UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH MANAJEMEN PROGRAM PANGAN DAN GIZI Nurhayati Oleh : I151160121 Koordinator Mata Kuliah Dr. Ir. Drajat Martianto, MS PROGRAM PASCASARJANA DEPARTEMEN ILMU GIZI FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2017
KERANGKA ACUAN KERJA RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN SKPD/unit kerja : Dinas Kesehatan Program : Penanggulangan kematian balita Kegiatan : Manajemen Pelayanan Kesehatan Lokasi : Kabupaten Kepulauan Mentawai A. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan rencana kerja program penganggulangan kematian balita dikabupaten kepulauan mentawai: 1. UU No. 49 Tahun 1999 tentang pembentukan kabupaten kepulauan mentawai 2. UU No. 17 tahun 2003 tentang pengelolaan keuangan negara 3. UU No. 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan Nasional 4. UU No. 17 tahun 2007 tentang rencana pembangunan jangka panjang nasional 2005-2025 5. UU No.25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 6. UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan Daerah 7. Peraturan pemerintah No. 8 tentang tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah. 8. Peraturan Daerah Kabupaten kepualaun mentawai no. 7 tahun 2012 tentang rencana pembangunan jangka menengah Daerah (RPJMD) 2011-2016 9. Peraturan daerah kabupaten kepulauan Mentawai Nomor 5 tahun 2014 tentang penjabaran anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten kepulauan mentawai tahun anggaran 2015 10. Peraturan bupati kepualuan mentawai no.40 tahun 2014 tentang standar biaya tahun 2015. 11. Peraturan bupatu kepulauan mentawai no.41 tahun 2014 tentang penjabaran anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten kepulauan mentawai tahun anggaran 2015. 12. Inpres RI No.1 tahun 2017 tentang gerakan masyarakat hidup sehat, pendidikan gizi seimbang dan pemberian ASI ekslusif dan meningkatkan pelaksanaan deteksi dini penyakit di puskesmas. 13. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 39 tahun 2016 tentang pedoman penyelenggaraan program indonesia sehat. 14. Peraturan Menteri Kesehatan No. 741/Menkes/PER/VII/2008, tentang program kesehatan ibu dan anak (KIA) 15. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 25 tahun 2014 tentang upaya kesehatan anak. B. Latar Belakang Angka Kematian balita adalah jumlah kematian anak umu 0-5 tahun per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian balita menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan. Menurut UNICEF angka kematian anak dibawah lima tahun telah berkurang lebih dari setengah dalam periode 1990 dan 2015. Penurunan angka kematian terjadi dari 84 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 27 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 1990, di perkirakan sebanyak 395.000 anak di indonesia meninggal sebelum sempat merayakan ulang tahun kelima mereka yang kelima. Angka tersebut telah berkurang hingga 147.000 pada tahun 2015. Laporan ini memasukkan indonesia dalam 24 dari 81 negaa berpendapatan rendah dan menengah yang berhasil menurunkan angka kematian anak berusia dibawah lima tahun hingga dua-pertiganya yang merupakan target dari millinnium develpoment goal four. Namun, indonesia masih menghadapi tantangan, apalagi secara keseluruhan upaya penanggulangan angka kematian anak telah melambat, bahkan cendrung stagnasi selama 5-10 tahun terakhir.
Pola kematian anak sebagian besar di indonesia saat ini terjadi pada masa baru lahir (neonatal), bulan pertama kehidupan. Angka kematian anak terkait dengan kemiskinan. Anak dalam rumah tangga termiski umumnya memiliki angka kematian balita lebih dari dua kali lipat dari angka kematian balita di kelompok kuinti paling sejahtera. Perbedaan geografis yang mecolok: angka kematian balita lebih dari 90 per seribu anak ketiga provinsi di kawasan timur. Anak dari ibu yang kurang berpendidikan umumnya memiliki angka kematian yang lebih tinggi dari pada mereka yang lahir dari ibu yang lebih berpendidikan. Perilaku yang tidak tepat dan kurangnya pengetahuan berkontribusi terhadap kematian anak meliputi para ibu dan petugas kesehatan masyarakat tidak memiliki pengetahuan tentang penanggulagan atau pengobatan penyakit-panyakit umum anak, para ibu tidak menyadari pentingnya pemberian ASI dan praktek sanitasi dan keberhasilan yang buruk sangat umum serta praktek pemberian makanan bayi dan pelayanan lainnya yang buruk meningkatkan gizi kurang pada ibu dan anak-anak, yang merupakan penyebab dasar kematian anak. Sementara itu, sepertiga dari jumlah kematian anak bawah satu tahun disebabkan oleh diare. Diare yang berulang juga menyebabkan gizi buruk. Faktor lain, jumlah anak yang tidak diimunisasi lengkap di indonesia menempati peringkat ketiga terbesar didunia. Indonesia masih mengalami wadah penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin, seperti campak, diptheria, Tetanus, hepatitis B, Pertusi, campak, polio, radang selaput otak dan radang paru-paru yang beresiko terhadap hidup dan kesehatan anak. Wabah ini mudah dicegah dengan mudah jika anak-anak divaksinasi pada usia yang tepat. Indonesia menempati peringkat kelima tertinggi dalam hal jumlah anak yang menderita gizi buruk atau pendek menurut usia, yang dialami oleh sekitar 36 persen anak balita. Gizi buruk masih menjadi penyebab utama kematian anak. Pemberian ASI ekslusif selama enam bulan pertama dan melanjutkan ASI hingga usia dua tahun sangat penting. Angka kematian balita (AKABA) adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian postneonatal dan angka kematian anak serta kematian balita dapat digunakan untuk pengembangan program imunisasi, program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak serta program gizi seimbang. Menurut RENSTRA tahun 2015-2019, angka kematian anak balita menjadi 13/1000 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil laporan rutin dapat dilihat bahwa nilai AKABA pada tahun 2013 kematian balita sebanyak 34 jiwa atau setara 4,4/1000 Kelahiran hidup, penurunan jumlah kematian balita terjadi sebanyak 24 jiwa 3,1/1000 Kelahiran hidup pada tahun 2014, akan tetapi terjadi kenaikan kematian balita menjadi 41 jiwa atau setara 5,3/1000 Kelahiran hidup ditahun 2015. Berdasarkan perihal tersebut diatas, pentingnya program penanggulangan kematian anak untuk dapat dibuat dan dilaksanakan dengan tujuan pencapaian terwujudnya masyarakat mentawai yang sehat, mandiri dan berkeadilan, dengan tujuan PENURUNAN PREVALENSI KEMATIAN ANAK BALITA. C. Sarana Dan Prasarana
D. Sasaran Kebijakan 1. Menurunkan AKABA sebesar 13 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2019 2. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan KIA E. Arah dan Strategi Kebijakan Perencanaan program dan kegiatan secara keseluruhan dicantumkan didalam Rencana Strategi Dinas Kesehatan. Untuk menjamin terlaksananya program dilakukan upaya bersifat reformatif dan akseleratif, yang ditujukan untuk peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dengan prioritas peningkatan kualitas manajemen dan pembiayaan kesehatan, sistem informasi dan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, ketersediaan obat dan vaksin, penyediaan sumber daya kesehatan, penyediaan peralatan kesehatan, promosi dan perberdayaan masyarakat melalui: 1. Peningkatan anggaran program pelayanan dan pembinaan kesehatan anak dari total anggaran tahun sebelumnya 2. Memperkuat basis pelayanan KIA dalam skema jaminan kesehatan nasional 3. Memperkuat Rencana Aksi Daerah (RAD) penururnan AKABA. F. Program Penanggulangan Kematian Anak