BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure Line atau ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

I. PENDAHULUAN. banyak dan menyebar rata di seluruh daerah Indonesia. Sayang, ayam yang besar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya

PENDAHULUAN. relatif singkat, hanya 4 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Populasi ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

I. PENDAHULUAN. biaya dalam wujud investasi (modal investasi) maupun biaya produksi. Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk akhir ayam ras (Sudaryani dan Santoso, 2002). Ayam petelur dibagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

Brooding Management. Danang Priyambodo

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat mengeram lagi (Sudarmono, 2003). Ayam tipe petelur memiliki karakteristik

PENDAHULUAN. yang berkembang pesat saat ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari -- Maret 2013 di kandang percobaan

PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

I Peternakan Ayam Broiler

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. induk yang menghasilkan telur tetas untuk mendapatkan Day Old Chick (DOC)

MATERI DAN METODE. Materi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Frekuensi dan Awal Pemberian Pakan terhadap

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kandang milik PT. Rama Jaya Lampung, Desa Jati

JURNAL PERBANDINGAN HASIL PRODUKSI TELUR DENGAN PENGGUNAAN KANDANG OPEN HOUSE DAN CLOSE HOUSE SEMI OTOMATIS DI PRAYOGO FARM KECAMATAN KANDAT KEDIRI

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari pada 16 Maret sampai 15 April 2014,

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

TINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap pekerja berhak atas derajat kesehatannya yang optimal untuk

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

II. TINJAUAN PUSTAKA

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama 7 minggu dari 12 Februari 29 Maret

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Breeding Center Burung Puyuh

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak ayam merupakan komuditas peternakan yang paling banyak dipelihara oleh petani-peternak di pedesaan. Produk komuditas peternakan ini adalah sumber protein hewani yang dapat dijangkau oleh lapisan masyarakat secara luas. Sejarah dengan meningkatnya jumlah penduduk, perubahan gaya hidup, kesadaran gizi, dan perbaikan tingkat pendidikan, permintaan produk peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035 diperkirakan penduduk Indonesia akan meningkat dua kali lipat jumlahnya menjadi ±400 juta jiwa. Indonesia memerlukan tambahan ketersediaan bahan pangan lebih dari dua kali lipat dari kebutuhan saat ini, termasuk ketersediaan telur ayam. Beberapa usaha diperlukan untuk meningkatkan populasi dan produktifitas ayam petelur. Produktifitas ayam petelur dapat ditingkatkan diantaranya dengan memperbaiki manajemen pemeliharaan, pakan, pencegahan, dan penanggulangan penyakit. Tujuan Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk memahami manajemen pemeliharaan ayam petelur usia 22 minggu di PT Janu Putra Farm Srunen Glagaharjo Cangkringan Sleman Yogyakarta.

2 Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL) memberi manfaat aplikasi yang diajarkan di bangku perkuliahan maupun di peternakan ayam petelur lainnya yang nantinya bisa memberi informasi selengkap mungkin yang dapat digunakan oleh para peternak ayam petelur dan Tugas Akhir ini di harapkan dapat memberi informasi tentang manajemen pemeliharaan ayam petelur umur 22 minggu

3 BAB II TINJAUAN PASTAKA Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang tujuan pemeliharaanya untuk menghasilkan telur. Tipe ayam petelur ada dua yaitu tipe ringan dan sedang. Ayam tipe ringan khusus dikembangkan untuk bertelur saja. Ciri ayam tersebut badan ramping, kecil, mata bersinar, dan berjengger merah darah. Ayam tipe ini dipelihara untuk diambil produksi telurnya sehingga bentuk ayam ini relatif kecil, apabila dibandingkan dengan ayam tipe medium. Ayam tipe sedang dikembangkan untuk produksi telur dan diambil dagingnya sehingga ayam ini memiliki bobot badan lebih berat dari pada ayam tipe ringan (Rasyaf, 1994). Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produki yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam pedaging atau broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur atau layer. Seleksi diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat (Rasyaf, 1997). Ayam petelur yang dipelihara di Indonesia pada umumnya terdapat dua jenis tipe yaitu petelur putih atau biasa dikenal sebagai tipe ringan, yang di khususkan untuk bertelur dengan ciri-ciri tubuh ramping, warna bulu putih, dan dengan kemampuan produksi 250 butir telur setiap tahun produksi. dan ayam

4 petelur cokelat atau yang biasa dikenal sebagai ayam dwiguna pada dasarnya tipe petelur ini tidak hanya diharapkan telurnya akan tetapi dagingnya juga (Rasyaf, 1997). Kandang dan Peralatan Kandang Kandang merupakan tempat tinggal yang akan ditempati oleh ayam selama pemeliharaan. Membuat kandang harus diperhatikan betul-betul tentang kesehatan kandang, lingkungan, saluran udara atau ventilasi yang masuk ke dalam kandang juga sistem lantainya (Chan dan Zamrowi, 1992). Secara makro kandang berfungsi sebagai tempat tinggal ternak agar terhindar dari pengaruh cuaca buruk (hujan,panas, dan angin), hewan buas dan pencurian. Secara mikro kandang berfungsi sebagai tempat untuk menyediakan lingkungan yang nyaman agar terhindar dari stress, sehingga kesehatan ternak dapat terjaga dan produksi dapat maksimal (Suprijatno dan Atmomarsono, 2005). Kandang ayam petelur yang baik adalah kandang yang bisa menjamin kelangsungan hidup sehingga teknik pembuatannya harus memenuhi tiga aspek yaitu aspek kesehatan, aspek ekonomi dan aspek produksi. Kandang bagi ayam petelur juga di harap akan berfungsi untuk meningkatkan produksi ayam dengan memberi rasa nyaman bagi ayam yang dipelihara (Sudaryani dan Santosa, 1995). Penentuan lokasi kandang merupakan pertimbangan ekonomi yang patut mendapatkan perhatian khusus sebab hal ini berkaitan dengan kelangsungan usaha berikutnya. Di sisi lain agar tidak membawa pengaruh buruk atau menimbulkan

5 kerugian baik terhadap pemilik ternak maupun lingkungan sekitar yang disebabkan pencemaran dari bau kotoran (Sudarmono, 2003). Macam-macam Kandang Ayam petelur a. Sistem Battery (Cage) Yaitu bangunan kandang berbentuk sangkar, berderet menyerupai battery dan alas kandang dibuat dari kawat atau bilah bilah bambu, setiap ruangan hanya dapat menampung seekor ayam. Kandang sistem battery ini merupakan kotak yang berukuran panjang 45 cm, lebar 20-35 cm, tinggi 45 cm, satu kotak untuk satu ekor ayam, dan semua kotak dibuat seragam, berderet dan bertupuk atas bawah, bahan bisa dibuat dari kawat atau bambu. Keuntungan kandang sistem battery ini antara lain menghemat tempat, kemungkinan terjadinya kanibalise dan pematukan telur dapat dicegah, mencegah tersebar luasnya penyakit secara cepat, produksi masing-masing individu mudah bisa diketahui, dan energi yang dikeluarkan lebih sedikit. Kekurangan kandang sistem battery ini antara lain pada permulaan biaya kandang atau perlengkapanya relatif lebih mahal, ayam yang kekurangan mineral, vitamin dls tidak bisa mendapatkan tambahan dari luar, sering banyak lalat disekitar kandang jika pebuangan kotoran terlabat, tenaga lebih banyak diperlukan.

6 b. Sistem Koloni Kandang koloni ini dapat pula disebut kandang loteng (bertingkat) bentuknya sama dengan kandang battery hanya saja pada kandang koloni ini didalamnya tanpa ada pagar penyekat seperti kandang battery. Kandang ini setiap lantai harus mempunyai tempat penampungan kotoran (rak), yaitu suatu lapisan dari papan atau+ triplek yang digunakan sebagai tempat menampung kotoran dibawah kandang (Chan dan Zamrowi, 1992). Keuntungan kandang koloni antara lain, dengan kandang koloni satu ruang kandang dapat diberikan beberapa puluh ayam dengan tidak adanya pagar penyekat maka ayam dapat lebih leluasa bergerak sehingga tidak mudah terserang penyakit, perawatan lebih praktis dibandingkan kandang berlantai litter sehingga peternak lebih hemat tenaga. Kekurangan kandang koloni antara lain, apabila kandang tersebut terlalu padat maka produksi telurnya akan berkurang, pada kandang koloni apabila terjadi kejutan dapat berakibat stress pada ayam sehingga dapat menimbulkan kematian. c. Kandang Semi Battery Bentuk kandang ini antara kandang koloni dengan kandang battery, dinamakan semi battery karena kandang ini bentuknya mendekati kandang battery. Dalam kandang terdapat pagar-pagar penyekat, satu ruang kandang dapat memuat dua sampai tiga ekor ayam. Pemeliharaan dengan kandang semi battery, ketenangan ayam dalam kandang dapat terjamin, ayam masih tetap mempunyai ruang gerak sekalipun tidak luas sebagai

7 mana kandang koloni. Kandang semi battery satu unit kandang dapat memuat lebih banyak dari pada kandang koloni. Karena dengan adanya pagar-pagar penyekat tersebut antara ruang kandang satu dengan yang lainnya maupun disampingnya tentu mempunyai kondisi dan ketenangan yang berbeda (Chan dan Zamrowi, 1992). Peralatan Kandang Secara fisik, ukuran badan ayam pada periode bertelur lebih besar dari pada masa remeja. Perubahan fisik yang menjadi lebih besar ini juga membawa konsekuensi terhadap jumlah dan ukuran peralatan yang digunakan, terutama tempat makan dan air minum, faktor lain misalnya bentuk dan bahan yang digunakan serta teknik penempatanya pun harus diperhatikan pula. a. Tempat Makan Tempat makan berbentuk tabung yang dibuat dari plastik, berukuran 3 kg digunakan untuk 10 ekor ayam petelur, ukuran 5 kg untuk 15 ekor ayam petelur, dan ukuran 10 kg untuk 25 ekor ayam petelur. Tempat makan berbentuk segi empat, memanjang yang terbuat dari tripleks atau papan, berukuran tinggi 12 cm, lebar bagian dasar 7 cm, lebar bagian atas 15 cm, khusus digunakan untuk kandang battery. Tempat makan semacam ini dapat dirancang dalam berbagai model dan ukuran. Bahkan dewasa ini, pabrik telah menyediakan tempat makan yang terbuat dari plastik, yang disain khusus dengan panjang 4 m dan dilengkapi dengan sambungan.

8 b. Tempat Minum Tempat minum berbentuk tabung yang dibuat dari plastik, berukuran 2 gallon digunakan untuk 30 ekor ayam dewasa (ayam petelur). Disamping itu juga ada tempat minum gantung sistem otomatis. Tempat minum otomatis ini mampu menjamin tersedianya air segar dan bersih secara kontinu, mudah dalam perawatanya dan mampu menghemat pemakaian air bersih. Adapun tempat minum panjang yang digunakan untuk kandang battery, dapat dibuat dari pralon berdiameter 8 cm yang dibelah menjadi dua bagian yang sama. Dapat digunakan pula tempat minum buatan pabrik yang dirancang dengan disain khusus. c. Penempatan Tempat Makan dan Air Minum Tempat makan dan air minum ditempatkan tersebar merata, berselang-seling antara tempat makan dan air minum. Tempat makan dan air minum tersebut dipasang pada ketinggian yang sejajar dengan punggug ayam. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan makan dan minum dapat dilakukan dengan lebih mudah. Tempat makan dan air minum yang dipasang lebih rendah daripada tinggi punggung ayam dapat menimbulkan efek yang merugikan, yaitu tempat makan dan minum cepat kotor, pakan mudah tercecer dan air minum pun banyak yang tumpah (Sudarmono, 2003).

9 Program Pemberian Cahaya Tambahan Ada berbagai pola yang dapat dilakukan dalam pemberian cahaya tambahan pada ayam periode produksi. Mulai umur 8-18 minggu, panjang hari dan intensitas penerangan tidak perlu ditingkatkan. Penerangan masa remaja cukup berupa pencahayaan alami yang diterima selama 12 jam setiap harinya. Jika panjang hari dan intensitas penerangan ditingkatkan terhadap ayam remaja, maka akan mengakibatkan terjadinya masak dini dan bertelur lebih awal. Cahaya dapat merangsang sekresi hormon yang mempengaruhi proses ovulasi dan peneluran. Cahaya juga berperan menghasilkan hormon yang dapat menstimulasi petumbuhan. Bila hal ini terjadi, maka telur yang dihasilkan umumnya berukuran kecil dan kelangsungan produksinyapun relatif lebih pendek ( Sudarmono, 2003). 1. Fungsi cahaya bagi ayam petelur Cahaya sangat diperlukan dalam pemeliharaan ayam, karena memiliki arti penting yang berkaitan dengan proses pertumbuhan dan produksi ayam, yaitu sebagai berikut. a. Proses Pertumbuhan Keberadaan cahaya yang masuk kedalam ruangan memungkinkan ayam untuk mampu melihat lingkungan sekitar, terutama makanan dan air minum yang tersedia. Keberadaan cahaya tersebut tentu saja akan meningkatkan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh ayam. Jumlah makanan yang masuk kedalam tubuh (feed intake), juga berpengaruh besar terhadap proses produksi.

10 b. Proses produksi telur Pengaruh cahaya terhadap proses produksi telur adalah merangsang hormon reproduksi gonadotropin, dan proses ovulasi dan peneluran. Hal ini terjadi karena cahaya yang masuk kedalam ruangan diterima saraf pada mata ayam, yang kemudian menimbulkan rangsangan dalam menghasilkan hormon yang sangat potensial dalam proses pembentukan telur. c. Pengaturan cahaya tambahan Sejak ayam berumur 17 minggu, intensitas cahaya yang diterima harus ditingkatkan untuk merangsang organ reproduksi. Namun, peningkatan intensitas cahaya dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut: 1) Jika matahari memancarkan cahaya kurang dari 10 jam perhari. 2) Kandang terlalu lebar, sehingga sebagian ruangan terutama bagian tengahnya redup (kurang mendapatkan cahaya). 3) Kondisi ayam memang masih memungkinkan untuk memberikan peningkatan produksi. Pada saat ayam berumur 22 minggu ayam tersebut memiliki potensi besar dalam memberikan peningkatan produksi. Lama pencahayaan dapat ditambah secara bertahap. Diusahakan dalam satu hari, ayam mendapat cahaya selama 12-13 jam. Pencahayaan ini ditingkatkan atau ditambah hingga satu jam dalam satu hari secara bertahap, hingga akhirnya diperoleh lama pencahayaan 16-17 jam dalam satu harinya. Namun pada saat produksi mulai menurun, maka pencahayaan harus disesuaikan pula (dikurangi). Pemberian cahaya tambahan dapat dimodifikasi

11 sesuai dengan kondisi cahaya alami lingkungan setempat dan kondisi ayam itu sendiri. Tabel lama pencahayaan Lama pencahayaan (jam) 14 15 16 17 Dinyalakan pagi hari, pukul Dimatikan malam hari, pukul 5.00 07.00 04.30 07.30 04.00 08.00 03.30 08.30 (Sudarmono, 2003) Manajemen Pakan dan Minum 1. Pemberian makan Produksi telur sangat tergantung pada kualitas dan jumlah makanan yang disajikan, terlebih pada 2 bulan pertama masa produksi. Ayam memerlukan ransum dengan kandungan nutrisi yang lebih tinggi dari pada masa remaja. Jumlah pakan yang harus diberikan pada setiap ekor ayam adalah 110 gram-120 gram, yang diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan siang hari. Jatah makanan yang diberikan dua kali sehari ini lebih menguntungkan daripada diberikan langsung sekali. Hal ini akan mengurangi pemborosan makanan yang tercecer dan dapat merangsang nafsu makan (Aak, 1991). Cara pemberian pakan dapat dilakukan dengan penjatahan yang diberikan dua kali sehari dengan jadwal yang tetap. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan ini adalah ayam mendapatkan kesempatan makan dalam waktu yang sama dan makanan tidak banyak yang tumpah atau tercecer. Teknik pemberian pakan adalah cara-cara penyajian pakan yang mengandung pengertian bahwa ransum diberikan itu akan lebih efektif dan

12 efisien, dimana ransum yang diberikan termakan habis dan dimakan merata seluruh ayam, sehingga mencukupi bagi pertumbuhan tubuh yang diperlukan (Anonim, 2008). Peberian pakan sebaiknya dilakukan lebih pagi karena pada pukul 08.00, 09.00, 10.00, 11.00, dan 12.00 frekuensi peneluran meningkat (Sarwono, 2002). 2. Pemberian air minum Perlu diketahui oleh setiap peternak bahwa air minum sangatlah diperlukan bagi ayam pada periode produksi. Ayam yang sedang bertelur membutuhkan air sebanyak dua kali kebutuhan pakan. Bila kurang, pembentukan telur tidak akan terjadi. Jika air berlebih, di kandang akan ada banyak bibit penyakit sehingga produktivitas ayam menurun. Ayam pada periode produksi memerlukan air secara terus menerus dalam jumlah yang cukup, untuk memenuhi keperluan seluruh aktifitas tubuh, efisiensi penggunaan pakan, dan berproduksi. Pemberian air minum harus diperhatikan sebaik mungkin. Pemberian air minum yang jelek, yang dilakukan dengan membatasi air minum yang diberikan pada umur produksi, akan sangat merugikan (Sudarmono, 2003). Manajemen kesehatan Pelaksanaan biosekuriti di kawasan peternakan unggas merupakan syarat mutlak suksesnya program pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit. Biosekuriti yang dijalankan disuatu peternakan bertujuan untuk mencegah terjadinya perpindahan bibit penyakit menular sehingga ternak yang

13 dipelihara bebas dari infeksi penyakit. Menurut Faddilah dkk (2007) konsep biosekuriti dibagi menjadi tiga yaitu, biosekuriti konseptual, struktural, dan oprasional. Agar program pencegahan pengendalian dan pemberantasan penyakit berjalan sukses, ketiga tingkatan biosekuriti ini harus dijalankan secara menyeluruh. Isolasi merupakan serangkain kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan ayam dari serangan kuman patogen penyebab penyakit. Isolasi ini bertujuan untuk mencegah bibit penyakit masuk kedalam suatu farm dan menyebar keluar dari farm. Sanitasi (pembersihan dan disenfeksi) tindakan yang sering dilakukan peternak untuk menjaga farm dari infeksi penyakit adalah sanitasi merupakan tindakan untuk membunuh patogen atau bibit penyakit. Sanitasi yang sering dilakukan peternak adalah dengan desinfeksi atau penyemprotan kandang menggunakan desinfektan. Desinfeksi dilakukan secara menyeluruh terhadap orang, peralatan, sumber air, dan material lain yang akan memasuki kandang. Desinfeksi tempat pakan, minum, dan kotoran dilakukan setiap hari. Aspek lain dari biosekuriti adalah mencegah penyakit melalui vaksinasi. Tidak ada obat yang dapat melawan infeksi virus, maka vaksinasi sebelum infeksi terjadi didalam flok ayam menjadi pilihan utama untuk melindungi ayam. Virus yang ideal untuk vaksin adalah yang tidak memberikan reaksi dan mempunyai kekebalan yang tinggi. Sedangkan antibiotika digunakan untuk memberantas infeksi bakteri.

14 Kontrol Temperatur Lingkungan Untuk produksi dan ukuran besarnya telur serta ketebalan kulit. Bisa dipengaruhi oleh temperatur sekeliling. Temperatur sekeliling yang terlampau tinggi, di atas 29 C akan menurunkan napsu makan. Temperatur di dalam kandang yang dikehendaki ialah sekitar 21-26 C. Akibat napsu makan yang rendah ini, maka pakan yang dimakan pun berkurang. Hal ini bisa membawa akibat terhadap penurunan produksi. Agar produksi telur di musim panas bisa dipertahankan maka temperatur sekeliling harus bisa dipertahankan serendah mungkin, imbangan ransum dan kandungan zat-zat makananan harus dalam level yang normal khususnya zat protein dan energi ditingkatkan (AAK, 1991).