BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

Eva Marvia, Nia Firdianty, IGA Mirah Adhi Staf Pengajar STIKES Mataram ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I. gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. 1

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan lunak untuk. memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut menua aging

BAB I PENDAHULUAN. tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sesungguhnya maupun potensi kerusakan jaringan. Setiap orang pasti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. (21,8%) diantaranya persalinan dengan Sectio Caesarea (Hutapea, H, 1976).

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN diperkirakan lansia menjapai 11,4% dari total jumlah penduduk atau

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

Nora Haryani, Gambaran Pengetahua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. osteoartritis sering mengalami nyeri sendi dan keterbatasan gerak. Tidak seperti

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. menyangga tubuh. Bisa dibayangkan apabila tidak jeli untuk menjaga kesehatan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. (Kushariyadi, 2011). Indonesia menempati urutan ke-4 besar negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Association for Study of Pain (IASP) dalam Potter & Perry

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

STIMULASI KUTANEUS SLOW-STROKE BACK MASSAGE

BAB I PENDAHULUAN. lansia di Indonesia dalam kurun waktu tahun , tergolong tercepat di

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang belum terselesaikan. Disisi lain juga telah terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dengan prioritas utama pada upaya peningkatan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia

FASE A YANG YANG DIBERI SURAKARTA HERMAWATI. S1 Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), Angka Kematian. jiwa setiap tahun (Ayude, 2009). Tingginya AKI di Indonesia yaitu

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB l PENDAHULUAN. yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya

PENGARUH TERAPI BACK MASSAGE TERHADAP INTENSITAS NYERI REUMATIK PADA LANSIA DI WILAYAH PUSKEMAS PEMBANTU KARANG ASEM

SKRIPSI SULASTRI J

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

2 Nyeri persalinan dapat menimbulkan stres yang menyebabkan pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid, hormon ini dapat menyeba

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB I PENDAHULUAN. kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini. meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan salah satu penyakit berbahaya yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah penduduk usia lanjut secara dramatis pada abad 21 nanti. Berdasarkan data proyeksi penduduk tahun 1990-2025 dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah penduduk usia lanjut mencapai 7,29 % (sekitar 15,2 juta jiwa) dari total jumlah penduduk Indonesia. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlahnya bertambah menjadi 11,34% (Darmojo, 2006). Peningkatan jumlah lansia yang tinggi tersebut berpotensi menimbulkan berbagai macam permasalahan baik dari aspek sosial, ekonomi, budaya, maupun kesehatan (Nugroho, 2002). Masalah-masalah kesehatan akibat penuaan terjadi pada berbagai sistem tubuh, salah satunya adalah penyakit rematik. Reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. (Chairuddin, 2006) Penelitian dari Mayo Clinic yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan antara tahun 1995 dan 2005, penderita wanita mencapai 54 dari 100 ribu orang dan pria hanya 29 dari 100 ribu orang. Sementara itu di Indonesia, berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY et al pada tahun 2008 lalu, prevalensi nyeri rematik mencapai 23,6% hingga 31,3%. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia maka jumlah penderita penyakit rematik secara otomatis akan meningkat pula. 1

2 Propinsi Jawa Tengah sebagai salah satu propinsi besar dengan jumlah penduduk lanjut usia jauh diatas jumlah lansia nasional yang hanya 7,6 % pada tahun 2000, usia harapan hidup mencapai 64,9 tahun. Secara kuantitatif kedua parameter tersebut lebih tinggi dari ukuran nasional. Namun kondisi tersebut berdampak pada berbagai persoalan yang akan dihadapi seperti masalah sandang, pangan, papan, kesehatan, ekomoni dan lainnya (Depkes, 2005). Dari studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan komnas lansia di 10 provinsi tahun 2006, diketahui bahwa penyakit terbanyak yanh diderita adalah penyakit sendi (52,3%), hipertensi (38,8%), anemia (30,7%), dan katarak (23%). Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia (Roehadi, 2008). Untuk itu diharapkan para lansia sekarang mampu mengenali dan mengelola dengan baik masalah kesehatannya yang bertujuan untuk mengurangi kecacatan atau penurunan kualitas hidup yang disebabkan oleh rematik. Adanya nyeri membuat penderita seringkali takut untuk bergerak sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan dapat menurunkan produktivitasnya. Disamping itu, dengan mengalami nyeri, sudah cukup membuat pasien frustasi dalam menjalani hidupnya sehari-hari sehingga dapat menggaggu kenyamanan pasien. Karenanya, terapi utama yang diarahkan adalah untuk menangani nyeri ini (Potter & Perry, 2005). Tujuan manajemen therapeutic mencakup manajemen nyeri, perawatan fungsi sendi dan meminimalkan kerusakan sendi. Tujuan utamanya adalah

3 untuk mengurangi peradangan sebelum sendi tersebut secara permanen rusak. Perawatan tersebut mencakup penggunaan penyangga atau alat pembantu untuk membatasi penggunaan sendi. Terapi dingin dengan menggunakan kantong es atau terapi panas dengan menggunakan kompres hangat, ultrasound, perubahan posisi, tehnik relaksasi, Transcutaneous Electric Nerve Stimulation (TENS) dan Range Of Motion (ROM) merupakan terapi non farmakologi yang dapat menurunkan nyeri Reeves, 2001). Hasil penelitian pada pasien rematik menunjukkan pentingnya sistem nyeri medial (yang memproses aspek emosional dari nyeri seperti ketakutan dan stres), dibandingkan sistem lateral yang memproses sensasi fisik seperti intensitas, durasi, dan lokasi nyeri, selama episode nyeri. Selain itu disarankan bahwa manajemen sistem nyeri medial sebaiknya dijadikan target baru baik untuk intervensi farmakologi maupun non farmakologi. Stimulasi kutaneus, distraksi, relaksasi, imajinasi terbimbing dan hipnosis adalah contoh intervensi non farmakologis yang sering digunakan dalam keperawatan untuk mengelola nyeri. Pada rematik, umumnya pengelolaan nyeri dilakukan dengan stimulasi kutaneus: terapi panas/dingin, latihan/aktifitas fisik dan distraksi (Koopman, 2007). Sementara itu, beberapa modalitas fisik lain seperti masase, terapi yoga, akupresure, akupuntur, dan terapi spa masih belum terbukti nilainya. Massage dan sentuhan, merupakan tehnik integrasi sensori yang mempengaruhi aktifitas sistem saraf otonom. Apabila individu mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus untuk relaks, kemudian akan

4 muncul respon relaksasi. Relaksasi sangat penting dalam membantu klien untuk meningkatkan kenyamanan dan membebaskan diri dari ketakutan serta stres akibat penyakit yang dialami dan nyeri yang tak berkesudahan (Potter & Perry, 2005). Back Massage adalah salah satu tehnik memberikan tindakan masase pada punggung dengan usapan secara perlahan (Kenworthy et al, 2002). Usapan dengan lotion/balsem memberikan sensasi hangat dengan mengakibatkan dilatasi pada pembuluh darah lokal. Vasodilatasi pembuluh darah akan meningkatkan peredaran darah pada area yang diusap sehingga aktivitas sel meningkat dan akan mengurangi rasa sakit serta menunjang proses penyembuhan luka (Kusyati, 2006). Sensasi hangat juga dapat meningkatkan rasa nyaman. Nilai terapeutik yang lain dari masase punggung termasuk mengurangi ketegangan otot dan meningkatkan relaksasi fisik dan psikologis (Kusyati, 2006). Beberapa penelitian juga telah mengidentifikasi manfaat dari back massage ini. Salah satunya adalah penurunan secara bermakna pada intensitas nyeri dan kecemasan serta perubahan positif pada denyut jantung dan tekanan darah, yang mengindikasikan relaksasi pada pasien lansia dengan stroke. Penelitian akan dilakukan di Puskesmas Pembantu (Puskesmas Pembantu ) di Desa Karang Asem Puskesmas Pajang Surakarta yang terletak di Kecamatan Laweyan Surakarta. Puskesmas Pajang sendiri memiliki tiga Puskesmas Pembantu, yaitu : 1. Puskesmas Pembantu Laweyan, 2. Puskesmas Pembantu Kapu Logo dan 3. Puskesmas Pembantu Karang Asem.

5 Sedangkan Puskesmas Pembantu Karang Asem memiliki 5 posyandu lansia dan 4 posyandu balita, nama posyandu lansia di Puskesmas Pembantu Karang Asem yaitu Melati yang masing-masing terletak di RW 2, RW 3, RW 4, RW 5, dan RW 8. Berdasarkan informasi dari petugas Puskesmas Pajang Surakarta bahwa di wilayah kerja Puskesmas Pajang Surakarta, lanjut usia yang paling banyak menderita penyakit reumatik terdapat di Puskesmas Pembantu Karang Asem, sedangkan prevalensi atau jumlah penderita rematik di Puskesmas Pembantu Karang Asem selama bulan Januari-Maret 2012 sebanyak 40 penderita. Untuk studi pendahuluannya sendiri peneliti melakukan wawancara terhadap 3 lanjut usia yang menderita rematik, wawancara diperoleh keterangan bahwa lanjut usia sering mengalami kaki dan pinggang pegalpegal, nyeri sendi dan otot, saat sehabis melakukan aktivitas berat atau saat pagi habis bangun tidur. Semua lanjut usia penderita reumatik menyatkan apabila penyakitnya kambuh lanjut usia hanya minum analgesik. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti memilih tempat tersebut karena tindakan terapi Back Massage bisa dilakukan dirumah dengan bantuan orang lain (keluarga). Disamping itu juga terdapat kasus sesuai dengan kriteria penelitian dan di tempat tersebut belum pernah dilakukan penelitian yang sama. B. Rumusan Masalah Nyeri merupakan kondisi yang sangat mengganggu kenyamanan dan aktifitas penderita reumatik. Berbagai intervensi dapat dilakukan untuk menangani nyeri ini, salah satunya adalah dengan terapi back massage. Dari

6 uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah apakah ada pengaruh terapi back massage dalam menurunkan intensitas nyeri reumatik pada lansia di wilayah Puskesmas Pembantu Karang Asem? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh terapi back massage terhadap intensitas nyeri reumatik pada lansia di wilayah Puskesmas Pembantu Karang Asem. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi intensitas nyeri reumatik sebelum pemberian terapi back massage pada lansia di wilayah Puskesmas Pembantu Karang Asem. b. Mengidentifikasi intensitas nyeri reumatik setelah pemberian terapi back massage pada lansia di wilayah Puskesmas Pembantu Karang Asem. c. Menganalisa pengaruh pemberian terapi back massage terhadap penurunan intensitas nyeri reumatik pada lansia di wilayah Puskesmas Pembantu Karang Asem. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Mendapatkan informasi/pengetahuan berdasarkan kebenaran ilmiah tentang pengaruh terapi back massage terhadap intensitas nyeri reumatik pada lansia.

7 b. Sebagai wacana untuk pengembangan penelitian lebih lanjut di bidang keperawatan khususnya pemberian terapi back massage terhadap intensitas nyeri. 2. Manfaat bagi profesi keperawatan a. Sebagai dasar pertimbangan melakukan intervensi keperawatan dalam manajemen nyeri reumatik pada lansia. b. Sebagai dasar dalam menetapkan protap penatalaksanaan nyeri pada lansia dengan reumatik. c. Sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. 3. Manfaat bagi peneliti Untuk mengetahui pengaruh terapi back massage terhadap intensitas nyeri rematik pada lansia di wilayah Puskesmas Pajang. E. Keaslian Penelitian 1. Soetomo (1984) tentang: hubungan antara tehnik nafas dalam pada lansia terhadap penurunan intensitas nyeri osteoarthritis di Panti Wredha Lampung. Dampak ini terlihat adanya perubahan fisiologi yang ditunjukkan dengan otot-otot menjadi rileks dan pasien menjadi lebih tenang dan nyaman. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non experiental dengan rancangan diskriptif korelatif dan menggunakan rancangan cross sectional dilakukan terhadap 17 pasien di ruang rawat inap RSUD Abdul Moeluk Bandar Lampung, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tehnik nafas dalam

8 terhadap penurunan tingkat nyeri. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel dan cara pengambilan data. 2. Priyanto (1992) tentang: pengaruh stimulasi slow-stroke massage terhadap penurunan tekanan darah pada pasien stroke di RSUD Kariadi Semarang. Hasil dari penelitian adalah terjadi penurunan tekanan darah setelah diberikan terapi. Pengumpulan data pada penelitian ini adalah secara eksperimen pre-test post test dengan responden sebanyak 34, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh stimulasi kutaneus terhadap penurunan tekanan darah pada pasian stroke. Adapun perbedaanya adalah priyanto meneliti pada tingkat penurunan tekanan darah. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Rusli (2001) dengan judul Pengaruh Pelaksanaan Senam Lansia Terhadap Penurunan Tingkat nyeri Pada lansia di RW 11 Kelurahan Kibang Surabaya. Metode penelitian ini menggunakan pre-eksperimental dengan bentuk rancangan one group pretest-postest. Sampel ini adalah 30 responden (lansia). Data dikumpulkan dengan mengisi kuesioner (HARS). Pengolahan data dengan uji paired sample t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara pelaksanaan senam lansia terhadap penurunan tingkat nyeri pada lansia, dimana sebelum dilakukan senamlansia, 19 orang mengalami nyeri sedanng atau 63 %, setelah dilakukan senam lansia maka 12 orang mengalami nyeri sedang dan 7 orang tidak mengalami nyeri.

9 Adapun perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah cara pengolahan data dan variabel. 4. Sri Adhyati (2011) dari Universitas Sumatera Utara dengan judul pengaruh stimulasi slow stroke back massage terhadap intensitas nyeri pada penderita low back pain dengan desain penelitian quasi eksperimen dengan pendekatan pre test-post test dan hasil menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah intervensi. Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh stimulasi kutaneus : slow stroke back massage terhadap penurunan nyeri pada responden lanjut usia penderita low back pain dimana telah sesuai dengan rancangan penelitian yaitu (O1) pengukuran tingkat nyeri sebelum dilakukan pemberian terapi, kemudian diberi terapi dan menjadi (O2). Hasil dari pemberian terapi (O2) terjadi penurunan nyeri. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah variabel, tempat dan subyek penelitian.