BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif menjelaskan karakteristik dari masing-masing variabel yang terdapat dalam penelitian ini, baik variabel dependen maupun independen yang terdiri dari nilai minimum, maksimum, mean (rata-rata), dan standar deviasi, (Ghozali, 2011 : 19). Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation AS 45.0961.8346.355727.1880163 DOL 45 -.1362 7.2013 1.402560 1.4064530 ROA 45.0264.6572.179838.1630308 NDT 45.1029.8613.231249.1438653 SM 45.0473 2.4926.742760.5596515 Valid N (listwise) 45 Sumber : Data yang diolah dengan SPSS versi 19 a. Dari hasil data statistik deskriptif diatas, jumlah sampel yang digunakan sebanyak 45 dari 15 perusahaan selama periode dari tahun 2011-2013. b. Variabel assets structure (AS) memiliki nilai mean dan standar deviation masing-masing sebesar 0,355727 dan 0,1880163. 46
47 Menyatakan bahwa rata-rata perusahaan mampu mendapatkan aktiva tetap 35,57% dari keseluruhan total aset. Dimana nilai minimum sebesar 0,0961 terdapat pada PT.ROTI (Nippon Indosari Corporindo Tbk) pada tahun 2013, sedangkan nilai maksimum sebesar 0,8346 terdapat pada PT.DLTA (Delta Djakarta Tbk) pada tahun 2012. c. Variabel Business risk (DOL) memiliki nilai mean dan standar deviation masing-masing sebesar 1,402560 dan 1.4064530. Menyatakan bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki tingkat risiko bisnis yang sama. Dimana nilai minimum -0,1362 terdapat pada perusahaan PT.ICBP (PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk) pada tahun 2013, dan nilai maksimum 7,2013 terdapat pada perusahaan PT.KAEF (PT Kimia Farma (Persero) Tbk) pada tahun 2011. d. Variabel Stability of Sale (ROA) memiliki nilai mean dan standar deviation masing-masing sebesar 0,179838 dan 0,1630308. Menyatakan bahwa rata-rata perusahaan memiliki tingkat stabilitas penjualan sebesar 17,98%. Hal ini berarti kemampuan perusahaan untuk memaksimalkan penggunaan aset perusahaan dalam menghasilkan laba masih relatif rendah. Dimana nilai minimum terdapat sebesar 0,0264 pada PT. MBTO (PT Martina Berto Tbk) pada tahun 2013, sedangkan nilai maksimum 0,6572 terdapat pada perusahaan (PT Multi Bintang Indonesia Tbk) pada tahun 2013. e. Variabel Non debt tax shield (NDT) memiliki nilai mean dan standar deviation masing-masing sebesar 0,231249 dan 0,1438653.
48 Menyatakan bahwa rata-rata perusahaan memiliki pengurangan pajak bukan dari hutang sebesar 23%. Dimana nilai minimum sebesar 0,1029 terdapat pada perusahaan PT. AISA (PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk) pada tahun 2011, sedankan nilai maksimum 0.8613 terdapat pada perusahaan PT.DLTA (PT Delta Djakarta Tbk) pada tahun 2012. f. Variabel capital structure (DER) memiliki mean dan standar deviation masing-masing sebesar 0,742760 dan 0,5596515. Menyatakan bahwa rata-rata perusahaan memiliki hutang relatif rendah sebesar 0,742760 kali dari modal sendiri (ekuitas). Dimana nilai minimum sebesar 0,0473 terdapat pada perusahaan PT.DLTA (PT Delta Djakarta Tbk) pada tahun 2011, sedangkan nilai maksimum sebesar 2,4926 terdapat pada perusahaan PT.MLBI (PT Multi Bintang Indonesia Tbk) pada tahun 2012. 2. Uji Asumsi Klasik Untuk menguji hipotesis akan digunakan analisis regresi linear berganda. Namun demikian akan terlebih dahulu diuji mengenai ada tidaknya penyimpangan terhadap asumsi klasik yang diperlukan untuk mendapatkan model regresi yang baik. a. Uji Normalitas Untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini digunakan uji kolmogorov-smirnov. Uji normalitas bertujuan untuk menguji
49 apakah data yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Data yang baik adalah data yang mempunyai probabilitas diatas 0,05 dan data tersebut dapat dilihat pada table one kolmogorovsmirnov test pada nilai Asymp. Sig. (2-tailed). Tabel 4.2 Hasil Uji K-S One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 45 Normal Parameters a,b Mean.0000000 Std. Deviation.46421630 Most Extreme Differences Absolute.132 Positive.132 Negative -.066 Kolmogorov-Smirnov Z.887 Asymp. Sig. (2-tailed).411 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Data yang diolah dengan SPSS versi 19 Berdasarkan table 4.2 uji normalitas dengan Kolmogorov- Smirnov besarnya nilai Asym. Sig. (2-tailed) adalah 0,411 yang lebih besar dari α (0,05). Maka dapat disimpulkan data tersebut berdistribusi normal. b. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana diantara variabel bebas dalam model regresi terdapat korelasi yang signifikan.
50 Model regresi yang baik tidak mengandung multikolinearitas digunakan Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 10, maka tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas dalam regresi. Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Standardiz ed Unstandardized Coefficient Collinearity Coefficients s Statistics Toleran Model B Std. Error Beta T Sig. ce VIF 1 (Consta nt) Data Tabel 4.3 dapat dilihat dari kolom tolerance nilai dari variabel assets structure, business risk, stability of sale dan non debt tax shied > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas antara variabel bebas dalam model regresi. c. Uji Heteroskedastisitas.449.185 2.425.020 AS 1.369.451.460 3.035.004.749 1.336 DOL -.012.053 -.031 -.236.815.971 1.030 ROA 1.283.490.374 2.618.012.844 1.185 NDT -1.757.621 -.452-2.828.007.674 1.483 a. Dependent Variable: SM Sumber : Data yang diolah dengan SPSS versi 19 Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola-pola tertentu pada grafik scatterplot
51 antara SRESID dan ZPRED, nilai residual adalah Y dan nilai yang diprediksi X. Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui adanya penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik pada model regresi. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi Tabel 4.5 Sumber : Data yang diolah SPSS versi 19 Gambar 4.1 Berdasarkan grafik Scatterplot diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar diatas angka 0 pada sumbu Y, titik-titik data tidak mengumpul diatas atau dibawah saja. Sehingga dapat dikatakan model regresi terbebas dari uji asumsi klasik statistik heteroskedastisitas.
52 c. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi dilakukan untuk melihat sebuah model regresi apakah ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t (periode saat ini) dengan kesalahan pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model regresi yang baik bebas sari autokorelasi. Pendeteksian ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW-test). Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Model R R Square Model Summary b Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1.559 a.312.243.4868742 2.356 a. Predictors: (Constant), NDT, DOL, ROA, AS b. Dependent Variable: SM Sumber : Data yang diolah SPSS versi 19 Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai DW sebesar 2,356. Sedangkan nilai du diperoleh sebesar 1,7200 dan dl = 1,3357. Dengan demikian diperoleh bahwa nilaii DW = 2,356 berada diantara du yaitu 1,7200 dan 4 du yaitu 4 du = 2,2800. Dengan demikian menunjukkan bahwa model regresi tersebut berada pada daerah bebas autokorelasi.
53 3. Uji Kesesuaian Model a. Uji Koefisien determinasi (R2) Kekuatan pengaruh variabel bebas terhadap variasi variabel terikat dapat diketahui dari besarnya nilai koefisien determinasi (R 2 ) yang berada antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen. Hasil nilai adjusted R-Square dari regresi digunakan untuk mengetahui besarnya capital structure yang dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya. Tabel 4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model R R Square Model Summary b Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1.559 a.312.243.4868742 2.356 a. Predictors: (Constant), NDT, DOL, ROA, AS b. Dependent Variable: SM Sumber : Data yang diolah SPSS versi 19 Pada table 4.6 menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang ditunjukkan dari nilai adjusted R 2 sebesar 0,243. Hal ini berarti bahwa 24,3% variabel dependen yaitu capital structure dapat dijelaskan oleh empat variabel independen yaitu assets structure, business risk, stablility of sale dan non debt tax shield, sedangkan sisanya sebesar 75,7% capital structure dijelaskan oleh variabel
54 atau sebab-sebab lainnya diluar model. Model b. Uji Signifikan Simultan (Uji F) Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara serentak terhadap variabel dependen. 1 Regressio n Sum of Squares Tabel 4.6 Hasil Uji F ANOVA b Df Mean Square F Sig. 4.299 4 1.075 4.534.004 a Residual 9.482 40.237 Total 13.781 44 a. Predictors: (Constant), NDT, DOL, ROA, AS b. Dependent Variable: SM Sumber : Data yang diolah SPSS versi 19 Berdasarkan hasil uji F pada analisis regresi linear berganda, diketahui nilai F hitung sebesar 4,534 dengan nilai signifikan 0,004. Karena nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka disimpulkan variabel assets structure, bsiness risk, stability of sale dan non debt tax shiled secara simultan berpengaruh signifikan terhadap capital structure pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi periode tahun 2011-2013 yang terdaftar di BEI.
55 4. Uji Hipotesis a. Uji Parsial (uji statistik t) Untuk menguji keterkaitan antara variabel bebas secara parsial dengan variabel terkait, maka digunakan uji t statistik. Jika tingkat signifikan t hitung lebih kecil dari tingkatan signifikan α = 0,05, maka variabel tersebut mempunyai hubungan signifikan. Tabel 4.7 Hasil Uji t Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients Model 1 (Constant ) B Std. Error Beta T Sig..449.185 2.425.020 AS 1.369.451.460 3.035.004 DOL -.012.053 -.031 -.236.815 ROA 1.283.490.374 2.618.012 NDT -1.757.621 -.452-2.828.007 a. Dependent Variable: SM Sumber : Data yang diolah dengan SPSS versi 19 Berdasarkan data output dari SPSS maka diperoleh : 1) Variabel assets structure (AS) memiliki nilai t sebesar 3,035 dengan nilai signifikan 0,004 yaitu lebih kecil dari nilai probilitas 0,05. Dapat disimpulkan bahwa secara parsial
56 variabel assets structure berpengaruh positif terhadap variabel terikat yaitu capital structure. Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap yang relatif tinggi cenderung menggunakan pendanaan dari ekstern perusahaan (eksternal financing). Penelitian ini menyatakan bahwa assets structure (struktur aktiva) berpengaruh terhadap capital structure pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013, dengan demikian hipotesis H A1 diterima. 2) Variabel business risk ( DOL ) memiliki nilai t sebesar -0,236 dengan niai signifikan sebesar 0,815 yaitu lebih besar dari nilai probabilitas 0,05. Dapat disimpulkan bahwa secara parsial business risk (risiko bisnis) tidak berpengaruh terhadap capital structure. Perusahaan yang memiliki tingkat risiko bisnis yang tinggi menyebabkan perusahaan sulit untuk mendapatkan pendanaan karena sulit untuk mengembalikan biaya pendanaan tersebut, dan cenderung memiliki struktur modal yang rendah. Penelitian ini menyatakann bahwa business risk tidak berpengaruh terhadap capital structure pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi pada tahun 2011-2013, dengan demikian hipotesis H A2 ditolak. 3) Variabel stability of sale ( ROA ) memiliki nilai t sebesar 2,618 dengan nilai signifikan 0,012 yaitu lebih kecil dari nilai
57 probabilitas 0,05. Dari data tersebut disimpulkan bahwa secara parsial stability of sale berpengaruh terhadap capital structure. Perusahaan yang memiliki tingat penjualan yang relatif stabil maka perusahaan cenderung merasa akan aman untuk menggunkan hutang yang relatif lebih tinggi. Penelitian ini menyatakan bahwa oleh stability of sale berpengaruh terhadap capital structure pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi pada tahun 2011-2013, dengan demikian hipotesis H A3 diterima. 4) Variabel non debt tax shield ( NDT ) memiliki nilai t sebesar - 2,828 dengan nilai signifikan sebesar 0,007 lebih kecil dari nilai probabilitasnya. Oleh karena itu penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara parsial non debt tax shield berpengaruh negatif terhadap capital structure. Perusahaan dengan non debt tax shield yang besar akan memilih sedikit menggunakan hutang. Penelitian ini menyatakan non debt tax shileld berpengaruh terhadap capital structure pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi pada tahun 2011-2013, dengan demikian hipotesis H A4 diterima. b. Analisis Regresi Linier Berganda Regresi linier berganda adalah metode regresi yang dipakai terhadap penelitian yang memiliki variabel lebih dari satu. Dari perhitungan SPSS dapat ditentukan nilai koefisien a
58 dan b. Berikut hasil output data yang diolah menggunakan SPSS versi 19 : Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefficients a Standardiz ed Unstandardized Coefficient Coefficients s Model B Std. Error Beta T Sig. 1 (Consta nt).449.185 2.425.020 AS 1.369.451.460 3.035.004 DOL -.012.053 -.031 -.236.815 ROA 1.283.490.374 2.618.012 NDT -1.757.621 -.452-2.828.007 a. Dependent Variable: SM Sumber : Data yang diolah SPSS versi 19 Analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda yaitu sebagai berikut : Y = α + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4 + е Capital Structure = 0,449 + 1,369 (AS) -0,012 (DOL) + 1,283 (ROA ) -1,757 (NDT) Dimana :
59 Y X1 X2 X3 X4 = Capital Sstructure = Assets Structure = Business Risk = Stability of Sale = Non Debt Tax Shields β1,β2,β3,β4 = Koefisien persamaan regresi е = Kesalahan gangguan Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Konstanta (a) Konstanta sebesar 0,449 artinya jika variabel independen yaitu assets structure (X 1 ), business risk (X 2 ), stability of sale (X 3 ) dan non debt tax shiled (X 4 ) perusahaan nilainya sama dengan 0, maka truktur modal (Y) nilainya adalah 0,449. 2. Koefisien Regresi (b) a. Koefisien regresi variabel assets structure (X 1 ) sebesar 1,369 artinya pada variabel assets structure terdapat pengaruh positif dengan struktur modal. Hal ini menunjukkan setiap kenaikan 1 persen dari struktur aktiva (assets structure) menyebabkan kenaikan capital structure sebesar 1,369. b. Koefisien regresi variabel business risk ( X 2 ) sebesar
60-0,012 artinya pada variabel business risk (risiko bisnis) terdapat pengaruh negatif terhadap capital structure. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan sebesar 1 persen dari variabel risiko bisnis akan menyebabkan penurunan capital structure sebesar -0,012. c. Koefisien regresi variabel stability of sale (X 3 ) sebesar 1,283 artinya pada variabel stability of sale (stabilitas penjualan) terdapat pengaruh positif terhadap capital structure. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 persen dari stabilitas penjualan maka akan menyebabkan kenaikan capital structure sebesar 1,283. d. Koeefisien regresi variabel non debt tax shield (X 4 ) sebesar -1,757 artinya pada variabel non debt tax shield terdapat pengaruh negatif terhadap capital structure. Hal ini menunjukkan bahwa jika variabel non debt tas shield mengalami kenaikan sebesar 1 persen maka akan mengurangi capital structure sebesar -1,757.
61 B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada hasil pengolahan data, yang terkait dengan judul, permasalahan, dan hipotesis penelitian, maka dalam penelitian ini ada beberapa hal yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pengaruh Assets Structure (AS) Terhadap Capital Structure (X 1 ) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa assets structure (struktur aktiva) adalah positif signifikan terhadap capital structure. Kondisi ini menunjukkan bahwa assets structure suatu perusahaan dapat dijadikan pertimbangan oleh perusahaan dalam pengambilan keputusan mengenai pendanaan. Perusahaan yang memiliki tingkat aktiva tetap yang besar akan cenderung lebih mudah mendapatkan pendanaan dari kreditor karena aktiva tetap dianggap sebagai jaminan. Perusahaan dengan struktur aktiva tetap yang tinggi dapat menjadikan hutang sebagai alternatif yang pertama untuk mendapatka pendanaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuniati (2011), Arif (2013), dan Ririn dan Iin (2011) yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa assets structure memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Sebaliknya, hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Seftianne dan Handayani (2011), dan Yolanda (2013) yang dalam penelitiannya
62 menyatakan bahwa assets structure tidak berpengaruh terhadap struktur modal. 2. Pengaruh Business Risk Terhadap Capital Structure (X 2 ) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa businiss risk adalah negatif tidak signifikan terhadap capital structure. Dapat dikatakan bahwa business risk tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hal tersebut dimungkinkan karena indikator dalam risiko bisnis yang digunakan adalah variabilitas dari laba operasi, sedangkan risiko bisnis yang dihadapi suatu perusahaan sulit untuk diukur dan ditentukan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Julianto (2013), dan Seftianne dan handayani (2011) yang menyatakan bahwa risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hal ini dikarenakan investor lebih memiliki risk seeker akan tertarik dengan perusahaan yang memiliki risiko yang tinggi dikarenakan mereka beranggapan bahwa jika risiko tinggi maka return yang mereka dapatkan akan semakin tinggi. Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Linda dan Aan (2013) menyatakan bahwa risiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal. 3. Pengaruh Stability of Sale Terhadap Capital Structure (X 3 ) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Stability of Sale adalah positif signifikan terhadap capital structure. Kondisi ini
63 menunjukkan bahwa stabilitas penjualan memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Perusahaan yang memiliki tingkat penjualan yang relatif stabil akan lebih aman untuk menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan. Widy (2013) menyatakan bahwa tingkat stabilitas penjualan suatu perusahaan semakin baik maka tingkat laba yang diperoleh akan semakin baik pula, sehingga akan mempermudah manajemen dalam menentukan keputusan pendanaan. Menurut pecking order theory pihak manajemen akan memilih sumber pendanaan berasal dari internal perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widy (2013) dan Abidah (2013) yang menyatakan bahwa stabilitas penjualan berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian Ririn dan Iin (2011) yang menyatakan bahwa stabilitas penjualan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. 4. Pengaruh Non debt tax shiled Terhadap Capital Structure (X 4 ) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa non debt tax shield adalah negatif signifikan terhadap capital structure. Kondisi ini menunjukkan bahwa non debt tax shield berpengaruh terhadap struktur modal. Perusahaan dengan non debt tax shield tinggi maka pihak manajemen akan lebih memilih untuk mengurangi sumber pendanaan yang berasal dari ekstern perusahaan.
64 Teori Modigliani & Miller menyatakan bahwa struktur modal yang optimal adalah keseimbangan antara manfaat pajak dari hutang dan biaya-biaya yang berhubungan dengan keseimbangan. Teori yang dikenal dengan Trade off Model menjelaskan bahwa bila perusahaan menggunakan leverage maka perusahaan akan memperoleh keuntungan berupa penghematan pajak (tax shield). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jemi (2013) yang menyatakan bahwa non debt tax shiled berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal, sedangkan penelitian ini berbanding terbalik dengan peneliatian Ayunda (2013), Margaretha dan Ramadhan (2010), Murhadi (2011), dan Nadeem dan Wang (2011) yang menyatakan bahwa non debt tax shield tidak berpengaruh terhadap struktur modal.