BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa kini telah melahirkan suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba

BAB I PENDAHULUAN. individu (Mudyahardjo Redja, 2001: 6). Pendidikan nasional Indonesia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,maka

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. depan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan sebagai warga bangsa. Arus globalisasi telah menyebar dan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan mengajar

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. umumnya bertujuan untuk membentuk manusia yang bermoral dan berilmu. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengembangan kepribadian dan skill dalam ranah pendidikan adalah sekolah. Salah

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. maju tingkat pendidikan seseorang,maka semakin siap pula menghadapi perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu interaksi manusia antara pendidik/guru dengan anak

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi anak sebagai sosok kekuatan sumber daya manusia yang bermanfaat bagi Negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial kultural secara individu maupun secara berkelompok.

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, kemampuan berpikir menjadi kemampuan yang sangat diperlukan agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pendidik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis,

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan juga merupakan suatu proses dalam rangka memengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembentukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku dari tidak tahu menjadi tahu yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan hasil survei UNDP adalah akibat rendahnya mutu pendidikan

`BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan yang terus-menerus dan bersifat fleksibel, yaitu pendidikan harus

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam situasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mental, emosional, moral, keimanan dan ketakwaan manusia (Syaefudin, 2005: 6).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

I. PENDAHULUAN. tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Annie Resmisari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, yang tercermindari keberhasilan belajar siswa. Proses

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin. berkembang pesat dan arus globalisasi yang hebat maka muncullah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

Wari Prastiti SMA Negeri 5 Metro

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

I. PENDAHULUAN. Siswa sulit untuk mengaplikasikan hasil pembelajaran fisika dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa kini telah melahirkan suatu era global, dimana manusia dituntut untuk mampu bertindak secara efisien dan efektif. Untuk menyiapkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di era globalisasi ini, maka manusia perlu melewati tahap pendidikan, Dengan mengikuti pendidikan ini, maka manusia diharapkan bisa bersaing dan dapat bertindak secara efektif dan efisien dalam mengisi hidupnya. Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu (Redja, 1998 ; 3). Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup. Karena pendidikan bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermoral, sabar, kompeten, mandiri, rasional, cerdas, kreatif, dan siap menghadapi berbagai macam tantangan zaman. Mutu/ kualitas pendidikan di provinsi Nusa Tenggara Timur tergolong masih sangat rendah. Untuk itu, diperlukan strategi yang cemerlang agar kedepannya dapat mengalami peningkatan. Pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasar kepada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia. Sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) merupakan satu keseluruhan yang terpadu dari semua

satuan dan kegiatan pendidikan yang saling berkaitan untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional (Tirtarahardja & Sulo, 2015 : 263) Mutu atau kualitas pendidikan di Nusa Tenggara Timur tergolong masih rendah. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang cemerlang agar ke depannya mutu atau kualitas pendidikan di Nusa Tenggara Timur dapat mengalami peningkatan. Untuk menciptakan mutu atau kualitas pendidikan, maka pemerintah melakukan berbagai upaya dalam bidang pendidikan diantaranya adalah pengembangan kurikulum maupun penyempurnaan kurikulum yang dilakukan secara bertahap, konsisten dan disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah tidak terlepas dari suatu proses yang dinamakan dengan proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini bukanlah suatu hal yang mudah, karena harus ada interaksi yang baik antara guru dan peserta didik. Seorang guru harus mempunyai kemampuan yang baik untuk mengelola proses pembelajaran, sehingga antara guru dan peserta didik dapat berinterasksi secara baik demi mendapatkan hasil pendidikan yang baik pula. Peran seorang guru sangat penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, karena keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran sangat bergantung pada guru. Guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif, yaitu suasana belajar yang menyenangkan, menarik, memberi rasa aman, memberikan ruang pada peserta didik untuk berpikir aktif, kreatif, dan inovatif, dalam mengeksplorasi dan mengelaborasi kemampuannya. Guru dalam era teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini bukan hanya sekedar mengajar (transfer of knowledge) melainkan harus menjadi manajer belajar.

Hal tersebut mengandung arti, setiap guru harus mampu menciptakan kondisi belajar yang menantang kreativitas peserta didik, memotivasi peserta didik, menggunakan multimedia, multimetode, dan multisumber, agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Untuk menunjang semuanya itu, maka dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah seorang guru harus kreatif dan pandai menciptakan suasana pembelajaran yang membuat peserta didik dapat berinteraksi dengan maksimal. Terlepas dari itu, seorang guru juga harus secara cerdas dan penuh tanggung jawab dalam memilih suatu metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang perlu dipelajari peserta didik sehingga dapat menciptakan kondisi proses pembelajaran yang maksimal. Model dan atau metode pembelajaran yang digunakan akan mempengaruhi cara belajar peserta didik. Guru adalah komponen yang penting dalam pendidikan, yakni orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan peserta didik, dan bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam rangka membina peserta didik agar menjadi orang yang bersusila, yang cakap, berguna bagi nusa dan bangsa di masa yang akan datang. Guru yang baik adalah guru yang memiliki karakteristik kepribadian. Dalam arti sederhana, kepribadian ini bersifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dengan yang lain. Dalam kegiatan proses belajar disekolahan, guru mempunyai peran yang sangat penting yaitu untuk membina dan memotivasi peserta didik agar peserta didik tersebut mampu menerima serta memahami materi yang telah disampaikan serta bertujuan agar peserta didik lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajarannya (Tutik & Daryanto, 2015; 94). Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2013, belajar dimaknai sebagai bagian dari proses berkegiatan menciptakan sebuah pembangunan pencerahan. Belajar menjadi

langkah konkrit melahirkan langkah-langkah progresif memahami berbagai banyak hal. Belajar selanjutnya bisa merupakan sebuah kegiatan mempertarungkan cara berpikir kepada sebuah teks yang sedang dibaca, untuk selanjutnya dapat melahirkan pemahamanpemahaman baru atas sebuah bacaan yang sedang digelutinya (Yamin, 2015 : 5) Sebagian besar buku teks tentang human learning sepakat mengatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu yang diperoleh melalui pengalaman; proses stimukus respon; pembiasaan; peniruan; pemahaman dan penghayatan; maupun melalui aktivitas individu meraih sesuatu yang dikehendakinya. Selanjutnya secara operasional, belajar dapat dimaknai sebagai upaya menguasai hal baru. Konsep ini mengandung dua hal pokok, yaitu (a) usaha untuk menguasai dan (b) sesuatu yang baru. Usaha menguasai merupakan aktivitas belajar sesungguhnya dan sesuatu yang baru merupakan hasil yanag diperoleh dari aktivitas belajar tersebut. Oleh karena itu, belajar sesungguhnyaa merupakan sebuah proses berkegiatan untuk menciptakan pandangan-pandangan baru mengenai berbagai hal yang selanjutnya diharapkan menuntun pembelajaran pada sebuah pembacaan hidup yang bermakna. Pada prinsipnya, belajar merupakan sebuah fondasi dalam rangka mengenal, mengetahui dan selanjutnya melakukan pembacaan secara menyeluruh atas berbagai kenyataan hidup (Yamin, 2015 : 7) KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu. Hal ini dilihat dari prinsip-prinsip pembelajaran dalam KTSP yang menekankan pada aktivitas peserta didik untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran melalui berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran. Dalam KTSP, mutu atau kualitas pendidikan tidak terlepas dari fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh sekolah. Dengan memiliki fasilitas yang memadai seperti Laboratorium, Perpustakaan, dan ruangan kelas yang baik, maka akan

menunjang proses pembelajaran yang kondusif. Selain fasilitas yang dimiliki sekolah, KTSP juga menuntut sistem penilaian yang dilakukan di sekolah. Sistem penilaian ini mencakup penilaian proses (menilai aspek afektif dan psikomotor) dan penilaian produk (menilai aspek kognitif). Dengan melakukan penilaian seperti itu, maka dapat mempermudah seorang guru dalam mengikuti perkembangan setiap peserta didik secara lebih baik. SMA N. 6 Kupang merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang sekarang ini menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan hasil observasi awal diperoleh bahwa, SMA N. 6 Kupang, Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya pada mata pelajaran fisika untuk setiap peserta didik adalah 76. Kondisi riil lain yang ditemukan selama melaksanakan observasi di SMA N. 6 Kupang adalah seorang guru hanya menggunakan model pembelajaran langsung dalam proses pembelajaran sehingga membuat peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, penjelasan materi dari guru yang terlalu cepat yang membuat peserta didik kurang memahami materi yang di ajarkan. Selain masalah yang bersumber dari guru, terdapat juga masalah lain yang menghambat proses pembelajaran. Masalah tersebut yakni berasal dari peserta didik dimana kurangnya partisipasi aktif dalam pembelajaran, hanya ada peserta didik tertentu yang aktif, terdapat beberapa peserta didik yang membuat keributan dalam proses pembelajaran berlangsung, peserta didik kurang melakukan eksperimen sehingga pada saat ada eksperimen, peserta didik merasa hal tersebut sebagai sesuatu yang baru bagi mereka, dan kurangnya kerja sama antar peserta didik dalam proses pembelajaran. Adapun masalah lain yang ditemukan dalam observasi ini yakni media pembelajaran berupa alat-alat praktikum yang tersedia pada laboratorium belum lengkap. Hal ini sudah pasti menjadi suatu masalah

yang perlu diatasi dalam suatu proses pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran, bukan hanya proses penyampaian informasi kepada peserta didik melainkan juga bagaimana proses yang dilakukan oleh seorang guru agar peserta didik mampu berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan berbagai macam kegiatan yang sesuai, sehingga kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik dapat terwujudkan. Untuk itu, guru dapat memilih dan menentukan model, pendekatan, dan metode yang disesuaikan dengan kemampuan, keadaan peserta didik serta keadaan sarana dan prasarana sebagai penunjang proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah model kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai atau tuntas jika salah satu siswa dalam kelompok belum menguasi bahan pelajaran. Pengelompokkan siswa ditetapkan berdasarkan beberapa pendekatan diantaranya, pengelompokkan yang didasarkan atas minat dan bakat siswa, latar belakang kemampuan, campuran dan kemampuan siswa (Isjoni, 2013 ; 28). Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.

Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang sangat menunjang perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang sangat global dewasa ini. Di sekolah, pelajaran Fisika diajarkan bukan hanya dengan mengetahui konsep-konsep saja tetapi dengan tujuan lain yakni untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat menerapkan konsep-konsep Fisika yang telah didapatkan dalam kehidupan sehari-hari dengan melakukan pengamatan, eksperimen, berdiskusi, dan mengambil kesimpulan dari kegiatan-kegiatan tersebut. Dengan melakukan pengamatan, eksperimen dan berdiskusi, peserta didik dapat menemukan, dan mengaplikasikan konsep-konsep Fisika dalam kehidupan nyata sehari-hari. Fluida Statis merupakan salah satu materi pokok pada mata pelajaran fisika yang diajarkan pada kelas XI semester genap berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sering dijumpai masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan erat dengan materi fluida statis (tak bergerak), misalnya mengapa kapal laut yang terbuat dari besi dapat mengapung di permukaan laut, mengapa makin dalam menyelam makin besar tekanannya, serta banyak peristiwa alam lainnya yang masih dapat kita temukan. Sehingga dari pembelajaran ini diharapkan peserta didik dapat memecahkan masalah, menemukan konsep dan lebih memahami serta mampu menerapkan konsep fluida statis dalam kehidupang sehari-hari. Dalam upaya menanamkan konsep, misalnya konsep Fisika pokok bahasan Fluida Statis pada peserta didik tidak cukup hanya sekedar ceramah. Pembelajaran akan lebih bermakna jika peserta didik diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan melakukan proses kerja ilmiah dibawah bimbingan guru. Oleh karena itu, dalam melaksanakan proses pembelajaran yakni pada materi fluida statis sangat dibutuhkan metode/ model/ pendekatan

pembelajaran yang menekankan pada pada kemampuan dan keterampilan peserta didik (proses kerja ilmiah). Model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan materi Fluida Statis adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Hal ini didukung oleh peneliti sebelumnya yaitu Flavianus Ledjab yang menyimpulkan bahwa secara umum penerapan model pembelajaran kooperatif tipen STAD adalah baik untuk materi pokok fluida statis pada peserta didik kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang yang berjumlah 26 peserta didik. Untuk hasil belajar peserta didik kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kupang dalam kegiatan pembelajaran fisika dan materi pokok fluida statis dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang terdiri dari 36 peserta didik secara keseluruhan tuntas dan terjadi peningkatan proporsi jawaban benar untuk THB produk dari 0,29 menjadi 0,87 dengan peningkatan sebesar 0,58. Peserta didik juga mencapai ketuntasan belajarnya pada aspek afektif dan aspek psikomotor dengan proporsi masingmasing 0,82 dan 0,93. Berdasarkan uraian singkat diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Materi Pokok Fluida Statis Pada Peserta Didik Kelas XI IPA 3 Semester Genap SMA Negeri 6 Kupang Tahun Ajaran 2015/2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah hasil penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) materi pokok Fluida Statis pada peserta didik Kelas XI IPA 3 Semester Genap SMA N. 6 Kupang Tahun Ajaran 2015/2016? Secara terperinci perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Kemampuan Guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Koperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) materi pokok Fluida Statis pada peserta didik Kelas XI IPA 3 Semester Genap SMA N. 6 Kupang Tahun Ajaran 2015/2016? 2. Bagaimana keterampilan kooperatif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran materi pokok Fluida Statis dengan menerapkan Model Pembelajaran Koperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada peserta didik kelas XI IPA 3 Semester Genap SMA N. 6 Kupang Tahun Ajaran 2015/2016? 3. Bagaimana ketuntasan indikator hasil belajar peserta didik dalam kegiatan pembelajaran materi pokok Fluida Statis dengan menerapkan Model Pembelajaran Koperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada peserta didik kelas XI IPA 3 Semester Genap SMA N. 6 Kupang Tahun Ajaran 2015/2016? 4. Bagaimana ketuntasan hasil belajar peserta didik dalam kegiatan pembelajaran materi pokok Fluida Statis dengan menerapkan Model Pembelajaran Koperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada peserta didik kelas XI IPA 3 Semester Genap SMA N. 6 Kupang Tahun Ajaran 2015/2016? 5. Bagaimana respon peserta didik terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran materi pokok Fluida Statis dengan menerapkan Model Pembelajaran Koperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada peserta didik kelas XI IPA 3 Semester Genap SMA N. 6 Kupang Tahun Ajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Mendeskripsikan Hasil Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Student Teams Achievement Division (STAD) materi pokok Fluida Statis pada peserta didik Kelas XI IPA 3 SMA N. 6 Kupang Tahun Ajaran 2015/2016? Secara terperinci tujuan dalam penilitian ini adalah untuk: 1. Mendeskripsikan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran materi pokok pokok Fluida Statis dengan menerapkan Model Pembelajaran Koperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada peserta didik kelas XI IPA 3 Semester Genap SMA N. 6 Kupang Tahun Ajaran 2015/2016? 2. Mendeskripsikan keterampilan kooperatif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran materi pokok Fluida Statis dengan menerapkan Model Pembelajaran Koperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada peserta didik kelas XI IPA 3 Semester Genap SMA N. 6 Kupang Tahun Ajaran 2015/2016? 3. Mendeskripsikan ketuntasan indikator hasil belajar peserta didik dalam kegiatan pembelajaran materi pokok Fluida Statis dengan menerapkan Model Pembelajaran Koperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada peserta didik kelas XI IPA 3 Semester Genap SMA N. 6 Kupang Tahun Ajaran 2015/2016? 4. Mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar peserta didik dalam kegiatan pembelajaran materi pokok Fluida Statis dengan menerapkan Model Pembelajaran Koperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada peserta didik kelas XI IPA 3 Semester Genap SMA N. 6 Kupang Tahun Ajaran 2015/2016? 5. Mendeskripsikan respon peserta didik terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran materi pokok Fluida Statis dengan menerapkan Model Pembelajaran Koperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada peserta didik kelas XI IPA 3 Semester Genap SMA N. 6 Kupang Tahun Ajaran 2015/2016?

D. Manfaat Penelitian Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Bagi peserta didik a. Meningkatkan semangat belajar b. Meningkatkan peran aktif dalam proses pembelajaran c. Meningkatkan hasil belajar 2. Bagi guru a. Sebagai bahan refleksi dalam memilih model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. b. Sebagai bahan refleksi mengenai masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam proses pembelajaran. 3. Bagi peneliti Agar memiliki pengetahuan yang luas mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan memliliki keterampilan untuk menerapkannya khususnya dalam pembelajaran Fisika. 4. Bagi Sekolah Memberikan masukan bagi sekolah dalam rangka memperbaiki danmeningkatkan kegiatan pembelajaran yang selanjutnya dapat meningkatkan mutu sekolah. 5. Bagi LPTK Unwira

Bagi LPTK Unwira penelitian sangat bermanfaat dalam rangka perbaikan sistem pembelajaran. Terlebih, Universitas ini memilki tugas menghasilkan calon-calon guru profesional di masa depan dan dapat dijadikan bahan masukan dalam mempersiapkan calon guru pada saat ini dan juga sebagai pengembangan keilmuan khususnya masalah pembelajaran. E. Pembatasan Penelitian Adapun pembatasan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada materi pokok Fluida Statis 2. Ruang lingkup penelitian hanya pada subjek peserta didik kelas XI IPA 3 SMA N. 6 Kupang dan guru dalam hal ini peneliti itu sendiri. F. Asumsi Penelitian Adapun asumsi dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Peserta didik sungguh-sungguh mengikuti proses pembelajaran dan mengerjakan semua tugas dengan baik. 2. Peserta didik mengikuti tes awal dan tes akhir yang diberikan secara perorangan dan dikerjakan tanpa dibantu dari pihak manapun, sehingga hasil yang diperoleh benar-benar mencerminkan kemampuan peserta didik. 3. Pengamat berlaku objektif dalam mengamati dan memberikan penilaian terhadap peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. 4. Peneliti berlaku objektif dalam memberikan penilaian terhadap setiap peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.

5. Peserta didik memberikan informasi secara jujur dan benar tentang proses pembelajaran dengan menjawab pertanyaan pada angket respon peserta didik. G. Pembatas Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang digunakan antara lain: 1. Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media dan evaluasi (Rohman dan Amri, 2013: 197). 2. Pembelajaran adalah sebuah kegiatan guru mengajar atau membimbing peserta didik menuju proses pendewasaan diri (Irham & Wiyani, 2013: 131). 3. Model Pembelajaran adalah strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar (Isjoni, 2013; 8). 4. Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang jumlah tiap anggotanya 4-6 orang siswa secara heterogen. Fluida Statis adalah fluida yang berada dalam fase tidak bergerak (diam).