APLIKASI BEBERAPA JENIS PUPUK DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS RUMPUT GAJAH PADA LAHAN MARGINAL Oleh : ELVIWIRDA I. PENDAHULUAN Sumber pakan utama bagi ternak ruminansia, baik untuk hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksi adalah hijauan. Hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari hijauan dan konsumsi hijauan segar perhari sebanyak 10-15% dari berat badan ternak (Seseray et al., 2013). Sementara untuk mencapai produktivitas ternak yang optimal harus ditunjang dengan peningkatan penyediaan hijauan pakan yang cukup baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitasnya. Kenyataannya bahwa ketersediaan pakan hijauan masih sangat terbatas, hal ini disebabkan sebagian besar lahan yang tersedia untuk penanaman hijauan makanan ternak merupakan lahan-lahan marginal yang dapat diartikan sebagai lahan yang memiliki mutu rendah karena memiliki beberapa faktor pembatas (Yuwono, 2009). Oleh sebab itu untuk mengatasi hijauan yang ketersediaannya semakin terbatas, perlu dilakukannya budidaya rumput yang mampu beradaptasi pada kondisi lahan dengan tingkat kesuburan yang rendah dan tanggap terhadap perlakuan pemupukan. Pemupukan bertujuan menambah persediaan unsurunsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk meningkatkan
produksi tanaman. Pupuk menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman. Selain itu manfaat utama dari pupuk yang berkaitan dengan sifat fisik tanah adalah memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur dengan menyediakan ruang pada tanah untuk udara dan air. Pemberian pupuk sangat penting karena dapat memperkaya tanah sehingga makanan yang dibutuhkan tanaman dapat tersedia (Murbandono, 2001). Sedangkan jenis rumput yang dapat dibudidayakan dan mudah dikembangkan, produksinya tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum). II. PENERAPAN JENIS PUPUK PADA RUMPUT GAJAH Pupuk Majemuk Pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang umumnya mengandung lebih dari satu macam unsur hara tanaman (makro maupun mikro) terutama N, P dan K (Rosmarkam, 2002). Kelebihan pupuk NPK yaitu dengan satukali pemberian pupuk dapat mencakup beberapa unsur sehingga lebih efisien dalam penggunaan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal (Hardjowigeno, 2003). Kelebihan lain dari penggunaan pupuk
majemuk NPK yaitu menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya pengangkutan. Penggunanan pupuk NPK dapat menjadi solusi dan alternatif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman hijauan khususnya rumput gajah. Penggunaan pupuk NPK diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam pengaplikasian di lapangan dan dapat meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan di dalam tanah serta dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutejo (2002) bahwa pemberian pupuk anorganik ke dalam tanah dapat menambah ketersediaan hara yang cepat bagi tanaman. Pemberian kapur dolomit (CaMg(CO3)2 ) dan pupuk majemuk (16:16:16) atau pupuk majemuk pupuk majemuk (15:15:6) memberikan hasil yang baik. Pemberian pupuk majemuk terhadap tanah dapat berpengaruh baik pada kandungan hara tanah dan dapat berpengaruh baik bagi pertumbuhan tanaman karena unsur hara makro yang terdapat dalam unsur N, P dan K diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang akan diambil oleh tanaman dalam bentuk anion dan kation (Sutejo, 2002). Pupuk Cair Herbafaerm Bio Organik Pemberian pupuk cair ini pada tanaman dilakukan setiap 10 hari sekali dengan cara disemprotkan pada tanaman. Sebelum diberikan ke tanaman, pupuk cair ini dicampur dengan air. Perbandingan antara pupuk cair dan air, yaitu 1 liter pupuk cair
berbanding 5 liter air. upuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun dapat memberikan kebutuhan nutrisi pada tanaman antara lain unsur hara makro (N, P, K, S, Ca, Mg) dan mikro (B, Mo, Cu, Fe, Mn,) zat pengatur tumbuh serta mikroorganisme tanah yang sangat diperlukan oleh berbagai jenis tanaman. Unsur hara yang terkandung didalamnya berbentuk larutan yang sangat halus sehingga sangat mudah diserap oleh tanaman, sekalipun oleh bagian daun atau batangnya. Selain dengan cara disiramkan pupuk jenis ini dapat digunakan langsung dengan cara disemprotkan pada daun atau batang tanaman (Nasaruddin dan Rosmawati, 2011). Sementara untuk lebih optimalnya pertumbuhan tanaman, sebelum perlakuan pupuk cair maka perlu dilakukan pemupukan dasar pada lahan. Perlakuan pupuk dasar yang dapat diaplikasikan berupa SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masing 50 kg/ ha serta pupuk kandang 5 ton/ha yang diberikan satu minggu sebelum penanaman. Sedangkan pupuk Urea per ha sebanyak 50 kg diberikan pada saat tanaman berumur dua minggu dengan sistem larikan pada sisi kiri dan kanan tanaman (Muhakka et al., 2013). Sementara hasil penelitian Muhakka et al. (2014) menyatakan bahwa pemberian pupuk cair 2 liter/ha dapat meningkatkan produksi segar rumput gajah taiwan yang optimal yaitu sebesar 113,56 ton/ha. Pupuk organik cair memberikan beberapa keuntungan, misalnya pupuk ini dapat digunakan dengan cara menyiramkannya
ke akar ataupun di semprotkan ke tanaman dan menghemat tenaga. Sehingga proses penyiraman dapat menjaga kelembaban tanah. Pupuk organik cair dalam pemupukan jelas lebih merata, tidak akan terjadi penumpukan konsentrasi pupuk di satu tempat, hal ini disebabkan pupuk organik cair seratus persen larut. Sehingga secara cepat mengatasi defesiensi hara dan tidak bermasalah dalam pencucian hara juga mampu menyediakan hara secara cepat. Pupuk Organik Biourine Biourin merupakan pupuk yang berasal dari urin ternak yang telah mengalami proses fermentasi. Paket teknologi ini melibatkan peran mikroorganisme (bakteri) untuk mentransformasi senyawa kimia ke substrat organik sehingga bisa diimplementasikan langsung sebagai nutrisi pada tanaman termasuk hijauan tanaman pakan ternak. Pupuk biourin memiliki keunggulan yaitu memiliki kandungan hara lebih tinggi dibandingkan dengan kotoran padat (Adijaya, 2009). Selanjutnya pemupukan dengan biourin sebanyak 75.000 liter/ha menghasilkan produksi hijauan rumput gajah yang baik (Nuriyasa et al., 2012). Makin tinggi dosis pemberian pupuk biourin maka karakteristik rumput gajah makin baik. Pendapat ini didukung oleh Sumarsono et al. (2009) menyatakan bahwa penggunaan pupuk organik berpengaruh posisitif terhadap komponen pertumbuhan dan produksi bahan kering hijauan.
Selain itu peningkatan kandungan bahan organik tanah pada tanah bermanfaat menyediakan unsur nitrogen, posfor dan memperbaiki struktur tanah yang berdampak pada peningkatan produksi hijuan pakan ternak. Sedangkan pemberian biourin dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada saat tanaman berumur dua minggu dan pemberian kedua adalah dua minggu setelah pemberian pertama. Sementara untuk lebih optimalnya pertumbuhan tanaman, maka perlu dilakukan pemupukan dasar pada lahan. Pupuk dasar diberikan pada saat penanaman bibit yaitu pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi dan diberikan sebanyak 10 ton/ha (200 g/pot). Sementara pupuk kandang adalah salah satu bahan organik yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan pemberiannya mempunyai manfaat ganda yaitu selain memperbaiki sifat fisik tanah juga merupakan sumber hara yang cukup potensial (Abdurrahman et al., 1999). Selain itu pupuk kandang dapat mempertahankan bahan organik tanah, meningkatkan aktivitas biologis dan juga meningkatkan ketersediaan air tanah. Semakin tinggi kadar air tanah maka absorbsi dan transportasi unsur hara maupun air akan lebih baik, sehingga laju fotosintesis untuk dapat menghasilkan cadangan makanan bagi pertumbuhan tanaman lebih terjamin dan produksipun akan meningkat 2003) (Ifradi et al.,
Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) FMA dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif teknologi untuk membantu pertumbuhan, meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman yang ditanam pada lahan-lahan marjinal (Al - Karaki et al., 2003). Penggunaan FMA yang dikombinasikan dengan pemupukan (N, P, K) yang efisien merupakan suatu alternatif untuk memecahkan masalah tersebut. Fedrial (2005) menyatakan, pemberian dosis pupuk N (urea) 200 kg/ha, P (SP - 36) 150 kg/ha, dan K (KCl) 100 kg/ha dapat meningkatkan produksi dan kandungan gizi dari rumput gajah. Pada tanah tambang gusuran batubara, peningkatan takaran pemupukan N, P, K dari 350 kg/ha (Urea+TSP+KCl) sampai 926 kg/ha (Urea+TSP+KCl) diperoleh peningkatan produksi bobot segar rumput gajah dari 15 ton/ha menjadi 55 ton/ha pada pemotongan pertama (Djalaluddin, 1989). Selain itu pengurangan pemberian pupuk N, P, K sampai 75 % (diberikan 25% N, P, K) yang di inokulasikan dengan FMA Glomus manihotis 10 gram/rumpun memberikan hasil yang sama dengan pemupukan N, P, dan K 100% tanpa FMA terhadap produksi dan nilai nutrisi rumput gajah (pennisetum purpureum) cv Taiwan pada lahan bekas tambang batubara. Namun produksi yang dihasilkan belum sebaik produksi rumput gajah (pennisetum purpureum) cv Taiwan pada lahan subur (Sari, 2012).
III.KESIMPULAN Beberapa jenis pupuk yang dapat di aplikasikan dalam meningkatkan produktivitas rumput gajah ( Pennisetum purpureum) adalah pupuk majemuk yang dikombinasikan dengan kapur dolomit (CaMg(CO3)2), pupuk cair herbafaerm bio organik, pupuk organik biourine, dan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA). DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, A., I. Juarsah, & U. Kurnia. 1999. Pengaruh penggunaan berbagai jenis dan takaran pupuk kandang terhadap produktivitas tanah Ultisol terdegradasi di Desa Batin, Jambi. Pros. Seminar Nasional Sumberdaya Tanah, Iklim dan Pupuk. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Adijaya, I N. 2009. Potensi limbah sapi pada integrasi tanaman pakan ternak. Bulletin Teknologi dan Informasi Pertanian Edisi 21, Tahun VII, September 2009. Denpasar, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Adijaya, N., I.M. Rai Yasa dan S. Guntoro. 2007. Pemanfaatan bio urine dalam produksi hijauan pakan ternak rumput gajah. Prosiding Seminar Nasional Percepatan Transformasi Teknologi Pertanian untuk Mendukung Pembangunan Wilayah. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.
Al-Karaki, G., B. McMichael, & J. Zak. 2003. Field response of wheat to arbuscular fungi and drought stress. Mycorrhiza. 14 : 263-269. Djalaluddin, S. 1989. Pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap produksi beberapa jenis rumput pakan ternak pada tanah gusuran tambang batubara Ombilin Sawahlunto. Thesis. KPK Unand IPB. Bogor. Fedrial, J. 2005. Pengaruh peningkatan takaran pemupukan N, P, dan K terhadap pertumbuhan dan produksi rumput benggala (Panicum maximum) pada tanah PMK Pemotongan pertama. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Perkasa. Jakarta. tanah. PT Mediyatama Sarana Ifradi, M. & P., Elsifitriana. 2003. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan mulsa jerami padi terhadap produksi dan nilai gizi rumput raja (Pennisetum purpuphoides) pada tanah Podzolik Merah Kuning. J. Peternakan dan Lingkungan. 10: 31-40. Kusuma M E. 2014. Respon rumput gajah ( Pennisetum purpureum) terhadap pemberian pupuk majemuk. Jurnal Ilmu Hewani Tropika Vol 3. No. 1. Muhakka, Napoleon A, dan Isti adah H. 2013. Pengaruh pemberian asap cair terhadap pertumbuhan rumput raja (Pennisetum purpureophoides). Jurnal Pastura Journal of Tropical Forage Science. 3 (1): 30 34 Muhakka, Napoleon A, dan Rosa. P. 2014. Pengaruh pemberian pupuk cair terhadap produksi rumput gajah taiwan (Pennisetum purpureum Schumach). Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014.
Murbandono, L. 2001. Membuat kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. 54 hal. Nasaruddin dan Rosmawati. 2011. Pengaruh pupuk organik cair (POC) hasil fermentasi daun gamal, batang pisang dan sabut kelapa terhadap pertumbuhan bibit kakao. Jurnal Agrisistem. 7 (1): 29 37. Nuriyasa I M., Candraasih K. N. N., A. A. A. S. Trisnadewi, E. Puspani, W. Wirawan. 2012. Peningkatan produksi rumput gajah ( Pennisetum purpureum) dan rumput setaria (setaria splendida stapf) melalui pemupukan biourin. Jurnal Pastura. Volume 1 Nomor 2. Prasetyo, B.H., dan Suriadikarta, D.A. 2006. Karakteristik, potensi, dan teknologi pengelolaan tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan Kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. 25(2). Rosmarkam, A dan N.W. Yuwono. 2002. Petunjuk pemupukan yang efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Sari RM. 2012. Produksi dan nilai nutrisi rumput gajah (pennisetum purpureum) cv. taiwan yang diberi dosis pupuk N, P, K berbeda dan fma pada lahan kritis tambang batubara. Artikel. Seseray D.Y., Santoso B dan Lekitoo M.N. 2013. Produksi rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang diberi pupuk N, P dan K dengan dosis 0, 50 dan 100% pada devoliasi hari ke-45. Jurnal Sains Peternakan. 11 (1): 49-55. Sumarsono, S. Anwar, D.W. dan S. Budiyanto. 2009. Penerapan pupuk organik untuk perbaikan penampilan dan produksi hijuan rumput gajah pada tanah masam. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan - Semarang, Fakultas Peternakan, Univesitas Diponogoro, Semarang.
Sutejo (2002 Sutejo. 2002. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. Yuwono N.W. 2009. Membangun kesuburan tanah di lahan marginal. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 9 (2): 137-141.