BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

A. Kesimpulan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

KREDIT TANPA JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.

BAB I PENDAHULUAN. individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial di mana manusia hidup

BAB I PENDAHULUAN. lembaga penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Bank selaku badan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. adalah termasuk perbankan/building society (sejenis koperasi di Inggris),

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana kita ketahui bahwa pembangunan ekonomi sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang

TANGGUNG JAWAB PERUM PEGADAIAN TERHADAP PENJUALAN (LELANG) BARANG GADAI

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. rangka pembaharuan hukum dengan mengadakan kodifikasi dan unifikasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengamanan pemberian dana atau kredit tersebut.jaminan merupakan hal yang

GADAI DAN HAK KEBENDAAN TINJAUAN YURIDIS GADAI SEBAGAI HAK KEBENDAAN UNTUK JAMINAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan ini dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN. Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu zekerheid atau cautie.

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya. hukum bagi semua pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari kegiatan pembangunan yang terdahulu, bahwa pembangunan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menyebar ke bagian Asean lainnya termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Tujuan dari Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan. Perbankan, dalam pasal 1 angka 2 dinyatakan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur adalah Pembangunan Ekonomi. Pembangunan Ekonomi itu sendiri cakupan yang sangat luas, sehingga harus diuraikan sesuai dengan bidang-bidang tertentu, salah satunya adalah dalam bidang keuangan, yang merupakan satu bidang yang sangat penting bagi sebuah negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang senantiasa bergerak cepat, kompetitif, dan terintegrasi dengan tantangan yang semakin kompleks serta sistem keuangan yang semakin maju, diperlukan penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi, termasuk Perbankan yang telah diratifikasikan beberapa perjanjian internasional di bidang perdagangan barang dan jasa, diperlukan penyesuaian terhadap peraturan perundang-undangan khususnya dalam sektor perbankan. Bidang keuangan sangat berkaitan erat dengan hampir seluruh sendi kehidupan perekonomian suatu bangsa, yang apabila sendi-sendi pengaturan sistem keuangan tidak baik, maka perekonomian negara tersebut akan sulit untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Lembaga keuangan memiliki peranan yang cukup penting dalam pembangunan perekonomian nasional. Lembaga keuangan dalam dunia keuangan bertindak selaku lembaga yang menyediakan jasa keuangan bagi nasabahnya, dimana pada umumnya lembaga ini diatur oleh regulasi keuangan dari pemerintah. Bentuk umum dari lembaga keuangan ini adalah 1

termasuk perbankan, building society (sejenis koperasi di Inggris), Credit Union, pialang saham, aset manajemen, modal ventura, koperasi, asuransi, dana pensiun, dan bisnis serupa lainnya. Keberadaan lembaga keuangan atau biasa disebut lembaga intermediary dalam bidang perekonomian membawa berbagai dampak dalam kelancaran pelaksanaan pembangunan dari masa ke masa, baik secara nasional maupun internasional. Lembaga keuangan ini menyediakan jasa sebagai perantara antara pemilik modal dan pasar utang yang bertanggung jawab dalam penyaluran dana dari investor kepada perusahaan yang membutuhkan dana tersebut. Kehadiran lembaga keuangan inilah yang memfasilitasi arus peredaran uang dalam perekonomian, dimana uang dari individu investor dikumpulkan dalam bentuk tabungan sehingga resiko dari para investor ini beralih pada lembaga keuangan yang kemudian menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pinjaman utang kepada yang membutuhkan. Ini adalah merupakan tujuan utama dari lembaga penyimpan dana untuk menghasilkan pendapatan. Salah satu contoh dari Lembaga Keuangan adalah Bank. Seiring dengan meningkatnya tingkat kebutuhan masyarakat, khususnya di bidang perekonomian mendorong peranan perbankan semakin dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut, khususnya dalam menyalurkan fasilitas pembiayaan bagi masyarakat, baik badan hukum maupun perorangan. Dalam menyalurkan fasilitas pembiayaan kepada masyarakat, Bank Umum diwajibkan berpedoman kepada perangkat hukum yang terkait, antara lain Undang-Undang No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (UU Perbankan). Didalam pemberian kredit, Bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat termasuk resiko yang harus dihadapi atas pengembalian kredit. Untuk memperoleh keyakinan sebelum memberikan kredit, Bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha Debitur. Agunan merupakan salah satu unsur

jaminan kredit agar Bank dapat memperoleh tambahan keyakinan atas kemampuan Debitur untuk mengembalikan utangnya. Agunan atau jaminan ini digolongkan berdasarkan Objek/Bendanya berupa benda bergerak yang dibedakan atas benda bergerak yang berwujud, pengikatannya dengan gadai (pand) dan fidusia, dan benda bergerak yang tidak berwujud, yang pengikatannya dengan gadai (pand), cessie dan account revecieble maupun benda tidak bergerak. Dalam Komitmen Pengembangan Potensi Daerah yang mengulas mengenai komitmen pemerintah untuk meningkatkan populasi hewan ternak terutama populasi sapi melalui skim Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS). Pemerintah bekerjasama dengan Bank Pelaksana untuk mengucurkan kredit untuk para peternak atau kelompok peternak yang ingin mengembangkan usaha ternak mereka dengan menjadikan hewan ternaknya sebagai objek jaminan kredit. Penyaluran kredit ini tidak dalam bentuk cash, begitu ada sapi (betina produktif), baru di bayar dengan kata lain ada barang ada uang. Peternak yang ingin mengajukan kredit wajib membuat proposal guna memperoleh rekomendasi dari Dinas Peternakan dan atau Ditjen Peternakan. Dalam proposal itu antara lain terdapat rincian biaya pembelian bibit, bantuan kandang, bantuan pakan, dan biaya inseminasi buatan. Setelah mendapatkan rekomendasi dari Dinas Peternakan dan atau Ditjen Peternakan baru dibawa ke Bank Pelaksana. Kemudian Bank Pelaksana akan menilai jaminan. Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 131/PMK.05/2009 tentang Kredit Usaha Pembibitan Sapi berdasarkan hasil putusan Rapat Koordinator Terbatas (Rakortas) antara Wakil Presiden dengan beberapa Menteri Kabinet Indonesia Bersatu pada tanggal 24 Juni 2008, dipandang perlu adanya dukungan pengadaan satu juta ekor bibit sapi dalam lima tahun. Dalam rangka bantuan pengadaan satu juta ekor sapi tersebut diperlukan penyediaan bibit sapi yang

berkelanjutan melalui peningkatan produktivitas peternak, terkait dengan upaya peningkatan produktivitas peternak tersebut diperlukan dukungan pendanaan dari perbankan. Agar penyediaan, penyaluran, dan pertanggungjawaban pendanaan dapat berjalan secara tertib, terkendali, efektif, dan efisien, perlu diciptakan suatu mekanisme kredit usaha yang terpadu. Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas, maka penulis tertarik ingin mengetahui dan mendalami lebih jauh tentang pembebanan jaminan kredit yang menggunakan hewan ternak dan tanggung jawab pihak dalam perkreditan yang menggunakan hewan ternak tersebut. Adapun judul skripsi yang penulis pilih adalah : Legalitas Hewan Ternak Sebagai Objek Jaminan Fidusia. 1.2 Rumusan Masalah Sehubungan dengan judul dan latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah yaitu: 1. Apakah hewan ternak dapat dijadikan objek jaminan kredit dan bagaimanakah pembebanannya? 2. Bagaimana apabila hewan ternak yang dijadikan objek jaminan fidusia mengalami kematian? 1.3 Ruang Lingkup Masalah Ruang lingkup penelitian merupakan kerangka penelitian, yang menggambarkan batas penelitian, mempersempit permasalahan, dan membatasi area penelitian. 1 Agar tidak jauh menyimpang dari materi yang akan dibahas dan adanya batasan-batasan yang akan dibahas, maka ruang lingkup masalah dari penelitian ini antara lain : 1. Menyangkut dapat atau tidaknya hewan ternak dijadikan sebagai objek jaminan kredit dan pembebanannya. 1 Bambang Sunggono, 2005, Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 111.

2. Setelah diketahui pembebanan hewan ternak yang dijadikan objek jaminan kredit serta perjanjian yang benar sesuai dengan yang diatur oleh Undang-Undang, maka dapat dibahas lebih lanjut mengenai pertanggung jawaban pihak pemberi fidusia dalam hal kematian hewan ternak yang dijadikan objek jaminan kredit. 1.4 Orisinalitas Penelitian Guna menunjukkan tulisan skripsi ini memang benar orisinil (asli), karya sendiri dan tidak merupakan hasil plagiat, maka saya tunjukkan beberapa skripsi yang pernah dibuat oleh penulis sebelumnya yang juga mengangkat tentang fidusia adalah sebagai berikut : NO. SKRIPSI TAHUN RUMUSAN MASALAH 1. Pembatalan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Yang Jaminan Fidusia Tidak Didaftarkan Pada PT. Federal International Finance (PT. F.I.F.) Karangasem 2012 1. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya pembatalan perjanjian pembiayaan konsumen pada PT. F.I.F Karangasem? 2. Bagaimanakah akibat hukum terhadap pembatalan perjanjian pembiayaan konsumen pada PT. F.I.F. Karangasem yang jaminan fidusianya tidak didaftarkan? 2. Perjanjian Leasing Dengan Jaminan Fidusia Pada PT. Astra Credit 2012 1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian leasing dengan

Companies Denpasar jaminan fidusia pada PT. Astra Credit Companies Denpasar? 2. Bagaimanakah akibat hukum dan upaya penyelesaiannya terhadap Penyewa Guna Usaha (Lessee) yang melakukan wanprestasi dalam perjanjian leasing dengan jaminan fidusia pada PT. Astra Credit Companies Denpasar? 3. Pelaksanaan Ketentuan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Dengan Sistem KREASI ( Kredit Angsuran Fidusia ) Bagi Pengusaha Mikro dan Kecil di Perum Pegadaian Cabang Singaraja 2012 1. Bagaimana pembebanan benda jaminan pada perjanjian kredit dengan sistem KREASI ( Kredit Angsuran Fidusia ) di Perum Pegadaian Cabang Singaraja? 2. Bagaimana penyelesaian cidera janji debitur pada perjanjian redit dengan sistem KREASI ( Kredit Angsuran Fidusia ) di Perum Pegadaian Cabang Singaraja? 1.5 Tujuan Penelitian

Ilmu dan penelitian mempunyai hubungan yang sangat erat. Menurut Almack, hubungan antara ilmu dan penelitian seperti hasil dan proses. 2 Penelitian adalah proses, sedangkan hasilnya adalah ilmu. Tujuan penelitian ini dapat dibedakan menjadi 2 (dua) tujuan, yaitu meliputi tujuan umum dan tujuan khusus : 1.5.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu hukum dan menuangkan pikiran secara ilmiah berupa skripsi terutama mengenai legalitas hewan ternak sebagai objek jaminan fidusia. 1.5.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah mendalami permasalahan hukum secara khusus yang bersifat tersirat dalam rumusan permasalahan penelitian. Dan adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui dan memahami dapat atau tidaknya hewan ternak digunakan sebagai objek jaminan kredit dan pembebanannya. 2. Mengetahui dan memahami pertanggung jawaban pihak pemberi fidusia bila hewan yang digunakan sebagai objek jaminan kredit mengalami kematian saat masih digunakan sebagai jaminan. 2 Moh. Nazir, 1988, Metode Penelitian Ghalia Indonesia, Jakarta, hal.15

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan hukum dan memberikan sumbangan untuk pengembangan ilmu pengetahuan bidang hukum khususnya yang menyangkut tentang penggunaan hewan ternak sebagai jaminan kredit yang diikat dengan fidusia. 1.6.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bacaan atau penambah ilmu bagi mahasiswa lain dan bagi pembaca khususnya mereka yang bergerak di bidang hukum mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penggunaan jaminan dalam perkreditan khususnya yang berkaitan dengan penggunaan hewan ternak sebagai jaminan fidusia. 1.7 Landasan Teoritis Pengertian hukum menurut doktrin yaitu keseluruhan dari norma-norma yang secara mengikat mengatur hubungan yang berbelit-belit antara manusia dalam masyarakat. 3 Dalam mendukung penelitian ini sesuai dengan permasalahannya sehingga dapat diwujudkan sebagai suatu karya tulis, telaah pustaka memuat tentang konsep-konsep, teori, pandangan para sarjana yang dapat digunakan sebagai justifikasi teoritis dalam membahas judul skripsi legalitas hewan ternak sebagai objek jaminan fidusia. Dengan berpedoman pada perundang-undangan yang mengatur tentang hukum jaminan dan jaminan fidusia yang meliputi : Kitab Undang-Undang 3 Sudarsono, 2002, Kamus Hukum, cet.iii, PT. Rineka Cipta, Jakarta, hal.67

Hukum Perdata, Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-Undang No.42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor:131/ PMK.05/2009. Jaminan atau agunan adalah aset pihak peminjam yang dijanjikan kepada pemberi pinjaman jika peminjam tidak dapat mengembalikan pinjaman tersebut. Dalam hukum jaminan atau perikatan atas suatu jaminan, pada dasarnya jaminan tersebut terbagi dalam 2 (dua) kategori, yaitu : 1. Jaminan perseorangan (persoonlijke zekerheid) Jaminan perseorangan menimbulkan hak-hak perseorangan, sehingga terdapat hubungan hukum secara khusus antara kreditur dan orang yang menjamin pelunasan utang debitur (penjamin). 2. Jaminan kebendaan (zakelijke zekerheid) Jaminan ini merupakan hak mutlak atas suatu benda tertentu, berupa bagian dari harta kekayaan debitur atau penjamin, sehingga memberikan kedudukan preference (diutamakan) kepada kreditur daripada kreditur lainnya atas benda tersebut. Untuk menetapkan suatu bentuk pengikatan atas jaminan tertentu, bergantung pada jenis bendanya, jaminan kebendaan terdiri dari : a. Benda tetap (tidak bergerak). Contohnya : tanah dan benda-benda lainnya yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut, seperti bangunan, mesin-mesin, atau tanaman yang ditanam di atas tanah dan tidak mudah dipindah-pindahkan. Jenis benda tersebut akan dibebani dengan hak tanggungan sesuai dengan UU.No.4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan beserta benda-benda lain yang terdapat diatasnya.

b. Benda bergerak. Contohnya : mobil, motor, mesin-mesin, piutang dagang (tagihan atas hasil usaha atau pekerjaan), saham-saham, atau bahkan hak-hak atas kenikmatan suatu barang tertentu, seperti hak sewa, tagihan (piutang) terhadap proyek-proyek yang sedang dikerjakan, dan sebagainya. Benda-benda tersebut biasanya dibebani dengan tiga jenis jaminan, yaitu : 1. Fidusia berdasarkan Undang-Undang No.42 Tahun 1999 2. Gadai atas saham-saham 3. Cessie atas tagihan Dalam Undang-Undang No.42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, dijelaskan bahwa : Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. 4 Dan Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda yang bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda yang tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya. Pemberian jaminan dalam perjanjian kredit diharuskan dalam dunia perbankan konvensional karena pada dasarnya, sumber dana yang disalurkan berasal dari masyarakat atau tabungan masyarakat itu sendiri. Menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang Perbankan dalam Pasal 1 menyatakan bahwa: 4 M. Bahsan, SH.,SE., 2010, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 51

Bank di definisikan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan pengertian tersebut telah diketahui bahwa bank berperan sebagai agent of intermediary yang memiliki fungsi-fungsi: 1. Fungsi menghimpun dana. 2. Fungsi pengkreditan. 3. Fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. 4. Fungsi sebagai penyedia informasi, pemberian konsultasi dan bantuan penyelenggaraan administrasi. Kredit adalah kepercayaan atas kemampuan si peminjam untuk membayar sejumlah uang pada masa yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa kredit mencakup dua pihak yaitu pihak yang memberi dan pihak yang menerima. Apa yang diserahkan sekarang merupakan prestasi, sedangkan pembayaran, pengembalian maupun balas jasa di masa yang akan datang merupakan kontra prestasi. Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan : kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dalam praktek pelaksanaan pemberian kredit dari Bank tersebut dikenal suatu cara yang dinamakan fidusia sebagai lembaga jaminan kredit kepada masyarakat guna mengembangkan usahanya, dimana benda yang menjadi jaminan tetap berada ditangan debitur, sehingga hal ini

seringkali dipakai masyarakat kecil untuk mendapatkan modal dalam mengembangkan usahanya. 5 Jaminan fidusia merupakan jaminan perseorangan, dimana antara Pemberi fidusia dan Penerima fidusia saling memberikan kepercayaan, pemberi fidusia menyerahkan hak kepemilikannya kepada penerima fidusia, namun penerima fidusia tidak langsung memiliki objek yang menjadi jaminan fidusia tersebut yang diserahkan oleh pemberi fidusia, sehingga jaminan fidusia merupakan suatu teori jaminan. Didalam pembahasan mengenai jaminan fidusia yang dikaitkan dengan teori tersebut di atas, berpedoman pada suatu sistem hukum. Sistem hukum adalah keseluruhan tata tertib hukum yang didukung oleh sejumlah asas Hukum Jaminan yang terdiri dari beberapa asas. Menurut Mariam Darus Badrulzaman mengatakan bahwa asasasas hukum jaminan adalah sebagai berikut : 1. Pancasila sebagai asas filosofi/idealis, 2. UUD 1945 sebagai asas konstitutional, 3. TAP MPR sebagai asas politik, 4. Undang-Undang sebagai asas operasional. Selain teori tersebut diatas terdapat pula teori perlindungan. Menurut teori perlindungan yang dikemukakan oleh Telders, Van der Grinten dan Molengraff, suatu norma baru dapat dianggap dilanggar, apabila suatu kepentingan yang dimaksudkan untuk dilindungi oleh norma itu dilanggar. Teori ini menjadi pegangan yang kuat untuk menolak suatu tuntutan dari seseorang yang merasa dirugikan kepentingannya oleh suatu perbuatan melanggar hukum. Berkaitan dengan suatu sistem hukum tersebut, maka hukum jaminan fidusia mempunyai sifat dan asas, sifat-sifat tersebut antara lain yaitu jaminan kebendaan dan perjanjian ikutan (accesoir). Sedangkan asas-asas jaminan fidusia antara lain sebagai berikut : 5 http://ryandtuwaidan.blogspot.com/2011/05/analisis-masalah-pndaftaran-jaminan.html tanggal 25 Mei 2011

1. Asas hak mendahului dimiliki oleh KREDITUR 2. Asas objek jaminan fidusia yang mengikuti bendanya 3. Asas jaminan fidusia adalah perjanjian ikutan 4. Asas objek jaminan fidusia terhadap utang kontijen 5. Asas objek jaminan fidusia pada benda yang akan ada 6. Asas objek jaminan fidusia diatas tanah milik orang lain 7. Asas objek jaminan diuraikan lebih terperinci 8. Asas pemberi jaminan fidusia harus kompeten 9. Asas jaminan fidusia harus didaftarkan 10. Asas benda yang dijadikan objek jaminan fidusia tidak dapat dimiliki oleh Kreditur 11. Asas bahwa jaminan fidusia mempunyai hak prioritas 12. Asas bahwa pemberi fidusia harus beritikad baik 13. Asas bahwa jaminan fidusia mudah dieksekusi. Berdasarkan sifat fidusia, maka asas-asas yang digunakan dalam fidusia adalah : 1. Asas Droit de Suite : Jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda itu berada 2. Asas Hak Preferent : Dengan didaftarkannya jaminan fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia, memberikan kedudukan Hak yang didahulukan kepada Penerima Fidusia (Kreditur) terhadap kreditur lainnya.

Kualitas hak didahulukan Penerima Fidusia tidak hapus karena adanya Kepailitan dan atau Likuidasi. 1.8 Metode Penelitian Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka metode penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsipprinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah dalam melakukan penelitian. Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari suatu gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisis dan memeriksa secara mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan. 6 Mengingat pentingnya metode penelitian dalam menemukan, menentukan dan menganalisis suatu masalah, maka dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian sebagai berikut : 1.8.1 Jenis Penelitian Penelitian adalah merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematika, dan konsisten. 7 Dalam rangka pemecahan permasalahan dalam skripsi ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif yang artinya mengkaji pokok permasalahan 6 Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, hal.52 7 Ibid hal.42

dari segi hukum yang sumbernya berasal dari peraturan perundang-undangan, teori hukum, doktrin, dan pandangan-pandangan hukum sebagai dasar dan acuannya. 8 1.8.2 Jenis Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan perundang-undangan (the statue approach) dan pendekatan analisa konsep hukum (analytical and conceptual approach). Permasalahan penelitian dikaji dengan menggunakan interpretasi hukum, kemudian diberikan argumentasi secara teoritik berdasarkan teori-teori, asas, dan konsep hukum yang ada. 1.8.3 Sumber Bahan Hukum Dalam penelitian normatif pada umumnya dibedakan antara penggunaan Bahan Hukum Primer dan Bahan Hukum Sekunder. Asas dan Kaidah Hukum berupa Peraturan Perundang- Undangan termasuk Bahan Hukum Primer, sedangkan buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum, kamus dan ensiklopedi hukum, dan internet dengan menyebut nama situsnya termasuk Bahan Hukum Sekunder. Adapun bahan-bahan hukum yang dimaksud adalah : 1. Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang mengikat dan memiliki kekuatan hukum, seperti peraturan perundang-undangan. 9 Bahan hukum primer yang dipergunakan dalam penulisan ini meliputi: a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijke Wetboek) b. Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang Perbankan c. Undang-Undang No.42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia d. Peraturan Pemerintah lain yang terkait. 8 Hilman Hadikusuma, 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja Atau Skripsi Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, hal.60 9 Amirudin dan Zainal Asikin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persaka, Jakarta, hal. 30

2. Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, meliputi : a. Kepustakaan yang berhubungan dengan Hukum Jaminan b. Kepustakaan yang berhubungan dengan Jaminan Fidusia c. Buku-buku, makalah, artikel, dan bahan-bahan analisi lainnya yang berhubungan dengan penelitian. 1.8.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini, dilakukan melalui studi dokumen. Bahan hukum yang diperoleh diidentifikasi dan kemudian diklasifikasikan, serta selanjutnya diolah secara sistematis dan terstruktur sesuai dengan kebutuhan penelitian. Tujuan dari teknik dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat, penemuan-penemuan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. 10 1.8.5 Teknik Analisis Bahan Hukum Berdasarkan bahan hukum yang berhasil dikumpulkan kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan teknik deskripsi, interpretasi, dan argumentasi. Adapun masing-masing dari teknik analisis tersebut dapat diberikan penjelasan sebagai berikut : 1. Teknik Deskripsi, yaitu uraian apa adanya terhadap suatu kondisi atau proposisi-proposisi hukum maupun non hukum. 2. Teknik Interpretasi, yaitu penggunaan jenis-jenis penafsiran dalam ilmu hukum, terutama penafsiran kontekstualnya. 3. Teknik Argumentasi, yaitu penilaian yang didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat penalaran hukum. 10 Rony Hanitidjo, 1988, Metode Penelitian Hukumdan Yurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal.98.