LAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

dokumen-dokumen yang mirip
Manifestasi Infeksi HIV-AIDS Di Mulut. goeno subagyo

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HEMANGIOMA KAVERNOSA PADA BIBIR DAN MUKOSA BUKAL PASIEN BERUSIA 40 TAHUN (LAPORAN KASUS)

ABSTRAK. Kata kunci : karsinoma sel skuamosa, rongga mulut, prevalensi.

bahan yang diperoleh adalah tetap dalam isopropil alkohol dan udara kering menengah diikuti oleh budidaya pada Sabouraud agar.

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

BAB I PENDAHULUAN. trisomi kromosom 21. Anak dengan Down Syndrome memiliki gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh yang penting. Rongga mulut mencerminkan kesehatan tubuh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

PROFIL KESEHATAN GIGI DAN MULUT MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN BERDASARKAN STANDAR PENILAIAN DARI WORLD HEALTH ORGANIZATION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

PENDAHULUAN DEFINISI ETIOLOGI / PENYEBAB

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

Pengelolaan Pasien Dengan Angular cheilitis

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

Pada anak anak yang menggunakan dot, menghisap ibu jari atau yang menggunakan dot mainan, keadaan semua ini juga bisa menimbulkan angular cheilitis.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

BAB I PENDAHULUAN. jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan aset berharga, tidak hanya bagi individu tetapi juga

dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.

BAB 6 PEMBAHASAN. pneumonia yang terjadi pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik setelah 48

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

Lampiran I LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REINFORECEMENT BLOK 11 Pemicu 2. DR.Harum Sasanti, drg, SpPM KaDep. Ilmu Penyakit Mulut FKGUI

BUKU PANDUAN PROGRAM PROFESI DOKTER GIGI ILMU PENYAKIT MULUT

BAB I PENDAHULUAN. Vaginal Candidiasis merupakan infeksi pada vagina dikarenakan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak sekali khasiat sebagai obat tradisional, dan belum banyak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Keberhasilan Terapi Tingtura Podofilin 25% Pada Pasien AIDS Dengan. Giant Condyloma Acuminatum

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik usia muda maupun tua (Akphan dan Morgan, 2002). Kandidiasis oral

BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis,

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan

Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi

BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

KARTU PENCATATAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. stomatitis apthosa, infeksi virus, seperti herpes simpleks, variola (small pox),

perlunya dilakukan : Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gingiva dan Periodontal baik di klinik/tempat praktek maupun di masyarakat.

Tahap-tahap penegakan diagnosis :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibuler, otot mastikasi,

BAB I PENDAHULUAN. tipe Herpes Virus yang telah teridentifikasi. Human Herpes Virus antara lain

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

KANDIDIASIS ORAL PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU AKIBAT PEMAKAIAN OBAT ANTIBIOTIK DAN STEROID (LAPORAN KASUS)

BAB 1 PENDAHULUAN. anatomi dan hormonal. Efek perubahan hormonal akan mempengaruhi hampir semua

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Postherpetic Neuralgia Setelah Menderita Herpes Zoster Oris (Laporan Kasus)

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Invasive Aspergillus Stomatitis in Patients with Acute Leukemia: Report of 12 Cases

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang banyak ditumbuhi. berbagai jenis tanaman herbal. Potensi obat herbal atau

BAB I PENDAHULUAN. Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang. berasal dari selubung meninges pada otak dan korda

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 7 PEDODONSIA PERSISTENSI GIGI SULUNG. Disusun Oleh : Kelompok Tutorial 1. Pembimbing: drg. Dyah Setyorini, M.

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan orthodonti cekat pada periode gigi bercampur bertujuan untuk

PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN HIPERTENSI, DIABETES MELLITUS DAN POST STROKE. Oleh : Rozario N. Ramandey

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan

Penatalaksanaan Ulser Kronis pada Kedua Lateral Lidah. Laporan Kasus. Dosen dan Mahasiswa FKG UHT, Jl Arif Rahman Hakim 150, Surabaya 60111

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari seperti makan, minum, bicara dan bersosialisasi. Kesehatan secara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit. keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sakit Gigi Akibatkan Penyakit Jantung dan Stroke

SATUAN ACARA PENYULUHAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN. di R. 26s. STOKE UNIT RSUD Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan mulut diderita 90% dari penduduk Indonesia. Berdasarkan Survey Kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

LAPORAN PRAKTIKUM Oral Infection by Staphylococcus Aureus in Patients Affected by White Sponge Nevus: A Description of Two Cases Occurred in the Same Family Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J 52010 0019 Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

White Sponge Nevus White sponge nevus (WSN) adalah kelainan yang bersifat autosom dominan yang jarang dengan tingkat penetrasi yang tinggi, lesi ini mungkin ada pada saat kelahiran atau baru mulai bermanifestasi atau menjadi lebih kuat saat pubertas. White sponge nevus adalah kelainan yg relatif tidak umum, yang biasanya dijumpai pada waktu lahir atau pada anak kecil, tetapi menetap seumur hidup. Ditandai oleh lesi-lesi mukosa yang tanpa gejala, putih berkerut dan seperti busa. Sering kali lesinya memperlihatkan pola gelombang yang simetris. Lokasi yang paling umum adalah di mukosa pipi, bilateral, dan selanjutnya dimukosa bibir, linger alveolar dan dasar mulut. Keadaan ini dapat mengenai seluruh mukosa mulut atau didistribusikan secara unilateral sebagai bercak-bercak putih tertentu. Tepi gusi dan dorsal lidah hamper tidak pernah terkena, meskipun palatum lunak dan ventral lidah umum terlibat. Ukuran lesinya bervariasi dari satu pasien ke pasien lain dan dari waktu ke waktu. White sponge nevus tidak menunjukkan predileksi ras dan jenis kelamin, tetapi karena pola transmisi dominan autosomal dari keadaan ini, maka banyak anggota keluarga dapat menderita kelainan tersebut. Daerah-daerah mukosa ekstraoral yang dapat terlibat adalah rongga hidung, esophagus, larings, vagina dan rectum. Lesi-lesi kulit yang timbul bersamanya bias memastikan diagnosisnya. Penyebabnya dihubungkan dengan cacat pada kematangan epitel dan eksfoliasi. Secara klinis, oral white sponge nevus asimtomatik atau tidak terasa sakit, bilateral, putih, lembut dan kenyal. Permukaan bagian yang terkena akan tampak tebal, terlipat dan mungkin dapat mengelupas dari jaringan dibawahnya. Lesi juga tidak menunjukkan gejala dan kasar untuk dipalpasi. Kondisi ini kemungkinan menyerang seluruh permukaan mukosa oral yang terkena dengan menyisakan sedikit mukosa normal yang terlihat, mukosa bukal adalah bagian yang paling sering terkena hal ini walaupun lesi juga dapat mengenai lidah, dasar mulut, palatum, mukosa labial, dan bahkan gingival, lesi biasanya bilateral. Ukuran lesi sangat bervariasi, berbeda antara satu pasien dengan pasien yang lainnya. Adanya kecenderungan bahwa permukaan keratin sering dapat dihapus dengan kasa kering, menyebabkan terjadinya keadaan yang sering didiagnosa sebagai kandidiasis oral dan bahkan dirawat dengan obat antijamur, tetapi hanya lesi yang lembek yang dapat disebut white sponge nevus. Gambaran histopatologis anatomi, lapisan stratified squamous epithelium parakeratinisasi dan akantosis. Lapisan sel prickle mengandung sejumlah besar sel vakuola yang tampak seperti tercuci dan jaringan ikat biasanya bebas dari infiltrasi sel peradangan. Permukaan epithelium biasanya ditutupi oleh mikroorganisme.

KASUS Seorang pria itali berumur 38 tahun datang ke bagian pemerintah Oral Hygiene dan Periodontology di klinik Calabrodental pada bulan April 2011 untuk melakukan evaluasi plak putih bilateral yang berkembang pada mukosa bukal dan gingivanya. Plak putih tersebut sudah ada sejak ia berumur 13 tahun. Kondisi klinis ini sudah diselidiki oleh dokter lain dan menyimpulkan diagnosis sebagai white sponge nevus, patologi lain yang berhubungan dengan aspek klinis pasien tersebut. plak ini biasanya tanpa gejala, namun, 2 bulan terakhir pasien mengeluhkan rasa sensasi terbakar yang ia rasakan sepanjang hari. Jadi dia datang ke klinik tersebut dalam rangka mengurangi keluhannya. Setelah dilakukan investigasi lebih lanjut, pasien diberi buffer oral untuk menanggulanggi kemungkinan adanya infeksi jamur atau bakteri. Hasilnya menunjukkan positif terdapat staphylococcus aureus yang rentan terhadap methicillin. Hasil analisa ini tidak menunjukkan adanya candida albican atau infeksi jamur lain, sehingga rasa sakit yang dirasakan kemungkinan disebabkan oleh oral hygiene yang buruk dan adanya bakteri staphylococcus aureus. Jadi pada pasien dilakukan pembersihan faktor lokal untuk mengurangi infeksi dalam rongga mulutnya. Pada hari berikutnya, pasien diberikan obat kumur klorheksidin diglukonat 0,2% dengan pemakaian 2 kali sehari. Lalu kemudian dilakukan follow up 7 hari kemudian, pasien melaporkan bahwa rasa sakitnya telah hilang. Lalu peneliti ingin mengecek keadaan anak dari pasien tersebut, pada pasien kecil menunjukkan memiliki kondisi klinis intraoral yang sangat mirip dengan ayahnya, apalagi pasien ini memiliki angular cheilitis. Kemudian sampel air liur pasien ini dikirimkan ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan mikrobiologi oral, hasilnya menunjukkan positif adanya bakteri staphylococcus aureus dan tidak ditemukan adanya infeksi jamur. Jenis obat yang sama diberikan pada pasien muda tersebut, yaitu obat kumur klorheksidin diglukonat 0,12% 2 kali sehari untuk mengurangi bakteri dan mencegah kambuhnya angular cheilitis.

Pemeriksaan Subjektif CC : Seorang pasien datang untuk melakukan evaluasi plak putih bilateral yang berkembang pada mukosa bukal dan gingivanya yang mulai terasa sakit PI : Plak putih tersebut sudah ada sejak ia berumur 13 tahun dan tidak pernah terasa sakit, tetapi 2 bulan terakhir pasien mengeluhkan rasa sensasi terbakar yang ia rasakan sepanjang hari PDH : Pasien pernah melakukan pemeriksaan sebelumnya, dan kondisi pasien didiagnosa sebagai white sponge nevus PMH : Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik FH : Anak pasien memiliki kondisi rongga mulut yang sama terhadap pasien Pemeriksaan Objektif Ekstraoral Kepala : Dalam batas normal Pipi : Dalam batas normal Bibir : Dalam batas normal TMJ : Dalam batas normal Limfonodi : Normal Intraoral Mukosa dan Gingiva : plak putih bilateral yang berkembang pada mukosa bukal dan gingivanya,, putih, lembut dan kenyal. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan histopatologis Lapisan stratified squamous epithelium parakeratinisasi dan akantosis, jaringan ikatnya biasanya bebas dari infiltrasi sel peradangan, permukaan epithelium biasanya ditutupi oleh mikroorganisme. Mikrobiologi Oral Hasilnya menunjukkan positif terdapat staphylococcus dan tidak menunjukkan adanya candida albican atau infeksi jamur lain. Diferensial Diagnosis Cheek Bitting Candidiasis

Diagnosis White Sponge Nevus Rencana Perawatan Dalam sebagian besar kasus, WSN tidak memerlukan pengobatan karena termasuk jinak dan tidak memiliki gejala. Walaupun begitu, beberapa kasus penderita WSN merasakan gejala rasa sakit. Treatment antibiotik menggunakan penisilin, ampicillin, dan tetrasiklin bisa dikatakan berhasil untuk mengurangi lesi ini. Beberapa peneliti juga menganjurkan penggunaan obat kumur tetrasiklin. Dari kasus yang diteliti ini, peneliti mendapatkan hasil yang bagus dari treatment menggunakan obat kumur klorheksidin diglukonat 0,2% 2 kali sehari, mengingat kedua pasien terebut positif terinfeksi oleh staphylococcus aureus.