Peta Jalan untuk Komunitas ASEAN ( ) dalam rangka. dalam Persetujuan ini secara sendiri disebut sebagai "Negara Anggota

dokumen-dokumen yang mirip
Peta Jalan untuk Komunitas ASEAN ( ) dalam rangka. dalam Persetujuan ini secara sendiri disebut sebagai "Negara Anggota

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


PROTOKOL UNTUK MENGUBAH BEBERAPA PERJANJIAN EKONOMI ASEAN TERKAIT DENGAN PERDAGANGAN BARANG

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEDELAPAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

PERSETUJUAN CADANGAN BERAS DARURAT ASEAN PLUS TIGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Persetujuan Pembentukan Kantor Kajian Ekonomi Makro ASEAN+3 ( AMRO ) PARA PIHAK,

PROTOKOL 5 MENGENAI KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA DAN KEEMPAT YANG TIDAK TERBATAS ANTARA IBUKOTA NEGARA ASEAN


PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMPERHATIKAN bahwa Pasal 17 Persetujuan mengatur untuk setiap perubahan daripadanya yang akan disepakati bersama secara tertulis oleh para Pihak;

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PIAGAM PEMBENTUKAN DEWAN NEGARA-NEGARA PRODUSEN MINYAK SAWIT

PERSETUJUAN TENTANG KERJA SAMA PARIWISATA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK PERANCIS

PROTOKOL 4 TENTANG KEBEBASAN HAK ANGKUT KELIMA YANG TIDAK TERBATAS ANTAR SUB-KAWASAN ASEAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROTOKOL 3 TENTANG PROTOKOL 3 TENTANG KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA DAN KEEMPAT YANG TIDAK TERBATAS ANTAR SUB- KAWASAN ASEAN

FASILITAS PENJAMINAN KREDIT DAN INVESTASI PASAL PERSETUJUAN


PROTOKOL MENGENAI KERANGKA HUKUM UNTUK MELAKSANAKAN ASEAN SINGLE WINDOW

Forum ASEAN tentang Pekerja Migran (AFML) ke-9 Pertemuan Persiapan Tripartit Nasional

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI JARINGAN TRANSMISI TENAGA LISTRIK ASEAN

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA)

PROTOKOL 1 TENTANG TANPA BATASAN KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA DAN KEEMPAT DALAM SUB-KAWASAN ASEAN

PERSETUJUAN TRANSPORTASI LAUT ANTARA PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASOSIASI BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

PERSETUJUAN MULTILATERAL ASEAN TENTANG JASA ANGKUTAN UDARA

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Simposium Akuntan Pendidik Medan, 16 September Oleh: MUSTOFA, CA. Anggota Dewan Penasihat IAI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Professional Veterinarian

Universitas Gadjah Mada PENGANTAR

PASAL I Nama dan Lokasi. PASAL II Tujuan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERSETUJUAN MENGENAI PEMBENTUKAN SEKRETARIAT REGIONAL PRAKARSA SEGITIGA KARANG UNTUK TERUMBU KARANG, PERIKANAN, DAN KETAHANAN PANGAN

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu mengesahkan Persetujuan tersebut dengan Peratura

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN Latar Belakang

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian

PEMERINTAH KOTA MAGELANG

KODE PERILAKU ETIK APACMED DALAM INTERAKSI DENGAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Terjemahan Tidak Resmi STATUTA UNIDROIT. Pasal 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

REPUBLIK DEMOKRASI RAKYAT LAOS JADWAL KOMITMEN SPESIFIK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA JABATAN STRUKTURAL

Minggu, 16 Juli selesai Check in hotel Senin, 17 Juli 2017

2 Kelima yang Tidak Terbatas di Antara Titik-titik yang Telah Ditunjuk di ASEAN), dan Protocol 2 on Unlimited Third, Fourth, and Fifth Freedom Traffic

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (Lembaran Negara Republik Indone

2013, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu mengesahkan Persetujuan tersebut dengan Peratura

PESAN AIPA OLEH Y.M. TAN SRI DATUK SERI PANGLIMA PANDIKAR AMIN BIN HAJI MULIA PRESIDEN AIPA & KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MALAYSIA

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COFFEE AGREEMENT 2007 (PERSETUJUAN KOPI INTERNASIONAL 2007)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KONVENSI STOCKHOLM TENTANG BAHAN PENCEMAR ORGANIK YANG PERSISTEN

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR BERSIH JAWA TIMUR

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 246/P/SK/HT/2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PUSAT STUDI REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA,

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ARSIPARIS DI INDONESIA DAN TANTANGANNYA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Kurniatun. Abstrak

Kebijakan Manajemen Risiko

Transkripsi:

PERSETUJUAN TENTANG PEMBENTUKAN SEKRETARIAT REGIONAL UNTUK PELAKSANAAN PENGATURAN SALING PENGAKUAN TENAGA PROFESIONAL PARIWISATA ASEAN PEMBUKAAN Pemerintah Negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), yakni, Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Republik lndonesia, Republik Demokratik Rakyat Laos, Malaysia, Republik Uni Myanmar, Republik Filipina, Republik singapura, Kerajaan Thailand, dan Republik sosialis Vietnam, di dalam Persetujuan ini secara sendiri disebut sebagai "Negara Anggota ASEAN' dan secara bersama-sama disebut sebagai "Negara-Negara Anggota ASEAN'. MENEGASKAN KEMBALI komitmen Piagam ASEAN yang murai berraku tanggal 15 Desember 2008 dan ketentuan Deklarasi Cha-am Hua Hin tentang Peta Jalan untuk Komunitas ASEAN (2009-2015) dalam rangka mengusahakan integrasi komprehensif ASEAN menuju terwujudnya masyarakat ASEAN yang terbuka, dinamis dan tangguh pada tahun 2015; MENGINGAT bahwa ASEAN berkomitmen untuk bekerja menuju pencapaian tujuan integrasi regional melalui pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015; MENEGASKAN KEMBALI bahwa industri pariwisata adalah hal yang penting untuk pertumbuhan sosial-ekonomi yang berkelanjutan bagi negara-negara anggota ASEAN. lndustri Pariwisata merupakan industri padat sumber daya manusia yang mendatangkan investasi dan menciptakan lapangan kerja. L

Ketersediaan tenaga kerja yang terampil dan terlatih merupakan unsur yang menentukan dalam keberhasilan setiap pembangunan industri pariwisata. Sebagai konsekuensinya, keterbatasan jumlah Tenaga Profesional Pariwisata yang terampil di ASEAN telah menjadi hambatan bagi pengembangan pariwisata dan industrijasa pada umumnya; MENGAKUI tujuan Persetujuan Pariwisata ASEAN (selanjutnya disebut sebagai "ATA"), yakni untuk bekerja sama dalam memfasilitasi perjalanan ke dan di dalam ASEAN; untuk meningkatkan kerja sama dalam industri pariwisata antara negara- Negara Anggota ASEAN dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing; untuk secara substansial mengurangi pembatasan perdagangan jasa pariwisata dan perjalanan di antara Negara Anggota ASEAN; untuk meningkatkan pengembangan dan promosi ASEAN sebagai destinasi wisata tunggal dengan standar, fasilitas, dan daya tarik berkelas dunia; untuk meningkatkan bantuan timbal balik dalam pengembangan sumber daya manusia dan memperkuat kerja sama untuk mengembangkan, meningkatkan dan memperluas layanan dan fasilitas perjalanan di ASEAN; dan untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi sektor publik dan swasta guna terlibat lebih jauh di dalam pengembangan pariwisata, perjalanan di dalam kawasan ASEAN serta investasi dalam fasilitas dan layanan pariwisata; MENGAKUI BAHWA Para Menteri Pariwisata ASEAN telah menandatangani Pengaturan Saling Pengakuan Tenaga Profesional Pariwisata (Mutual Recognition Anangement on Touism Professiona/ "MR-TP') pada tanggar 9 November 2012, yang bertujuan untuk memfasilitasi mobilitas Tenaga Profesional Pariwisata dan pertukaran informasi tentang praktik terbaik dalam pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi untuk Tenaga Kerja Pariwisata dan untuk memberikan peluang kerjasama dan pembangunan kapasitas di seluruh Negara Anggota ASEAN; MENGINGAT KEMBALI keputusan Pertemuan ke-13 Menteri Pariwisata ASEAN yang diselenggarakan pada tanggal 24 Januari 2010 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, yang mengesahkan persyaratan pelaksanaan tindak lanjut

MRA, termasuk pengembangan kapasitas bagi anggota organisasi yang diatur MRA pada tingkat nasional dan regional dan pembentukan Sekretariat Regional untuk Tenaga Profesional Pariwisata ASEAN guna memfasilitasi pelaksanaan MRA tentang Tenaga Profesional Pariwisata; MENGINGAT JUGA keputusan Pertemuan ke-16 Menteri Pariwisata ASEAN yang diadakan pada tanggal 21 Januari 2013 di Vientiane, Laos, yang mendukung pembentukan Sekretariat Regional untuk Tenaga Kerja Pariwisata ASEAN, dan sepakat untuk memilih lndonesia sebagai tuan rumah Sekretariat; dan DIDORONG OLEH pertumbuhan ekonomi pariwisata yang tinggi dan berkelanjutan yang dihasilkan oleh industri pariwisata di negara anggota ASEAN dan tantangan yang terbentang di depan dalam melaksanakan MRA- TP DENGAN INI MENYETUJUI SEBAGAI BERIKUT: Pasal I Pembentukan Sekretariat 1. Sekretariat Regional Tenaga Kerja Pariwisata ASEAN (selanjutnya disebut sebagai "Sekretariat") wajib dibentuk. 2. Sekretariat wajib berkedudukan di Jakarta, lndonesia (selanjutnya disebut sebagai "Negara Tuan Rumah"). Pasal 2 Tujuan Sekretariat Sekretariat wajib mempromosikan pelaksanaan Pengaturan Saling Pengakuan Tenaga Profesional Pariwisata (MRATP) dengan menyediakan dukungan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan serta pelaksanaan proyek-proyek dan kegiatan yang terkait.

Pasal 3 Fungsi Sekretariat Sekretariat wajib: 1. meningkatkan kesadaran dan menyediakan peningkatan kapasitas pelaksanaan MM-TP termasuk pemasaran dan promosi layanan yang ditawarkan oleh Sekretariat; 2. mengembangkan, memelihara, dan memperbarui Sistem Pendaftaran Tenaga Profesional Pariwisata ASEAN (ASEAN Tourism Professional Registration Sysfem ('ATPRS") termasuk pengelolaan basis data dan sumber daya untuk pelaksanaan MRA; 3. merumuskan, memperbarui dan diperlukan, termasuk sertifikasi kelancaran pelaksanaan MRA-TP; merekomendasikan mekanisme yang dan penilaian untuk memungkinkan 4. memastikan penggunaan sumber daya manusia, sumber daya keuangan dan modal Sekretariat secara efektif dan efisien; dan melakukan fungsi dan tanggung jawab lain yang dapat ditugaskan oleh Dewan Pengawas kepada Sekretariat. Pasal 4 Dewan Pengawas 1. Komite Pemantau Tenaga Profesional Pariwisata ASEAN (ASEAN Tourism Professionals Monitoring CommrffeelATPMC) wajib merupakan Dewan Pengawas Sekretariat. 2. ATPMc wajib terdiri dari organisasi-organisasi Pariwisata Nasional ASEAN (ASEAN National Tourism Organization/ASEAN NIOs) dan perwakilan yang ditunjuk dari Badan Tenaga Profesional Pariwisata Nasional (National Touism Professional BoardlNTPB). 4

3. Dewan Pengawas wajib berperan sebagai berikut: a. melakukan pengawasan penyelenggaraan secara keseluruhan, menyediakan panduan kebijakan, dan memberikan arahan kepada Sekretariat; b. menyetujui struktur organisasi dan persyaratan staf Sekretariat; c. menetapkan syarat dan ketentuan untuk jabatan Direktur Eksekutif dan anggota staf; d. menunjuk dan mengevaluasi Direktur Eksekutif sesuai dengan syarat dan ketentuan untuk jabatan tersebut sebagaimana yang telah ditetapkan; e. menyetujui aturan, prosedur, dan peraturan untuk penyelenggaraan Sekretariat, termasuk aturan dan prosedur keuangan dan staf; f. merekomendasikan rencana kerja tahunan kepada ASEAN NTOs, termasuk anggaran tahunan Sekretariat dan memantau pelaksanaannya; g. mengawasi pemanfaatan pendapatan dan menyetujui aturan dan prosedur pengelolaan pendapatan tersebut; h. menyetujui penghapusan properti dan aset sekretariat bila terjadi pembubaran Sekretariat, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pembubaran tersebut; dan i. melakukan fungsi-fungsi lain yang diperlukan untuk mencapai tujuan Sekretariat.

Pasal 5 Direktur Eksekutif 1. Direktur Eksekutif wajib ditunjuk oleh Dewan Pengawas sesuai dengan syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas. 2. Direktur Eksekutif wajib memiliki masa jabatan tiga (3) tahun, yang dapat diperpanjang berdasarkan kinerjanya dan keputusan Dewan pengawas. Direktur Eksekutif wajib berkebangsaan salah satu Negara Anggota ASEAN dan wajib bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan pengelolaan Sekretariat dan semua fungsi lainnya yang dapat ditugaskan oleh Dewan Pengawas. 4. Direktur Eksekutif wajib dipilih dan ditunjuk berdasarkan kualifikasi dan pengalaman serta kesesuaian untuk bekerja dan berkomunikasi dengan Dewan Pengawas. Direktur Eksekutif wajib didukung oleh para Kepala Divisi dan staf untuk melaksanakan tanggung jawab dan fungsi Sekretariat yang ditugaskan secara efektif dan efisien. Direktur Eksekutif wajib menunjuk salah satu Kepala Divisi untuk berfungsi sebagai Pejabat Yang Bertanggung Jawab pada saat Direktur Eksekutif tidak hadir. 7. Dewan Pengawas wajib menunjuk seorang pejabat untuk berfungsi sebagai Penjabat Direktur Eksekutif pada saat Direktur Eksekutif tidak ada atau tidak dapat melaksanakan tugas-tugasnya, atau jika jabatan Direktur Eksekutif kosong. Penjabat Direktur Eksekutif wajib memiliki kapasitas untuk melaksanakan semua kekuasaan Direktur Eksekutif berdasarkan Persetujuan ini. Dalam hal terjadi kekosongan kekuasaan, Penjabat Direktur Eksekutif wajib bertugas dalam kapasitas tersebut sampai jabatan tersebut dipegang oleh Direktur Eksekutif yang ditunjuk, secepat mungkin, sesuai dengan ayat 8 (d) Pasal 5.

8. Direktur Eksekutif wajib berperan sebagai berikut: a. mengelola Sekretariat dan program-programnya dengan maksud untuk memastikan bahwa Sekretariat memenuhi tujuannya; b. menyiapkan rencana kerja tahunan, anggaran, laporan keuangan atau dokumen lain untuk pertimbangan Dewan Pengawas; c. melaporkan pelaksanaan kegiatan Sekretariat kepada Dewan Pengawas; d. menunjuk, berdasarkan konflrmasi Dewan Pengawas, mengelola dan mengawasi anggota staf Sekretariat; e. menunjuk, berdasarkan konfirmasi Dewan Pengawas, mengelola dan mengawasi konsultan dan tenaga ahli yang berperan untuk membantu Sekretariat dalam melaksanakan fungsinya; f. mengembangkan dan menerapkan strategi untuk memastikan pendanaan yang layak untuk program dan kegiatan kelembagaan yang sesuai dengan tujuan dan fungsi Sekretariat; dan g. melakukan tugas lain sebagaimana yang dapat diminta oleh Dewan Pengawas. Pasal 6 Anggota Staf 1. Anggota staf wajib melakukan tugastugas sesuai dengan syarat dan ketentuan penunjukannya serta tugastugas lain yang diberikan oleh Direktur Eksekutif. 2. Setiap anggota staf wajib memiliki masa jabatan kontrak 3 (tiga) tahun, yang dapat diperpanjang berdasarkan kinerja dan/atau keputusan Direktur Eksekutif. Setiap anggota staf wajib berkebangsaan salah satu Negara Anggota ASEAN.

Pasal 7 Persetujuan Negara Tuan Rumah 1. Sekretariat Regional dan Pemerintah Negara Tuan Rumah wajib secara terpisah menyusun Persetujuan Negara Tuan Rumah yang wajib menentukan modalitas dan pengaturan lainnya yang diperlukan untuk mendukung pembentukan dan penyelenggaraan sekretariat sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Tuan Rumah. Persetujuan Negara Tuan Rumah wajib tidak menjadi bagian dari Persetujuan ini. Pasal 8 Peraturan Keuangan 1. ASEAN NTOs wajib menyetujui anggaran Sekretariat setiap tahun. 2. ASEAN NTOs wajib meninjau kembali dan menyetujui usulan anggaran operasional Sekretariat melalui Dewan Pengawas berdasarkan tahun anggaran. 3. Laporan Keuangan Tahunan akan diaudit oleh Auditor yang ditunjuk oleh Dewan Pengawas. 4. Pengeluaran pendapatan wajib dilaporkan kepada dan disetujui oreh ASEAN NTOs sebagaimana yang direkomendasikan oleh Dewan Pengawas. 5. sekretariat wajib memperoleh pendapatan dan pemasukan merarui kontribusi dari Negara Anggota ASEAN serta melalui penyediaan produk dan jasa terkait untuk mendukung pelaksanaan MM-Tp termasuk, sebagai berikut: a) Kontribusi anggaran dari masing-masing Negara Anggota ASEAN sebesar 20.000,- USD untuk tahun 2015 dan 20.000,- USD untuk tahun 2016;

b) Kontribusi dari Negara Tuan Rumah sebesar 49.500,- USD untuk tahun 2015; c) Pendaftaran online Tenaga Profesional Pariwisata; d) Jasa lndustri (keanggotaan/pendaftaran); e) Pelatihan dan sertifikasi Masfer Trainer, 0 Pelatihan dan sertifikasi Master Assesso4 g) Pelatihan yang terkait dengan kegiatan pelaksanaan MRA-TP; h) Jasa Konsultasi untuk lndustri; i) Jasa Konsultasi untuk Pemerintah; j) Jasa Konsultasi untuk penyedia pelatihan; k) Komisi MRA-TP, Biaya Penempatan Tenaga Kerja atau Biaya Administrasi; l) Sponsor; m) PenyelenggaraanKegiatan; n) Penilaian dan Sertifikasi Masfer Trainers atau Assesso4 dan o) Sumber pendapatan dan pemasukann lain yang disetujui oleh Dewan Pengawas.

Pasal 9 Badan Hukum 1. Berdasarkan persetujuan Dewan Pengawas, Sekretariat wajib memiliki kapasitas hukum yang diperlukan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: a. membuat perjanjian dengan negara lain, dan organisasi lokal atau internasional; b. menyusun kontrak; c. memperoleh dan menghapus properti bergerak dan tidak bergerak; dan d. menjadi pihak dalam proses hukum. 2. Dalam pelaksanaan kapasitas tersebut, Sekretariat wajib diwakili oleh Direktur Eksekutif yang wajib mematuhi aturan dan prosedur keuangan sesuai dengan persetujuan Dewan Pengawas. Pasal 10 Bahasa Pengantar Bahasa pengantar Sekretariat adalah bahasa lnggris Pasa! 11 Pengakhiran l. Persetujuan ini dapat diakhiri oleh Negara Anggota ASEAN dengan kesepakatan tertulis. Pengakhiran wajib mulai berlaku pada tanggal yang disepakati oleh Negara Anggota ASEAN secara tertulis. 10

Pengakhiran dari Persetujuan ini wajib tidak mengurangi kepentingan, hak atau kewajiban dari setiap Negara Anggota ASEAN. Negara Anggota ASEAN wajib berkonsultasi mengenai hal-hal yang belum diselesaikan sebelum Persetujuan diakhiri. 2. setelah pembubaran sekretariat, setiap akumulasi kelebihan setelah dikurangi biaya penutupan dan/atau kewajiban sekretariat yang belum dibayarkan wajib disetorkan ke Dana ASEAN NTO's. Apabila terjadi defisit, kewajiban keuangan yang belum dibayar wajib ditanggung oleh Dana ASEAN NTO's. Pengakhiran Persetujuan ini tidak akan mempengaruhi pelaksanaan proyek yang sedang berjalan dan/atau program atau kegiatan yang telah disepakati sebelum tanggal pengakhiran Persetujuan ini. Pasal 12 Revisi, Modifikasi dan Amendemen 1. Revisi, modifikasi dan amendemen Persetujuan ini, sebagaimana yang diusulkan oleh Negara Anggota ASEAN, wajib disepakati oleh Negara Anggota ASEAN dengan kesepakatan tertulis. 2. Setiap revisi, modifikasi dan amendemen yang disetujui oleh Negara Anggota ASEAN wajib dilakukan secara tertulis dan akan menjadi bagian dari Persetujuan ini. 3. Revisi, modifikasi dan amendemen wajib mulai berlaku sesuai dengan Pasal 14 (Ketentuan Penutup) dari Persetujuan ini. 4. setiap revisi, modifikasi atau amendemen tidak akan mengurangi hak dan kewajiban yang timbul dari atau berdasarkan Persetujuan ini sebelum atau sampai dengan tanggal revisi, modifikasi atau amendemen tersebut. tt

Pasal 13 Penyelesaian Sengketa setiap sengketa antara Negara Anggota ASEAN mengenai penafsiran atau penerapan, atau kepatuhan terhadap Persetujuan ini wajib diselesaikan secara damai melalui konsultasi atau negosiasi. Pasal 14 Ketentuan Penutup 1. setiap Negara Anggota ASEAN wajib memberitahukan sekretaris Jenderal ASEAN setelah penyelesaian prosedur hukum internalnya untuk memberlakukan Persetujuan ini. Persetujuan ini wajib mulai berlaku pada tanggal penyerahan instrumen kesepuluh pemberitahuan pemenuhan prosedur hukum internal kepada Sekretaris Jenderal ASEAN. 2. Persetujuan ini wajib diserahkan kepada Sekretaris Jenderal ASEAN, yang selanjutnya wajib segera menyampaikan salinan yang telah disahkan kepada masing-masing Negara Anggota ASEAN. SEBAGAI BUKTI yang bertandatangan di bawah ini, diberi kuasa oleh Pemerintah masing-masing telah menandatangani persetujuan ini. DITANDATANGANI di Jakarta, lndonesia, pada tanggal riga puluh Desember Tahun Dua Ribu Lima Belas dalam satu teks asli, daram bahasa lnggris. L2

Untuk Pemerintah Brunei Darussalam: DATO ALI APPONG Menteri Sumber Daya Utama dan Pariwisata Untuk Pemerintah Kerajaan Kamboja: DR. THONG KHON Menteri Pariwisata Untuk Pemerintah Republik lndonesia: DR. ARIEF YAHYA Menteri Pariwisata Untuk Pemerintah Republik Demokratik Rakyat Laos: PROF. DR. BOSENGKHAM VONGDARA Menteri lnformasi, Budaya dan Pariwisata 13

Untuk Pemerintah Malaysia: DATO' SERI MOHAMED NAZRI TAN SR! ABDUL AZIZ Menteri Pariwisata dan Budaya Untuk Pemerintah Republik Uni Myanmar: U HTAY AUNG Menteri Perhotelan dan Pariwisata Untuk Pemerintah Republik Filipina: RAMON R. JIMENEZ, JR Sekretaris, Departemen Pariwisata Untuk Pemerintah Republik Singapura: S. ISWARAN Menteri Kedua untuk Perdagangan dan lndustri 74

Untuk Pemerintah Kerajaan Thailand: KOBKARN WATTANAVRANGKUL Menteri Pariwisata dan Olah Raga Untuk Pemerintah Republik Sosialis Vietnam: HOANG TUAN ANH Menteri Budaya, Olahraga dan Pariwisata 15

PERNYATAAN JAMINAN Persetujuan tentang Pembentukan Sekretariat Regional untuk Petaksanaan Pengaturan Saling Pengakuan Tenaga Profesional Pariwisata ASEAN Saya, yang bertanda tangan di bawah ini Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN untuk Urusan Komunitas dan Korporasi, dengan ini menyatakan bahwa teks terlampir adalah salinan yang benar dan lengkap dari Persetujuan tentang Pembentukan Sekretariat Regional untuk Pelaksanaan Pengaturan Saling Pengakuan Tenaga Profesional Pariwisata ASEAN, yang ditandatangani pada tanggal 30 Desember 2015 di Jakarta, lndonesia, yang aslinya telah diserahkan ke Sekretaris JenderalASEAN. Jakarta, 20 Januari 2016 [tanda tangan] AKP Mochtan Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN Departemen Urusan Komunitas dan Korporasi Sekretariat ASEAN 16