BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan preterm menurut The American College of Obstreticians and Gynecologists (ACOG), 2014 didefinisikan sebagai kontraksi teratur dari uterus yang menyebabkan perubahan pada serviks yang mulai terjadi sebelum minggu ke 37 dari kehamilan. Kemudian, ketika kelahiran terjadi di antara minggu ke 20 dan minggu ke 37 dari kehamilan, ia disebut sebagai kelahiran preterm. Persalinan preterm saat ini masih merupakan penyebab kematian perinatal tertinggi. Untuk itu, penting mengetahui adanya faktor risiko tinggi kehamilan yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm. Bayi yang dilahirkan sebelum mereka siap secara fisik sering membutuhkan perawatan khusus dan menghadapi risiko lebih tinggi dari masalah kesehatan yang serius, termasuk lumpuh otak, gangguan intelektual, penyakit paru kronis, dan hilangnya penglihatan serta pendengaran. Hal ini menambahkan dimensi dari disabilitas seumur hidup yang memeras 1
2 biaya tinggi pada individu yang lahir secara preterm, keluarga mereka, dan institusi di mana mereka tinggal (Behrman dan Butler, 2007). Komplikasi dari persalinan preterm adalah penyebab tunggal langsung terbesar dari kematian neonatal, yang bertanggungjawab pada 35% dari 3,1 juta kematian pertahun dan penyebab kematian kedua paling sering pada kematian balita setelah pneumonia. Dilahirkan secara prematur juga meningkatkan risiko bayi meninggal dikarenakan penyebab lain, terutama dari infeksi neonatus. Persalinan preterm diperkirakan menjadi faktor risiko pada setidaknya 50% dari semua kematian neonatal (Lawn et al., 2010). WHO (2012) pada laporannya yang berjudul Born too soon mengungkapkan bahwa setiap tahunnya diperkirakan 15 juta bayi dilahirkan secara preterm dan angka ini terus meningkat. Dari semua jumlah tersebut, 1 juta bayi meninggal pertahun dari komplikasi persalinan preterm. Pada laporannya, WHO juga menuliskan bahwa Indonesia masuk dalam 11 besar (peringkat ke 9) negara dengan tingkat persalinan preterm lebih dari 15% kelahiran dan 10 besar (peringkat ke 5) penyumbang 60% persalinan preterm di dunia dengan angka kelahiran preterm 15,5/100 kelahiran hidup.
3 Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 2012 (SDKI12), angka kematian bayi di Indonesia sebesar 34 setiap 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi Maluku Utara sendiri, angka kematian bayi sebesar 62 setiap 1000 kelahiran. Angka ini tentunya masih di atas angka nasional. Salah satu penghalang penting untuk kemajuan pada Tujuan Pembangunan Milenium ke 4 adalah kegagalan untuk mengurangi kematian neonatal dan kematian dari penyebab tunggal paling pentingnya, prematuritas (WHO, 2012). Menurut WHO (2012), untuk penelitian pencegahan preterm, perhatian terbesar harus diberikan pada pembelajaran dan penemuan deskriptif, mengerti apa yang dapat dilakukan untuk mencegah persalinan preterm dalam berbagai keadaan. Untuk mencegah persalinan preterm, ibu hamil berisiko dapat diindentifikasi terlebih dahulu sehingga intervensi dapat dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi paparan dari faktor risiko. Tiga perempat kasus kematian bayi dapat diselamatkan dengan intervensi yang efektif secara biaya, bahkan tanpa fasilitas kesehatan intensif. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan pentingnya identifikasi ibu hamil yang berisiko
4 melahirkan secara preterm yang menghasilkan banyaknya dampak negatif dari sisi kesehatan, sosial, dan ekonomi. Namun saat ini, belum terdapat sebuah alat untuk mengidentifikasi ibu hamil berisiko secara khusus di Ternate. Pada penelitian ini, peneliti ingin menguji apakah matriks kuesioner ibu hamil di Ternate dapat digunakan sebagai alat identifikasi ibu hamil yang berisiko mengalami persalinan preterm. Mengingat besarnya masalah yang ditimbulkan akibat persalinan preterm, maka perlu dilakukan skrining ibu hamil berisiko untuk mencegah terjadinya persalinan preterm tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah matriks kuesioner ibu hamil yang dibuat dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan seorang ibu hamil untuk mengalami persalinan preterm atau tidak berdasarkan faktor risiko yang dimiliki?
5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Menurunkan insidensi persalinan preterm di Ternate sehingga dapat mengurangi angka morbiditas dan mortalitas bayi. 2. Tujuan khusus 1. Mengetahui validitas dari matriks kuesioner sebagai alat prediksi persalinan preterm. 2. Mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan insidensi persalinan preterm di Ternate. D. Keaslian Penelitian Sejauh ini penulis belum menemukan penelitian yang meneliti hubungan antara insidensi dari persalinan preterm dengan faktor risiko persalinan preterm di kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Penelitian mengenai prediksi persalinan preterm dengan faktor risiko pernah dilakukan oleh Crane, 1998. Pada penelitian ini, dari 140 wanita asimptomatik dinilai faktor risiko beserta pemeriksaan apusan vagina untuk mendiagnosis vaginosis bakterial dan mengukur biomarker seperti FFN (fetal fibronectin). Perbedaan terdapat pada sistem skoring risiko yang digunakan
6 sebagai alat prediksi beserta adanya pemeriksaan tambahan. Studi yang sama juga dilakukan oleh Tanha et al., 2002, di mana terdapat 120 wanita hamil yang dinilai faktor risiko beserta dilakukannya pemeriksaan tingkat alfa-fetoprotein maternal. Perbedaan terdapat pada sistem skoring risiko yang digunakan sebagai alat prediksi beserta adanya pemeriksaan tambahan. E. Manfaat Penelitian 1. Pengembangan ilmu Melalui penelitian ini, hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor risiko yang berpengaruh terhadap insidensi persalinan preterm, yang nantinya dapat dipakai sebagai dasar teori dalam pengkajian faktor risiko lain yang dapat menyebabkan peningkatan kejadian persalinan preterm.
7 2. Masyarakat Melalui penelitian ini, diharapkan kelak dapat menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat, para tenaga medis serta pemerintah dalam mengupayakan promosi serta pencegahan persalinan preterm di Kota Ternate untuk mengurangi morbiditas serta mortalitas bayi yang lahir.