II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan bobot tubuh yang dapat dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan bobot tubuh yang dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe ayam

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur

PERBANDINGAN BOBOT HIDUP, KARKAS, GIBLET, DAN LEMAK ABDOMINAL AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DENGAN STRAIN BERBEDA YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

II KAJIAN KEPUSTAKAN. macam yaitu tipe ringan dengan ciri warna bulu putih bersih, badan ramping serta

DAFTAR PUSTAKA. Akoso, T Kesehatan Unggas Panduan Bagi Petugas Teknis, Penyuluhan, dan Peternak. Kanisius. Yogyakarta.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya teknologi

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

I PENDAHULUAN. satu jenis ayam lokal di antaranya adalah ayam sentul yang merupakan ayam asli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya (Sudaryani dan Santosa, 2000). Menurut Suharno (2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. strain Cornish dengan betina yang besar yaitu Plymouth Rocks yang merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan media transportasi yang membawa nutrisi dari saluran

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

TINJAUAN PUSTAKA Kemangi (Ocimum basilicum Linn.) sebagai Tanaman Herbal. Tanaman Kemangi ( Ocimum basilicumlinn.) merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat, Populasi ayam lokal pada tahun 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat kita, adalah ayam petelur jenis unggul yang mempunyai daya

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

Tabel 8. Pengaruh Tepung Kulit Pisang Uli terhadap Serat Kasar, Lemak Kasar, dan Beta-Karoten Ransum Perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

METODE PENELITIAN. Materi

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Kampung Super

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 26 hari mulai 15 April--10 Mei 2014, di

HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul. Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure Line atau ayam

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada 12 September 2014 sampai dengan 20 Oktober 2014

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

Transkripsi:

9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Ayam Jantan Tipe Medium Berdasarkan bobot tubuh yang dapat dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe ayam, yaitu ayam tipe ringan (diantaranya Babcock, Hyline, dan Kimber); tipe medium (diantaranya Dekalb, Kimbrown, dan Hyline B11); dan tipe berat (diantaranya Hubbard, Starbro, dan Jabro). Tipe ringan mempunyai berat badan dewasa tidak lebih dari 1.880 g, tipe medium tidak lebih dari 2.500 g, dan tipe berat tidak lebih dari 3.500 g (Wahju, 1992). Ayam tipe medium disebut juga ayam tipe dwiguna karena dimanfaatkan sebagai ternak penghasil telur dan daging. Ayam yang biasa digunakan sebagai ternak sebagai penghasil telur adalah ayam betina, sedangkan ayam yang digunakan sebagai ternak penghasil daging adalah ayam jantan. Peluang untuk menghasilkan ayam betina dan ayam jantan setiap kali penetasan adalah 50 %. Dengan demikian, kemungkinan anak ayam jantan petelur digunakan sebagai ternak penghasil daging cukup besar (Riyanti, 1995). Apabila ditinjau lebih lanjut, anak ayam tipe medium jantan final stock dapat dimanfaatkan sebagai ayam penghasil daging. Hal ini disebabkan oleh harga DOC yang murah dibandingkan dengan harga DOC broiler. Bahkan bagi perusahaan penetasan ayam yang besar, anak ayam tipe medium jantan tidak ada

10 nilai ekonomisnya (Pandelaki, 1979). Ayam jantan tipe medium mempunyai kadar lemak daging rendah yang hampir menyerupai ayam buras, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang lebih menyukai ayam berkadar lemak daging rendah (Darma, 1982). Kelebihan penggunaan ayam jantan tipe medium sebagai ayam penghasil daging yaitu pertumbuhan dan bobot hidupnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan ayam petelur betina, dan harga day old chick (DOC) ayam jantan tipe medium lebih murah dibandingkan dengan DOC broiler (Wahju, 1992). Selain itu, ayam jantan tipe medium mempunyai kandungan lemak abdominal lebih rendah dibandingkan dengan betina (Riyanti, 1995). Persentase lemak ayam jantan Harco dan Dekalb pada umur 6 minggu masing-masing adalah 2,36% dan 3,3%. Persentase lemak ini masih rendah daripada persentase lemak broiler umur 6 minggu yaitu 6,65% (Darma, 1982) B. Strain Menurut Rasyaf (2005), pada dasarnya pembentukan ayam final stock (strain ayam komersil) diperoleh melalui beberapa tahapan pemurnian dan penyilangan. Untuk memperoleh bibit yang hendak disilangkan, diawali dengan pemurnian beberapa strain terlebih dahulu. Dari ayam galur murni yang diperoleh, kemudian disilangkan, dan dari hasil persilangan ini, kemudian disilangkan lagi. Dengan demikian, bibit yang dihasilkan pada tahapan tertentu merupakan hibrida double cross, yaitu hibrida yang diperoleh melalui dua kali persilangan. Dalam tahapan pembibitan ini dikenal dengan sebutan pure line stock, great grand parent stock, grand parent stock, parent stock, dan yang terakhir final stock (Pangeran, 2011).

11 Ayam pure line stock adalah ayam yang sama sekali belum mengalami persilangan. Dua jenis ayam pure line stock apabila disilangkan maka akan menghasilkan ayam jenis yang kedua namanya ayam grand parent stock (GPS). Jika disilangkan lagi antar ayam grand parent stock menghasilkan ayam yang bernama parent stock. Ayam jenis pure line stock, grand parent stock, dan parent stock ini merupakan ayam bergenetik homozygot. Baru setelah antar dua jenis ayam parent stock ini disilangkan menghasilkan ayam yang bernama final stock (ayam komersil). Ayam final stock ini merupakan ayam yang bergenetik heterozygot, tentu saja saat mengumpulkan ayam bergenetik homozygot di atas, sudah harus ditentukan parameter keunggulan masing-masing ayam bagian mana yang diinginkan, untuk tujuan produksi telur atau produksi daging (Kusumawati, 2009). Menurut Suprijatna, dkk. (2005), performan unggas ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik ditentukan oleh susunan gen dan kromosom yang dimiliki oleh individu. Oleh sebab itu, faktor genetik sudah ada sejak terjadinya pembuahan atau bersatunya sel telur dengan spermatozoa. Strain merupakan salah satu bagian dari pengaruh faktor genetik tersebut. Strain atau galur adalah suatu pengelompokan atau penggolongan varietas atau dasar kesamaan karakteristik tertentu yang didasari atas tinjauan ekonomisnya (Kartasudjana, 2006). Sebagai wujud aplikasi dari perkembangan ilmu dan teknologi pemuliabiakan ternak, maka saat ini telah banyak beredar di pasaran Indonesia strain ayam petelur yang dihasilkan oleh breeding farm tertentu dengan kemampuan

12 pertumbuhan dan efisiensi produksi yang berbeda-beda (Suprijatna, dkk., 2005). Menurut Fadilah (2004), perkembangan industri pakan unggas juga hampir sama dengan perkembangan jenis strain petelur. Perkembangan tersebut bertujuan untuk menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik, karena pertumbuhan yang cepat merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Peningkatan kualitas pertumbuhan dapat dilakukan dengan menggunakan bibit unggul (strain), peningkatan pengelolaan, dan persediaan makanan yang memenuhi kebutuhan. Penggunaan bibit unggul (strain) yang baik merupakan salah satu sarana produksi dalam usaha peternakan dan sangat menentukan produksi yang dihasilkan, sehingga memberikan hasil yang menguntungkan (Cahyono, 1995). 1. Strain Lohman Ayam jantan tipe medium strain Lohman merupakan strain yang dihasilkan oleh breeding farm PT. Multi Breeder Adirama Indonesia yang merupakan hasil samping (by product) dari pembibitan ayam petelur yang hasil utamanya adalah ayam betina. Ayam betina strain Lohman memiliki umur awal produksi pada 19-- 20 minggu dan pada umur 22 minggu produksi telur mencapai 50 %. Selain itu juga, berat tubuh strain Lohman pada umur 20 minggu sekitar 1,6--1,7 kg dan akhir produksi 1,9--2,1 kg. Puncak produksi strain Lohman mencapai 92--93 %, dengan FCR sebesar 2,3--2,4 serta tingkat kematiannya sampai dengan 2--6 % (Rasyaf, 2005). Ciri-ciri lain strain Lohman betina yaitu mempunyai daya hidup di atas 93,3%, hen day yang mampu dicapai pada umur di bawah 76 minggu adalah 93%, dan memiliki bobot telur rata-rata 50 g pada umur 20 minggu,

13 sedangkan pada umur 76 minggu memiliki bobot telur sebesar 65,5 g (PT. Multi Breeder Adirama Indonesia, 2006). 2. Strain Isa Brown Ayam strain Isa Brown dipilih sebagai bibit dengan pertimbangan karena memiliki daya tahan yang baik. Selain itu juga, dapat memberikan respon terhadap faktor lingkungan yang bervariasi, memiliki kemampuan berproduksi yang baik terutama untuk produksi daging. Strain Isa Brown di Lampung dihasilkan oleh breeding farm PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Indonesia. Strain Isa Brown memiliki ciri-ciri yaitu: Ayam betina dewasa dapat mencapai berat 2,3--3,0 kg; bulu ayam jantan berwarna merah dengan hiasan kuning; sedangkan ayam betina berwarna merah. Selain itu, pada ayam betina memiliki potensi produksi sebanyak 300 butir/tahun dan mempunyai daya hidup sekitar 93,3% hen day yang mampu dicapai pada umur dibawah 76 minggu adalah 93%. Pada umur 20 minggu bobot telur rata-rata berkisar antara 50 g, sedangkan pada umur 76 minggu memiliki bobot telur sebesar 65,5 g (PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Indonesia, 2005). Karakteristik Ayam strain Isa Brown yaitu mudah sekali kaget, ketakutan, dan berusaha untuk melarikan diri menjauh dari objek yang mendatangi. Bahkan mereka tidak jarang melukai dirinya dengan mengepakan sayap dan terbang bertabrakan sesamanya (Iskandar, 2008).

14 C. Bobot Hidup Bobot hidup adalah hasil penimbangan ayam setelah dipuasakan selama ± 6 jam (Soeparno, 1998). Bobot tubuh ayam tipe medium cukup berat, tetapi masih berada diantara bobot ayam tipe ringan dan broiler, dan mempunyai kemampuan lebih baik dalam memanfaatkan ransum untuk pertumbuhan dibandingkan dengan ayam tipe ringan (Rasyaf, 1994). Bobot hidup dipengaruhi oleh umur, strain/galur, konsumsi, dan kandungan nutrisi ransum. Menurut Syamsi (2011), pada umur panen 7 minggu ayam jantan tipe medium yang juga strain Lohman memiliki bobot hidup 655,00-- 716,66 g/ekor. Bobot hidup merupakan implementasi dari konsumsi ransum, sehingga bobot hidup yang tinggi diakibatkan oleh konsumsi ransum yang tinggi pula (Rasyaf, 2011). Menurut Sumadi (1995), bobot hidup ayam jantan tipe medium strain Lohman pada umur 8 minggu mampu mencapai 883 g/ekor pada pemberian tetes pada tingkat 8%, lebih tinggi dibandingkan dengan bobot hidup tanpa pemberian tetes yaitu sebesar 851 g/ekor. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Burhanan (1995) yang menyatakan bahwa bobot hidup ayam jantan tipe medium strain Lohman umur 8 minggu cenderung meningkat dengan peningkatan pemberian tetes dalam ransum dari 836,67 g/ekor menjadi 883,33 g/ekor pada tingkat pemberian tetes 2% dan 8% dalam ransum. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi bobot hidup adalah kepadatan kandang. Menurut Savitri (2010), bobot hidup ayam jantan tipe medium strain Lohman dipengaruhi oleh kepadatan kandang. Kepadatan kandang yang terbaik

15 untuk ayam jantan tipe medium strain Lohman pada tingkat kepadatan 10 ekor/m². D. Karkas Menurut AAK (2003), karkas adalah hasil pemotongan unggas yang telah dibuang darah, bulu, kepala dan leher, kaki, dan isi rongga. Menurut Soeparno (1998), karkas merupakan hasil pemotongan ternak yang mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi daripada nonkarkas. Hasil potongan karkas terdiri dari dua bagian yaitu karkas dan nonkarkas (offal). Karkas terdiri dari beberapa komponen yaitu tulang, daging, dan lemak yang terbentuk dari bagian hasil pencernaan makanan yang tidak terbuang (AAK, 2003). Pertumbuhan komponen karkas diawali dengan pertumbuhan jaringan tulang yang akan membentuk kerangka, selanjutnya pertumbuhan otot atau urat yang akan membentuk daging, yang menyelubungi seluruh kerangka, kemudian sesuai dengan pertumbuhan jaringan tersebut, lemak (fat) tumbuh dan cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya bobot badan (Anggorodi, 1990). Soeparno (1998) menyatakan bahwa komponen dan komposisi karkas dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan terdiri dari fisiologis dan nutrisi. Faktor fisiologis yang memengaruhi bobot karkas adalah bobot hidup, umur dan jenis kelamin, sedangkan faktor genetik yang memengaruhi adalah karakteristik laju pertumbuhan seiring dengan bertambahnya umur dan bobot hidup.

16 Menurut Brake, dkk. (1993), faktor-faktor yang memengaruhi komposisi tubuh atau karkas adalah laju pertumbuhan, nutrisi, umur, dan bobot badan. Sedangkan faktor yang memengaruhi kualitas karkas dan daging adalah faktor setelah pemotongan. Faktor setelah pemotongan antara lain adanya metode pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, ph karkas, bahan tambahan termasuk enzim pengempuk daging, hormon, antibiotik, metode penyimpanan dan preservasi, serta macam otot daging (Abubakar, dkk., 1991). Dilanjutkan oleh Abubakar dan Wahyudi (1994), kualitas karkas ditentukan oleh dua faktor yaitu kualitas unggas waktu masih hidup (perdagingan, bulu, perlemakan, umur, warna kulit, dan abnormal), dan kualitas unggas setelah dipotong (proses pemotongan, perdagingan dan perlemakan, warna kulit, konformasi tubuh, kondisi mikrobiologis, hasil pemotongan, hubungan antara daging dan tulang). Karkas yang siap masak memiliki bobot dua pertiga dari bobot hidup, karena bagian bulu, kaki, leher, kepala, dan isi perut dipisahkan dari karkas (Rasyaf, 2002). Menurut Soeparno (1998), bobot karkas selain dipengaruhi oleh bobot hidup, juga dipengaruhi oleh kandungan nutrisi ransum. Salah satu zat makanan yang sangat memengaruhi pertumbuhan jaringan pembentukan karkas adalah protein. Ada beberapa bentuk ternak unggas yang telah mengalami pengolahan, yaitu new york dressed (NYD), ready to cook (RTC), dan karkas dan potongan-potongan karkas. New york dressed (NYD) adalah ternak unggas yang telah disembelih dengan kepala, kaki, jeroan (viscera) masih ada, tetapi darah dan bulu sudah dibersihkan. Ready to cook (RTC) adalah ternak unggas yang sudah bersih dari

17 bulu, darah, dan kosong dari jeroan serta tanpa kaki dan kepala, tetapi ditambah giblet dan leher (RTC = karkas + leher + giblet) (Kurtini, dkk., 2011). Menurut Young (2001), faktor yang memengaruhi produksi karkas ayam antara lain strain, jenis kelamin, umur, kesehatan, nutrisi, bobot badan, pemuasaan sebelum dipotong. Menurut Savitri (2010), bobot karkas ayam jantan tipe medium strain Lohman umur panen 7 minggu berkisar antara 480--533 g/ekor dari bobot badan, sedangkan Syamsi (2011) menyatakan bahwa pada umur panen 7 minggu bobot karkas ayam jantan tipe medium strain Lohman adalah sebesar 463,83--517,50 g/ekor. E. Giblet Salah satu bentuk nonkarkas yang juga bernilai ekonomis adalah giblet. Giblet mengandung gizi yang cukup tinggi dan harganya lebih murah daripada daging (Soeparno, 1998). Menurut Nurachman (1992), giblet terdiri dari hati, jantung, dan gizzard yang tergolong jaringan tubuh yang lebih awal terbentuk, serta berperan penting dalam menunjang kehidupan awal pertumbuhan. Bobot giblet meningkat dengan meningkatnya bobot karkas, meskipun persentase terhadap bobot hidup akan menurun (Purba, 1990). Selain itu, bobot giblet dapat meningkat apabila kerja organ-organ pembentuk giblet lebih berat dalam mencerna zat makanan (Akoso,1998). Menurut Syamsi (2011), rata-rata bobot giblet (g/ekor) ayam jantan tipe medium strain Lohman umur 7 minggu berkisar antara 30,56--32,90 g/ekor. Selanjutnya Moutney (1983) menambahkan bahwa bobot giblet berbeda antara jantan dan betina.

18 Menurut Jull (1979), hati adalah jaringan berwarna cokelat kemerahan yang terdiri atas dua lobus besar dan terletak pada lengkungan duodenum dan gizzard. Fungsi hati dalam proses pencernaan adalah menghasilkan cairan empedu yang membantu dalam proses metabolisme lemak (Natawihardja, 1991). Menurut North dan Bell (1990), hati juga berfungsi mengubah hasil sisa protein menjadi asam urat dan sebagai tempat penyimpanan glikogen. Menurut Syamsi (2011), rata-rata bobot hati pada ayam jantan tipe medium strain Lohman umur panen 7 minggu sebesar 15,13 g/ekor. Bagian lain dari giblet adalah gizzard, organ ini terletak diantara proventrikulus dan batas paling atas usus halus. Gizzard merupakan organ pencernaan penting karena mempunyai otot tebal yang selalu berkontraksi untuk menghancurkan makanan (Tillman, dkk.,1998). Fungsi gizzard dalam proses pencernaan yaitu untuk menghancurkan makanan yang dilakukan dengan cara memecahkan ikatan hemiselulose secara fisik (Jull, 1979). Menurut Prilyana (1984), pemberian makanan yang lebih kasar akan mengakibatkan beban gizzard menjadi berat untuk mencerna makanan akibatnya serat daging gizzard akan lebih tebal sehingga memperbesar ukuran gizzard. Oleh sebab itu, ukuran gizzard sangat dipengaruhi oleh aktivitasnya (Akoso, 1998). Menurut Syamsi (2011), rata-rata bobot gizzard ayam jantan tipe medium strain Lohman umur pemanenan 7 minggu sebesar 13,44 g/ekor. Menurut North dan Bell (1990), jantung unggas memiliki 4 ruang seperti jantung mamalia yaitu serambi (kanan dan kiri) dan bilik (kanan dan kiri) yang merupakan salah satu anggota tubuh yang paling vital. Jantung berfungsi untuk memompa

19 darah dan sebagai motor penggerak dalam peredaran darah. Menurut Ressang (1984), ukuran kerja jantung tergantung atas jenis, umur, besar, dan pekerjaan ternak. Berdasarkan hasil penelitian Syamsi (2011), rata-rata bobot jantung ayam jantan tipe medium strain Lohman umur panen 7 minggu sebesar 3,46 g/ekor. F. Lemak Abdominal Lemak berasal dari perubahan gula (karbohidrat) atau protein yang melebihi kebutuhan tubuh (Rasyaf, 2002). Menurut Widhiarti, dkk. (1992), lemak yang terdapat di dalam rongga perut ayam mulai dari batas proventrikulus sampai bagian atas anus disebut lemak abdominal (abdominal fat). Lemak abdominal pada ayam terbentuk lebih dulu dibandingkan dengan lemak karkas (Soeparno, 1998). Menurut Amrullah (2003), jika semakin tinggi nilai lemak yang terkandung dalam ransum maka bobot tubuh dan persentase lemak abdominal juga akan meningkat. Selain itu, Plavnik dan Hurwitz (1982) menyatakan bahwa tinggi rendahnya kualitas karkas ayam ditentukan dari jumlah lemak abdominal yang terdapat dari ayam tersebut. Karkas yang baik harus mengandung daging yang banyak, bagian yang dimakan harus baik, mengandung kadar lemak yang tidak tinggi. Menurut Lin (1982), faktor yang memengaruhi bobot lemak abdominal adalah bangsa, galur (strain), temperatur kandang, tingkat energi ransum, umur, dan jenis kelamin. Semakin meningkat umur dan rasio energi maka bobot lemak abdominal akan semakin meningkat. Menurut Syamsi (2011), lemak abdominal ayam jantan tipe medium strain Lohman pada umur pemanenan 7 minggu berkisar antara 4,69--5,08 g/ekor.