Identifikasi Gender Berdasarkan Citra Wajah Menggunakan Deteksi Tepi dan Backpropagation

dokumen-dokumen yang mirip
Klasifikasi Identitas Wajah Untuk Otorisasi Menggunakan Deteksi Tepi dan LVQ

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

Identifikasi Otentifikasi Citra Tanda Tangan Menggunakan Wavelet dan Backpropagation

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi,

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

SISTEM PENDETEKSI WAJAH MANUSIA PADA CITRA DIGITAL (PROPOSAL SKRIPSI) diajukan oleh. NamaMhs NIM: XX.YY.ZZZ. Kepada

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK PENGENALAN WAJAH METODE EKSTRAKSI FITUR Sigit Kusmaryanto Teknok Elektro FTUB,

IMPLEMENTASI DEEP LEARNING BERBASIS TENSORFLOW UNTUK PENGENALAN SIDIK JARI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

z_in ( ) dan mengaplikasikan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal output ( ) Propagasi balik:

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BAB 3 METODE PERANCANGAN

Pengenalan Aksara Lampung Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

ALGORITMA BACKPROPAGATION PADA JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK PENGENALAN POLA WAYANG KULIT

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGENALAN POLA ALPHABET TULISAN TANGAN SECARA ON-LINE DENGAN JST-BP

IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA DAN ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) DALAM PENGENALAN BENTUK BOTOL

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK

Verifikasi Citra Wajah Menggunakan Metode Discrete Cosine Transform Untuk Aplikasi Login

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari

Presentasi Tugas Akhir

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

KLASIFIKASI JENIS BATUBARA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) 1-6 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman

Oleh: Angger Gusti Zamzany( ) Dosen Pembimbing: Dr. Dwi Ratna Sulistyaningrum, S.Si, M.T.

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE EIGENFACE DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST)

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra

APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK INVENTARISASI LUAS SUMBER DAYA ALAM STUDI KASUS PULAU PARI

PENGENALAN GENDER MEMANFAATKAN WAJAH MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KLASIFIKASI NEAREST NEIGHBOR

IDENTIFIKASI POLA IRIS MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION

DOKUMENTASI ULANG NASKAH BRAILLE MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

Oleh: Ulir Rohwana ( ) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. H. M. Isa Irawan, M.T.

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

Pengendalian Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode Neural Network Dengan Umpan Balik Kamera Pemosisian Global

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Model sistem presensi biometri sidik jari yang dikembangkan secara garis

IMPLEMENTASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS(PCA) DAN IMPROVED BACKPROPAGATION

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina,

ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION UNTUK PENGENALAN BARCODE BUKU DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. seseorang. Hal inilah yang mendorong adanya perkembangan teknologi

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TOLERANSI UNJUK PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENAMBAHAN DERAU DAN SUDUT PUTARAN TERHADAP POLA KARAKTER TULISAN TANGAN JENIS ANGKA

ANALISA NILAI UJIAN MASUK STT WASTUKANCANA BERDASARKAN NILAI UJIAN NASIONAL MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION

Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENDETEKSI WAJAH MANUSIA PADA CITRA DIGITAL

ALGORITMA BACKPROPAGATION PADA JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK PENGENALAN POLA WAYANG KULIT

PENGEMBANGAN SISTEM PENGENALAN EKSPRESI WAJAH MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION (STUDI KASUS PADA DATABASE MUG)

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 1 Edisi.,Volume,. Bulan.. ISSN :

Pengenalan Karakter Manusia Melalui Bentuk Wajah dengan Metode Back Propagation Jaringan Saraf Tiruan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan

SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

134 Sutikno, Indriyati, Sukmawati N.E, Priyo S.S., Helmie A.W., Indra W., Nurdin B., Tri Wardati K., Raditya L.R. dan Diah Putu D.

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

BAB I PENDAHULUAN. mengenali dan membedakan ciri khas yang dimiliki suatu objek (Hidayatno,

Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang)

Implementasi Extreme Learning Machine untuk Pengenalan Objek Citra Digital

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah

Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

Pengenalan Karakter Tulisan Tangan Latin pada Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation dengan Input Citra Kamera Digital

PENGENDALIAN POSISI MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DENGAN UMPAN BALIK KAMERA PEMOSISIAN GLOBAL

Bulu mata. Generalisasi= Jumlah pola dikenali dengan benar x 100% Jumlah total pola

PERANGKAT LUNAK PENGKONVERSI TEKS TULISAN TANGAN MENJADI TEKS DIGITAL

SIMULASI DAN PREDIKSI JUMLAH PENJUALAN AIR MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION (Study Kasus: PDAM TIRTA KEPRI) Ilham Aryudha Perdana

Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan Sebagai Penterjemah Karakter Braille Ke Bentuk Abjad

Klasifikasi Citra Batik Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Berdasarkan Gray Level Co- Occurrence Matrices (GLCM)

Transkripsi:

Identifikasi Gender Berdasarkan Citra Wajah Menggunakan Deteksi Tepi dan Backpropagation Destri Wulansari, Esmeralda C. Djamal, Ridwan Ilyas Jurusan Informatika, Fakultas MIPA Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi, Indonesia wulansaridestri@gmail.com Abstrak Pengenalan pola dapat dilakukan pada bagian tubuh manusia seperti sidik jari, retina mata dan wajah. Pengenalan pola wajah dapat dipandang mengenali identitas, emosi, ras dan gender berdasarkan fitur-fitur yang dimiliki. Penelitian terdahulu mengenali usia dan jenis kelamin menggunakan metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST), penelitian lain untuk mengenali citra wajah menggunakan metode Two-Dimensional Linear Discriminant Analysis (TDLDA) dan Support Vector Machine (SVM), dan untuk mengenali ekspresi wajah menggunakan JST Backpropagation. Pengenalan citra wajah untuk identifikasi gender dapat digunakan untuk rekapitulasi kehadiran dan akses suatu ruangan khusus. Penelitian ini membangun sistem identifikasi gender berdasarkan citra wajah menggunakan JST. Segmentasi citra wajah menjadi segmen mata, segmen mata kanan, segmen mata kiri, dan mulut yang dilakukan konversi ke vektor sebagai masukan dari JST menggunakan metode Backpropagation. Backpropagation mempunyai kemampuan untuk belajar (bersifat adaptif) dan memiliki resiko kesalahan yang kecil (Fault Tolerance) secara umum toleran terhadap kebisingan pada pola masukan. Hasil identifikasi dari 60 data yang pernah dilatih sebelumnya dengan hasil sebesar 00%. sedangkan hasil identifikasi dari 60 data yang belum pernah dilatih sebelumnya menghasilkan akurasi sebesar 82%. Kata Kunci Pengenalan Pola; Identifikasi Gender; Citra Wajah; Segmentasi; Backpropagation. I. PENDAHULUAN Keamanan berbasis teknologi saat ini sangat diperlukan seperti keamanan untuk mengakses suatu ruangan. Teknologi keamanan dapat memanfaatkan bagian fisik dari manusia untuk identifikasi ataupun verifikasi karena memiliki ciri dan keunikan masing-masing dari setiap orang diantaranya sidik jari, wajah, retina mata atau tanda tangan. Wajah merupakan model visual multidimensi dari manusia yang dapat menunjukan identitas atau emosi. Kemampuan manusia dalam mengenali wajah sangat baik, manusia dapat mengenali ribuan wajah yang dilihat sehari-hari dan mengidentifikasikannya dengan yang pernah dilihat sebelumnya, meskipun terdapat perubahan dari penglihatan seperti ekspresi, penuaan dan gangguan seperti kacamata, kumis, janggut ataupun perubahan gaya rambut. Kompleksitas kondisi wajah dan posisi wajah yang memiliki dimensi tinggi harus dilakukan proses kompresi atau ekstraksi terlebih dahulu sebelum diolah dengan metode identifikasi. Validasi suatu ruangan dapat dilakukan dengan memindai wajah orang yang akan masuk ke dalam ruangan secara otomatis. Penelitian terdahulu mengenai pengenalan pola wajah untuk mengenali usia dan jenis kelamin menggunakan metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST) [], untuk mengenali ekspresi wajah menggunakan metode JST dan Fisherface [2], penelitian lain untuk mengengenali citra wajah menggunakan metode Two-Dimensional Linear Discriminant Analysis (TDLDA) dan Support Vector Machine (SVM) [3], penelitian mengenai pengenalan jenis kelamin berdasarkan citra wajah menggunakan metode TDLDA [4]. Pengenalan pola ekspresi wajah berdasarkan fitur mulut dan mata menggunakan deteksi tepi [5], penelitian lainnya menggunakan JST Backpropagation untuk mengenali ekspresi wajah [6]. Penelitian ini membangun sistem yang dapat melakukan identifikasi gender berdasarkan citra wajah menggunakan deteksi tepi dan JST Backpropagation. Deteksi tepi digunakan untuk memperjelas garis batas suatu obyek. Segmentasi dilakukan dengan membagi area wajah menjadi segmen mata kanan, mata kiri, dan mulut. Segmentasi menghasilkan 8 bit warna yang dilakukan thresholding, selanjutnya dikonversi dari matriks ke vektor sebagai data masukan untuk identifikasi gender menggunakan Backpopagation. II. METODE A. Pengambilan Citra Wajah untuk Identifikasi Penelitian terdahulu untuk mengenali gender berdasarkan citra wajah menggunakan Principal Component Analysis (PCA) dan Linear Discriminant Analysis (LDA) dilakukan secara offline dengan jumlah set data 500 yang diambil menggunakan kamera, citra yang diambil berukuran 640 x 480 piksel yang akan dilakukan cropping menjadi 64 x 64 piksel dengan latar belakang citra berwarna putih dan pencahayaan yang normal. Citra pada proses pengenalan dan pengujian obyek tidak terlihat menggunakan aksesoris yang dapat menghalangi area wajah [7]. Keadaan lingkungan saat pengambilan citra seperti ekspresi wajah, posisi, pencahayaan dan penggunaan aksesoris dapat memberikan pengaruh pada pembangunan sistem karena membutuhkan tingkat akurasi Yogyakarta, 5 Agustus 207 B-0

yang baik terhadap hasil identifikasi. Penelitian lainnya mengambil data menggunakan webcam yang dilakukan secara realtime [8]. Obyek yang diambil hanya satu buah obyek yang terdapat area citra wajah dengan posisi tegak lurus dan pencahayaan yang normal. Penelitian sebelumnya menjelaskan fitur wajah yang dapat membedakan antara laki-laki dengan perempuan [], fitur yang digunakan yaitu mata dan mulut yang dijelaskan pada Tabel. Fitur Mata Mulut (bibir) TABEL I. Fitur Pembeda Deskripsi Jarak mata dengan alis lebih dekat. Ukuran mata terlihat kecil Jarak dasar hidung ke bibir atas lebih jauh, ukuran lebih tipis Jarak mata dengan alis lebih lebar. Ukuran mata terlihat lebih besar Jarak dasar hidung ke bibir atas lebih sedikit, ukuanya lebih tebal B. Rancangan Sistem Identifikasi Gender Sitem pada penelitian ini menggunakan citra wajah sebagai masukan yang terdiri dari lima naracoba laki-laki dan lima naracoba perempuan dengan pengambilan citra menggunakan kamera ponsel resolusi 3264 x 2448 piksel. Jarak maksimal kamera terhadap wajah maksimum 50 cm dengan kondisi pencahayaan yang normal. Citra yang ditangkap sebanyak enam kali untuk setiap naracoba dengan kondisi yang berbeda dan posisi tegak lurus. Metode penelitian ini terdiri enam tahap. Tahap pertama analisis sistem berjalan, wajah manusia memiliki keunikan setiap orangnya sehingga dapat membedakan antar individunya, dapat juga membedakan gender dari suatu wajah karena setiap fitur wajah antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan seperti bentuk, ukuran atau warna. Pengenalan gender dapat dilakukan untuk rekapitulasi data ataupun akses ruangan khusus. Tahap kedua yaitu pengambilan data berupa citra wajah sebagai data latih dan data uji, naracoba yang digunakan pada penelitian ini sebanyak lima laki-laki dan lima perempuan untuk data latih, serta lima laki-laki dan lima perempuan untuk data uji. Setiap naracoba dilakukan pengambilan citra wajah sebanyak enam kali capture dengan kondisi wajah yang berbeda setiap data latih. Jumlah data latih yang digunakan sebanyak 60 citra data latih. Tahap ketiga yaitu perancangan sistem yang terdiri dari praproses dan proses. Pra-proses terdiri dari deteksi wajah menggunakan Haar Cascade front face, normalisasi dan cropping menjadi 320 x 320 piksel, grayscalling, segmentasi mata, segmentasi mulut, deteksi tepi, selanjutnya konversi matriks menjadi vektor ( x 0200). Vektor 0200 didapatkan dari hasil segmentasi yaitu segmen mata kanan 60 x 35 piksel (-200), segmen mata kiri 60 x 35 piksel (20-4200) dan segmen mulut 00 x 60 piksel (420-0200). Teknik yang digunakan untuk mendeteksi area wajah yaitu Haar Cascade front face, setelah dikenali area wajah dilakukan normalisasi dan cropping untuk mengubah ukuran data masukan menjadi sama. Grayscalling merupakan proses untuk mengubah citra berwarna menjadi keabuan atau hitam-putih. Deteksi tepi digunakan untuk memperjelas batas atau tepi obyek sehingga mempermudah dalam melakukan segmentasi. Hasil dari deteksi tepi merupakan nilai matriks yang akan dikonversi ke dalam vektor sebagai masukan dalam pelatihan. JST Backpropagation dilakukan untuk pelatihan sedangkan identifikasi menggunakan arsitektur Multi Layer Perceptron setelah dilakukan tahapan pra-proses. Tahap pra-proses dan identifikasi dapat dilihat pada Gambar. INPUT DATA LATIH (Citra Wajah) DATA UJI (Citra Wajah) 5 2 6 PRA-PROSES. DETEKSI WAJAH 2. NORMALISASI 3. GRAYSCALLING 4. SEGMENTASI MATA, MATA KANAN, MATA KIRI 5. SEGMENTASI MULUT 6. DETEKSI TEPI 7. KONVERSI MATRIKS KE VEKTOR PROSES 3 PEMBELAJARAN BACKPROPAGATION 4 BOBOT 7 IDENTIFIKASI MLP 8 OUTPUT LAKI-LAKI PEREMPUAN Gambar. Identifikasi gender menggunakan JST Backpropagation Tahap keempat adalah implementasi perangkat lunak identifikasi gender menggunakan deteksi tepi dan JST Backpropagation. Data masukan dilakukan pelatihan menggunakan Backpropagation. Hasil pelatihan merupakan bobot pembelajaran yang disimpan pada basis pengetahuan. Tahap kelima adalah pengujian dan evaluasi. Pada tahap pengujian data uji dilakukan praproses terlebih dahulu seperti data latih. Pada saat pengujian dan evalusi menggunakan arsitektur Multi Layer Perceptron untuk mencari pola yang mirip dengan pola sampel yang disimpan dalam basis pengetahuan. Tahap keenam adalah pelaporan dan publikasi ilmiah. keluaran penelitian ini adalah sebuah sistem yang dapat mengindentifikasi gender dari citra wajah seseorang untuk keperluan rekapitulasi data ataupun akses ruangan dengan gender tertentu dalam bentuk perangkat lunak. C. Deteksi Tepi Tepi (edge) merupakan perubahan nilai intensitas keabuan yang cepat atau tiba-tiba (besar) dalam jarak yang singkat. Suatu titik (x, y) dikatakan sebagai tepi jika titik tersebut mempunyai perbedaan nilai piksel yang tinggi dengan nilai piksel tetangganya. Hasil deteksi tepi suatu citra dengan jenis derau tertentu, dan deteksi tepi tertentu memiliki indeks kualitas yang berbeda dibandingkan dengan hasil deteksi tepi citra yang lain karena pada elemen matriks antara citra yang satu dengan citra yang lain berbeda. Penelitian terdahulu mengenai perbandingan jenis operator atau metode deteksi tepi dengan metode Laplace, Sobel, Prewit dan Canny pada pengenalan pola batik penggunaan deteksi tepi Canny untuk segmentasi citra atau untuk ekstraksi fitur dapat meningkatkan akurasi dalam mengenali sebuah pola [9]. Deteksi tepi Canny terdiri dari empat proses yaitu smoothing image, compute gradient, Non-maxima Suppression dan Double Thresholding. Citra masukan dilakukan smoothing image dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas citra dengan cara menghilangkan derau. Compute gradient merupakan proses untuk menghitung potensi gradien suatu tepi citra. Selanjutnya proses non-maxima suppression bertujuan untuk Yogyakarta, 5 Agustus 207 B-

melokalisasi tepi secara presisi, dan untuk proes double thresholding bertujuan untuk menentukan kategori pixel edge. Untuk flow chart dari deteksi tepi Canny dapat dilihat pada Gambar 2. Start Original Edge End Smoothing Double Thresholding Gambar 2. Flow chart deteksi tepi Canny Compute Gradient Non Maximum Suppression D. Identifikasi Gender dengan JST Backpropagation Penelitian ini menggunakan data sebanyak 20 naracoba, untuk data latih sebanyak 0 naracoba dan data uji sebanyak 0 naracoba. Dengan masing-masing 5 naracoba laki-laki dan 5 naracoba perempuan. Tahap perancangan JST ini menggunakan JST Backpropagation berarsitektur MLP yang melakukan perancangan dan implementasi terhadap identifikasi gender. Jumlah neuron input memiliki 0200 neuron dan neuron pada output layer memiliki 2 neuron. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah neuron pada hidden layer. Pada dasarnya jumlah hidden neuron yang digunakan dapat berjumlah sampai dengan tak terhingga (~), namun ada beberapa metode untuk menentukan jumlah neuron pada hidden layer [8]. Salah satu metodenya dapat dilihat pada Persamaan. jumlah Zn = jumlah Xn + jumlah Yn () Dengan neuron hidden (Zn), neuron input (Xn) dan neuron output (nyn). Maka neuron hidden layer ditetapkan sebanyak 0200 + 2 = 0. Pada Gambar 3. merupakan arsitektur Multi Layer Perceptron dengan tiga layer yaitu satu input layer, satu hidden layer dan satu output layer. Penggunaan satu buah hidden layer sudah cukup untuk menyelesaikan suatu kasus [9]. yang kemudian dilakukan proses pelatihan dengan menggunakan algoritma Backpropagation dan identifikasi dengan Multi Layer Perceptron (feedforward). Mata kanan Mata kiri Mulut Input Layer x x200 X20 x4200 X420 X0200 Vij Hidden Layer Z Z2 Z3 Z0 Wjk Output Layer Gambar 3. Arsitektur jaringan Multi layer Perceptron y y2 Keterangan : X -X 0200 : menyatakan vektor masukkan Z -Z 0 : menyatakan vektor bobot lapisan tersembunyi Y -Y 2 : menyatakan vektor keluaran. Algoritma Backpropagation memiliki tahapan sebagai berikut : Tahap maju (feedforward):. Setiap unit input (x i, i =, 2, 3,, n) mengirimkan sinyal input pada hidden layer. 2. Hitung keluaran unit hidden layer (z i, j =, 2, 3,, p) n z_in j = v 0j + i= x i v ij (2) menghitung sinyal hidden dengan fungsi aktivasi: (z j = f(z_in j ) (3) 3. Hitung unit output (y k, k =, 2, 3,, m) p y_in k = w 0k + j= z j w jk (4) menghitung sinyal output dengan fungsi aktivasi: y k = f(y_in k ) (5) 4. Menghitung Mean Square Error (MSE). MSE = n (t n k= k y k ) 2 (6) Tahap mundur (backpropagation) 5. Hitung unit output (y k, k =, 2, 3,, m) δ k = (t k y k )f (y_in k ) = (y k )( y k ) (7) hitung koreksi bobot untuk memperbaiki nilai w jk : w jk = αδ k z j (8) hitung koreksi bias untuk memperbaiki nilai w 0k : w 0k = αδ k (9) 6. Pada saat unit hidden (z i, j =, 2, 3,, p) menjumlahkan delta input): δ inj = m k= δ k w jk (0) menghitung informasi error: δ j = δ_in j f (z_in j ) = f(z_in j )( z_in j ) () kemudian hitung koreksi bobot untuk perbaikan nilai v ij : v jk = αδ j x i (2) hitung koreksi bias untuk memperbaiki nilai v 0j : v 0j = αδ j (3) Tahap pengkoreksian bobot 7. Hitung unit output (y k, k =, 2, 3,, m) untuk memperbaiki bias dan bobotnya (j = 0,, 2,, p) sehingga menghasilkan bobot dan bias baru: w jk (baru) = w jk (lama) + w jk (4) setiap unit hidden mulai dari unit ke- sampai dengan unit ke-p melakukan update bobot dan bias: v ij (baru) = v ij (lama) + v ij (5) keterangan: x i adalah nilai dari input layer, z_in j adalah dari hidden neuron atau jumlah dari x i yang dikalikan dengan bobotnya, z j adalah nilai dari z_in j yang telah melakukan proses aktivasi, v ij adalah bobot dari input layer ke hidden layer, v 0j adalah bobot bias dari input layer ke hidden layer, y_in k adalah nilai dari output neuron atau jumlah dari z j yang dikalikan dengan bobotnya, Yogyakarta, 5 Agustus 207 B-2

y k adalah nilai dari y_in k yang telah melakukan proses aktivasi, w jk adalah bobot dari hidden layer ke output layer, w 0k adalah bobot bias dari hidden layer ke output layer, δ k adalah faktor error pada output layer yang digunakan untuk menghitungkoreksi, t k adalah target pada data ke k, w jk adalah koreksi error untuk bobot output layer ke hidden layer, w 0k adalah koreksi error untuk bobot bias output layer ke hidden layer, δ_in j adalah jumlah δ k pada output layer yang sudah dikalikan dengan bobot w jk, δ j adalah faktor error pada hidden layer yang digunakan untuk menghitung koreksi, v jk adalah koreksi error untuk bobot hidden layer ke input layer, v 0j adalah koreksi error untuk bobot bias hidden layer ke input layer, i adalah indeks input neuron, j adalah indeks hidden neuron, k adalah indeks output neuron. Setelah dilakukan pelatihan, maka diperoleh bobot dari Backpropagation untuk digunakan dalam proses identifikasi. Parameter paling optimal yang digunakan yaitu maksimum Epoch 0000, α 0.05 dan maksimum error 0.00. jika α semakin besar maka semakin cepat iterasinya apabila pola yang dihasilkan baik, tetapi jika terlalu besar dan pola yang dihasilkan tidak baik (rusak) iterasinya akan lebih lama. III. HASIL DAN DISKUSI Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dengan menggunakan data latih sebanyak 60 dari 5 naracoba laki-laki dan 5 naracoba perempuan dan data uji sebanyak 60 dengan jumlah naracoba baru sama seperti data latih, area wajah dari citra input dapat terdeteksi dengan pencahayaan saat mengambil citra harus terang. Citra Asli Deteksi Wajah Hasil Citra Asli Deteksi Wajah Hasil Gambar 4 Hasil pra-proses deteksi wajah Pelatihan terhadap data latih dilakukan dengan berbagai varisi parameter untuk menemukan parameter yang paling baik yaitu menghasilkan akurasi paling besar dan waktu pelatihan yang lebih kecil. Analisis parameter pengaruh learning rate pelatihan dapat dilihat pada Tabel 2. No α MSE 2 3 TABELII. Analisis Pengaruh Learning Rate Waktu (Menit) Epoch Ke- Jumlah Dikenali Data Latih Data Baru 0.02 0.00099 5:46 304 60 44 0.05 0.00098 3:25 8 60 49 0.0 0.08897 4:26:4 0000 32 32 Berdasarkan analisis pengaruh learning rate pada Tabel 2, dengan menggunakan parameter α 0.05, MSE 0.00, maksimum epoch 0000, menghasilkan data latih yang dikenali 60 dari 60 data latih dan data baru dikenali 49 data dari 60 data baru dengan lama pelatihan 3.25 menit. Diperoleh akurasi untuk data latih sebesar 82%, dan data baru sebesar 00%. IV. KESIMPULAN Penelitian ini telah membangun sistem identifikasi gender dari citra wajah menggunakan deteksi tepi Canny untuk ekstraksi, Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation untuk pelatihan dan proses feedforward untuk identifikasi. Sebelumnya data latih dan data baru dilakukan praproses untuk menemukan area wajah dari citra menggunakan Haar Cascade front face, selanjutnya dilakukan normalisasi untuk menyamakan ukuran citra, proses grayscalling untuk mengubah citra berwarna menjadi keabuan. Segmentasi dilakukan untuk mendapatkan area mata dan area mulut dan deteksi tepi digunakan untuk menemukan tepi obyek suatu citra yang menghasilkan matriks, matriks tersebut dikonversikan ke vektor untuk masukan proses pelatihan dan identifikasi. Sistem diuji dengan parameter α 0.05, MSE 0.00 dan maksimum epoch 0000, terhadap 60 citra data baru dari 0 naracoba baru diperoleh hasil akurasi sebesar 82%, sedangkan pengujian terhadap data yang sudah dilatih sebesar 00%. DAFTAR PUSTAKA [] T. R. Kalansuriya dan A. T. Dharmaratne, Neural Network based Age and Gender Classification for Facial s, International Journal on Advances in ICT for Emerging Regions, vol. 7, no. 2, 204. [2] Z. Abidin dan A. Harjoko, A Neural Network based Facial Expression Recognition using Fisherface, International Journal of Computer Applications, vol. 59, no. 3, 202. Yogyakarta, 5 Agustus 207 B-3

[3] F. Damayanti, A. Z. Arifin dan R. Soelaiman, Pengenalan Citra Wajah menggunakan Metode Two-Dimensional Linear Discriminant Analysis dan Support Vector Machine, Jurnal Ilmiah KURSOR, vol. V, no. 3, 200. [4] F. Damayanti, Pengenalan Jenis Kelamin Berdasarkan Citra Wajah Menggunakan Metode Two-Dimensional Linear Discriminant Analysis, Konferensi Nasional Sistem & Informatika, 205. [5] X. Chen dan W. Cheng, Facial Expression Recognition Based on Edge Detection, International Journal of Computer Science & Engineering Survey (IJCSES), vol. VI, no. 2, 205. [6] S. K. Sim dan J. D. Cho, Expression Recognition Based on Artificial Neural Network Using Error Backpropagation Learning Algorithm, International Journal of Applied Engineering Research, vol. XI, no. 2, pp. 820-823, 206. [7] A. A. D. Ridwan, I. Setyawan dan I. K. Timotius, Performance Comparison between Principal Component Analysis and Linear Discriminant Analysis in a Gender Recognition System, dalam IEEE Conference on Conrol, System and Industrial Informatics (ICCSII), Bandung, 203. [8] C. T. Yuen, M. Rizon, W. S. San dan M. Sugisaka, Automatic Detection of Face and Facial Features, dalam WSEAS International Conference on Signal Processing, Robotics and Automation (ISPRA), 2008. [9] M. Nandini, P. Bhargavi dan G. R. Sekhar, Face Recognition Using Neural Networks, International Journal of Scientific and Research Publications, vol. III, no. 3, 203. [0] L. V. Fausett, Fundamentals of Neural Networks : Architectures, Algorithms And Applications, 994. Yogyakarta, 5 Agustus 207 B-4