TINJAUAN PENURUNAN EMISI DARI KEGIATAN KAPAL FERRY PADA PELABUHAN MERAK BAKAUHENI

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni dan Merak. kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan. Pelabuhan Bakauheni

PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENYEBERANGAN SELAT SUNDA DENGAN PENDEKATAN MANAJEMEN PROYEK

MASALAH PENJADWALAN DAN PENENTUAN JUMLAH KAPAL: STUDI KASUS DI PELABUHAN MERAK DAN BAKAUHENI DAVID HENDRAYAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISA ANGKUTAN BATU BARA DENGAN KONSEP PENGGUNAAN TONGKANG KOSONG DI PELABUHAN DAN PEMANFAATAN PASANG SURUT SUNGAI

Dukung Pemanfaatan Gas Bumi, PGN-ASDP Sepakat Operasikan Kapal Berbahan Bakar Ganda di Merak-Bakauheni

ANALISIS DAMPAK PENGOPERASIAN JEMBATAN SELAT SUNDA

ANALISA KINERJA LINTASAN PENYEBERANGAN LEMBAR PADANGBAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

: Jl Raya Pelabuhan Merak, Gerem, Pulo Merak Cilegon-Banten. Kode Pos : Telp : (0254) , ,

II. TINJAUAN PUSTAKA. menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa melalui sarana laut.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

Model Analisis Pembangunan Transportasi : Studi Kasus Perbandingan Moda Angkutan Penyebrangan dengan Jembatan

Tinjauan Terhadap Tarif Angkutan Kapal Cepat KM. Expres Bahari Lintas Palembang-Muntok di Pelabuhan Boom Baru Palembang

2015 RANCANG BANGUN SISTEM APLIKASI PERAMALAN JUMLAH MUATAN KAPAL RO-RO DENGAN METODE WINTER S TIGA PARAMETER

ANALISIS WAKTU BONGKAR MUAT KENDARAAN DI PELABUHAN MERAK

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan

ANALISIS KESELAMATAN TRANSPORTASI PENYEBERANGAN LAUT DAN ANTISIPASI TERHADAP KECELAKAAN KAPAL DI MERAK-BAKAUHENI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (OBJEK PENELITIAN)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,


PP 15/1992, PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN UMUM (PERUM) ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN MENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO).

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Angkutan Jalan a) Jaringan Pelayanan Angkutan Jalan

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG KAPAL PENYEBERANGAN MERAK PROPINSI BANTEN

TUGAS AKHIR PENGUJIAN GAS BUANG PADA MESIN BAJAJ BER BAHAN BAKAR GAS ALAM DAN KONVENSIONAL (PREMIUM/BENSIN)

Analisis Manajemen Waktu dan Biaya Rute Penyeberangan Baru

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KAB. MERAUKE BULAN JANUARI 2017

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL ABSTRAK

SIMULASI SISTEM TRANSPORTASI KAPAL FERRY STUDI KASUS PELABUHAN PENYEBERANGAN KETAPANG GILIMANUK. Ahmed Assqol Hany 1), A.A.B.

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

ANALISA KELAYAKAN TARIF KAPAL FERRY RO-RO KMP AWUAWU LINTASAN BARRU-BATULICIN

ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI PENGOPERASIAN KAPAL 5000 GT DI PERAIRAN GRESIK-BAWEAN

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dingin telah membawa kecenderungan menyusutnya

NOMOR PM 103 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN PENGENDALIAN KENDARAAN YANG MENGGUNAKAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

PP 58/1991, PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PELABUHAN III MENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat tergantung pada sarana

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN DERMAGA DI PELABUHAN GILIMANUK, PROVINSI BALI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STUDI POTENSI PEMISAHAN PELABUHAN BARANG DI PADANG BAI

MODEL PERMINTAAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN BAJOE-KOLAKA

BAB III OBJEK PENELITIAN. PT ASDP Indonesian Ferry (Persero) Cabang Merak merupakan salah satu pelabuhan

BAB II STUDI PUSTAKA

Gambar 1. 1 Pola konsumsi energi di Indonesia ditinjau dari sumbernya

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN PELABUHAN MERAK

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

Analisis Perbandingan Keekonomian Rute Merak-Bakauheni dengan Rute Cigading-Kiluan

Pesawat Polonia

BAB 1 PENDAHULUAN. a. Meningkatkan pelayanan transportasi laut nasional. c. Meningkatkan pembinaan pengusahaan transportasi laut

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG PEMBINAAN KEPELABUHANAN

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

2017, No diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepela

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 1, Tambahan Lem

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu sistem transportasi mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

2017, No logistik guna mengembangkan pertumbuhan ekonomi nasional, perlu menyesuaikan ketentuan permodalan badan usaha di bidang pengusahaan an

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran KATA PENGANTAR

2017, No Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peratur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT KAPAL RO-RO PT ASDP INDONESIA FERRY

Presentasi Hasil TA. Estimasi Gas Buang Kapal Dengan Metode USEPA Secara Real Time Dengan Menggunakan Data Automatic Identification System (AIS)

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG KEPELABUHANAN DI KOTA PANGKALPINANG

III. METODOLOGI PENELITIAN. tahap-tahap dalam melakukan sebuah penelitian yang output akhirnya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas

TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN KAPAL FERRY PENYEBERANGAN RUTE PELABUHAN MERAK-BAKAHUENI

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

2 Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3667); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuang

BAB I PENDAHULUAN. lautan 38% : 62%, memiliki pulau, dimana 6000 di antaranya telah

ANALISIS PENAMBAHAN DERMAGA BARU DALAM UPAYA MENGURAI KEPADATAN KENDARAAN DI PELABUHAN MERAK. *1) Dosen Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya terbatas untuk memenuhi dan mendapatkan pangan, sandang, dan

PENELITIAN OPTIMALISASI KINERJA KEPERINTISAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN DI SULAWESI DALAM RANGKA MENDUKUNG MP3EI

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

TINJAUAN PENURUNAN EMISI DARI KEGIATAN KAPAL FERRY PADA PELABUHAN MERAK BAKAUHENI Shanty Manullang, Arif Fadillah *) Ginanjar Raganata **) *) Dosen pada Program Studi Teknik Perkapalan, **) Mahasiswa pada Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan laborashanty@yahoo.com Abstrak Indonesia merupakan negara kepulauan dimana penggunaan Kapal sebagai transportasi laut tidak dapat dihindarkan. Salah satu jalur pelayaran yang padat adalah jalur pelayaran Merak Bakauheni, sehingga berdampak pada peningkatan emisi gas buang yang berasal dari kegiatan kapal di pelabuhan tersebut. Tujuan penulisan ini untuk menganalisa beberapa langkah yang dilakukan untuk mengurangi emisi dari kapal laut yang ada di Pelabuhan Merak Bakauheni.Metodologi yang digunakan memakai metodologi Carlo Trozzi Emission estimate methodology for maritime navigation. salah satu caranya ialah dengan mengubah bahan bakar kapal tersebut dari bahan bakar minyak (BBM) menjadi Compressed Natural Gas (CNG) atau di Indonesia lebih dikenal sebagai Bahan Bakar Gas (BBG), bahan bakar ini dianggap lebih bersih dan murah. Dari beberapa Pollutant yang di teliti pencemaran udara tertinggi dihasilkan oleh zat CO2 dengan nilai emisi pada saat Hotelling sebesar 19.411 Ton dan Manouvering sebesar 11.119 Ton. dengan menggunakan BBG emisi yang dihasilkan CO2 jauh lebih kecil, yakni Hotelling sebesar 4,402 Ton dan Manouvering sebesar 2,456 Ton. ini dikarenakan emisi faktor CO2 dengan menggunakan BBG jauh lebih kecil dibanding emisi faktor CO2 dengan menggunakan BBM. sehingga dapat mengurangi emisi gas buang khususnya yang dihasilkan Kapal Ferry Ro-Ro lintas pelayaran Merak Bakauheni. Kata Kunci : Emisi Gas Buang, Ferry Ro-Ro, Merak - Bakauheni, BBG dan BBM. 1. PENDAHULUAN Berdasarkan dari letak geografisnya, Negara Indonesia 2/3 nya merupakan wilayah perairan. Dimana luas wilayah maritim Indonesia sebesar 3.272,231 Km 2 dari luas teritorialnya. Dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, tentunya kita membutuhkan kapal laut sebagai alat transportasi dari pulau satu kepulau lainnya. Belum lama ini pemerintah memutuskan untuk membatalkan proyek Jembatan Selat Sunda karena dianggap tidak sesuai dengan visi misi Negara maritim secara otomatis akan menambah tingkat kebutuhan alat transportasi kapal laut. Pada lintas pelayaran Merak Bakauheni Setidaknya tercatat pada kondisi normal kapal yang beroperasi sejumlah 24 unit sedangkan pada saat kondisi sangat padat kapal yang beroperasi sejumlah 28 unit. Dimana 6 kapal Ferry dimiliki dan dioperasikan oleh PT.

Angkutan Sungai Danau dan Penyebrangan (ASDP) Indonesia Ferry dan sisanya dioperasikan oleh perusahaan swasta. Dengan program pemerintah untuk tidak melanjutkan Jembatan Selat Sunda dan meningkatnya angkutan dari Pulau Jawa Pulau Sumatra dengan menggunakan Kapal Laut, hal ini dapat menyebabkan meningkatnya angka emisi gas buang yang berpotensi untuk mencemari lingkungan sekitar. sudah sepatutnya kita dapat menjaga keamanan lingkungan dengan cara mengurangi emisi dari gas buang tersebut. dimana, lintas penyebrangan Merak Bakauheni adalah salah satu lintas penyebrangan terpadat yang mempunyai potensi pencemaran lingkungan yang cukup besar. Pada penelitian ini untuk menghitung nilai emisi yang dihasilkan kapal digunakan metodologi Carlo Trozzi, yang pada akhirnya akan menekan angka emsisi gas buang apabila kapal memakai BBG dibanding BBM. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi emisi gas buang yang dihasilkan kapal laut pada pelabuhan Merak Bakauheni, Untuk itu dalam melakukan tinjauan ini perlu disusun kerangka dasar yang digunakan sebagai acuan untuk mengkaji studi kasus tersebut. Metode penulisan kajian ini mencakup semua tindakan atau langkah yang akan dilakukan untuk penulisan penelitian. Metode Perhitungan Metode Perhitungan yang dipakai antara lain adalah : 1. Perhitungan Emisi gas buang menggunakan rumus Carlo Trozzi : a. Fuel Consumption Main Engine Fuel Consumption Main Engine Hotelling (FCMEH) sfoc kapal x HP Mesin x waktu hotteling ------- (1) 1000 x Load Faktor ME Hotelling Fuel Consumption Main Engine Manouvering (FCMEM) sfoc kapal x HP Mesin x waktu Manouvering ------- (2) 1000 x Load Faktor ME Manouvering Fuel Consumption Main Engine Cruising (FCMEC) sfoc kapal x HP Mesin x waktu Cruising ------- (3) 1000 x Load Faktor ME Cruising b. Fuel Consumption Auxiliary Engine Fuel Consumption Auxiliary Engine Hotelling (FCAEH) sfoc kapal x HP Mesin x waktu hotteling ------- (4) 1000 x Load Faktor AU Hotelling Fuel Consumption Auxiliary Engine Manouvering (FCAEM) sfoc kapal x HP Mesin x waktu Manouvering ------- (5) 1000 x Load Faktor AU Manouvering Fuel Consumption Auxiliary Engine Cruising (FCAEC)

sfoc kapal x HP Mesin x waktu Cruising 1000 x Load Faktor AU Cruising ------- (6) c. Perhitungan Emisi Hotelling =(FCMEH + FCAEH) x Emision Faktor ----- (7) Manouvering = (FCMEM + FCAEM) x Emision Faktor ----- (8) Cruising = (FCMEC + FCAEC) x Emision Faktor ----- (9) Tabel 1. Load Factor ME dan AE No Kondisi Load Faktor ME Load Faktor AE 1 Hotelling 0.2 0.3 2 Criusing 0.8 0.5 3 Manouvering 0.2 0.4 Sumber : Carlo Trozzi,Emission Estimate Methodology Tabel 2. Emision Faktor untuk BBM No Pollutant Emision Faktor Sumber Clasification (Kg/Ton) 1 Nox 57 Carlo Trozzi, Methodologies For Estimating Air 2 SOx 0,7 Carlo Trozzi, Methodologies For Estimating Air 3 CO 7,4 Carlo Trozzi, Methodologies For Estimating Air 4 CO2 3170 Carlo Trozzi, Methodologies For Estimating Air 5 VOC 2,4 Carlo Trozzi, Methodologies For Estimating Air 6 PM 1,5 Carlo Trozzi, Methodologies For Estimating Air Sumber : Methodologies For Estimating Air No Pollutant Clasification Tabel 3. Emision Faktor untuk BBG Emision Faktor (Kg/Ton) Sumber 1 Nox 0,77 Pusat Teknologi Industri,BPPT [15] 2 SOx 0,7 Carlo Trozzi,Emission Estimate Methodology 3 CO 0,8 Pusat Teknologi Industri,BPPT 4 CO2 0,7 Pusat Teknologi Industri,BPPT 5 VOC 2,4 Carlo Trozzi,Emission Estimate Methodology 6 PM 1,4 Carlo Trozzi,Emission Estimate Methodology Sumber : Emission Estimate Methodology dan Pusat Teknologi Industri,BPPT 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengumpulan data dan informasi didapatkan dari 2 (dua) Pelabuhan penyeberangan yaitu di Pelabuhan Merak dan Bakauheni. Data dan informasi dari Kantor Kementrian

Perhubungan, Dirjen Lalu Lintas Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (LLASDP) adalah sebagai berikut : 3. 1 Pelabuhan Merak Pelabuhan Merak termasuk di wilayah PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II yang berada di Propinsi Banten. Pelabuhan sebagai tumpuan tatanan kegiatan ekonomi dan kegiatan pemerintah merupakan sarana untuk menyelenggarakan tempat naik turunnya penumpang, bongkar muat barang dan kendaraan, serta menunjang angkutan laut. 3.2 Pelabuhan Bakauheni Pelabuhan Bakauheni termasuk di wilayah Propinsi Lampung. Pelabuhan ini merupakan salah satu pelabuhan utama dalam sistem kepelabuhanan penyebrangan di Indonesia. Pelabuhan Bakauheni merupakan tumpuan tatanan kegiatan ekonomi Propinsi Lampung sebagai sarana untuk menyelenggarakan tempat naik turunnya penumpang dan bongkar muat kendaraan, serta menunjang angkutan laut. 3.3 Pola Operasi Kapal 1. Pola Operasional a. Normal Tabel 4. Pola Operasional pada saat kondisi normal No Kondisi Dermaga Jumla I II III IV V h 1 Kapal Ops (unit) 6 K 6 K 5 K 3 K 4 K 24 2 Manouvering (menit ) 24 24 24 24 24 3 Hotelling (menit ) 48 48 48 48 48 4 Sea Time (menit) 120 120 120 120 120 5 Target Trip 24 24 20 12 16 96 6 Kap, Produksi (unit) 1.344 1.344 2.760 672 896 7.016 Sumber : Kementrian Perhubungan, Dirjen LLASDP Tabel 5. Kapal yang beroperasi pada kondisi Normal Kapal yang Beroperasi No. Dermaga 1 Dermaga 2 Dermaga 3 Dermaga 4 1 KMP. Jatra I KMP. Nusa KMP. Nusa KMP. Mustika Jaya Dharma Kencana 2 KMP. Jatra II KMP. Windu KMP. Nusa KMP. Dharma Karsa Pratama Setia Kencana IX 3 KMP. Jatra III KMP. Windu KMP. Prima KMP. BSP II / Karsa Dwitya Nusantara Ontoseno 4 KMP. Mufidah KMP. BSP 1 KMP. Titian Murni 5 KMP. KMP. Bahuga KMP. Mitra Menggala Pratama Nusantara Dermaga 5 KMP. HM Baruna I KMP. Rajabasa 1 KMP. Tribuana 1 KMP. BSP III

KMP. Nusa KMP. SMS 6 Bahagia Kartanegara Sumber : Kementrian Perhubungan, Dirjen LLASDP 3.4 Hasil Perhitungan Emisi Gas Buang Kapal Pada Pelabuhan Merak Bakauheni Dengan menggunakan perhitungan menurut Carlo Trozzi, maka di dapatlah hasil perhitungan emisi gas buang Kapal Ferry pada pelabuhan Merak Bakauheni dengan dua perbandingan yakni dengan menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan dengan menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG). Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 6. Emisi Gas Buang dengan Menggunakan Bahan Bakar Minyak (Tahun) Pelabuhan Merak Pelabuhan Bakauheni No Emisi Hotelling Manouvering Sailing Hotelling Manouvering 1 Nox (Ton) 365,116 1.129,208 3.117,850 365,116 1.129,208 2 SOx (Ton) 4,484 2,456 38,289 4,484 2,456 3 CO (Ton) 47,401 25,958 404,774 47,401 25,958 4 CO2 (Ton) 19.411,909 11.119,919 173.347,598 19.411,909 11.119,919 5 VOC (Ton) 14,797 8,419 131,278 14,797 8,419 6 PM (Ton) 10,309 5,262 82,049 10,309 5,262 Sumber : Hasil Perhitungan Tabel 7 Emisi Gas Buang dengan Menggunakan Bahan Bakar Gas (Tahun) Pelabuhan Merak Pelabuhan Bakauheni No Emisi Hotelling Manouvering Sailing Hotelling Manouvering 1 Nox (Ton) 4,932 2,257 42,118 4,932 2,257 2 SOx (Ton) 4,484 2,456 38,289 4,483 2,456 3 CO (Ton) 5,124 2,806 43,759 5,124 2,806 4 CO2 (Ton) 4,402 2,456 38,289 4,402 2,456 5 VOC (Ton) 14,797 8,419 131,278 14,797 8,419 6 PM (Ton) 8,691 4,911 76,579 8,691 4,911 Sumber : Hasil Perhitungan Tabel 8. Penurunan Emisi Gas Buang yang Menggunakan Bahan Bakar Gas (Tahun) Pelabuhan Merak Pelabuhan Bakauheni No Emisi Hotelling Manouvering Sailing Hotelling Manouvering 1 Nox (Ton) 360,183 1.126,951 3.075,732 360,183 1.126,951

2 SOx (Ton) 0 0 0 0 0 3 CO (Ton) 42,277 23,152 361,014 42,277 23,152 4 CO2 (Ton) 19.407,507 11.117,464 173.309,309 19.407,507 11.117,464 5 VOC (Ton) 0 0 0 0 0 6 PM (Ton) 1,618 0,351 5,470 1,618 0,351 Sumber : Hasil Perhitungan 3.5 Penurunan Emisi Gas Buang Kapal Ferry pada Lintas Pelayaran Merak Bakauheni a) Hotelling Satuan Emisi dalam (Ton) 1095,347 1941,191 Nox = skala 1 : 3 ton Sox = skala 1 : 100 ton Co = skala 1 : 100 ton CO2 = skala 1 : 100 ton VOC = skala 1 : 50 ton PM = skala 1 : 50 ton 448,388 711,015 739,840 493,226 512,443 440,194 434,557 515,440 EMISI BBM EMISI BBG Sumber: Hasil Perhitungan Gambar 1. Penurunan Emisi Gas Buang pada saat Hotelling b) Manouvering

Satuan Emisi 34,750 dalam (Ton) Nox = skala 1 : 75 ton Sox = skala 1 : 1 ton Co = skala 1 : 5 ton CO2 = skala 1 : 320 ton 2,257 16,135 VOC = skala 1 : 1 ton 8,419 EMISI BBM, SOX, 5,192 5,262 2.456 2,806 2,456 4,911 EMISI BBM PM = skala 1 : 1 ton EMISI BBG Sumber: Hasil Perhitungan Gambar 2. Penurunan Emisi Gas Buang pada saat Manouvering 4. KESIMPULAN DAN SARAN Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) sebagai bahan bakar kapal menghasilkan emisi gas buang yang cukup tinggi, terutama pada CO2 yang mana memiliki nilai emisi tertinggi dibanding pollutant lainnya dengan nilai emisi pada saat Hotelling 19.411 Ton dan Manouvering 11.119 Ton dan dengan menggunakan BBG emisi yang dihasilkan CO2 jauh lebih kecil, yakni Hotelling sebesar 4,402 Ton, dan Manouvering sebesar 2,456 Ton Sebaikanya dilakukan penelitian lanjut mengenai penurunan emisis dari kegiatan kapal tetapi di pelabuhan yang berbeda sehingga kita pada akhirnya dapat tahu berapa kira-kira sumbangan emisi gas buang dari kegiatan kapal di pelabuhan. DAFTAR PUSTAKA Carlo Trozzi, Emission Estimate Methodology Tahun 2006 Kantor Kementrian Perhubungan, Dirjen LLASDP, Jakarta Konvensi Hukum Laut United Nation Convention on the law of the Sea 1982 (UNCLOS) Mahsun, Mohamad 2006 Pelabuhan Merak Indonesia. Yogyakarta:Ghalia Nasution. 2004 Manajemen Pelabuhan Merak. Bandung: cv Alfabet Pusat Teknologi Industri,BPPT Supranto,J.2001 Karakteristik Pelabuhan Merak Jakarta: PT. Gramedia