BAB I PENDAHULUAN. terdahulu, dan harta ini berada dibawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pangan dalam kehidupannya, yaitu dengan mengolah dan mengusahakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan tanah dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA

KEPASTIAN HUKUM BAGI TANAH ULAYAT MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT Oleh: Ridho Afrianedy,SHI, Lc (Hakim PA Sungai Penuh)

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dua jenis, laki-laki dan perempuan. Untuk mengikat kedua jenis. dan seluruh keluarga kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULIAN. tentang sistem dan asas-asas hukum waris, tentang harta warisan, pewaris dan

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

PERKEMBANGAN SYARAT MENGGADAI TANAH HARTA PUSAKA TINGGI DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI KABUPATEN AGAM NAGARI KAMANG MUDIAK KIKKY FEBRIASI

BAB I PENDAHULUAN. satu penjelmaan dari jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke abad 1.Setiap

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan prinsip budaya setempat (Minangkabau)

RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002. Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Sementara faktor ekonomi-politik adalah faktor yang mempengaruhi tejadiya konnik tanah yang datang dari luar sistem masyarakat nagari Simawang.

BAB I PENDAHULUAN. sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelesaian sengketa..., Dina Amanda, FH UI, 2011.

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa, Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan. Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia dan mengingat susunan kehidupan dan pola perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat beretnis Minangkabau di Desa

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usahanya seperti untuk tempat perdagangan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan perasarana lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KAMPAR HAK TANAH ULAYAT

PENYELESAIAN SENGKETA PEMANFAATAN TANAH ULAYAT KAUM DI KENAGARIAN LUBUK BASUNG. Skripsi

Registration Of The Ulayat Kaum Land Based On Personal Name Of Mamak Kepala Waris And Legal Consequences In Payakumbuh.

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1

keluarga,atau dalam adat Minang disebut paruik, hingga lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kaum ditentukan oleh luasnya tanah yang dimiliki.1. Minangkabau sampai saat ini adalah manggadai. Di Minangkabau sendiri

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Perkawinan merupakan suatu

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

1 2 3

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebut tanah, selain memberikan manfaat namun juga melahirkan masalah lintas sektoral

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

BAB I PENDAHULUAN. hukum adat terdapat pada Pasal 18 B ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara

HUKUM ADAT (Pasca Mid Semester)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. penulis jabarkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT

Analisis Hukum Islam Terhadap Pembagian Waris Dalam Adat Minang (Studi Kasus Di Desa Biaro Gadang, Sumatera Barat)

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

JURNAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI KERAPATAN ADAT NAGARI KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG. Oleh: P R I M A Z O L A NPM:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angki Aulia Muhammad, 2013

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI ( KAN ) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH HARTA PUSAKO TINGGI DI KENAGARIAN TALANG MAUR PAYAKUMBUH

PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 08 TAHUN 2003 TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA DAN PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. diberi nama. Meski demikian, Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut sebagai UUD 1945), Negara Indonesia. kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan.

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

K E P E N D U D U K A N

PEMERINTAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan. Manusia harus meninggalkan dunia fana. kekayaannya beralih pada orang lain yang ditinggalkannya.

ADOPSI HUKUM ADAT MATRILINEAL AKIBAT HUKUM ADOPSI 15/03/2018

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum,

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah

BAB I PENDAHULUAN. putra dan timur asing, yang mempunyai upaya memaksa lagi pula tidak di

BAB IV ANALISIS DATA A. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Perdata Indonesia Tentang Hibah dalam Keluarga

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

BAB IV PENERAPAN HAK-HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN DI INDONESIA. Undang-Undang Dasar 1945 mengakui keberadaan Masyarakat Hukum

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan tanah. Tanah sangat penting bagi manusia sebagi tempat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup umat manusia. 1. nafkah sehari-hari berupa lahan pertanian atau perladangan.

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah pusako adalah tanah hak milik bersama dari pada suatu kaum yang mempunyai pertalian darah dan diwarisi secara turun temurun dari nenek moyang terdahulu, dan harta ini berada dibawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki tertua dalam kaum). Proses kepindahan kekuasaan atas harta pusako tinggi dari kemenakan dalam istilah adat disebut juga dengan pusako basalin 1. Hal tersebut berarti bahwa harta tanah pusako tinggi tidak dapat di perjualbelikan dan digadaikan. Namun demikian dalam praktek mengenai praktek gadai dapat dilakukan dengan beberapa syarat tertentu. Untuk tanah pusako tinggi gadai hanya dapat dilakukan atas kesepakatan anggota kaum sebagai pemilik tanah pusako tinggi. Tanah pusako merupakan tanah warisan tanah tuun temurun dari leluhur terdahulu yang menjadikan tanah leluhur menjadi tanah pusako yang menjadi hak masyarakat hukum adat.di Sumatera Barat dikenal dengan kelompok etnik nusantara yang bernama Minangkabau.Daerah Minangkabau terdiri dari atas banyak nagari. Nagari merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepetingan masyarakat setempat,berdasarkan asal-usul dan adat istiadat yang diakui dan dihormati dalam 1 Mulyadi,Wawancara,Tangerang 8 Maret 2015 1

sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nagari ini merupakan daerah otonom dengan kekuasaan tertinggi di Minangkabau, tidak ada kekuasaan sosial dan politik lainnya yang dapat mencampuri adat di sebuah nagari. Kajian tentang konflik tanah ulayat menjadi penting setidaknya disebabkan oleh dua hal yaitu ; Pertama bahwa secara yuridis tanah ulayat merupakan tanah yang dikuasai oleh masyarakat adat tanpa alat bukti kepemilikkan karena sifatnya komunal. Konflik bermula ketika banyak pihak yang melakukan klaim atas tanah-tanah ulayat yang ada. Kedua, bahwa secara faktual telah terjadi proses sertipikasi terhadap tanah-tanah ulayat yang bertujuan umtuk memberikan jaminan kepastian hukum. Pada sisi lain proses ini menimbulkan konflik karena banyaknya pihak yang menolak sertipikasi atas tanah ulayat tersebut. Masalah tanah di Minangkabau berarti membicarakan pula masalah hukum adat Minangkabau.Hal ini disebabkan karena masalah tanah adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hukum adat minangkabau itu sendiri Tanah di Minangkabau merupakan suatu identitas diri karena tanah disini berfungsi sebagai pengikat hubungan baik antara suku maupun kaum sekaligus sebagai bukti asal usul. Dengan adanya tanah sebagai pengikat hubungan antar suku,kaum, maka akan terciptanya suatu interaksi sosial yang memperlihatkan akan kuatya eksistensi masyarakat Minangkabau itu sendiri. Dikarenakan tanah merupakan benda yang sangat berharga di tengah-tengah kehidupan masyarakat,sehingga 2

banyak masyarakat yang menjadikan tanah sebagai harta warisan, yang dalam Minangkabau disebut juga sebagai Harta Pusaka. Harta Pusaka dimiliki oleh setiap kaum dalam suatu suku, dan telah diwariskan melalui beberapa generasi.harta ini tidak boleh diperjual-belikan kecuali dipegang-gadaikan. Transaksi ini baru dibolehkan setelah melalui rapat kaum yang dipimpin oleh penghulu dengan didasarkan atas beberapa pertimbangan, seperti rumah gadang katirisan, gadih gadang indak balaki,mayik tabujua ditangah rumah,mambangkik batang tarandam. 2 Tanah merupakan suatu hak yang tidak lepas dari kehidupan manusia.tanah merupakan tempat untuk mencari nafkah, mendirikan rumah atau tempat kediaman menjadi tempat kuburnya orang pada waktu meninggal dan juga sumber penghidupan bagi keluarga. Artinya, tanah adalah hal yang sangat diperlukan manusia. Di dalam hukum adat, antara masyarakat dengan tanah yang diduduki merupakan satu kesatuan dan mempunyai hubungan yang erat sekali. Hubungan ini menyebabkan masyarakat memperoleh hak untuk menguasai tanah tersebut, memanfaatkan tanah itu, memungut hasil dari tumbuh-tumbuhan yang hidup diatas tanah serta berburu terhadap binatang-binatang yang hidup disitu. Di Sumatera Barat, tanah ulayat diartikan sebagai sebidang tanah pusaka beserta sumber daya alam yang di atasnya dan didalamnya diperoleh secara turun temurun merupakan hak masyarakat 3 hukum adat. Berbicara mengenai masalah tanah di Minangkabau berarti membicarakan pula masalah hukum adat Minangkabau. Hal 2 Musni Warneri, Wawancara, Jakarta 11 Maret 2015. 3 Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 16 Tahun 2008 tentang Tanah Ulayat dan Pemanfaatannya.http :// Portal mahkamahkonstitusi.go.id/elaw. 3

ini disebabkan karena masalah tanah adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hukum adat Minangkabau itu sendiri tanah di Minangkabau merupakan suatu identitas diri karena tanah disini berfungsi sebagai pengikat hubungan baik antara suku maupun kaum sekaligus sebagai bukti asal usul. Dengan adanya tanah sebagai pengikat hubungan antara suku,kaum,maka akan terciptanya suatu interaksi sosial yang memperlihatkan akan kuatnya eksistensi masyarakat Minangkabau itu sendiri. Dikarenakan tanah merupakan benda yang sangat berharga di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, sehingga banyak masyarakat yang menjadikan tanah sebagai harta warisan, yang dalam Minangkabau disebut harta pusaka. Harta pusaka dimiliki oleh setiap kaum dalam suatu suku, dan telah diwariskan melalui beberapa generasi. Pewarisan harta pusaka di Minangkabau didasarkan pada tertib hukum ibu atau sering disebut dengan sistem matrilineal 4. Ciri-ciri masyarakat adat Minangkabau dengan sistem Matrilineal yaitu; 1. Keturunan dihitung menurut garis ibu; 2. Suku terbentuk menurut garis ibu 3. Tiap-tiap orang diharuskan kawin dengan orang luar suku (eksogami), dan tidak dibenarkan kawin dengan orang satu suku; 4. Kekuasaan di dalam suku, menurut teori terletak ditangan ibu tetapi jarang dipergunakan, karena dalam praktek yang berkuasa adalah saudara lakilaki dari ibu tersebut; 4 http://sosbud.kompasiana.com/2014/06/12/plus-minus-sistem-matrilineal-di-minangkabau- 658290.html Ikhlash hasan diakses pada 13 Mei 2015. 4

5. Perkawinan bersifat matrilokal yaitu suami mengunjungi rumah istrinya; 6. Hak-hak dan pusako diwariskan oleh mamak kepada kemenakannya yaitu dari saudara laki-laki kepada anak saudara perempuan; 7. Rasa sehina semalu diantara pesukuan merupakan suatu kewajiban bagi seluruh anggota suku. 5. Garis keturunan ibu di Minangkabau erat kaitannya dengan sistem kewarisan pusako dan sako. Seandainya garis keturunan mengalami perubahan maka akan terjadi suatu perubahan dari sendi-sendi adat Minangkabau sendiri. Oleh karena itu bagi orang Minangkabau garis keturunan bukan hanya sekedar menentukn garis keturunan garis keturunan anak-anaknya melainkan erat sekali hubungannya dengan adatnya.sistem kekerabatan ini tetap dipertahankan masyarakat Minangkabau sampai sekarang.bahkan selalu disempurnakan sejaan dengan usaha menyempurnakan sistem adatnya. Pada dasarnya sistem Matrilineal bukanlah untuk mengangkat atau memperkuat peranan perempuan, tetapi sistem itu dikukuhkan untuk menjaga,melindungi harta pusaka suatu kaum dari kepunahan, baik rumah gadang,tanah pusako,dan sawah ladang. Dalam pewarisan harta pusako dikenal waris,pewaris,warisan dan ahli waris. Waris adalah orang yang menerima pusaka, pewaris adalah orang yang mewariskan pusaka, warisan adalah benda yang di wariskannya yang disebut juga dengan pusak peninggalan. Waris menurut adat Minangkabau terus berkelanjutan karena dalam warisan ini adat menggariskan adanya waris yang bertali adat, bertali buek, 5 Nusyirwan,wawancara Jakarta 14Maret 2015. 5

bertalibudi dan hal ini bila ada kesepakatan kaum. 6. Bila kaum itu punah, warisa jatuh kepada waris yang bertalian dengan suku dan bila yang sesuku itu tidak ada pula, maka harta pusaka kaum yang punah itu jatuh pada nagari. Kedudukan harta pusako di Minangkabau secara garis besar, mengenal beberapa harta pusako yaitu; 1. Harta pusako tinggi 2. Harta pusako rendah 3. Sako 4. Hak ulayat. 7 Tanah ulayat di jamin keberadaanya dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Pokok Agraria.Sebagaimana kita ketahui bahwa adanya pengakuan dan dijamin hak tanah ulayat secara resmi dalam Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang Pokok Agraria. Seperti halnya bahwa tanah pusako tidak dapat untuk disertipikasikan seperti bukti kepemilikkan hak atas tanah pada umumnya, dikarenakan tanah pusako merupakan tanah warisan yang lahir dari turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya yang menjadi ahli waris dari tanah pusako tinggi tersebut. Sumatera Barat terkenal dengan berbagai suku yang ada pada di nagari Sumatera Barat, salah satunya suku sikumbang yang terdapat pada kota padang panjang yang memiliki tanah pusako tinggi yang berbeda-beda. Salah satunya keluarga tinawah yang memiliki tanah pusako yang letaknya di kota padang panjang tanah pusako yang dimaksudkan adalah sebidang tanah persawahan yang ± 10ha. Dengan gambaran letak lokasi tanah pusako keluarga 6 Musni warneri, wawancara, Jakarta 11 Maret 2015 7 Hj. Lastri anggota DPRD kota Padang Panjang, wawancara 13 Maret 2015 6

tinawah di sebelah kiri pondok pesantren serambi mekkah, di sebelah kanan tanah persawahan milik kaum suku gantiang, yang mana tanah pusako keluarga tinawah akan berubah kepemilikkannya dari tanah ulayat menjadi tanah privat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan yang akan dibahas penelitian ini adalah; 1. Bagaimana penguasaan tanah ulayat adat Padang Panjang Sumatera Barat? 2. Bagaimana akibat hukum dari sertipikasi tanah pusako tinggi di kota padang panjang Sumatera Barat? 3. Bagaimana penyelesaian sengketa tanah pusako tinggi yang sudah berpindah bukti kepemilikkannya di kota padang panjang Sumatera Barat? C. Tujuan Penulisan Penulisan ini bertujuan untuk : 1. Memberikan gambaran umum tentang salah satu aspek kehidupan yakni tentang bagaimana suatu hak masyarakat Padang Panjang dalam tanah pusako tinggi yang sudah berubah kepemilikkannya bukan lagi menjadi tanah pusako. 2. Untuk mengetahui akibat hukum dari sertipikasi tanah pusako. 7

3. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa terhadap tanah pusako tinggi di Padang Panjang Propinsi Sumatera Barat. D. Kerangka Teori Kerangka teori adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara teori-teori khusus yang akan diteliti. Kerangka teori yang dipakai dalam penulisan ini adalah Teori Lawrence Meir Friedman sebagai berikut; 1. Subtansi hukum, dalam teori Lawrence Meir Freidman hal ini dsebut hukum subtansial yang menentukan bisa tidaknya hukum itu dilaksanakan. Subtansi juga berarti produk yang dihasilkan oleh orang yang berada dalam hukum hukum yang mencakup keputusan yang mereka lakukan. Subtansi juga mencakup hukum yang hidup (living law), bukan hanya aturan yang ada dalam kitab Undang-Undang. 2. Budaya hukum, kultur hukum menurut Lawrence Meir Friedman adalah sikap manusia terhadap hukum dan hukum hukum kepercayaan, nilai,pemikiran,serta harapannya. Kultur hukum adalah suasana pemikiran hukum dan kekuatan hukum yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari,atau disalah gunakan. Budaya hukum erat kaitannya dengan kesadaran hukum masyarkat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka akan terciptanya budaya hukum yang baik dan dapat mengubah pola hukum masyarakat mengenai hukum selama ini. Secara sederhana,tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum merupakan satu indikator berfungsinya hukum. Hukum itu bekerja sesuai dengan 8

fungsinya jika masyarakat patuh dan tunduk terhadap hukum yang berlaku. Hal ini bukan berarti penyelesaian sengketa yang ada masyarakat diluar institusi hukum tidak dibenarkan. Konstitusi sendiri mengakui hal tersebut, yakni dalam pasal 18B ayat (2) UUD 1945. Peristiwa penyelesaian sengketa di luar institusi hukum oleh masyarakat dibenarkan dan dijamin oleh konstitusi sepanjang penyelesaian tersebut dengan sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku serta norma-norma adat yang berlaku dimasyarakat. Sengketa masyarakat adat yang telah diselesaikan melalui mekanisme hukum adat hendaknya hukum tidak mencampurinya, dalam arti tidak proses kembal lewat pengadilan. E. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan penulis dalam penulisan ini adalah menggunakan metode peneltian hukum empiris (penelitian hukum empiris atau yag biasa disebut juga penelitian lapangan), adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mencari data lapangan dan menganalisa bahan dokumen dan hasil lapangan baik wawancara atau meneliti data lapangan. Sementara alat penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan teori yang mendukung adalah penelitian kepustakaan (library research) 8.. 1. Sumber data 8 Ronny Hanitijo, Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri, Ghalia Indonesia, Jakarta 1988, Hal 44. 9

Dalam penelitian ini, sumber data yang didasarkan atas jenis data ini terdiri dari dua sumber data, yaitu a. Sumber data primer Yaitu peraturan hukum adat yang diperoleh melalui wawancara terhadap petinggi-petinggi adat,keluarga,dan warga masyarkat kota Padang Panjang. b. Sumber data sekunder 1.) Sumber data sekunder merupakan data yang sudah jadi atau data yang diambil dari bahan pustaka yang didasarkan pada sumber dokumen dan bahan bacaan. 2.) Bahan bacaan sekunder adalah member penjelasan bahan hukum primer yaitu buku-buku dan media informasi lainnya. Bahan bacaan sekunder yaitu buku-buku dan internet. 2. Cara memperoleh data Peneliti mencoba untuk menghubungi responden yang diteliti melalui salah satu seorang yang dikenal.hal ini dilakukan agar peneliti dapat mudah diterima oleh responden. Responden yang diteliti yaitu masyarakat kota Padang Panjang. Peneliti dapat melakukan wawancara secara mendalam setelah peneliti dipercaya oleh responden sehingga peneliti dengan mudah memperoleh jawaban-jawaban dari responden penelitian. 10

F. Sistematika Penulisan Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis agar memberikan kemudahan bagi pembaca dalam memahami makna dan memperoleh manfaatnya. Keseluruhan sistematika penulisan ini merupakan satu kesatuan yang sangat berhubungan antara satu dengan yang lainnya, disusun dalam 5 (lima) bab dimana setiap bab menguraikan tentang pokok bahasan dari materi yang sedang dikaji. Adapun sistematika sebagai berikut; Bab 1 PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, TujuanPenulisan, Kerangka Teori,Metode Penelitian,dan Sistematika Penulisan. Bab II KONSEP PENGUASAAN TANAH ULAYAT ADAT PADANG PANJANG SUMATERA BARAT Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang konsep masyarakat adat padang panjang, konsep penguasaan tanah ulayat padang panjang dan konklusi. Bab III AKIBAT HUKUM ATAS PENSERTIPIKASI TANAH ULAYAT ADAT PADANG PANJANG SUMATERA BARAT Pada bab ini penulis menjelaskan akibat hukum pensertipikasi tanah ulayat adat panjang sumatera barat dan konklusi. 11

Bab IV PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT PADANG PANJANG Pada bab ini penulis akan menguraikan penyelesaian sengketa tanah ulayat Padang Panjang melalui dewan adat Padang Panjang dan konklusi. Bab V PENUTUP Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpuln dan saran, kesimpulan diperoleh dari hasil analisi terhdap penelitian dan pembahasan pada bab dua,tiga,dan empat. Sedangkan saransaran dilakukan sebagai pertimbangan untuk diadakan perbaikanperbaikan. 12