Spesifikasi campuran Asphalt Treated Permeable Base (ATPB)

dokumen-dokumen yang mirip
Spesifikasi stone matrix asphalt (SMA)

Spesifikasi lapis fondasi agregat dan campuran beraspal panas menggunakan batukarang kristalin

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

Spesifikasi bahan lapis penetrasi makadam (LAPEN)

Spesifikasi pasir laut untuk campuran beraspal

Spesifikasi agregat untuk lapis permukaan jalan tanpa penutup

BAB III LANDASAN TEORI

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

Spesifikasi aspal emulsi kationik

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

PENGGUNAAN ASBUTON EKSTRAKSI SEBAGAI BAHAN CAMPURAN LATASTON HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

Cara uji kelarutan aspal

BAB IV METODE PENELITIAN

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

BAB III METODE PENELITIAN. aspal dan bahan tambah sebagai filler berupa abu vulkanik.

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

BAB III LANDASAN TEORI

Cara uji daktilitas aspal

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

SNI 6832:2011. Standar Nasional Indonesia. Spesifikasi aspal emulsi anionik

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

S. Harahab 1 *, R. A. A. Soemitro 2, H. Budianto 3

Cara uji ketahanan campuran beraspal terhadap kerusakan akibat rendaman

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

Revisi SNI Daftar isi

METODOLOGI PENELITIAN

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

Spesifikasi aspal cair tipe penguapan sedang

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

Pengertian Agregat Dalam Kontruksi Perkerasan Jalan

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

BAB III METODE PENELITIAN

Cara uji berat jenis aspal keras

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut adalah diagram alir dari penelitian ini : MULAI. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. aspal optimum pada kepadatan volume yang diinginkan dan memenuhi syarat minimum

PENGARUH PENAMBAHAN POLYURETHANE TERHADAP STABILITAS CAMPURAN BERASPAL BERPORI

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia ICS : 93.080.20 Spesifikasi campuran Asphalt Treated Permeable Base (ATPB) Badan Standardisasi Nasional SNI 8142:2015

BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii Spesifikasi campuran Asphalt Treated Permeable Base (ATPB)... 1 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 2 4 Persyaratan bahan... 3 5 Persyaratan campuran... 5 Bibliografi... 6 Tabel 1 - Persyaratan agregat kasar... 3 Tabel 2 - Persyaratan agregat halus... 4 Tabel 3 - Persyaratan aspal keras... 4 Tabel 4 - Gradasi agregat campuran ATPB... 5 Tabel 5 - Persyaratan campuran ATPB... 5 BSN 2015 i

Prakata Spesifikasi campuran Asphalt Treated Permeable Base (ATPB) dimaksudkan untuk mendapatkan suatu lapis fondasi pada perkerasan jalan yang berfungsi sebagai lapisan drainase di bawah permukaan perkerasan. Spesifikasi campuran ATPB ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan. Spesifikasi ini dipersiapkan oleh Komite Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Sub Komite Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan melalui Gugus Kerja Bahan dan Perkerasan Jalan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan. Tata cara penulisan mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) 08:2007 dan dibahas dalam forum rapat konsensus yang diselenggarakan pada tanggal 8 Mei 2014 di Bandung oleh Sub Komite Teknis, yang melibatkan para narasumber, pakar, dan lembaga terkait serta telah melalui Jajak Pendapat dari tanggal 15 September 2014 sampai 14 November 2014. BSN 2015 ii

Pendahuluan SNI 8142:2015 Campuran ATPB diperuntukkan sebagai lapis fondasi yang ditempatkan di bawah lapis permukaan konstruksi perkerasan beraspal. Di samping itu, lapisan ATPB berfungsi juga sebagai lapis drainase. Campuran ATPB yang dirancang menggunakan gradasi agregat terbuka dan mempunyai rongga udara di dalam campuran yang cukup untuk menjamin bahwa lapisan lolos air (permeable). Jenis aspal sebagai bahan pengikat dapat digunakan dari jenis aspal Tipe I (aspal Pen 60-70) atau aspal Tipe II (aspal yang dimodifikasi). Pertimbangan pokok dalam memilih jenis aspal adalah bahwa aspal dapat menyelimuti agregat dengan baik dan dapat mengecilkan besarnya pengaliran aspal (draindown) selama pelaksanaan. Pemasangan ATPB tidak direkomendasikan langsung di atas tanah dasar Spesifikasi ini merupakan spesifikasi baru yang berguna sebagai acuan dalam perancangan pekerjaan campuran beraspal untuk pekerjaan peningkatan/rehabilitasi atau pembangunan jalan baru. BSN 2015 iii

1 Ruang lingkup Spesifikasi campuran Asphalt Treated Permeable Base (ATPB) Spesifikasi ini menetapkan persyaratan bahan dan campuran ATPB untuk lapis fondasi perkerasan jalan, baik yang menggunakan bahan pengikat aspal pen 60-70 atau menggunakan bahan pengikat aspal yang dimodifikasi. Campuran ATPB dirancang berdasarkan volumetrik campuran terutama rongga dalam campuran (VIM), dan adanya kontak antara butiran agregat kasar. 2 Acuan normatif Dokumen referensi di bawah ini harus digunakan dan tidak dapat ditinggalkan untuk melaksanakan standar ini. SNI 06-2440-1991, Metode pengujian kehilangan berat minyak dan aspal dengan cara A SNI 03-4141-1996, Metode pengujian gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam agregat SNI 03-4428-1997, Metode pengujian agregat halus atau pasir yang mengandung bahan plastis dengan cara setara pasir SNI 03-4797-1998, Metode pengujian pemulihan aspal dengan alat penguap putar SNI 06-6399-2000, Tata cara pengambilan contoh aspal SNI 06-6723-2002, Spesifikasi bahan pengisi untuk campuran beraspal SNI 03-6819-2002, Spesifikasi agregat halus untuk campuran perkerasan beraspal SNI 03-6877-2002, Metode pengujian kadar rongga agregat halus yang tidak di padatkan SNI 03-6894-2002, Metode pengujian kadar aspal dan campuran beraspal cara sentrifius SNI 2417:2008, Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles SNI 2435 : 2008, Cara uji kelulusan air benda uji tanah di laboratorium dengan tekanan tetap SNI 3407:2008, Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat SNI 06-6440-2000, Metode pengujian kekentalan aspal dengan viskometer pipa kapiler hampa SNI 06-6441-2000, Metode pengujian viskositas aspal minyak dengan alat brookfield termosel. SNI 2432:2011, Cara uji daktilitas aspal SNI 2433:2011, Cara uji titik nyala dan titik bakar dengan alat cleveland open cup SNI 2434:2011, Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) SNI 2439:2011, Cara uji penyelimutan dan pengelupasan pada campuran agregat-aspal SNI 2441:2011, Cara uji berat jenis aspal keras SNI 2456:2011, Cara uji penetrasi aspal SNI 7619-2012, Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar SNI ASTM C117:2012, Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 µm (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian SNI ASTM C136-2012, Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar AASHTO T 283-07, Standard Method of Test for Resistance of Compacted Hot Mix Asphalt (HMA) To Moisture-Induced Damage AASHTO T 301-99, Elastic recovery test of bituminous materials by means of a ductilometer AASHTO T 305-99, Determination of Draindown Characteristics in Uncompacted Asphalt Mixtures BSN 2015 1 dari 6

AASHTO M 323-07, 2012, Standard Specification for Superpave Mix Design, Washington, DC. AASHTO R 46-08, Standard Practice for Designing Stone Matrix Asphalt (SMA) AASTHO T 201-03 (2007), Standard test method for kinematic viscosity of asphalts (bitumen) ASTM D 5976, Standard specification for type I polymer modified asphalt cement for use in pavement construction ASTM D 2042-01, Standard test method for solubility of asphalt materials in trichloroethylene ASTM D 4791-99, Standard test method for flat particles, elongated particles, or flat and elongated particles in coarse aggregate. ASTM D 5581-07a, Standard test method for resistance to plastic flow of bituminous mixtures using Marshall apparatus (6 inch-diameter specimen). ASTM D 7064-04, Standard Practice for Open-Graded Friction Course Mix Desig ASTM C29/C29M-09, Standard Test Method for Bulk Density ( Unit Weight ) and Void in Aggregate 3 Istilah dan definisi Untuk tujuan penggunaan standar ini, istilah dan definisi berikut digunakan. 3.1 agregat sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, sirtu, pasir atau mineral lainnya atau kombinasi dari bahan tersebut, baik berupa hasil alam maupun hasil buatan 3.2 aspal keras residu destilasi minyak bumi yang bersifat viscoelastic 3.3 aspal modifikasi aspal keras yang ditingkatkan mutunya dengan dicampur asbuton yang sudah diproses atau elastomer sintetis dengan proporsi tertentu 3.4 asphalt treated permeable base (ATPB) campuran beraspal panas bergradasi agregat terbuka dengan nilai rongga udara dalam campuran relatif besar yang umumnya ditempatkan sebagai lapis fondasi yang berfungsi pula sebagai lapis drainase 3.5 rongga udara di dalam campuran (void in mix, VIM) volume total udara yang berada di antara partikel agregat yang diselimuti aspal dalam suatu campuran yang telah dipadatkan, dinyatakan dengan persen volume curah atau (bulk) suatu campuran 3.6 rongga udara dalam agregat kasar (void in the coarse aggregate, VCA) total volume antara partikel agregat kasar. Volume ini meliputi bahan pengisi (filler), agregat halus, rongga udara, pengikat aspal, dan bahan tambah (bila digunakan) 3.7 VCA MIX VCA campuran beraspal panas padat BSN 2015 2 dari 6

3.8 VCA DRC VCA fraksi agregat kasar yang dipadatkan dengan menggunakan batang penumbuk (dryrodded) sesuai metode ASTM C29 4 Persyaratan bahan 4.1 Agregat a. Umum 1) Agregat yang digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian agar campuran ATPB dan proporsinya dibuat sesuai dengan rumus perbandingan campuran serta harus memenuhi semua ketentuan yang disyaratkan. 2) Agregat kasar dan agregat halus harus ditumpuk secara terpisah sehingga tidak saling tercampur satu dengan lainnya. 3) Penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %. 4) Perbedaan berat jenis (bulk specific gravity) antara agregat kasar dan agregat halus lebih dari 0,2 dapat digunakan dengan perhitungan koreksi berdasarkan volumetrik. b. Agregat kasar Agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan saringan No. 4 (4,75 mm) dan harus bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi persyaratan yang diberikan pada Tabel 1. Tabel 1 - Persyaratan agregat kasar Pengujian Standar Nilai Kekekalan bentuk agregat terhadap: - larutan natrium sulfat - larutan magnesium sulfat SNI 3407:2008 Maks.10% Maks.12% Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 2417:2008 Maks. 40% Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439:2011 Min. 95% Butir pecah pada agregat kasar SNI 7619-2012 95/90 (1) Partikel pipih dan lonjong (Perbandingan 1:5) ASTM D 4791-99 Maks. 5% (1) 95/90 menunjukan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih. c. Agregat halus 1) Fraksi agregat halus dari sumber bahan mana pun, harus terdiri dari pasir atau penyaringan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos saringan No.4 (4,75 mm) sesuai SNI 03-6819-2002. 2) Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Agregat halus dari batu pecah harus diperoleh dari batu yang memenuhi persyaratan mutu agregat kasar (sesuai Tabel 1). Agar dapat memenuhi persyaratan mutu tersebut, batu pecah harus diproduksi dari batu yang bersih. Bahan halus dari pemasok pemecah batu (crusher feed) harus diayak dan ditempatkan tersendiri sebagai bahan yang tak terpakai (kulit batu) sebelum proses pemecahan kedua (secondary crushing). 3) Agregat halus harus memenuhi persyaratan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2. BSN 2015 3 dari 6

Tabel 2 - Persyaratan agregat halus Pengujian Standar Nilai Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997 Min. 60% Agregat yang lolos ayakan No. 200 SNI ASTM C117:2012 Maks. 8%, Gumpalan lempung SNI 03-4141-1996 Maks. 1%, Angularitas dengan uji kadar rongga SNI 03-6877-2002 Min. 40% BSN 2015 4 dari 6 SNI 8142:2015 d. Bahan pengisi Bahan pengisi (filler) yang ditambahkan dapat berupa debu batu kapur, semen atau mineral yang berasal dari asbuton. Bahan pengisi tersebut harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan serta harus memenuhi persyaratan sesuai SNI 06-6723-2002. Bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI ASTM C 136-2012, bahan pengisi tersebut harus mengandung bahan yang lolos ayakan No. 200 (75 µm) minimum 75% terhadap berat. 4.2 Aspal Bahan aspal yang digunakan terdiri atas jenis aspal pen 60--70 dan aspal yang dimodifikasi. Sifat aspal harus memenuhi Tabel 3. Pengambilan contoh aspal harus sesuai SNI 06-6399-2000. Tabel 3 - Persyaratan aspal keras No. Jenis Pengujian Standar Tipe I Aspal Pen 60--70 Tipe II Aspal yang Dimodifikasi Asbuton yang sudah diproses (1) Elastomer Sintetis 1. Penetrasi pada 25 o C (0,1 mm) SNI 2456:2011 60--70 Min. 50 50 2. Kekentalan - Kekentalan pada 60 o C (poise) SNI 06-6440-2000 4500 - Kekentalan pada 135 o C (cst) SNI 06-6441-2000/ 3000 AASHTO T 201 3. Titik lembek ( o C) SNI 2434:2011 48 53 54 4. Daktilitas pada 25 o C, (cm) SNI 2432:2011 100 100 100 5. Titik nyala ( o C) SNI 2433:2011 232 232 232 6. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen (%) ASTM D 2042 99 90 (1) 99 7. Berat jenis aspal SNI 2441:2011 1,0 1,0 1,0 8. Stabilitas penyimpanan: Perbedaan titik lembek ( o C) 9. Partikel yang lebih halus dari 150 mikron (µm) (%) ASTM D 5976 SNI 2434:2011-2,2 2,2 Min.95 (1) Pengujian residu aspal hasil TFOT atau RTFOT : 10. Berat yang hilang (%) SNI 06-2440-1991 0,8 0,8-11. Penetrasi pada 25 o C (%) SNI 2456:2011 54 54 54 12. Daktilitas pada 25 o C (cm) SNI 2432:2011 100 50-13. Elastisitas setelah pengembalian (%) AASHTO T 301-99 - - > 60 (1) Hasil pengujian adalah untuk bahan pengikat (bitumen) yang diekstraksi dengan menggunakan metode SNI 03-6894-2002 dan pemulihan bahan pengikat menggunakan metode SNI 03-4797- 1998. Adapun untuk pengujian kelarutan dan gradasi mineral dilaksanakan pada seluruh bahan

pengikat termasuk kadar mineralnya. 4.3 Bahan tambah Bilamana campuran ATPB tidak memenuhi persyaratan pengaliran (draindown) dapat menggunakan bahan tambah, seperti asbuton butir atau serat selulosa pelet yang penggunaannya maksimum 0,3% terhadap berat aspal. 4.4 Gradasi agregat Gradasi agregat campuran ATPB, ditunjukkan dalam persen terhadap berat agregat, harus memenuhi batas-batas yang diberikan dalam Tabel 4. Tabel 4 - Gradasi agregat campuran ATPB Ukuran ayakan BSN 2015 5 dari 6 Persentase berat yang lolos 1 1/2 37,5 mm 100 1 25 mm 70--98 3/4 19 mm 50--85 1/2 12,5 mm 28--62 3/8 9,5 mm 15--50 No.4 4,75 mm 10--20 No.8 2,36 mm 3--20 No. 16 1,18 mm 1--15 No. 30 0,60 mm 1--10 No. 50 0,28 mm 0--7 No. 100 0,15 mm 0--6 No.200 0,075 mm 0--4 5 Persyaratan campuran Campuran ATPB harus memenuhi batas-batas yang ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5 - Persyaratan campuran ATPB Sifat-sifat campuran Standar Persyaratan (2) Jumlah tumbukan per bidang 75 Kadar aspal, % 3,1 4,7 Rongga dalam campuran (VIM), % AASHTO M 323-12 Min. 12 Stabilitas Marshall, kg ASTM D 5581-07a Min. 1200 Pelelehan, mm ASTM D 5581-07a 3 -- 5 Tensile Strength Ratio (TSR), % AASHTO T 283-07 (1) Min. 70 Pengaliran aspal (Draindown), % AASHTO T 305-99 < 0,3 Rasio VCA MIX dengan VCA DRC (%) AASHTO R 46-08 < 1 Permeabilitas, m/hari (opsional) SNI 2435 : 2008 Min. 95 (1) Untuk mendapatkan Tensile Strength Ratio (TSR) sesuai prosedur AASHTO T 283-07 tetapi tanpa pengondisian (-18 ± 3) 0 C dan diuji pada VIM rencana. (2) Persyaratan campuran berdasarkan untuk ukuran agregat maksimum dari 25,4 mm (1 inci) sampai dengan 38 mm (1,5 inci). Pengujian menggunakan silinder diameter 6 inci.

Bibliografi SNI 8142:2015 Bina Marga, 2012. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan (Revisi 2). Direktorat Bina Teknik, Jakarta. Jhon T Harvey, Bor-Wen Tsai, Fenella Long and Dave Huang, 1999. CAL/APT Program Asphalt Treated Permeable Base (ATPB); Laboratory Testing, Performance, Predictions, and Evaluation of the Experience of Caltrans and Other Agencies. Federal Highway Administration. The Asphalt Institute s (2007). Asphalt Handbook, Manual Series No. 4 (MS-4) 7 th Edition, USA. BSN 2015 6 dari 6