ANALISIS KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

dokumen-dokumen yang mirip
ARTIKEL ILMIAH. Oleh Nurasia A1C112028

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 4 Jambi pada semester ganjil tahun

ANALISIS KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

ARTIKEL ILMIAH. Oleh Yuniarti A1C112021

ARTIKEL ILMIAH. Oleh Lamtaruli Purba RSA1C113025

ARTIKEL ILMIAH. Oleh Ellisa Putriyani RRA1C112009

ANALISIS KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah deksriptif korelasional, yaitu penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester genap SMA

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR PADA KONSEP REAKSI REDOKS KELAS X MAN MUARO BUNGO KARYA ILMIAH

*Keperluan korespondensi, telp: ,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE GI DAN STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL. Praptiwi dan Jeffry Handhika

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA

BAB III METODE PENELITIAN

*keperluan korespondensi, tel/fax : ,

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN SISI DATAR BANGUN RUANG ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian didapatkan dengan. Hasil belajar siswa untuk kelas

BAB III METODE PENELITIAN. experimental design jenis one-group pretest-postest tanpa kelas kontrol sebanyak

Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dengan evaluasi tipe

ANALISIS PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment atau Penelitian

PENGARUH PENERAPAN LABORATORIUM VIRTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LARUTAN ASAM BASA KELAS XI MIA MAN MODEL KOTA JAMBI

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA PRASETYA Gorontalo, kecamatan

PENGKONSTRUKSIAN KONSEP FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

ARTIKEL ILMIAH. Oleh Ferawati RRA1C113010

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Suharsimi (2006:160) Metode penelitian adalah cara yang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF KOMBINASI STAD DAN TGT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII DI MTS USB SAGULUNG BATAM

OLEH: AYU RAKHMA NOVITA SARI NPM:

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

ANALISIS KETERLAKSANAAN MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika UNSIKA, 1 Dosen Prodi Pendidikan Matematika UNSIKA,

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam

1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret 2) Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret

Maryetta Evi Hariati: Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 0

Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasir Pengaraian ABSTRAK ABSTRACT

Citra Yunita dan Khairul Amdani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA MODEL KOOPERATIF TIPE TPS DAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR IPS

BAB III METODE PENELITIAN. penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment yang dilakukan di

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERBEDAAN PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika 2 Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Potensi Utama

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD: AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA MATERI HIDROLISIS GARAM

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH

DINA FITMILINA A1A110053

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

BAB III METODOLOGI PENEITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Eksperiment), di mana

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design

Ismawati, Maria Erna, dan Miharty Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 ISSN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARYA ILMIAH OLEH SITI KUMALA SARI A1C110046

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa yang tersebar di dua kelas, yaitu kelas eksperimen yang menggunakan

OLEH RIZKI AMALLIA A1C110035

BAB III METODE PENELITIAN. 2013/2014 yaitu mulai tanggal 06 Februari sampai 26 Februari 2014 di SMAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Bandar Lampung dengan populasi seluruh

Oleh : Indra Puji Astuti 1

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika di tingkat SMA diajarkan sebagai mata pelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai pada bulan September 2013 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL SAINTIFIK VOL.2 NO.2, JULI Kata kunci: Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Tim Kuis, Eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ngambur Pesisir Barat. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

LISMAWATI MOHAMAD Meyko Panigoro Agil Bachsoan. Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ABSTRAK

Risaftia Andini 1, Johni Azmi 2, Jimmi Copriady 2 No.

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran Fisika SMK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Yarsi Efendi, Ramses Firdaus, Styvany. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau Kepulauan Koresponden :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TGT (Team Games Tournament) YANG DILENGKAPI DENGAN MEDIA POWER POINT DAN DESTINASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA POKOK BAHASAN LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

Siska Wuryani, Yesi Gusmania, Farid Akhmad

BAB III METODE PENELITIAN

Keperluan korespondensi, HP : ,

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP AKTIVITAS, INTERAKSI, DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LISTENING TEAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN KOLOID DI KELAS XI SMAN 10 PEKANBARU

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 oktober sampai 18

Transkripsi:

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI REAKSI REDOKS DI KELAS X IPA MAN 4 MUARO JAMBI OLEH RAUDHAH NIM A1C112012 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JULI, 2017

ANALISIS KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI REAKSI REDOKS DI KELAS X IPA MAN 4 MUARO JAMBI Oleh: Raudhah 1, Afrida 2, Aulia Sanova 2 1 Alumni Prodi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA, FKIP Universitas Jambi 2 Staf Pengajar Prodi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA, FKIP Universitas Jambi Email: raudhah48@gmail.com ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi reaksi redoks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kooperatif tipe STAD dan pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas X IPA MAN 4 Muaro Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment. Instrumen penelitian berupa lembar observasi kooperatif tipe STAD ditinjau dari guru maupun siswa dan lembar observasi kemampuan berpikir ktitis siswa. Korelasi kooperatif tipe STAD dengan kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan korelasi Product Moment. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah rata-rata persentase kooperatif tipe STAD oleh guru adalah 73,96% dan oleh siswa 72,04% dengan kategori baik. Rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis siswa adalah 70,88% dengan kategori baik. Korelasi kooperatif tipe STAD dengan kemampuan berpikir kritis siswa dikategorikan sedang, dengan nilai r xy = 0,503. Dengan demikian, model dalam pembelajaran reaksi redoks di kelas X IPA MAN 4 Muaro Jambi telah terlaksana dengan baik oleh guru dengan melibatkan siswa sehingga dapat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Berpikir Kritis, Reaksi Redoks PENDAHULUAN Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif membentuk konsepnya sendiri. Teori belajar yang relevan dengan pendekatan ini adalah teori konstruktivisme. Dalam hal ini, yang dituntut mencari dan membangun pengetahuannya sendiri adalah siswa dengan cara berinteraksi sosial sehingga sering disebut juga dengan pendekatan student centered. Hal ini 1

tertuang jelas dalam Permendikbud No. 81A tentang implementasi kurikulum 2013 (Anonim,2013). Salah satu model pembelajaran yang menganut teori konstruktivisme adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2007). Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi juga harus siap memberikan dan mengajarkannya pada anggota yang lain. Dengan demikian siswa saling tergantung satu dengan lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, 2008). Melalui wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran Kimia di MAN 4 Muaro Jambi, diketahui bahwa masih banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi kimia, khususnya pada materi reaksi redoks. Hal tersebut terjadi karena dalam proses pembelajaran pada materi reaksi redoks siswa hanya menerima informasi yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini siswa hanya menghapal dan mencatat setiap informasi yang didengar tanpa memahami konsepnya sehingga kemampuan berpikir kritis siswa kurang berkembang. Oleh karena itu, sebaiknya dalam proses pembelajaran harus menerapkan model pembelajaran yang mampu membangun kemampuan berpikir kritis siswa sehingga siswa tidak hanya mendengar dan menghapal materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini akan mempermudah siswa dalam menganalisis setiap masalah sehingga memberikan dampak positif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa khususnya pada materi reaksi redoks. Oleh karena itu untuk membantu keaktifan berpikir kritis siswa pada reaksi redoks diperlukan salah satu model yang sesuai agar kemampuan berpikir siswa tersebut dapat dikembangkan. Wahyuningtyas, dkk (2013), meneliti tentang penerapan model kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar pada materi hidrolisis garam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi hidrolisis garam. Penelitian yang dilakukan oleh Nelly dan Siregar (2014) tentang pengaruh penggunaan model terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi laju reaksi memperoleh hasil yaitu terdapat peningkatan hasil belajar melalui model kooperatif tipe STAD dari pada menggunakan model konvensional pada materi laju reaksi. Dewi (2016) dalam penelitiannya yang berjudul penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada konsep unsur, senyawa, dan campuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan memperoleh N-Gain sebesar 0,91 pada kategori tinggi. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, namun belum ada yang menganalisis mengenai 2

tersebut ditinjau dari guru maupun siswa, sementara keterlaksanaan sangat erat hubungannya dengan kemampuan berpikir kritis siswa. Maka dari itu perlu diadakan analisis keterlaksanaan model kooperatif tipe STAD ditinjau dari aktivitas guru dan siswa, sehingga akan terlihat apakah pelaksanaan model kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Pada tulisan ini akan diuangkap keterlaksanaan model dan pengaruhnya terhadap kemampuan kritis siswa pada materi reaksi redoks di kelas X IPA MAN 4 Muaro Jambi. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperiment). Peneliti menggunakan satu kelas sebagai kelas eksperimen untuk melihat pengaruh kooperatif tipe STAD terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas X IPA yang terdaftar pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017 di MAN 4 Muaro Jambi. Variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2, yaitu variabel bebas (X), berupa model pembalajaran kooperatif tipe STAD dan variabel terikat (Y) berupa kemampuan berpikir kritis siswa. Peneliti menggunakan lembar observasi untuk mengamati keterlaksanaan penerapan model pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau dari aktivitas guru maupun siswa serta lembar observasi untuk mengamati kemampuan berpikir kritis siswa. Pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi keterlaksanaan model terdiri dari 12 pernyataan dengan jumlah kategori sebanyak 4, sehingga diperoleh skor minimum sebesar 12 dan skor maksimum sebesar 48. Sedangkan untuk lembar observasi kemampuan berpikir kritis siswa terdiri dari 8 pernyataan dengan jumlah kategori sebanyak 4, sehingga diperoleh skor minimum sebesar 8 dan skor maksimum sebesar 32. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H 0 = μ = 0 (tidak ada hubungan) H a = μ 0 (ada hubungan) Hubungan yang akan dilihat adalah keterlaksanaan model dengan kemampuan berpikir kritis siswa. Keterlaksanaan model tersebut seharusnya ditinjau dari guru dan siswa, namun dapat diwakili dari data keterlaksanaan model oleh siswa, karena aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses belajar mengajar adalah akibat dari aktivitas yang dilakukan oleh guru. Untuk meyakinkan hal tersebut perlu dilakukan uji kesamaan dua rata-rata keterlaksanaan ditinjau baik dari guru maupun siswa. Cara pengujian hipotesis adalah dengan mencari korelasi antara keterlaksanaan model oleh siswa dan berpikir kritis siswa dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment. Setelah didapatkan nilai r xy, selanjutnya nilai tersebut dapat diinterpretasikan dengan menggunakan pedoman interpretasi koefisien korelasi pada tabel 1.1. 3

Tabel 1.1 Pedoman interpretasi koefisien korelasi Interval koefisien Tingkat Hubungan 0,00 0,199 Sangat rendah 0,20 0,399 Rendah 0,40 0,599 Sedang 0,60 0,799 Kuat 0,80 1,000 Sangat kuat Untuk melihat signifikan pengaruh variabel X dan variabel Y maka dilakukan uji lanjut dengan uji t. Namun sebelum dilakukan uji t, data harus diuji normalitas dan homogenitasnya terlebih dahulu. Adapun rumus untuk uji t adalah sebagai berikut (Sugiyono,2012): r n 2 t = 1 r 2 Keterangan: n = banyak sampel r = koefisien korelasi Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel, untuk α = 5% dengan dk = n 2. Kriteria penerimaan hipotesis, terima Ha jika t hitung lebih besar dari t tabel (t hitung > t tabel ), sebaliknya tolak Ha dan terima H 0 (Sugiyono, 2012). Syarat untuk uji t, data harus bersifat normal dan homogen. Sebelum dilakukan uji t, dilakukan uji Normalitas dan uji Homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah Uji Lillifors. Sedangkan untuk uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher. HASIL DAN PEMBAHASAN Data diperoleh dari lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif oleh guru dan siswa, serta lembar observasi kemampuan berpikir kritis. Data diambil selama proses pembelajaran berlangsung oleh beberapa observer, yaitu satu observer untuk mengamati aktivitas guru dan lima observer untuk mengamati siswa di dalam kelompoknya, serta satu orang tambahan untuk merekam jalannya proses pembelajaran. Analisis data hasil lembar observasi keterlaksanaan model ditinjau dari aktivitas guru, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan dalam melaksanakan STAD. Peningkatan tersebut terlihat dari kenaikan persentase dari pertemuan pertama yaitu 64,58% dengan kategori baik dan pertemuan kedua yaitu 83,89% dengan kategori sangat baik. Adapaun rata-rata persentase keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru sebesar 73,96% dengan kategori baik. Hal ini terjadi karena guru telah memperbaiki kesalahan yang terjadi pada pertemuan sebelumnya dan guru telah terbiasa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD oleh Guru 64,58% 83,89% Pertemuan 1 Pertemuan 2 Gambar 1.1 Diagram keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Oleh Guru Sama halnya dengan keterlaksanaan model oleh guru, 4

persentase keterlaksanaan model oleh siswa juga mengalami peningkatan. Hal ini terbukti pada pertemuan pertama persentase yang diperoleh sebesar 70,67% dengan kategori baik kemudian meningkat pada pertemuan kedua menjadi 73,42% dengan kategori baik. Adapaun rata-rata persentase keterlaksanaan model oleh siswa sebesar 72,04% dengan kategori baik. Dalam pelaksanaannya, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran meningkat dari pertemuan pertama. Hal ini dapat disebabkan karena siswa telah mampu menyesuaikan diri dengan sintaks model pembelajaran dan telah mengetahui langkah selanjutnya yang harus dilakukan. Pada sintaks membentuk kelompok heterogen, siswa yang lebih mengerti mengenai materi pelajaran menjelaskan kembali materi tersebut kepada teman kelompoknya hingga semua anggota kelompok mengerti. Berarti siswa sudah mulai menerima penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas dan mampu mengikuti pembelajaran sesuai dengan sintaks model pembelajaran serta berperan aktif dalam proses pembelajaran tersebut. 74,00% 73,50% 73,00% 72,50% 72,00% 71,50% 71,00% 70,50% 70,00% 69,50% 69,00% Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD oleh Siswa 70,67% 73,42% Pertemuan 1 Pertemuan 2 Gambar 1.2 Diagram keterlaksanaan model oleh siswa Peningkatan persentase kooperatif tipe STAD oleh guru dan siswa dikarenakan pada saat pertemuan kedua guru yang mengajar mulai mengenali kondisi kelas, sehingga guru lebih mudah untuk mengelola kelas dan siswa sudah bisa beradaptasi dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kesiapan guru untuk mengajar berkaitan erat dengan cara guru mempersiapkan siswa untuk belajar. Menurut Trianto (2014) melalui proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu membimbing dan memfasilitasi siswa agar mereka dapat memahami kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki, untuk selanjutnya memberikan motivasi agar siswa terdorong untuk bekerja atau belajar sebaik mungkin untuk mewujudkan keberhasilan berdasarkan kemampuan yang mereka miliki. Menurut Daryanto (2010), kemampuan guru penting dalam hubungannya dengan belajar mengajar dan hasil belajar siswa, karena proses belajar mengajar dan hasil belajar yang diperoleh siswa tidak hanya ditentukan oleh sekolah, pola dan struktur serta isi kurikulumnya, tetapi juga ditentukan oleh kemampuan guru yang mengajar dalam membimbing siswa. Guru yang mampu akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Dengan kata lain, proses pembelajaran akan berjalan efektif sejalan dengan keterlaksanaan 5

model pembelajaran yang dipilih guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Persentase peningkatan juga terjadi pada kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil data lembar observasi kemampuan berpikir kritis siswa menunjukkan bahwa persentase kemampuan berpikir kritis siswa juga meningkat, yaitu pada pertemuan pertama sebesar 68,88% dengan kategori baik dan pada pertemuan kedua sebesar 72,88% dengan katergori baik. 74,00% 73,00% 72,00% 71,00% 70,00% 69,00% 68,00% 67,00% 66,00% Kemampuan berpikir kritis siswa 68,88% 72,88% Pertemuan 1 Pertemuan 2 Gambar 1.3 Diagram persentase kemampuan berpikir kritis siswa Pada indikator mengenali masalah, siswa telah mampu mengetahui masalah yang ingin dipecahkan, sehingga pada indikator mengenai cara penyelesaian masalah, siswa juga megetahui cara menyelesaikan masalah tersebut. Pada indikator mengumpulkan dan menyusun informasi, siswa telah cukup baik dalam mengumpulkan dan menyusun informasi untuk menyelesaikan masalah, dalam hal ini tugas yang diberikan guru dalam lembar tugas kelompok. Pada indikator menganalisis argumen, siswa dalam masing-masing kelompok tersebut mengemukakan pendapatnya masing-masing dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Setelah menyelesaikan lembar tugas kelompok, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Siswa kembali mengemukakan pendapatnya terhadap hasil yang disampaikan oleh kelompok lain. Pada saat menganalisis argumen tersebut, respon siswa kurang baik, karena hanya sedikti siswa yang mengemukakan pendapatnya dalam berdiskusi. Siswa yang mengemukakan pendapatnya dalam berdiskusi cukup bertanggung jawab dengan apa yang disampaikannya. Hal tersebut dibuktikan pada saat mengemukakan pendapatnya, siswa tersebut juga menunjukkan sumber belajar yang digunakannya. Dalam mengemukakan pendapatnya, siswa mampu memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas dan khas. Pada indikator membuat kesimpulan, respon siswa meningkat. Siswa dengan antusias mengemukakan kesimpulan yang diperolehnya dari proses pembelajaran. uji normalitas antara kooperatif tipe STAD oleh guru dengan keterlaksanaan model oleh siswa menghasilkan L hitung sebesar 0,1322dan L tabel sebesar 0,173 (L hitung < L tabel ), hal ini menandakan bahwa uji normalitas antara keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru dan oleh siswa berdistribusi normal. Sedangkan uji normalitas antara kooperatif tipe STAD oleh siswa dengan kemampuan berpikir kritis siswa menghasilkan L hitung sebesar 0,1270 dan L tabel sebesar 7.071 (L hitung < L tabel ), hal ini menandakan 6

bahwa uji normalitas antara oleh siswa dengan kemampuan berpikir kritis siswa berdistribusi normal. Setelah diketahui data berdistribusi normal, lalu data diuji homogenitasnya. Hasil dari uji homogenitas ini dapat dilihat pada tabel 4.5, uji homogenitas antara kooperatif tipe STAD oleh guru dengan keterlaksanaan model oleh siswa menghasilkan F hitung sebesar 1,0432 dan F tabel sebesar 4,28 (F hitung < F tabel ), hal ini menandakan bahwa data antara keterlaksanaan STAD oleh guru dan siswa bersifat homogen. Sedangkan uji homogenitas antara keterlaksanaan STAD oleh siswa dengan kemampuan berpikir kritis siswa menghasilkan F hitung sebesar 1,9735 dan F tabel sebesar 4,28 (F hitung < F tabel ), hal ini menandakan bahwa data antara keterlaksanaan model pembelajaran oleh siswa dengan kemampuan berpikir kritis siswa bersifat homogen. Setelah data yang diuji normal dan homogen, selanjutnya ialah uji kesamaan dua rata-rata antara kooperatif tipe STAD oleh guru dan kooperatif tipe STAD oleh siswa. Hasil perhitungan uji kesamaan ratarata dua pihak (lampiran 22) diperoleh nilai t hitung sebesar 0,1855 dan t tabel sebesar 4,303 sehingga dapat diketahui bahwa harga t tabel < t hitung < t tabel yaitu 4,303 < 0,185 < 4,303. Hal tersebut menunjukkan bahwa data keterlaksanaan model oleh siswa dapat mewakili data kooperatif tipe STAD oleh guru. Setelah itu dilanjutkan dengan uji korelasi. Koefisien korelasi antara kooperatif tipe STAD dengan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi reaksi redoks adalah 0,503. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan untuk melihat hubungan korelasi antara keterlaksanaan model kooperatif tipe STAD dengan kemampuan berpikir kritis siswa. Berdasarkan tabel pedoman interpretasi koefisien korelasi, nilai r xy 0,503 memiliki tingkat hubungan yang sedang karena berada pada rentang nilai 0,40 0,599. Hal ini berarti korelasi antara keterlaksanaan model dan kemampuan berpikir kritis siswa pada penelitian ini memiliki tingkat hubungan sedang. Setelah diketahui tingkat korelasi antara keterlaksanaan model dan kemampuan berpikir kritis siswa, maka dilanjutkan dengan uji-t lanjutan. Dari hasil uji-t diketahui harga t hitung sebesar 2,791. Jika dibandingkan dengan t tabel 1,714 maka t hitung lebih besar dari t tabel (2,791 > 1,714). Dengan demikian H 0 ditolak dan H a diterima, ini dapat menguji kebenaran hipotesis yaitu terdapat pengaruh keterlaksanaan STAD dengan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi reaksi redoks di kelas X IPA MAN 4 Muaro Jambi. KESIMPULAN Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan STAD mengalami peningkatan tiap 7

pertemuan ditinjau dari aktivitas guru yang memperoleh rata-rata persentase keterlaksanaannya sebesar 73,96% dan dari aktivitas siswa sebesar 72,05%. Terdapat pengaruh STAD terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi reaksi redoks di kelas X IPA MAN 4 Muaro Jambi. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum 2013 Tirtarahardja, U. dan Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya Dewi, Ririn A.K. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Pada Konsep Unsur, Senyawa, dan Campuran. Vol. VII No. 4 Nov 2016. ISSN: 1693-7945 Nelly dan Siregar, T. 2014. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Kimia Terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Manokwari. Vol. 2 No.3 ISSN: 2338-3402 Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Surya, Mohamad. 2015. Strategi Kognitif dalam Proses Pembelajaran. Bandung: Alfabet 8