II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengefektifkan

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi interaksi komunikasi belajar mengajar antara guru, peserta didik, dan komponen

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui konteks yang terbatas dan tidak sekoyong-koyong. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam menghadapi suatu keadaan pada waktu sebelum dan sesudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui konteks yang terbatas dan tidak sekoyong-koyong. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK

I. PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sunyono (2013) model pembelajaran dikatakan efektif bila siswa dilibatkan

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Matthews dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu: 2001). Menurut Sagala

TINJAUAN PUSTAKA. dalam menghadapi suatu keadaan pada waktu sebelum dan sesudah mengalami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya) atau dapat membawa hasil. Menurut

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih

MENDESAIN DAN MELAKSANAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Kamaliyah

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: Wahyu Setyoasih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Representasi dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu representasi

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak

BAGAIMANA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAUD?

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat

KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

I. PENDAHULUAN yang mengadopsi langkah-langkah ilmiah dalam memecahkan suatu

PENGEMBANGAN KOMPONEN PEMBELAJARAN INKLUSIF

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan (realitas). Von

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. berhasil guna, manjur atau mujarab, ada efeknya (akibat, pengaruhnya, kesannya).

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan pendapat Hamalik (2004: 28) yang menyatakan bahwa belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM Oleh: M. Lazim

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medus yang secara harfiah berarti tengah, perantara,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dalam pengertian secara umum adalah: kemampuan berdaya guna

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan kualitas mutu pendidikan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam perjalanan proses pendidikan, belajar merupakan hal yang utama. Hal ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu dikelola ( Jihad, 2012).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glaserfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001) konstruktivisme

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Matthews dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu: 2001). Menurut Sagala

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah bagian dari ilmu IPA. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan

BAB II. Tinjauan Pustaka. perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad,

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pem-belajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya) atau dapat membawa hasil. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks. Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON- ELEKTROLIT

TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.

II TINJAUAN PUSTAKA. IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam yang merupakan terjemahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki definisi

BAB II LANDASAN TEORI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan kemajuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan hal pokok dalam proses pendidikan. Pengertian belajar sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PAD A TOPIK SEL ELEKTROLISIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah scaffolding memang tidak terlalu asing akhir-akhir ini. Hammond

I. PENDAHULUAN. Koballa dan Chiappetta (2010: 105), mendefinisikan IPA sebagai a way of

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keterampilan Berkomunikasi Sebagai Bagian Dari Keterampilan Proses

Dasar Berpikir melaksanakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif & menyenangkan (PAIKEM); menerapkan pendekatan ilmiah ( scientific

Kemampuan Membaca Teks Berita Dengan Menggunakan Model Cooperative Integrated Reading And Composition

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT Nama Sekolah : SMA Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/ Semester : X/2 Alokasi Waktu : 3x40 menit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65 dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembaran di mana siswa mengerjakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. kuantitas dalam menghubungkan ide-ide yang sudah ada sebelumnya.

I. PENDAHULUAN. Ilmu yang mempelajari alam semesta disebut Ilmu Pengetahuan Alam (natural

Oleh: Musringah SD Negeri 2 Durenan Kabupaten Tranggalek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS SKL-KI-KD. SKL KI KD Indikator Indikator keterampilan 1. Menghayati Mensyukuri keteraturan struktur dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERORIENTASI KKNI UNTUK PENGUATAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA KULIAH EVALUASI DAN PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab I yaitu seberapa baik penggunaan pendekatan saintifik dalam rencana

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang diperoleh. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengefektifkan kegiatan pembelajaran adalah dengan menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan peserta didik. Menurut Nuraeni (2010), model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran. Eggen dan Kauchak dalam Warsita (2008), menyatakan bahwa suatu pembelajaran akan efektif bila siswa dilibatkan dalam pengorganisasian dan penemuan informasi (pengetahuan). Hasil pembelajaran tidak hanya meningkatkan pengetahuan, melainkan meningkatkan keterampilan berpikir dengan demikian, dalam pembelajaran perlu diperhatikan aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Semakin siswa aktif, pembelajaran akan semakin efektif. Minat juga akan mempengaruhi proses belajar mengajar. Jika tidak berminat untuk mempelajari sesuatu maka tidak dapat diharapkan siswa akan belajar dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Jika siswa belajar sesuatu dengan minatnya maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik.

10 Menurut Sujana (1989), ciri-ciri proses belajar-mengajar yang menuntut siswa untuk berpartisipasi secara aktif adalah sebagai berikut : 1. Siswa tidak hanya menerima informasi, tetapi lebih banyak mencari informasi 2. Siswa banyak mengajukan pertanyaan, baik kepada guru maupun kepada siswa lainnya 3. Siswa lebih banyak mengajukan pendapat terhadap informasi yang disampaikan oleh guru atau pendapat yang diajukan oleh siswa lain 4. Siswa memberikan respon nyata terhadap stimulus belajar yang diberikan oleh guru seperti membaca, mengerjakan tugas, mendiskusikan, memecahkan masalah dengan teman sekelas, bertanya kepada siswa lain bila mendapat kesulitan, mencari informasi dari berbagai sumber belajar,dan kegiatan nyata lainnya 5. Siswa berkesempatan melakukan penilaian sendiri terhadap hasil pekerjaannya sekaligus memperbaiki dan menyempurnakan pekerjaan yang dianggapnya masih belum sempurna 6. Siswa membuat sendiri kesimpulan pelajaran dengan bahasa dan cara masing-masing, baik secara mandiri maupun kelompok. Berdasarkan penjelasan di atas, pembelajaran dikatakan efektif jika adanya peningkatan hasil belajar setelah proses pembelajaran dan siswa berperan secara aktif dalam memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran secara konstruktivisme yang berpusat pada siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa. B. Teori Belajar Konstruktivisme Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan, dari kehidupan manusia, bahkan sejak mereka lahir sampai akhir hayat. Pernyataan tersebut menjadi ungkapan bahwa manusia tidak dapat lepas dari proses belajar itu sendiri sampai kapanpun dan dimanapun manusia itu berada dan belajar juga menjadi kebutuhan yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Menurut Gagne (Dahar,1989), belajar dapat didefinisikan sebagai

11 suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. belajar menurut teori belajar konstruktivisme yaitu siswa mengkonstruksi pengetahuan baru secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Konstruktivisme dalam proses pembelajaran didasari pada kenyataan bahwa siswa memiliki kemampuan untuk mengonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Pada teori belajar konstruktivisme, guru hanya berperan sebagai fasilitator yang memotivasi siswa untuk memperoleh pengetahuan sendiri agar siswa dapat terlatih belajar secara aktif. Informasi yang telah diperoleh, selanjutnya akan dikonstruksi sendiri oleh siswa menjadi suatu pengalaman baru baginya (Husamah dan Yanur, 2013). Menurut Von Glasersfeld (dalam Pannen, 2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan: 1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut. 2. Kemampuan siswa untuk membandingkan dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal sangat penting agar siswa mampu menarik sifak yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaan untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya. 3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui suka dan tidak suka inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan pengetahuannya. Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: 1. pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; 2. tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3. mengajar adalah membantu siswa belajar; 4. tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir;

12 5. kurikulum menekankan partisipasi siswa; 6. guru adalah fasilitator. Berdasarkan penjelasan di atas, pembelajaran konstruktivisme adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru hanya berperan sebagai fasilitator, artinya guru hanya sebagai pembimbing pada proses pembelajaran dan siswa yang berperan secara aktif untuk memperoleh pengetahuan baru. Hal ini sejalan dengan penerapan kurikulum 2013 yang pembelajarannya berpusat pada siswa. Pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam proses pembelajaran sesuai dengan penerapan kurikulum 2013 yaitu pembelajaran dengan pendekatan saintifik. C. Pendekatan Saintifik Pendekatan saintifik dapat dikatakan sebagai proses pembelajaran yang memandu siswa untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan data yang cermat, dan mengolah data untuk menghasilkan sebuah kesimpulan. Oleh karena itu, siswa harus dibina kepekaannya terhadap fenomena, ditingkatkan kemampuannya dalam mengajukan pertanyaan, dilatih ketelitiannya dalam mengumpulkan data, dikembangkan kecermatannya dalam mengolah data untuk menjawab pertanyaan, serta dipandu dalam membuat kesimpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam kegiatan pembelajaran (Abidin, 2014). Pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman belajar sebagaimana tercantum dalam Permendikbud No. 59/2014, yaitu; mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan informasi (experimenting), menalar/mengasosiasi

13 (associating), dan mengkomunikasikan (communication). Adapun pengalaman belajar pendekatan saintifik (pendekatan ilmiah) dapat dilihat seperti tabel berikut: Tabel 1. Pengalaman belajar pendekatan saintifik Langkah Pembelajaran Mengamati (observing) Menanya (questioning) Mengumpulkan informasi (experimenting) Menalar/ Mengasosiasi (associating) Deskripsi Kegiatan mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi. Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/ gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/menambahi/ mengembangkan mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/ informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan. Bentuk hasil belajar perhatian pada waktu mengamati suatu objek/ membaca suatu tulisan/ mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik) jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/ konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/konsep/teori, mensintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antar berbagai jenis

14 Tabel 1. (lanjutan) Langkah Pembelajaran Mengomunikasikan (communicating) Deskripsi Kegiatan menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan Bentuk hasil belajar fakta-fakta/ konsep/ teori/ pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/ teori/ pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber. menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalambentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lainlain (Tim Penyusun, 2014). Pendekatan saintifik mempunyai kriteria pembelajaran sebagai berikut: 1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 2. Penjelasan guru, respon siswa, dan reaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang seta-merta, pemikiran subjektif, atau penelaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. 5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. 6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

15 7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya (Hosnan, 2014). Pendekatan saintifik diartikan sebagai pembelajaran yang dikembangkan dengan berdasarkan pada pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Keterampilanketerampilan belajar yang membangun pendekatan ilmiah dalam belajar sebagai berikut; 1. Mengamati Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. 2. Menanya Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik 3. Menalar Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. 4. Mencoba Aplikasi mencoba eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. 5. Menganalisis data dan menyimpulkan Kemampuan menganalisis data adalah kemampuan mengkaji data yang telah dihasilkan. Kemampuan menyimpulkan merupakan kemampuan membuat intisari atas seluruh proses kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan. 6. Mengkomunikasikan Kemampuan ini adalah kemampuan menyampaikan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan baik secara lisan maupun tulisan. Siswa harus mampu menuliskan dan berbicara secara komunikatif dan efektif (Hosnan, 2014).

16 D. Keterampilan Berpikir Kritis Berpikir kritis merupakan bagian dari pola pikir tingkat tinggi yang bersifat konvergen. Ennis (1985) telah mengembangkan daftar lengkap keterampilan berpikir kritis yang meliputi: fokus pada pertanyaan, menganalisis argumen, dan menilai kredibilitas sumber. Selain keterampilan spesifik ini, berpikir kritis juga melibatkan sifat umum di mana situasi didekati. Sekali lagi, Ennis telah mengembangkan daftar yang komprehensif yang mencakup menjadi berpikiran terbuka, berusaha untuk diinformasikan dengan baik, dan dengan mempertimbangkan situasi keseluruhan (Ennis, 1985). Moore dan Parker (dalam Saputra 2012) menyatakan bahwa berpikir kritis memiliki beberapa karakteristik, yaitu: 1. Menentukan informasi mana yang tepat atau tidak tepat. 2. Membedakan klaim yang rasional dan emosional. 3. Memisahkan fakta dari pendapat. 4. Menyadari apakah bukti itu terbatas atau luas. 5. Menunjukkan tipuan dan kekurangan dalam suatu argumentasi orang lain. 6. Menunjukkan analisis data atau informasi. 7. Menyadari kesalahan logika dalam suatu argumen. 8. Menggambarkan hubungan antara sumber-sumber data yang terpisah dan informasi. 9. Memperhatikan informasi yang bertentangan, tidak memadai atau bermaknaganda. 10. Membangun argumen yang meyakinkan. 11. Memilih data penunjang yang paling kuat. 12. Menghindari kesimpulan yang berlebihan. 13. Mengidentifikasi celah-celah dalam bukti dan menyarankan pengumpulan informasi tambahan. 14. Menyadari ketidakjelasan. 15. Mengusulkan pilihan lain dan mempertimbangkannya dalam pengambilan keputusan. 16. Mempertimbangkan semua pemangku kepentingan atau sebagiannya dalam pengambilan keputusan. 17. Menyatakan argumen dan kontek untuk apa argumen itu. 18. Menggunakan bukti secara benar.

17 19. Menyusun argumen secara logis dan kohesif. 20. Menghindari unsur-unsur luar dalam penyusunan argumen. 21. Menunjukkan bukti untuk mendukung argumen yang meyakinkan. Menurut Ennis (1985) terdapat 5 keterampilan berpikir kritis yang dikelompokkan dalam 12 sub keterampilan berpikir kritis. Kelima kelompok keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interfence), membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta strategi dan taktik (strategy and tactics). Adapun kedua belas sub keterampilan tersebut adalah: 1. Memfokuskan pertanyaan. 2. Menganalisis argumen. 3. Bertanya dan menjawab pertanyaan. 4. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak. 5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. 6. Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi. 7. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi. 8. Membuat dan mengkaji hasil pertimbangan. 9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi. 10. Mengidentifikasi asumsi. 11. Memutuskan suatu tindakan. 12. Berinteraksi dengan orang lain. Keterampilan berpikir kritis yang diteliti yaitu keterampilan menganalisis argumen yang fokus pada indikator mengidentifikasi alasan serta mencari persamaan dan perbedaan. Keterampilan menganalisis merupakan keterampilan berpikir yang tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep global dengan cara menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci. Pertanyaan analisis menghendaki agar siswa mengidentifikasi langkah-langkah logis yang digunakan dalam proses berpikir hingga sampai pada saat kesimpulan. Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir analitis, diantaranya: menguraikan, membuat diagram,

18 mengidentifikasi, menggambarkan, menghubungkan dan memerinci (Harjasujana dalam Jahro, 2010). E. Analisis Herron et al. (dalam Saputra, 2012) berpendapat bahwa belum ada definisi tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide. Lebih lanjut lagi, Herron et al. (dalam Saputra, 2012) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan non contoh.

Tabel 2. Analisis konsep materi larutan dan non- Label Larutan Definisi Suatu campuran homogen dua macam zat tunggal atau lebih dengan bermacam-macam perbandingan komposisi dan memiliki sifat-sifat yang sama diseluruh bagiannya, dan mempunyai sifat dapat mengahntarkan arus listrik () dan tidak dapat menghantarkan arus listrik (non) Jenis Konkrit Atribut Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat Larutan Jenis zat Campuran Suspensi pelarut Koloid Larutan Jenis zat nonelektroli terlarut non- asam basa garam penyangga Contoh gula garam HCl NaOH Non Contoh Susu Campuran air dan pasir 19

28 Label Larutan Larutan kaut Larutan lemah Larutan non Tabel 2. (lanjutan) Definisi Larutan yang dapat menghantarkan listrik, yang dapat bersifat lemah dan kuat Larutan yang mengalami ionisasi sempurna sehingga dapat menghantarkan arus listrik dengan kuat Larutan yang mengalami ionisasi sebagian sehingga dapat menghantarkan arus listrik dengan lemah Larutan yang tidak dapat mengantarkan arus listrik Jenis Berdasark an Prinsip Berdasark an Prinsip Berdasark an Prinsip Berdasark an Prinsip Atribut Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat Larutan kuat Larutan lemah Larutan lemah Larutan Kuat Larutan non Jenis zat terlarut Konsentr asi larutan Kerapata n ion Konsentr asi larutan Kerapata n ion larutan Larutan elktrolit Larutan latrutan non lemah kuat kuat lemah Contoh HCl NaOH CH 3 COOH NH 4 OH H 2 SO 4 NaCl NaOH asam cuka asam oksalat amonia hidroksida gula urea Non Contoh gula urea asam cuka amonia hidroksida H 2 SO 4 NaCl NaOH HCl NH 4 OH 20

21 F. Kerangka Pemikiran Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Pendekatan saintifik (pendekatan ilmiah) memiliki 5 pengalaman belajar, yaitu (1) mengamati (observing), (2) menanya (questioning), (3) pengumpulan data (experimenting), (4) mengasosiasi/menalar (associating), (5) mengomunikasikan. Pada tahap mengamati, guru memberikan gambar submikroskopis pergerakan ionion pada larutan, lelehan, padatan NaCl dan gula untuk diamati oleh siswa agar melatih kesungguhan dan ketelitian siswa dalam mengamati. Selanjutnya yaitu menanya, pada tahap ini siswa diminta mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. Tahap ini dapat mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis siswa. Tahap selanjutnya yaitu mengumpulkan informasi, pada tahap ini siswa mencari infomasi dari berbagai sumber mengenai pergerakan ion-ion pada larutan dan non-. Tahap selanjutnya yaitu menalar/ mengasosiasi, pada tahap ini keterampilan menganalisis argumen dilatihkan dengan cara mengasosiasi atau menghubungkan informasi yang diperoleh dengan permasalahan yang ada dalam rangka menemukan jawaban yang logis. Tahap selanjutnya yaitu mengomunikasikan, pada tahap ini siswa menyampaikan hasil

22 penalarannya secara lisan dan tulisan. Tahap ini dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan pendapat siswa. Berdasarkan uraian di atas dengan diterapkan pendekatan saintifik pada pembelajaran materi larutan dan non- akan dapat meningktkan keterampilan menganalisis argumen terutama pada sub-keterampilan mengidentifikasi alasan yang dinyatakan serta melihat persamaan dan perbedaan. G. Anggapan Dasar Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah: 1. Perbedaan n-gain keterampilan menganalisis argumen terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses belajar. 2. Faktor-faktor lain di luar perlakuan pada kedua kelas diabaikan. H. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada materi larutan dan non- efektif dalam meningkatkan keterampilan menganalisis argumen.