BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu problematika yang melanda umat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

BAB I PENDAHULUAN. sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat, Zikrul Hakim Jakarta, 2005, hlm. 24

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berlaku secara universal dengan dua ciri dimensi, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak bisa dianggap mudah untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

SKRIPSI PENGARUH ZAKAT YANG DIKELOLA BAZDA TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. hal Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani, 2002,

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius

Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif terhadap Pemberdayaan Mustahiq pada LAZ Yayasan Solo Peduli Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang terpenting bagi setiap Negara,

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PROGRAM MICROFINANCE SYARI AH BERBASIS MASYARAKAT (MISYKAT) DAN MANAJEMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

BAB I PENDAHULUAN. Zakat Center Thoriqotul Jannah (Zakat Center) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan permasalahan bagi setiap negara, golongan,

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

A. Ringkasan atau Isi Penting dari Artikel

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan data pertumbuhan terakhir yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi di negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Zakat sebagai sistem jaminan sosial bagi penanggulangan kemiskinan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi yaitu dimensi hablum minallah atau

BAB II PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI MUSTAH{IQ. pemberdayaan melalui berbagai program yang berdampak positif (mas}lahat)

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat, tentunya kedaulatan yang diperoleh dari hasil semangat juang serta tetesan darah

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

Analysis of Source and Uses of Zakat Fund That Influencing of Community Empowerment (Case Study In Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung)

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Maret 2006

BAB I PENDAHULUAN. Segala puji bagi Allah Swt. yang mengatur dan memelihara segala sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak. mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahala. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat dalam Islam memiliki fungsi, peranan dan kesejahteraan yang

BAB V PENUTUP. akhirnya pada bab ini penulis dapat suatu kesimpulan. Adapun benang merah. 1. Pendapat Ulma Tentang Zakat Atas Tambak Garam.

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. manusia khususnya bangsa Indonesia, dan tidak sedikit umat yang jatuh

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT DALAM PROGRAM PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU. kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan masyarakat dari

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang begitu pesat membuat perusahaan harus mampu mengelola sumber. politik, lingkungan sekitar dan kondisi ekonomi makro.

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk indonesia mencapai 252,20 juta jiwa (BPS: 2015). Dimana

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat. 1. lembaga Amil Zakat (LAZ). Kedua keduanya telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Gambar 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Kota Bandung Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan yang sering dihadapi oleh negara berkembang dalam

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI KJKS BMT ISTIQLAL PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun dilihat dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. 1 Zakat berarti suci,

BAB I PENDAHULUAN. bagi seluruh rakyat Indonesia yang menjelaskan dan mengajak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (BKKBN) dalam Diskusi dua mingguan Pimpinan BKKBN dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak

BAB IV ANALISIS ZAKAT PADA PRODUK WADI <AH (TABUNGAN HAJI) DI BANK BPRS BAKTI MAKMUR INDAH KRIAN

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB I PENDAHULUAN. terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat atau pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB IV PROFIL LEMBAGA, PEROLEHAN ZAKAT PENDISTRIBUSIANNYA PADA FAKIR MISKIN DAN ANALISA. Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Nurul Huda merupakan lembaga

MANAJEMEN PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN ZAKAT DI DOMPET PEDULI UMMAT-DAARUT TAUHIID (DPU-DT) CABANG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tahan lama (zatnya) kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf), baik berupa

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang bercorak sosial-ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 90-an dan setelah tahun 90-an memiliki beberapa perbedaan yang mendasar. Pada

BAB I PENDAHULUAN. maaliyah (ibadah harta). Shalat, puasa dan haji digolongkan ke dalam. lagi yang bersifat ibadah ruhiyyat seperti syahadat.

BAB I PENDAHULUAN. Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidup organisasi pengelola zakat

BAB I PENDAHULUAN. representif dalam membangun kekuatan ekonomi. Dalam membangun. dalam membangun perekonomian umat. Dengan demikian, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan namanya harta. Harta merupakan titipan dari Allah kepada

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelebihan harta atau biasa disebut para aghniya. Agar zakat. yang mampu mendatangkan pendapatan bagi mereka dan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. kefakiran. Karena itu seperti sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran

BAB I PENDAHULUAN. Zakat adalah salah satu rukun islam yang bercorak social-ekonomi dari

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari yang sering kita sebut dengan muamalah. Muamalat secara bahasa

BAB IV ANALISIS PROSEDUR PENGELOLAAN DANA INFAQ YDSF DAN ANALISIS DAMPAK DARI PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Membicarakan masalah kemiskinan berarti membicarakan suatu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam mengumpulkan zakat sehingga jumlah zakat yang terkumpul. dapat membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dideklarasikan satu dekade lalu, wacana tentang Millennium

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu problematika yang melanda umat. Rendahnya taraf perekonomian nyatanya juga dialami oleh masyarakat muslim pada masa awal. Persoalan ini pun menjadi perhatian serius. Islam memerangi kemiskinan, tidak hanya miskin sebagai akibat, tetapi memberantas pula faktor penyebab kemiskinan, yaitu kebodohan, pola pikir, dan semangat hidup yang salah. Masalah kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu seperti sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada kekufuran. 1 Dalam tataran praktis, upaya pemberatasan kemiskinan muncul dari berbagai kalangan sepanjang sejarah. Usaha itu datang dari berbagai elemen masyarakat, tak terkecuali negara sebagai pemegang otoritas. Para ulama pun tampil memberikan sumbangsih pemikiran dan aksi nyata mengatasi kemiskinan. (Republika.co.id publikasi 25 September 2012) Persoalan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius yang menyangkut dimensi kemanusiaan. Kemiskinan tetap merupakan masalah yang tidak bisa dianggap mudah untuk dicarikan solusinya 1 Abdurrachman Qadir,Zakat (Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial), ed. 1, cet. 2. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, hlm. 24. 1

karena sudah ada sejak lama, dan menjadi kenyataan yang hidup di tengah masyarakat. Dengan kata lain, kemiskinan merupakan kenyataan dalam kehidupan manusia. Salah satu cara menanggulangi kemiskinan adalah dukungan orang yang mampu untuk mengeluarkan harta kekayaan mereka berupa dana zakat kepada mereka yang kekurangan. Zakat merupakan salah satu dari lima nilai instrumental yang strategis dan sangat berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia dan masyarakat serta pembangunan ekonomi umumnya. 2 Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni orang miskin secara konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang lebih permanen yaitu mengentaskan kemiskinan. 3 Namun sampai saat ini zakat dan sebagainya itu belum mampu meningkatkan kesejahteraan bagi umat, terutama mustahiq (orang yang berhak menerima zakat) dan muzakki (orang yang berzakat). Zakat sebagai komponen penting dalam perekonomian kurang diperhatikan baik oleh individu, lembaga keislaman, maupun pemerintah. 4 Setelah ditetapkannya UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, masyarakat berharap agar pengelolaan zakat lebih efektif dalam pemungutan maupun pendistribusian. Konsekuensi dari undang-undang itu sendiri adalah mempositifkan hal-hal yang tadinya hanya bersifat normatif 5 sehingga sejalan dengan dibuatnya undang-undang tersebut. 2 Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, ed.1 cet.1. Jakarta: CV Rajawali, 1987, hlm. 71. 3 Abdurrachman Qadir. Zakat., hlm. 83-84. 4 Didin Hafidhuddin, Agar Harta Berkah dan Bertambah, cet.1. Jakarta: Gema Insani, 2007, hlm. 68. 5 Didin Hafidudin. Islam Aplikatif, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, hlm. 103 2

Zakat adalah kunci agar harta berkah dan terus bertambah. Zakat memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya pengentasan kemiskinan atau pembangunan ekonomi. Berbeda dengan sumber keuangan untuk pembangunan yang lain, zakat tidak memiliki dampak balik apapun kecuali ridha dan mengharap pahala dari Allah semata. Namun demikian, bukan berarti mekanisme zakat tidak ada sistem kontrolnya. Nilai strategis zakat dapat dilihat melalui: Pertama, zakat merupakan panggilan agama. Ia merupakan cerminan dari keimanan seseorang. Kedua, sumber keuangan zakat tidak akan pernah berhenti. Artinya orang yang membayar zakat, tidak akan pernah habis dan yang telah membayar setiap tahun atau periode waktu yang lain akan terus membayar. Ketiga, zakat secara empirik dapat menghapus kesenjangan sosial dan sebaliknya dapat menciptakan redistribusi aset dan pemerataan pembangunan. 6 Sebelum kita berupaya untuk mendayagunakan zakat, terlebih dahulu kita harus mengetahui hikmah dan urgensi ibadah zakat. Kewajiban menunaikan zakat merupakan sesuatu yang demikian tegas dan mutlak. Karena di dalam ajaran islam, hal ini terkandung hikmah dan manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan muzakki, mustahiq, harta benda yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat secara keseluruhan. 7 Zakat yang diberikan kepada mustahiq akan berperan sebagai pendukung peningkatan ekonomi mereka apabila di salurkan pada kegiatan produktif. Pendayagunaan zakat produktif sesungguhnya mempunyai konsep perencanaan dan pelaksanaan yang cermat seperti mengkaji penyebab kemiskinan, ketiadaan 6 Muhammad Ridwan. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), cet 2. Yogyakarta: UII Press, 2005, hlm. 189-190. 7 Didin Hafidhuddin, Agar Harta Berkah dan Bertambah, hlm. 69 3

modal kerja, dan kekurangan lapangan kerja, dengan adanya masalah tersebut maka perlu adanya perencanaan yang dapat mengembangkan zakat bersifat produktif tersebut. Dana zakat untuk kegiatan produktif akan lebih optimal bila dilaksanakan Badan Amil Zakat (BAZ), Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan sejenisnya, karena sebagai organisasi yang terpercaya untuk pengalokasian, pendayagunaan, dan pendistribusian dana zakat, mereka tidak memberikan zakat begitu saja melainkan mereka mendampingi, memberikan pengarahan serta pelatihan agar dana zakat tersebut benar-benar dijadikan modal kerja sehingga penerima zakat tersebut memperoleh pendapatan yang layak dan mandiri. Penyaluran zakat produktif melalui Lembaga Amil Zakat bisa berupa bantuan modal usaha bisa berupa uang tunai dan perlengkapan ataupun melalui bantuan pemberian hewan ternak. Pemberian bantuan hewan ternak ini tidak serta merta hanya diberikannya ternak saja, tapi didukung pula dengan pendampingan dan pembinaan agar mustahiq penerima ternak bisa belajar serta paham cara berternak yang baik. Seperti yang telah ketahui bahwa cara berternak sudah lebih dahulu diajarkan oleh para Nabi-nabi kita seperti pernyataan dalam hadits berikut: Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali telah menggembalakan kambing? Lalu para sahabat beliau bertanya:? Demikian juga engkau? Beliau menjawab: Ya, Aku dahulu menggembalakan kambing milik seorang penduduk Mekkah dengan imbalan beberapa qiraath. (HR. Bukhari dan Muslim). 4

Para ulama umumnya menafsirkan hadits tersebut dengan menguraikan beberapa kebaikan dari penggembalaan kambing diantaranya adalah: melatih kesabaran, mengembangkan sifat tawadhu, kasih sayang terhadap yang lemah, cinta usaha dan mandiri, membangun kekuatan jasmani, membangun keberanian, mengembangkan managerial skills. Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid Yogyakarta (DPU DT Yogyakarta) selain Lembaga Amil Zakat yang berperan mendistribusikan zakat kepada mustahiq, DPU DT juga memiliki cara pandang yang sama dengan hadits diatas bahwa dengan berternak dapat meningkatkan kualitas hidup. Melalui program Desa Ternak Mandiri (DTM), dimana dalam program ini pemberian zakat produktif berbentuk hewan ternak yaitu kambing. Tujuan pemberian hewan ternak kambing ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kedepannya dalam menambah penghasilan mustahiq. Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penilitian tentang zakat produktif dengan judul PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF TERHADAP PEMBERDAYAAN MUSTAHIQ DOMPET PEDULI UMMAT DAARUT TAUHIID YOGYAKARTA (Studi Kasus Desa Ternak Mandiri Desa Dingo, Kec. Dlingo, Kab. Bantul). 5

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas maka penelitian ini membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut: Pemberian hewan tenak kambing merupakan salah satu bentuk zakat produktif guna meningkatkan penghasilan, konsumsi, sedekah mustahiq. 1.3. Pertanyaan Penelitian 1. Berapa tambahan penghasilan mustahiq dari hewan ternak yang diterima dari zakat produktif? 2. Seberapa besar pengaruh penghasilan mustahiq terhadap konsumsi dan sedekah sebelum memperoleh bantuan zakat produktif? 3. Seberapa besar pengaruh penghasilan total mustahiq terhadap konsumsi dan sedekah sesudah memperoleh bantuan zakat produktif? 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan penelitian a. Untuk menganalisis berapa tambahan penghasilan mustahiq dari hewan ternak yang diterima dari zakat produktif b. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penghasilan mustahiq terhadap konsumsi dan sedekah sebelum memperoleh bantuan zakat produktif 6

c. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penghasilan totalmustahiq terhadap konsumsi dan sedekah sesudah memperoleh bantuan zakat produktif. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis, diharapkan penelitian ini dapat menambah nilai lebih serta meperluas wawasan penulis dalam pendayagunaan zakat produktif terhadap pemberdayaan mustahiq di DPU Daarut Tauhid Yogyakarta. b. Bagi Akademisi, diharapkan penelitian ini mampu memberikan sumbangan bagi ilmu syariah secara umum dan keuangan islam secara khusus, serta menjadi rujukan penelitian berikutnya terkait pendayagunaan zakat produktif terhadap pemberdayaan mustahiq. c. Bagi Lembaga, diharapkan penilitian ini menjadi catatan atau koreksi untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan kinerja lembaga sekaligus memperbaiki kekurangan dan kelemahannya. 1.5. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis pembahasan tentang Zakat Produktif telah banyak dibahas sebagai karya ilmiah. Dan untuk mendukung persoalan yang lebih mendalam terhadap masalah diatas, penyusun berusaha melakukan penelitian terhadap literatur yang relevan terhadap masalah yang menjadi obyek penelitian. Ada empat penelitian yang mengangkat judul berkaitan dengan zakat produktif. 7

Pertama, penelitian Alfiya Nur Hasanah, (2005). Hubungan Zakat terhadap Tingkat Kemiskinan pada BAZ Propinsi DIY yang menjelaskan bahwa pendayagunaan zakat yang efektif untuk menurunkan tingkat kemiskinan tidak hanya digunakan sebagai pemenuhan konsumtif semata tetapi juga dapat dipergunakan untuk usaha-usaha pemenuhan kebutuhan produktif, bantuan pendidikan dan usaha-usaha untuk menciptakan lapangan kerja serta mengurangi pengangguran. Kedua, Ulin Ulfa, (2005), dalam penelitiannya membahas tentang Pendayagunaan zakat secara produktif dalam perspektif hukum Islam adalah dapat dibenarkan, sepanjang memperhatikan kebutuhan pokok bagi masingmasing mustahiq dalam bentuk konsumtif yang bersifat mendesak untuk segera diatasi. Selain itu pendayagunaan dan pengelolaan zakat untuk usaha produktif dibolehkan oleh hukum Islam selama harta zakat tersebut cukup banyak. Ketiga, Faradillah, (2006), dari S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah pada penelitiannya yang berjudul Efektifitas Penyaluran Zakat dalam Meningkatkan Pendapatan Mustahiq pada LAZNAS Bangun Sejahtera Mitra (BSM Ummat). Dengan menggunakan metode kualitatif, hasil dari penelitiaan ini memaparkan bahwa Efektifitas penyaluran zakat adalah pola penyaluran zakat dalam bentuk pemberdayaan produktif yang disertai target terjadi kemandirian ekonomi bagi mustahiq dan mengupayakan adanya peningkatan pendapatan bagi mustahiq. Keempat, Mila Sartika, (2008), UII Yogyakartaberjudul Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif (diukur dari jumlah dana yang di berikan) 8

Terhadap Pemberdayaan Mustahiq (diukur dari pendapatan usaha). Pada penelitian ini terdapat dua macam hipotesis yang diajukan yaitu: 1) hipotesis nihil (H0) dan 2) hipotesis alternatif (HA). Hipotesis nihil (H0) dalam penelitian ini adalah tidak ada pengaruh jumlah dana (zakat) yang disalurkan terhadap pendapatan mustahiq di LAZ Yayasan Solo Peduli. Sedangkan hipotesis alternatif (HA) adalah ada pengaruh jumlah dana (zakat) yang disalurkan terhadap pendapatan mustahiq di LAZ Yayasan Solo Peduli. Hipotesis ditolak jika nilai sig < 0,05, sebaliknya hipotesis diterima jika nilai sig > 0,05. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teknik regresi sederhana diperoleh nilai signifikan 0, 045 atau dapat dikatakan nilai sig < 0,05, maka hipotesis nihil (H0) ditolak, berarti hipotesis alternatif (HA) diterima, atau dapat dinyatakan bahwa jumlah dana yang disalurkan benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan mustahiq. Kelima, Khoiruddin Hasibuan, (2011) dengan judul penelitian Analisis Distribusi Zakat Dan Pengaruhnya Terhadap Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Dompet Dhuafa Jogjakarta dan Jejaringnya). Metode penelitian yang digunakan Analisis Deskriptif dan regresi linear berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square) dan hasil penelitiannya Koefesien determinan menunjukkan bahwa variabel independen modal, peran pengelola dan pendampingan mampu menjelaskan variasi variabel dependen pemberdayaan masyarakat sebesar 9,4%. Keenam, Nurhayati Ismail, (2011) judul penelitiannya Pertambahan Pendapatan Peternak Penerima Bantuan Ternak Sapi di Kecamatan Randangan 9

Kabupaten Pahuwato. peneliti menganalisis mekanisme distribusi dan penerima bantuan ternak di kecamatan Randangan kabupaten Pahuwato. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan petani sebanyak 54 responden dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder dari instansi terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kecamatan Randangan telah dilaksanakan baik di tingkat kesesuaian diatas 90 persen, dan untuk mengukur keberhasilan menerima bantuan sapi untuk peternak dengan metode check list sesuai dengan pedoman umum dan petunjuk pelaksanaan dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pahuwato. Bantuan ternak sapi pada dasarnya dapat menaikkan dan menambah pendapatan peternak, tetapi masih relatif kecil dibanding dengan UMR (Upah Minimum Regional) di Provinsi Gorontalo. Ketujuh, Salman Nuri, (2012) judul penelitiannya Pendapatan Peternak Penerima Bantuan Ternak Sapi di Peternakan Terpadu Ketapang Kabupaten Aceh Tengah. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis mekanisme penyaluran bantuan ternak sapi dan menghitung pertambahan pendapatan peternak penerima bantuan ternak sapi di peternakan terpadu Ketapang Kabupaten Aceh Tengah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari wawancara dengan peternak penerima bantuan sebanyak 80 responden menggunakan kuesioner dan sekunder diperoleh dari instansi terkait. Hasil penelitian tahapan penyaluran bantuan ketentuan dan syarat menerima bantuan ternak sapi adalah rata-rata kesesuaian penyaluran bantuan ternak sapi berdasarkan petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis Dinas Peternakan dan 10

Perikanan Kabupaten Aceh Tengah antara seharusnya dengan realitas sebesar 88 persen, dari 15 tahapan 4 mekanisme yang belum sesuai. Rata-rata kesesuaian dalam ketentuan/ persyaratan berdasarkan tujuh kriteria antara seharusnya dengan realitas adalah 100 persen, berarti kesesuaian ketentuan/ syarat menerima bantuan sudah terpenuhi. Sedangkan untuk pendapatan peternak penerima bantuan ternak sapi sebesar Rp 20.005.875,00 pertahun, sehingga per bulannya pendapatan ratarata peternak Rp 1.667.156,00, masih diatas upah minimum kabupaten Aceh Tengah sebesar Rp 1.350.000,00. Disimpulkan bahwa bantuan ternak sapi dapat menjadi sumber pendapatan peternak. Penelitian ini mempunyai beberapa perbedaan dengan penelitian yang sebelumnya. Perbedaannya yakni yang pertama adalah pada tempat yang akan diteliti yakni Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Yogyakarta dan zakat produktif yang disalurkan berupa hewan ternak kambing.kedua, variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penghasilan mustahiq sebelum dan sesudah menerima zakat produktif berupa hewan ternak, konsumsi, dan sedekah. Ketiga metode analisis yang digunakan adalah regresi linier dan uji beda rata-rata penghasilan mustahiq baik sebelum menerima bantuan zakat produktif dengan sesudah menerima bantuan zakat produktif, konsumsi, sedekah, dan yang terakhir adalah tahun peneltiannya. 1.6. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan pembahasan proposal tesis ini, penulis mengurutkan permasalahannya menjadi 5 (lima) bab, yaitu: 11

BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka dari penelitian terdahulu, dan sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Dalam bab ini dibahas mengenai berbagai hal yang erat hubungannya dengan zakat produktif. Mencakup teori yang berkenaan dengan topik ini diantaranya; pengertian, tujuan zakat, golongan penerima zakat, hikmah dan urgensi zakat, lembaga pengelola zakat, urgensi lembaga pengelola zakat, pendistribusian zakat secara produktif, zakat dalam prespektif sosial ekonomi, pengaruh zakat terhadap perekonomian, teori konsumsi, teori sedekah, dan pemberdayaan masyarakat. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini berisi tentang objek penelitian, jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV : HASIL ANALISIS DATA Dalam bab ini ditulis tentang profil objek penelitian dan analisis dengan regresi linier untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendayagunaan zakat produktif terhadap pemberdayaan mustahiq di DPU Daarut Tauhid Yogyakarta. 12

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan beberapa kesimpulan yang didapat dari hasil penlitian serta saran kepada pihak yang terkait dan yang berkepentingan terhadap tema yang diteliti. 13