuat safety risk assessment di jalur penerbangan dimana terdeteksi abu vulkanik; 2) Membuat kajian/standard operating procedure saat penerbangan di malam hari apabila terindikasi melalui jalur/wilayah kontaminasi; dan

3) Melakukan inspeksi pada pesawat udara dan pelaporan Air Report. f. Direktur Navigasi Penerbangan: 1) Melakukan kajian /telaahan atas data - data dukung berupa aerodrome observation dan airspace observation; 2) Memberikan usulan rekomendasi keputusan terhadap dampak abu vulkanik dan aerodrome pada ruang udara kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara berdasarkan hasil kajian; 3) Menginstruksikan NOTAM Office untuk menerbitkan NOTAM sesuai keputusan Direktur Jenderal; dan 4) Menyampaikan dan mengkoordinasikan hasil keputusan tersebut kepada stakeholder terkait. KEEMPAT Melaporkan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara cq. para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara di wilayah masing - masing atas setiap kondisi bandar udara yang dapat membahayakan keselamatan operasi penerbangan. KELIMA Kepada para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara agar senantiasa melaksanakan pengawasan terhadap tingkat keselamatan operasi penerbangan di bandar udara sesuai peraturan dan ketentuan. KEENAM Hal-hal yang belum diatur dalam Instruksi ini akan diatur lebih lanjut sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

KETUJUH : Instruksi ini mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan. Dikeluarkan di Jakarta Pada tanggal 01 Maret 2017 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd Dr. Ir. AGUS SANTOSO, M.Sc. Salinan Instruksi ini disampaikan kepada : 1. Menteri Perhubungan; 2. Menteri Badan Usaha Milik Negara; 3. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral; 4. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan; 5. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; 6. Para Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara; 7. Pimpinan unit penyelenggara pelayanan informasi meterologi penerbangan, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika; 8. Pimpinan unit Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kementerian ESDM; 9. Para Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara; 10. Direktur Utama PT. Angkasa Pura I (Persero); 11. Direktur Utama PT. Angkasa Pura II (Persero); 12. Direktur Utama Perum LPPNPI; dan 13. Pimpinan Badan Usaha Angkutan Udara. Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM, Pembina / (IV/a) 19680704 199503 2 001