BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Pemahaman konsep merupakan ide

Mia Sari Hanty Ritonga, 2014 Deskripsi Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Homeschooling Jenjang Smp Pada Mata Pelajaran Matematika

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MERENCANAKAN EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 SIMO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kebutuhan siswanya. Sebagaimana Mulyasa mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Siti Fatimah Siregar, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu unsur konkrit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas

BAB I PENDAHULUAN. politik, antropologi, psikologi, dan ekologi. Salah satu tujuan utama

I. PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan sampai pengesahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI MELALUI ACTION LEARNING PADA SISWA KELAS X.6 SMAN 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran fisika seringkali dianggap susah oleh siswa karena cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa:

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha dalam

2015 PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL BERBASIS FILM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (Scientific

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar (Majid, 2014: 86). Dari pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR KELAS VII C SMP NEGERI 1 KUSAN HILIR DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KONSEP EKOSISTEM

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY

I. PENDAHULUAN. Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menurut data dari PISA (Programe of International Student

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan jenjang sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK PEMBELAJARAN SIMPAN PINJAM PADA SISWA KELAS VIII SMP N 2 TRUCUK TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan. menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Annie Resmisari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA yang mempelajari struktur,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses untuk mencapai kompetensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 Ayat 7 disebutkan adanya standar proses dalam pendidikan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut standar proses dijabarkan sebagai suatu kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar proses digunakan sebagai pedoman, acuan dan atau tahapan guru saat melakukan pembelajaran di kelas dengan tujuan pembelajaran yang dilakukan dapat berlangsung secara efektif, efisien dan inovatif sehingga kompetensi lulusan yang diharapkan dapat tercapai. Oleh karena itu, Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 mengamanatkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas tidak terlepas dari pelajaran Untuk mempelajari Geografi tidak cukup hanya dengan hafalan, namun juga membutuhkan pemahaman. Pemahaman (understanding) merupakan tujuan yang sangat mendasar dalam belajar. Menurut Santyasa (2012: 2) konsepsi teoritis yang melandasi pernyataan tersebut adalah sebagai berikut : (1) Dalam belajar, understanding construction menjadi lebih penting dibandingkan memorizing fact (2) Rote learning leads to inert knowledge we know something but never apply it to real life. (3) Salah satu tujuan pendidikan adalah memfasilitasi peserta didik to achieve understanding yang dapat diungkapkan secara verbal, numerikal, kerangka pikir positivistik, kerangka pikir kehidupan berkelompok, dan kerangka kontemplasi spiritual. (4) Understanding is knoledge in thoughtful action. (5) Pemahaman adalah suatu proses mental terjadinya adaptasi dan transformasi ilmu pengetahuan. (6) Pemahaman merupakan landasan bagi peserta didik untuk membangun commit to insight user dan wisdom. (7) Pemahaman 1

2 merupakan indikator unjuk kerja yang siap direnungkan, dikritik, dan digunakan oleh orang lain. (8) Pemahaman merupakan perangkat baku program pendidikan yang merefleksikan kompetensi. (9) Pemahaman muncul dari hasil koreksi, evaluasi, dan refleksi diri sendiri. Dalam kegiatan pembelajaran pemahaman dianggap lebih penting jika dibandingkan dengan menghafal sebuah fakta. Rote learning atau hafalan hanya mengarahkan pada pengetahuan yang statis (tidak berkembang), dengan hafalan peserta didik hanya akan sekedar mengerti namun tidak dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah untuk mencapai sebuah pemahaman, yang dimaksud pemahaman disini adalah pemahaman dalam substansi maupun pemahaman dalam melakukan tindakan yang bijaksana terhadap sesama dan lingkungan. Oleh karena itu, pemahaman dapat dijadikan landasan bagi peserta didik untuk membangun wawasan dan kebijaksanaan. Berdasarkan wawancara dengan guru Geografi kelas XI IPS dan observasi yang dilakukan di SMA Muhammadiyah 01 Karanganyar diperoleh informasi bahwa pembelajaran Geografi yang dilakukan guru SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar didominasi dengan penggunaan metode ceramah disertai bantuan LKS (Lembar Kerja Siswa) dan pembelajaran hanya terfokus pada guru (teacher centre) sehingga kurang memberikan kesempatan peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, akibatnya peserta didik menjadi bosan dan akhirnya asyik bermain sendiri serta tidak memperhatikan penjelasan materi oleh guru. Media pembelajaran di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar pun masih sangat minim, selain media yang sangat minim sarana dan prasarana di sekolah tersebut juga tidak lengkap seperti tidak adanya LCD proyektor, tidak adanya LCD proyektor sangatlah menyulitkan guru dalam menjelaskan materi. Padahal tidak semua materi cocok diajarkan dengan menggunakan metode ceramah dan ada beberapa materi yang memang perlu dijelaskan menggunakan gambar atau video. Setiap materi memiliki karakteristik yang berbeda-beda, model dan media pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran haruslah sesuai dengan karakteristik materi tersebut. Oleh karena itu, guru harus menguasai

3 berbagai macam jenis model serta perlu menyiapkan media yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Berangkat dari permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang dimungkinkan dapat mendukung pembelajaran, yang nantinya mampu mengoptimalkan hasil belajar peserta didik, bagaimana cara guru menyampaikan materi agar peserta didik dapat memahami materi yang dipelajari, serta peserta didik dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, pemahaman serta hasil belajar Geografi peserta didik akan lebih optimal jika model pembelajaran yang digunakan oleh guru sesuai dengan karakteristik materi yang akan diajarkan. Model pembelajaran Learning Cycle merupakan model yang dapat menggali pemahaman peserta didik. Learning Cycle atau dalam Bahasa Indonesia berarti siklus belajar. Learning Cycle adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered). Model pembelajaran Learning Cycle 5E dan Learning Cycle 7E pada dasarnya adalah sama, yang membedakan keduanya hanyalah tahapan-tahapan pembelajarannya. Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Proses pembelajarannya pun bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik, tetapi merupakan proses pemerolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan peserta didik secara aktif dan langsung. Kelebihan dari model pembelajaran Learning Cycle adalah 1) dapat membangkitkan semangat belajar peserta didik; 2) Meningkatkan motivasi belajar, kerjasama serta partisipasi peserta didik; 3) Peserta didik berpeluang untuk menyampaikan pendapat dan gagasannya; 4) Kegiatan belajar lebih bermakna dan 5) Pengetahuan yang didapatkan lebih melekat karena kegiatan pembelajaran melibatkan partisipasi peserta didik. Model pembelajaran Learning Cycle memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bereksperimen menemukan dan memahami konsep, kemudian menyimpulkan hasil eksperimen yang telah dilakukan. Dalam pembelajaran ini guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator, peserta didiklah yang berperan aktif

4 sepenuhnya. Materi Pengelolaan Sumber Daya Alam Berwawasan Lingkungan" merupakan materi yang membutuhkan pemahaman, peserta didik harus dapat membedakan mana pengelolaan yang ramah lingkungan dan mana pengelolaan yang dapat merusak lingkungan. Selain itu peserta didik dituntut agar dapat menjelaskan dampak serta merumuskan upaya untuk menanggulangi kerusakan lingkungan akibat pengelolaan Sumber Daya Alam yang tidak ramah lingkungan. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran Learning Cycle diduga cocok pada materi "Pengelolaan Sumber Daya Alam Berwawasan Lingkungan, sesuai dengan karakteristik model pembelajaran tersebut. Dengan bereksperimen, peserta didik dapat mengetahui bagaimana contoh pengelolaan Sumber Daya Alam yang berwawasan lingkungan pada berbagai sektor baik pertanian maupun pertambangan, kemudian peserta didik menganalisis dampak dari pengelolaan Sumber Daya Alam yang tidak berwawasan lingkungan, serta merumuskan upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak tersebut, setelah itu peserta didik menyimpulkan sendiri hasil dari eksperimen yang telah dilakukan. Sehingga peserta didik akan lebih mudah memahami konsep karena peserta didik sendirilah yang membangun konsep tersebut dari kegiatan eksperimen. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan maka penting dilakukan penelitian tentang PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI PESERTA DIDIK KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2015/ 2016. B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah adalah pengenalan berbagai masalah yang timbul sehubungan dengan hal-hal yang akan diteliti. Dari latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Masih banyak guru Geografi yang memposisikan pelajaran Geografi dengan menghafal terutama pada sub pokok bahasan "Pengelolaan Sumber Daya Alam berwawasan lingkungan". 2. Kegiatan pembelajaran masih commit terfokus to user pada guru (teacher centre), metode

5 pembelajaran yang digunakan didominasi dengan metode ceramah disertai bantuan LKS (Lembar Kerja Siswa) sehingga kurang memberikan kesempatan peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. 3. Media pembelajaran serta sarana prasarana penunjang kegiatan pembelajaran geografi di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar sangat minim. 4. Guru Geografi kelas XI di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar menggunakan strategi, metode, dan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran. 5. Masih rendahnya pemahaman konsep peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran Geografi berakibat pada rendahnya hasil belajar Geografi. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan maka akan lebih terfokus apabila penelitian ini dibatasi pada : 1. Model pembelajaran yang digunakan dibatasi pada model pembelajaran Learning Cycle 7E, Learning Cycle 5E dan Ekspositori pada mata pelajaran Geografi. 2. Variabel yang diteliti adalah hasil belajar Geografi. 3. Objek dalam penelitian ini adalah peserta didik Kelas XI SMA D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E, Learning Cycle 5E, dan Ekspositori pada sub pokok bahasan Pengelolaan Sumber Daya Alam Berwawasan Lingkungan peserta didik Kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar commit Tahun to user Ajaran 2015/2016?

6 2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi peserta didik yang Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016? 3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan model Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016? 4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi peserta didik yang pembelajaran Learning Cycle 5E pada sub pokok bahasan Pengelolaan Sumber SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016? E. Tujuan Penelitian Sejalan dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E, Learning Cycle 5E, dan Ekspositori pada sub pokok bahasan Pengelolaan Sumber Daya Alam Berwawasan Lingkungan peserta didik Kelas XI SMA 2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi peserta didik yang 3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan model

7 4. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi peserta didik yang pembelajaran Learning Cycle 5E pada sub pokok bahasan Pengelolaan Sumber F. Manfaat Penelitian Adanya penelitian ini di harapkan dapat diambil manfaat antara lain sebagai berikut : 1. Manfaat Teoretis a. Manfaat penelitian ini secara teoretis adalah untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan Geografi khususnya dalam bidang pendidikan Geografi. b. Sebagai bahan masukan dalam rangka menggali hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Geografi. c. Sebagai bahan kajian untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh model pembelajaran Learning Cycle terhadap hasil belajar Geografi peserta didik. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi guru yaitu menambah wawasan guru dalam menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan KD. b. Manfaat bagi peserta didik yaitu memudahkan peserta didik memahami pelajaran Geografi serta menarik perhatian peserta didik untuk memperdalam pelajaran Geografi. c. Manfaat bagi peneliti yaitu hasil penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat sebagai referensi bagi peneliti lain.