UJI KETAHANAN BERBAGAI KULTIVAR BAWANG MERAH (Allium ascalonicum) TERHADAP INFEKSI PENYAKIT MOLER (Fusarium oxysporum f.sp.cepae)

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Oleh : AGUNG DHARMAWAN PUTRA NPM : Kepada

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

Diselenggarakan Oleh LPPM UPN Veteran Jawa Timur

VIRULENSI FUSARIUM OXYSPORUM F. SP. CEPAE ISOLAT BAWANG MERAH PADA BAWANG PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman sayuran yang

Keyword : shallot, Fusarium oxysporum f.sp. cepae, bulb treatment, moler disease

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

KEPARAHAN PENYAKIT MOLER PADA ENAM KULTIVAR BAWANG MERAH KARENA INFEKSI Fusarium oxysporum f.sp. cepae DI TIGA DAERAH SENTRA PRODUKSI

SKRIPSI OLEH : DESMAN KARIAMAN TUMANGGER Universitas Sumatera Utara

PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

PENGARUH PEMBERIAN AGENSIA HAYATI MIKORIZA

SINERGI ANTARA NEMATODA

KAJIAN PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT BIJI BOTANI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA BEBERAPA MACAM MEDIA

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peningkatan Hasil dan Ketahanan Kultivar Bawang... (Sri Wiyatiningsih dan Pancadewi S.) 75

HUBUNGAN KETEBALAN LAPISAN EPIDERMIS DAUN TERHADAP INFEKSI JAMUR Alternaria porri PENYEBAB PENYAKIT BERCAK UNGU PADA EMPAT VARIETAS BAWANG MERAH

PENGGUNAAN JAMUR ANTAGONIS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

PENGARUH AGENSIA HAYATI PSEUDOMONAD FLUORESEN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT LAYU (Fusarium sp.) DAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

KETAHANAN EMPAT VARIETAS TOMAT (Lycopersicum esculentum MILL.) TERHADAP INFEKSI Tobacco Mosaic Virus (TMV)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

III. BAHAN DAN METODE A.


PENGARUH POPULASI HAMA KUTU PUTIH

FORMULASI Streptomyces sp. DAN Trichoderma sp. BERBAHAN DASAR MEDIA BERAS JAGUNG, BEKATUL DAN KOMPOS

BAB I PENDAHULUAN. allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994).

PENYIAPAN BENIH. : Pengenalan Varietas Bawang Putih

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG DIBERI PUPUKKANDANG AYAM DENGAN KERAPATAN TANAM BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Penapisan

I II. Lampiran 1. Bagan Penelitian. 20 cm 75 cm. 20 cm. 50 cm. Keterangan : = tanaman bawang merah di dalam polibag. = ulangan pertama = ulangan kedua

ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP ABSTRACT

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)


PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicuml.) MENGGUNAKAN MEDIA DAN BAHAN TANAM BERBEDA

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis)

EKSPLORASI DAN KAJIAN KERAGAMAN JAMUR FILOPLEN PADA TANAMAN BAWANG MERAH : UPAYA PENGENDALIAN HAYATI TERHADAP PENYAKIT BERCAK UNGU (Alternaria porri)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

I. METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Juni 2011 sampai Januari 2012.

Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag. Oleh: Susantidiana

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

1. PENDAHULUAN. pokok masyarakat Indonesia dan komoditas agrikultur yang memiliki nilai

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBERIAN VERMIKOMPOS DAN URIN DOMBA

PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL APLIKASI EKSTRAK DAUN INSULIN (Thitonia difersifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL HUMBANG HASUNDUTAN PADA BERBAGAI DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING

APLIKASI TANAH PASIR GUNA PERBAIKAN MEDIA TANAM TANAH GAMBUT DALAM BUDIDAYA BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang

AGROVIGOR VOLUME 7 NO. 2 SEPTEMBER 2014 ISSN

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

SELEKSI MIKROBA FILOSFER ANTAGONIS DAN MEDIA EKSTRAK KOMPOS: UPAYA PENGENDALIAN JAMUR Alternaria porri PADA TANAMAN BAWANG MERAH

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

*Corresponding author : ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Andri Endianto, 2015

CAMPURAN BERBAGAI BAHAN ORGANIK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN

UJI ANTAGONISME Trichoderma sp. TERHADAP JAMUR PATOGEN Alternaria porri PENYEBAB PENYAKIT BERCAK UNGU PADA BAWANG MERAH SECARA In-VITRO

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

SKRIPSI PENGUJIAN ISOLAT VIRUS YANG DILEMAHKAN DENGAN PEMANASAN UNTUK MELINDUNGI KACANG PANJANG TERHADAP INFEKSI VIRUS MOSAIK

Pengaruh BAP ( 6-Benzylaminopurine ) dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA LIMBAH PLTU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT DAN INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

MASA INKUBASI DAN INTENSITAS PENYAKIT MOLER PADA BAWANG MERAH DI BERBAGAI JENIS TANAH DAN POLA PERGILIRAN TANAMAN

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman,

SKRIPSI OLEH : RIRI AZYYATI / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK

TANGGAPAN TUJUH KULTIVAR BAWANG MERAH TERHADAP INFEKSI Fusarium oxysporum f.sp. cepae PENYEBAB PENYAKIT MOLER

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MELON SECARA ORGANIK DENGAN PEMANGKASAN PUCUK DAN PEMBERIAN BOKASHI

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium

RESPON KETAHANAN BERBAGAI VARIETAS TOMAT TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum)

MENGKAJI HASIL DAUN BAWANG MERAH PADA JARAK TANAM BERBEDA.

HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI. Oleh : ERNIKA SEPTYMA BR PARDEDE/ AGROEKOTEKNOLOGI - BPP

CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA

UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa)

BAHAN. bulan Juli diremajakan. pertumbuhan. Gambar 4

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia 3

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) BATANG. DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

Transkripsi:

Plumula Volume 5 No.1 Januari 2016 ISSN : 2089 8010 UJI KETAHANAN BERBAGAI KULTIVAR BAWANG MERAH (Allium ascalonicum) TERHADAP INFEKSI PENYAKIT MOLER (Fusarium oxysporum f.sp.cepae) Endurance Test on Different Cultivars Shallots (Allium ascalonicum) Against Infectious Diseases Moler (Fusarium oxysporum f.sp.cepae) Ega Bramantya Prakoso 1), Sri Wiyatingsih 2) dan Heri Nirwanto 2) 1) Alumni Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UPN Veteran Jawa Timur 2) Fakultas Pertanian, UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK Bawang merah memiliki nilai ekonomis tinggi karena kebutuhan bawang merah semakin meningkat. Akan tetapi, saat ini produksi bawang merah mengalami hambatan dari kualitas dan kuantitas disebabkan adanya penyakit moler yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp.cepae. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana ketahanan dari beberapa kultivar bawang merah dari Nganjuk: Bauji, Thailand dan Manjung ; Probolinggo: Biru lonjor ; Magetan: Bauji ; Batu: Batu Ijo terhadap serangan Fusarium oxysporum f.sp.cepae. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari 6 jenis kultivar tanaman bawang merah. Masing masing perlakuan di ulang sebanyak 3 kali. Setiap unit perlakuan ada 6 polybag dan dalam satu polybag terdapat satu tanaman, sehingga terdapat 108 tanaman. Uji lanjutan yang digunakan adalah Uji Duncant yang dilakukan untuk membandingkan semua pasangan perlakuan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah masingmasing kultivar dari beberapa sentra penanaman bawang merah di Jawa timur memiliki ketahanan yang berbeda. Pada kultivar Batu ijo menunjukan kultivar ini agak tahan sedangkan kultivar bauji dari magetan dan nganjuk menunjukan bahwa kultivar ini rentan terhadap Fusarium oxysporum.f.sp.cepae. Kata Kunci : Fusarium oxysporum.f.sp.cepae, Bawang merah ABSTRACT Shallots have a high economic value because of the needs of onion increased. However, the current production of onion have problems of quality and quantity due to Moler disease caused by Fusarium oxysporum f.sp.cepae.the purposed of this research is to know how the resistance of some cultivars of onion from Nganjuk: Bauji, Thailand, and Manjung; Probolinggo: Biru Lonjor; Magetan: Bauji; Batu: Batu Ijo against Fusarium oxysporum f.sp cepae. This research used a complete randomized block design (CRD). There are consist of six treatments of onions and each treatment was repeated three times. Each treatment was 6 polybag and there is one plant, so there are 108 onion plants. Advanced test used is the test duncant conducted to compare all couples treatment. The conclution of this research was each cultivars of several centers onions culture in east java had different resistance. Batu ijo cultivar showed moderately resistance, while Bauji kultivar from Magetan and Nganjuk showed susceptible Fusarium oxysporum.f.sp.cepae. Key Word : Fusarium oxysporum.f.sp.cepae, Shallots 10

Plumula Januari 2016 Volume 5 No.1 PENDAHULUAN Bawang merah (Allium ascalonicum) family Lilyceae yang berasal dari Asia Tengah merupakan tanaman bumbu yang sangat penting di dunia, tanaman ini sudah digunakan sejak jaman dahulu, keberadaan tanaman ini di abadikan dalam Qur an Surat Al-Baqarah ; 61 yang berbunyi Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya. Bawang merah merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek pengembangan yang cerah selain hal tersebut bawang merah juga termasuk tanaman bernilai ekonomi yang tinggi kemudian sehingga kebutuhan akan bawang merah semakin meningkat. Bawang merah memiliki beberapa kultivar yaitu : Bauji, Thailand, Manjung dari Nganjuk; Biru lonjor dari Probolinggo; Bauji dari Magetan; serta Batu ijo dari Batu, Akan tetapi, sampai saat ini yang menjadi kendala dalam memproduksi bawang merah yang memiliki kualitas dan kuantitas yang baik adalah gangguan hama dan penyakit tanaman. Salah satu penyakit utama pada bawang merah adalah penyakit moler yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp.cepae. penyakit tersebut dapat menyebabkan beberapa kerusakan pada tanaman bawang merah. Wiyatiningsih (2007a) menyatakan awal gejala penyakit moler yaitu batang semu dan daun tumbuh lebih panjang dan meliuk, warna daun hijau pucat, namun tidak layu. Apabila tanaman sakit dicabut tampak umbi lapis lebih kecil dan lebih sedikit dibandingkan yang sehat, serta tidak tampak adanya pembusukan pada umbi lapis dan akar. Pada kondisi lanjut, tanaman menjadi kering dan mati. Maka penelitian ini dilakukan untuk menguji ketahanan dari berbagai kultivar bawang merah (Allium ascalonicum) yang berasal dari sentral-sentral budidaya bawang merah di Jawa timur terhadap infeksi penyakit moler (Fusarium oxysporum f.sp. cepae). Sebagai sumber informasi untuk mengetahui kultivar yang memiliki ketahanan yang tinggi guna meningkatkan produktivitas bawang merah. 11

Ega Bramantya Prakoso 1), Sri Wiyatingsih 2) dan Heri Nirwanto 2) Uji Ketahanan Berbagai Kultivar Bawang Merah (Allim ascalonicum) Terhadap Infeksi Penyakit Moler (Fusarium oxysporum f.sp.cepae) BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai Desember 2015. Penelitian dilaksanakan di Screen House yang terletak di Laboratorium Hama dan Penyakit tanaman Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : Autoklaf, polibag, laminar flow, mikroskop, cawan petri, beaker glass, pipet, gelas ukur, objek glass, kaca preparat, cetok, korek api, skapel, Bunsen, kamera dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tanah, aquadest steril, pupuk dan kompos produksi Fakultas Pertanian UPN Veteran Jawa Timur. Media PDA dan isolat mikroba Fusarium oxysporum f. sp cepae yang merupakan koleksi dari Sri Wiyatiningsih, serta bibit Bauji, Thailand, Manjung dari Nganjuk; Biru lonjor dari Probolinggo; Bauji dari Magetan; serta Batu ijo dari Batu. Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang dilakukan mengunakan enam jenis kultivar tanaman bawang merah. Masing masing perlakuan di ulang sebanyak tiga kali. Setiap unit perlakuan ada 6 polybag dan dalam satu polybag terdapat satu tanaman sehingga terdapat 108 tanaman. HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Penyakit Moler Pengamatan gejala penyakit moler yang disebabkan Fusarium oxysporum f.sp cepae pada bawang merah dilakukan setiap hari. Gambar 1 memperlihatkan gejala awal dari infeksi penyakit moler pada umur 14 Hari pada semua varietas bawang merah yaitu daun tidak tumbuh tegak tetapi meliuk (Gambar 1 a) karena batang semu tumbuh lebih panjang, warna daun hijau pucat atau kekuningan dan sedikit layu (Gambar 1 b). 12

Plumula Januari 2016 Volume 5 No.1 Keterangan : (a) Gejala daun mulai meliuk (b) Gejala daun mulai layu Gambar 1. Gejala penyakit moler pada bawang merah Gejala penyakit seperti tersebut di atas mirip dengan yang dilaporkan Kuruppu, 1999) adanya suatu penyakit bawang merah (Allium cepae var.ascalonicum). memiliki gejala penyakit meliputi klorosis diikuti daun mengeriting dan meliuk. Pemanjangan yang tidak normal pada bagian batang semu mulai tampak setelah munculnya daun pertama yang akhirnya tanaman menjadi mati Periode Inkubasi Periode inkubasi penyakit moler diamati dengan cara mengamati periode munculnya gejala, setiap hari mulai dari penanaman sampai tanaman tampak bergejala. 25 20 15 20 18 17 14 14 14 10 5 0 Biru lonjor Thailand Bauji Nganjuk Manjung Batu ijo Bauji Magetan Gambar 2. Periode Inkubasi Penyakit Moler pada Kultivar Bawang Merah Pada Gambar 2, Kultivar Biru lonjor, Thailand dan Bauji dari Magetan menunjukkan periode inkubasi tercepat yaitu sebesar 14 Hari diikuti Kultivar Manjung sebesar 17 Hari kemudian Kultivar Batu ijo sebesar 18 Hari, Kultivar Bauji dari Nganjuk 13

Ega Bramantya Prakoso 1), Sri Wiyatingsih 2) dan Heri Nirwanto 2) Uji Ketahanan Berbagai Kultivar Bawang Merah (Allim ascalonicum) Terhadap Infeksi Penyakit Moler (Fusarium oxysporum f.sp.cepae) menunjukan hasil yang terlama sebesar 20 Hari. Kisaran ini sesuai dengan pendapat Wiyatiningsih (2003), yang menyatakan bahwa dilapangan gejala penyakit moler mulai tampak pada tanaman yang berumur lebih kurang 20 Hari. Kultivar Manjung, Kultivar Batu ijo dan Kultivar Bauji Nganjuk merupakan kultivar yang memiliki bentuk morfologi yang sulit di infeksi oleh Fusarium oxysporum. f.sp. cepae karena memiliki ketebalan lapisan pada umbi dan jaringan perakaran yang cukup kuat dan tebal. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sastrahidayat (1986), bahwa ketebalan dinding umbi pada tanaman merupakan salah satu ketahanan morfologi yang dimiliki tanaman. Sel-sel epidermis yang berdinding kuat dan tebal atau lapisan umbi yang banyak akan membuat penetrasi secara langsung mengalami kesulitan atau bahkan tidak mungkin dilakukan sama sekali, Sebaliknya pada kultivar Biru lonjor, Thailand dan Bauji magetan memiliki bentuk umbi yang kecil dan tidak memiliki banyak lapisan pada umbi oleh karena itu Fusarium oxysporum. f.sp. cepae. dengan mudah melakukan penetrasi dan menyebabkan munculnya gejala paling cepat. Intensitas Penyakit Intensitas penyakit adalah tingkat serangan atau tingkat kerusakan tanaman yang disebabkan oleh jamur yang dinyatakan secara kuantitatif atau kualitatif (Pracaya, 1993). Data ini digunakan untuk mengetahui tingkat serangan dan tingkat kerusakan yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp. cepae, karena dapat mempengaruhi produktivitas beberapa kultivar yang di uji. Tabel 1. Intensitas serangan penyakit Moler (%) pada berbagai kultivar bawang merah Perlakuan Intensitas Pernyakit Moler (%) pada pengamatan minggu ke- 1 2 3 4 5 6 7 Biru lonjor 0,00 1,00 21,00 43,66 60,33 62,33 72,00 Thailand 0,00 4,33 15,33 37,00 53,33 58,33 61,33 Bauji Nganjuk 0,00 0,33 16,66 62,33 74,33 77,66 77,66 Manjung 0,00 2,00 16,00 49,00 66,33 71,66 77,33 Batu ijo 0,00 0,66 3,66 14,33 32,33 39,66 47,33 Bauji Magetan 0,00 3,66 13,33 39,00 58,00 75,66 83,33 UJD 5% tn tn tn tn tn tn tn Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang sama dan tn (tidak nyata) pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncant 5% Hasil analisis pada Tabel 1 menunjukan tidak ada perbedaan nyata antar kultivar dalam respon ketahanan pada kultivar bawang merah terhadap intensitas penyakit moler yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp. cepae. Pada minggu I didapat 14

Plumula Januari 2016 Volume 5 No.1 rerata pada kultivar yang diuji belum menunjukan adanya gejala penyakit tersebut. Pada minggu ke II mulai nampak gejala serangan penyakit. Menurut Hemon dan windarningsih (1991), Perbedaan intensitas penyakit dari masing masing kultivar bawang merah yang di uji sangat dipengaruhi oleh ketahanan tanaman. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semua varietas bawang merah yang diuji sebagai parameter penelitian menunjukan tingkat ketahanan yang rendah. Sedangkan berdasarkan kategori serangan tanaman (Wiyatiningsih, 2010) pada kultivar Batu Ijo Thailand dan Biru Lonjot termasuk serangan berat (44 72%), sedangkan pada kultivar Bauji Nganjuk, Manjung dan Bauji Magetan termasuk puso (77 88%) yang berarti tanaman tersebut dapat gagal panen. Laju Infeksi Penyakit Moler Laju infeksi penyakit moler pada 6 kultivar bawang merah yang ditanam di Screen House tertera pada Gambar 3. Laju infeksi tertinggi terjadi pada kultivar Bauji dari Nganjuk dan laju infeksi terendah terjadi pada kultivar Batu Ijo dari Batu. 15

Ega Bramantya Prakoso 1), Sri Wiyatingsih 2) dan Heri Nirwanto 2) Uji Ketahanan Berbagai Kultivar Bawang Merah (Allim ascalonicum) Terhadap Infeksi Penyakit Moler (Fusarium oxysporum f.sp.cepae) Keterangan : A. Kultivar Bauji Nganjuk B. Kultivar Manjung,C.Kultivar Bauji Magetan D. Kultivar Biru lonjor E. Kultivar Thailand F. Kultivar Batu Ijo Gambar 3. Grafik Laju Infeksi pada Kultivar Bawang Merah yang Diuji Menurut Zadok dan Schein (1979), semakin tinggi laju infeksi maka semakin pendek periode perkembangan penyakit yang berarti semakin cepat terjadi epidemi penyakit. Laju infeksi yang tinggi pada kultivar Bauji dari nganjuk memperlihatkan bahwa perkembangan epidemi penyakit moler pada Kultivar Bauji dari Nganjuk, Kultivar Bauji, Kultivar Manjung dari Nganjuk dan Kultivar Bauji dari Magetan sangat cepat, karena kultivar tersebut merupakan kultivar yang tidak mempunyai ketahanan kuantitatif atau rentan terhadap Fusarium oxysporum f.sp. cepae apabila ditanam pada kondisi lingkungan mendukung untuk perkembangan penyakit moler. 16

Plumula Januari 2016 Volume 5 No.1 Jumlah Daun Hasil analisa ragam pada pengaruh infeksi penyakit moler terhadap jumlah daun menunjukan adanya berbeda nyata pada pengamatan hari ke 20 sedangkan pada pengamatan hari ke 10, 30, 40 dan 50 tidak menunjukan berbeda nyata. Tabel 3. Jumlah Daun pada Bawang Merah yang Diuji Perlakuan Jumlah Daun Bawang Merah (Helai) pada hari pengamatan ke- 10 20 30 40 50 Biru Lonjor 7,00 10,70 B 4,30 2,70 2,00 Thailand 5,20 6,50 A 3,70 2,50 1,90 Bauji Nganjuk 2,70 6,40 A 3,50 1,50 1,50 Manjung 5,40 8,40 A 5,70 3,30 1,70 Batu ijo 4,00 9,20 A 7,60 6,10 4,60 Bauji Magetan 4,20 9,60 A 5,60 2,30 0,70 UJD 5% tn 4,3 tn tn tn Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang sama dan tn (tidak nyata) pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncant 5% Mekanisme Serangan fusarium oxysporum f sp cepae adalah dengan mengkoloni atau memperbanyak diri di area perakaran kemudian memparasit dan menghambat proses pengangkutan air serta hasil fotosintat ke seluruh bagian tanaman, pada fase berikutnya Fusarium oxysporum f.sp cepae mengeluarkan toksin yang berjenis mikotoksin dan famoniris yang dapat mengubah kelenturan selaput plasma pada daun bawang merah hal itulah yang menyebabkan daun meliuk. Hasil ini sependapat dengan hasil penelitian Fitriarini (2007) bahwa infeksi dari penyakit moler dapat menghambat pertumbuhan daun dikarenakan fusarium oxysporum f.sp cepae sudah mempenetrasi dan menginvasi umbi bawang merah. Bobot Basah Bobot Basah tanaman bawang merah berumur 50 hari panen setelah tanam disajikan pada gambar 4. Berdasarkan gambar 4, tampak bahwa pada perbandingan uji duncant menunjukan bahwa ada berbeda nyata pada kultivar Batu ijo dari Batu mempunyai bobot basah lebih besar dibandingkan dengan kultivar lainnya yang di uji. 17

Ega Bramantya Prakoso 1), Sri Wiyatingsih 2) dan Heri Nirwanto 2) Uji Ketahanan Berbagai Kultivar Bawang Merah (Allim ascalonicum) Terhadap Infeksi Penyakit Moler (Fusarium oxysporum f.sp.cepae) 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 Biru Lonjor Thailand Bauji Nganjuk Manjung Batu Ijo Bauji Magetan Gambar 4. Grafik Berat Basah pada Bawang Merah yang Diamati Rerata bobot basah kultivar batu ijo dari batu sebesar 39,36 g, Berdasarkan hasil analisis uji duncant untuk bobot basah ada perbedaan berat basah kultivar batu ijo dengan kultivar bawang merah lainnya. Jamur patogen Fusarium oxysporum f.sp. cepae yang menyebabkan penyakit moler tidak dapat melakukan penetrasi dengan mudah terhadap kultivar batu ijo dikarenakan umbi yang besar dan memiliki lapis lapisan tebal dan banyak sehingga mengakibatkan pertumbuhan dari patogen terhambat. Hal itu mengakibatkan pada kultivar tersebut memiliki bobot basah yang tinggi dari pada kultivar lainnya. 17.84 a 39.36 b 10.75 a 8.51 a 7.69 a 4.89 a Bobot Kering Bobot kering tanaman bawang merah berumur 50 hari panen setelah tanam disajikan pada gambar 5. Berdasarkan gambar 5, tampak bahwa pada perbandingan uji duncant menunjukan bahwa ada berbeda nyata pada kultivar Batu ijo dari Batu mempunyai bobot kering lebih besar dibandingkan dengan kultivar lainnya yang di uji. 18

Plumula Januari 2016 Volume 5 No.1 20,00 18.86 b 18,00 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6.87 a 6,00 4,00 4.21 a 4.62 a 2.77 a 3.42 a 2,00 0,00 Biru Lonjor Thailand Bauji Nganjuk Manjung Batu Ijo Bauji Magetan Gambar 5. Grafik Berat Kering pada Bawang Merah yang Diamati Pada kultivar Manjung dari Nganjuk, kultivar Thailand dari Nganjuk, kultivar Biru lonjor dari Probolinggo dan kultivar Bauji dari Magetan berturut-turut adalah 6,87 g, 4,62 g, 4,21 g dan 3,42 g, untuk bobot kering terendah terdapat pada kultivar bauji dari Nganjuk sebesar 2,77 g, Sedangkan Kultivar Batu Ijo mempunyai bobot kering terbesar yaitu 18,86 g. Hasil analisis uji duncant untuk bobot kering ada perbedaan berat kering kultivar batu ijo dengan kultivar bawang merah lainnya. Hal tersebut menunjukan bahwa kultivar batu ijo dari batu memiliki umbi lapis yang tebal dan Fusarium oxysporum f.sp cepae penyebab penyakit moler sulit untuk melakukan penetrasi, sedangkan kultivar bauji dari Nganjuk memiliki bentuk morfologi yang lebih kecil hal ini mempermudah patogen melakukan mempenetrasi dan melakukan penyebaran yang dapat menurunkan bobot kering. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Masing-masing kultivar dari beberapa sentra penanaman bawang merah di Jawa timur memiliki ketahanan yang berbeda. 2. Pada kultivar Batu ijo dari Batu menunjukan bahwa kultivar ini agak tahan terhadap Fusarium oxysporum f.sp. cepae dengan intensitas penyakit dan laju infeksi terlambat, dengan masa inkubasi, Jumlah daun, bobot basah dan bobot kering yang tinggi. 3. Pada kultivar bauji dari Magetan dan Nganjuk menunjukan bahwa kultivar ini rentan terhadap Fusarium oxysporum. f.sp. cepae dengan intensitas penyakit dan laju infeksi tercepat, dengan jumlah daun, bobot basah serta bobot kering yang rendah. 19

Ega Bramantya Prakoso 1), Sri Wiyatingsih 2) dan Heri Nirwanto 2) Uji Ketahanan Berbagai Kultivar Bawang Merah (Allim ascalonicum) Terhadap Infeksi Penyakit Moler (Fusarium oxysporum f.sp.cepae) DAFTAR PUSTAKA Al- qur an dan Terjemahannya. 2003. Surat Al-Baqarah :61. Jakarta. CV Darus Sunnah Fitriarini N. 2007. Kajian potensi alang-alang dan bawang merah terhadap penyakit layu fusarium. Purwokerto Hemon, F., dan M. Windarningsih.1991. Uji Ketahanan Beberapa Varietas Kacang tanah terhadap penyakit Becak Daun Cercospora personata(berg dan Curt) Dalam Prosiding Kongres Nasional XI dan Seminar III PFI Maros, Ujung Pandang. 40-50 h. Kuruppu, P.U., 1999. First Report of Fusarium oxysporumcausing a Leaf Twisting Disease on Allium cepa var. ascalonicum in SriLanka. (On-line). http://apsjournals.apsnet.org/doi/abs/10.1094/pdis.1999.83.7.695cdiakses 17 Mei 2016 Sastrahidayat, I. R. 1986. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional Surabaya. Indonesia. 21-24 Tondok,E. 2003. The Causal Agent of Twisting Disease of Shallot. Master Thesis. University of Goettingen, GermanyDiakses18 April 2016 Wibowo, 2007. Budidaya Bawang Putih, Merah, dan Bombay. Penerbit Swadaya, Jakarta. 23-28 Wiyatiningsih, S., 2003. Kajian Asosiasi Phytophthora sp. dan Fusarium oxysporum f. sp. cepae Penyebab Penyakit Moler pada Bawang Merah.Mapeta 5: 1-6 i2007a.pergiliran Tanaman Hindarkan Bawang Merah Dari Penyakit Moler. Portal Universitas Gadjah Mada Universitas GadjahMada. Kontak webmaster: webugm@ugm.ac.id <mailto:webugm@ugm.ac.id> Zadoks, J.C. dan R.D. Schein. 1979. Epidemiology and Plant DiseaseManagement. Oxford University Press. New York 20