BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dini. 6,8 Deteksi dini kanker serviks meliputi program skrining yang terorganisasi

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas

BAB 1 : PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini Indonesia menghadapi beban ganda penyakit atau double

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh terdiri dari sel-sel yang selalu tumbuh. Kadang-kadang. pertumbuhan tersebut tidak terkontrol dan membentuk suatu gumpalan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. leher rahim disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus (HPV). Virus. akan tumbuh menjadi kanker (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di dunia pada wanita setelah kanker payudara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker

BAB I PENDAHULUAN. hingga 2030 meneruskan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di

dari leher rahim seorang wanita (Kemenkes, 2010). Setiap tahun terdeteksi lebih

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker merupakan istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal,

BAB III METODE PENELITIAN. multipara dengan Pap smear sebagai baku emas yang diukur pada waktu yang. bersamaan saat penelitian berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. serviks dan rata-rata meninggal tiap tahunnya (Depkes RI, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servix-uterus suatu daerah pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal/terus-menerus dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. biaya. 1 Kanker payudara merupakan kanker yang sering dialami perempuan saat

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dalam program melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan aplikasi asam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Penyakit ini didominasi oleh wanita (99% kanker payudara terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut. Sukaca (2009, p.25) menyatakan, kanker leher rahim (Kanker Serviks)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan tumor ganas pada sel-sel yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada

BAB I PENDAHULUAN. yang menyangkut kesehatan reproduksi ini, salah satunya adalah kanker

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2010). Tingginya angka kematian

Upaya Mencegah Kanker Leher Rahim Melalui Deteksi Dini dengan Pemeriksaan Inspekulo Visual Asam Asetat (IVA) B. TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor

See & Treat untuk Skrining Lesi Prakanker Serviks

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merupakan penyakit akibat tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi wanita merupakan hal yang perlu diperhatikan agar suatu

Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 51-59

BAB I PENDAHULUAN. rahim yang terletak antara rahim uterus dengan liang senggama vagina.

BAB I PENDAHULUAN. pada negara-negara berkembang yang lain. Kanker leher rahim merupakan. Wilayah Propinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2008 Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular

BAB I PENDAHULUAN. (Maharani, 2009). World Health Organization (WHO) (2014) mengatakan. terjadi di Negara berkembang dari pada Negara maju.

30/10/2015. Penemuan Penyakit secara Screening - 2. Penemuan Penyakit secara Screening - 3. Penemuan Penyakit secara Screening - 4

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. payudara. Di Indonesia, kanker serviks berada diperingkat kedua. trakea, bronkus, dan paru-paru (8.5%), kanker kolorektal (8.

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Badan Organisasi Kesehatan Dunia/ World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dalam perkembangan selanjutnya berada di bawah control hormone-hormon

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

No. Responden: B. Data Khusus Responden

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MELALUI METODE PAP SMEAR PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu untuk periode 5 tahun sebelum survey ( )

BAB I PENDAHULUAN. kesengsaraan dan kematian pada manusia. Saat ini kanker menempati. Data World Health Organization (WHO) yang diterbitkan pada 2010

BAB I PENDAHULUAN. dan mendekati pola di Negara maju (Dalimartha, 2004). maupun orang-orang yang sama sekali tidak berpendidikan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kanker serviks merupakan salah satu masalah kesehatan serius negara-negara di dunia. Saat ini kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara berkembang. Menurut data badan kesehatan dunia WHO, terdapat 493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian sebanyak 273.505 jiwa per tahun (Emilia et al., 2010). International Agency for Research on Cancer (IARC, 2012), menyatakan insiden kanker di Indonesia yaitu 134 per 100.000 penduduk dengan insiden tertinggi pada perempuan adalah kanker payudara sebesar 40 per 100.000 diikuti dengan kanker leher rahim 17 per 100.000. Menurut Riset Kesehatan Dasar (2013), secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang. Penyakit kanker serviks dan payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013 yaitu kanker serviks sebesar 0,8% dan kanker payudara sebesar 0,5%. Data dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI, 2013), prevalensi wanita mengidap kanker serviks di Indonesia tergolong besar, diperkirakan setiap harinya ditemukan 40-45 kasus baru dengan kematian mencapai 20-25 orang. Hal ini berarti dalam 1 jam diperkirakan 1 orang wanita meninggal dunia karena kanker serviks. Jumlah wanita yang berisiko mengidap kanker serviks mencapai 48 juta jiwa. Oleh sebab itu, WHO menyebutkan bahwa Indonesia termasuk negara dengan insiden kanker serviks tertinggi di dunia, dengan peluang 66% wanita meninggal dunia. Diperkirakan sepertiga dari kasus 1

2 kanker serviks baru terdeteksi setelah memasuki stadium lanjut, dimana sudah terjadi penyebaran ke organ-organ penting (Soebachman, 2011). Data Riset Kesehatan Dasar (2013), estimasi jumlah kasus kanker serviks di Provinsi Jawa Barat menempati urutan ketiga yaitu sebanyak 15.635 kasus. Data pada bulan Juni 2014 di Poli Obstetri dan Ginekologi (Obgyn) RSUP Hasan Sadikin Bandung melayani pasien dengan diagnosa kanker serviks sebanyak 437 orang, Suspect Tumor Ganas Ovarium (STGO) sebanyak 211 orang, kanker ovarium sebanyak 88 orang, kanker endometrium sebanyak 32 orang, dan kanker vagina sebanyak 5 orang. Dari data diatas terlihat bahwa pasien dengan dengan kanker serviks merupakan pasien terbanyak di Poli Obstetri dan Ginekologi (Obgyn). Kebanyakan dari pasien tersebut berada pada stadium II dan III dan berada pada usia diatas 45 tahun dengan pendidikan terakhir sekolah dasar (Kasdi, 2015). Kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus (HPV). Virus HPV mengubah sel-sel serviks normal menjadi displasia dan bila tidak diobati maka akan tumbuh menjadi kanker serviks (Depkes, 2008). Kanker serviks termasuk jenis kanker yang dapat dicegah dan diobati, namun sering ditemukan klien datang berobat dengan kondisi stadium lanjut, sehingga angka kematian karena kanker serviks menjadi tinggi. Hal ini disebabkan karena kanker serviks tidak menunjukkan gejala yang spesifik pada stadium dini atau tahap prakanker. Deteksi dini kanker serviks merupakan suatu langkah inovatif untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan akibat kanker serviks (Depkes, 2008). Tahun 1985 WHO merekomendasikan suatu pendekatan alternatif bagi negara yang sedang berkembang dengan konsep down staging terhadap kanker serviks salah satunya adalah dengan cara inspeksi visual asam asetat (IVA). Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan visual dengan menggunakan larutan asam asetat atau asam cuka untuk melihat perubahan warna pada serviks setelah dilakukan pengolesan asam asetat pada serviks (Rasjidi, 2009). Menurut WHO (2006), pemeriksaan IVA dapat mendeteksi lesi tingkat pra kanker dengan sensitivitas sebesar 77% (range antara 56-94%) dan spesifisitas 86% (antara 74-94%).

3 Penelitian yang telah dilakukan oleh Ghaemmaghami et al. (2004) terhadap 1200 perempuan yang menjalani skrining dengan metode IVA dan tes Pap Smear di Iran menyatakan bahwa angka sensitivitas tes IVA dibandingkan dengan tes Pap Smear berturut-turut adalah 74,3% dan 72%, sedangkan angka spesifisitasnya adalah 94% dan 90,2%. Hasil positif dari kedua pemeriksaan tersebut berjumlah 308 orang dimana 191 orang diantaranya terdeteksi positif melalui metode IVA. Hasil konfirmasi histologi menunjukkan 175 sampel dinyatakan positif dengan kriteria neoplasia intraepitel serviks (NIS) I atau yang lebih berat. Dari 175 sampel tersebut, 130 orang diantaranya terdeteksi melalui metode IVA. Kesimpulannya, sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan IVA yang tinggi dan sebanding dengan tes sitologi. Oleh karena itu, pemeriksaan IVA dapat dilakukan sebagai suatu metode skrining kanker serviks di negara-negara di mana akses ke sitopatologi yang terbatas. Penelitian yang telah dilakukan oleh Wiyono, Iskandar, dan Suprijono (2008) di Poliklinik Ginekologi FER RSUP Dr. Kariadi Semarang dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Semarang dengan uji diagnostik untuk mengetahui ketepatan metode IVA dan tes Pap Smear, didapatkan hasil bahwa sensitivitas untuk tes Pap Smear adalah 55%, spesifisitas 90%, nilai duga positif 84%, nilai duga negatif 69%. Sedangkan sensitivitas pemeriksaan IVA 84%, spesifisitas 89%, nilai duga positif 87% dan nilai duga negatif 86%. Pemeriksaan IVA mempunyai sensitivitas yang tinggi untuk deteksi dini lesi prakanker serviks. Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan skrining alternatif dari pap smear karena biaya pemeriksaan yang relatif lebih murah, praktis, sangat mudah untuk dilaksanakan dengan peralatan sederhana serta dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter ginekologi. Pemeriksaan IVA merupakan praktik yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber daya yang kurang (Emilia et al., 2010). Pemerintah sebelumnya telah berupaya untuk menurunkan angka kematian wanita dengan kanker serviks di Indonesia yaitu dengan program deteksi dini dan tatalaksana kanker leher rahim yang dimulai sejak tahun

4 2007 dan telah dicanangkan sebagai program nasional yang dicanangkan oleh Ibu Negara pada 21 April 2008 (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Pada tanggal 21 April 2015 Ibu Negara Iriana Joko Widodo mencanangkan kembali gerakan pencegahan dan deteksi dini kanker pada perempuan Indonesia yang berlangsung selama 5 tahun hingga tahun 2019. Rangkaian kegiatan meliputi kegiatan promotif, preventif, deteksi dini, dan tindak lanjut. Deteksi dini kanker serviks dengan metoda IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) di semua provinsi di seluruh Indonesia (Kemenkes, 2015). Pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dilakukan pada kelompok sasaran perempuan usia 20 tahun keatas, namun prioritas program deteksi dini di Indonesia pada perempuan usia 30-50 tahun dengan target 50% perempuan hingga tahun 2019. Melalui kegiatan ini diharapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terutama dalam mengendalikan faktor risiko kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks sehingga diharapkan angka kesakitan, kematian, akibat penyakit kanker serviks dapat ditekan (Kemenkes, 2015). Data dari Sub Direktorat Pengendalian Penyakit Kanker Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, sampai dengan tahun 2014 program deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan metode IVA telah berjalan pada 1.986 Puskesmas di 304 kabupaten atau kota yang berada di 34 provinsi di Indonesia. Cakupan hasil kegiatan dari tahun 2007 sampai 2014, yaitu telah dilakukan skrining terhadap 904.099 orang (2,45%) dengan hasil IVA positif sebanyak 44.654 orang (4,94%) dan suspek kanker serviks sebanyak 1.056 orang (1,2 per 1.000 orang). Berdasarkan data di atas masih rendahnya pelaksanaan deteksi dini yaitu kurang dari 5%, sedangkan target yang harus dicapai pada tahun 2019 adalah 50% (Buletin Kanker, 2015). Di provinsi Jawa Barat pada tahun 2014, jumlah perempuan yang telah dilakukan skiring kanker serviks dengan metode IVA berjumlah 17.542. Kabupaten Karawang merupakan kabupaten dengan dengan jumlah pemeriksaan IVA tertinggi yaitu sebesar 11.327. Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Garut, Ciamis, Kuningan, Majalengka, Sumedang,

5 Indramayu, Subang, Bekasi, Pangandaran, dan Kota Banjar merupakan kabupaten dengan jumlah pemeriksaan IVA terendah (Profil Kesehatan Jawa Barat, 2014). Data rekam medik RSU dr. Slamet Kabupaten Garut menunjukkan jumlah pasien dengan diagnosa kanker serviks pada tahun 2013 adalah 15 orang, tahun 2014 sebanyak 18 orang, dan tahun 2015 sebanyak 32 orang dengan jumlah kematian 1 orang. Berdasarkan data tersebut setiap tahun terjadi peningkatan jumlah pasien dengan diagnosa kanker serviks di RSU dr. Slamet Kabupaten Garut. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 2 Maret 2016 terhadap tenaga kesehatan yang bertanggung jawab memegang program pemeriksaan IVA di Puskesmas Siliwangi Kabupaten Garut mengatakan bahwa program penyuluhan kesehatan tentang pentingnya deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan IVA telah dilakukan pada tanggal 26 November 2015. Program penyuluhan tersebut telah dilakukan di masingmasing Kantor Kelurahan wilayah kerja Puskesmas Siliwangi Kabupaten Garut, diantaranya di Kelurahan Regol, Kelurahan Pakuwon, Kelurahan Paminggir, dan Kelurahan Muara Sanding. Penyuluhan kesehatan tentang deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan IVA dilakukan Puskesmas Siliwangi Kabupaten Garut dengan harapan agar wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Siliwangi Kabupaten Garut dapat mengetahui tentang pentingnya deteksi dini kanker serviks dengan melakukan pemeriksaan IVA yang telah tersedia di Puskesmas Siliwangi Kabupaten Garut sejak bulan Mei 2015. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Siliwangi Garut pada tanggal 11 Maret 2016, dari bulan Mei 2015 hingga saat ini, jumlah kunjungan wanita usia subur yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Siliwangi Kabupaten Garut masih sangat rendah yaitu 31 orang. Hasil pemeriksaan IVA didapatkan 2 wanita usia subur dengan hasil IVA test positif, 10 wanita usia subur dengan servisitis, dan 3 wanita usia subur dengan erosi fusio. Hasil wawancara dengan wanita usia subur yang datang ke Puskesmas Siliwangi Kabupaten

6 Garut didapatkan data bahwa 8 dari 20 orang narasumber mengetahui tentang pemeriksaan IVA dan pernah mendapatkan informasi dari Puskesmas, 11 orang narasumber mengatakan tidak mengetahui tentang pemeriksaan IVA tetapi mengetahui pemeriksaan papsmear dan 1 orang narasumber mengatakan tidak mengetahui tentang pemeriksaan IVA dan pemeriksaan papsmear. Penelitian yang dilakukan oleh Maharsie dan Indarwati (2012) di Kelurahan Jebres Surakarta menunjukkan bahwa pada variabel pengetahuan, keikutsertaan ibu melakukan tes IVA paling banyak dilakukan oleh responden dengan pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 27 responden (66%), dan paling sedikit dilakukan oleh responden dengan pengetahuan rendah yaitu sebanyak 5 responden (20%). Peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita usia subur tentang pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) di wilayah kerja Puskesmas Siliwangi Kabupaten Garut. Mengingat pengetahuan tentang pemeriksaan IVA sangat penting untuk diketahui oleh wanita khususnya wanita usia subur karena sebagai deteksi dini kanker serviks pada wanita usia subur di masyarakat. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Masalah yang ingin peneliti ketahui dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah gambaran pengetahuan wanita usia subur tentang pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) dalam rangka deteksi dini kanker serviks di wilayah kerja Puskesmas Siliwangi Kabupaten Garut?. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita usia subur tentang pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) dalam rangka deteksi dini kanker serviks di wilayah kerja Puskesmas Siliwangi Kabupaten Garut.

7 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengetahuan wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Siliwangi Kabupaten Garut tentang konsep teori pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA). b. Mengidentifikasi pengetahuan wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Siliwangi Kabupaten Garut tentang prosedur pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA). 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih ilmiah bagi perkembangan Ilmu Keperawatan Maternitas serta sebagai sumber referensi untuk meningkatkan pengetahuan tentang pemeriksaan IVA sebagai salah satu cara deteksi dini kanker serviks. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya terutama untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi wanita usia subur dalam melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA). 1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi bagi wanita usia subur di masyarakat agar dapat merangsang keingintahuan mengenai deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA), sehingga wanita usia subur dapat melakukan pemeriksaan IVA ke pelayanan kesehatan terdekat. b. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tentang pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) sebagai deteksi dini kanker serviks sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengajaran dalam pendidikan keperawatan terutama keperawatan maternitas.

8 c. Bagi Puskesmas Siliwangi Kabupaten Garut Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi Puskesmas Siliwangi Kabupaten Garut dalam mengukur tingkat pengetahuan wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Siliwangi Kabupaten Garut yang sebelumnya telah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA). d. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat membantu mensukseskan Gerakan Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker pada Perempuan Indonesia 2015-2019, sehingga diharapkan angka kesakitan, kematian, akibat penyakit kanker serviks dapat menurun. 1.5 Struktur Organisasi Karya Tulis Ilmiah Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi karya tulis ilmiah. BAB II Kajian Pustaka. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori tentang konsep pengetahuan, konsep wanita usia subur, konsep kanker serviks, pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini kanker serviks, dan kerangka pemikiran. BAB III Metode Penelitian. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian, teknik pengolahan dan analisa data, etika penelitian, dan lokasi dan waktu penelitian. BAB IV Temuan dan Pembahasan. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai temuan data hasil penelitian serta pembahasan temuan. BAB V Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai simpulan dari penelitian, implikasi dari penelitian, rekomendasi bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini, serta keterbatasan dan hambatan dalam penelitian