Siah Khosyi ah, Wakaf & Hibah, Pustaka Setia, Bandung, 2010, hlm.12.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Manajemen Aset Wakaf Jumat, 01 November :16

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN WAKAF UANG DI BAITUL MAAL HIDAYATULLAH SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. masjid Quba sebagai wakaf pertama, kemudian beliau membangun masjid Nabawi

BAB I PENDAHULUAN. bagi umat manusia seperti yang disebutkan dalam Al-Qur an, Sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.


BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

PENDAHULUAN. Belakangan ini di Indonesia muncul berita yang mengejutkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW bersabda, apabila manusia meninggal dunia, maka

BAB I PENDAHULUAN. pengabdian badan, seperti shalat, puasa atau juga melalui bentuk pengabdian berupa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang

MANFAAT DAN HAMBATAN DALAM PENGELOLAAN WAKAF UANG * Oleh Drs. H. Asrori, S.H., M.H

BAB IV PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pemberdayaan Ekonomi Pondok Pesantren Al-Fatah terhadap. 1. Kontribusi dari Koperasi Pondok Pesantren Al-Fatah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan praktik Lembaga Keuangan Syariah, baik dalam lingkup

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA WAKAF MASJID DAN WAKAF QUR AN DI YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi kerja pada manusia serta menurunkan Islam untuk membuka mata

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

BAB I PENDAHULUAN. tahan lama (zatnya) kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf), baik berupa

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. dengan sesama manusia atau hablun minannas. Hubungan manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. manusia disebut sebagai makhluk sosial. Islam mengajarkan kita untuk saling

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TEORI WAKAF TUNAI

BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar

BAB I PENDAHULUAN. benda tapi tidak sampai batas nisab zakat, namun ada pula yang tidak memiliki harta

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

Sambutan Presiden RI pada Pencanangan Gerakan Nasional Wakaf Uang, 8 Januari 2010 Jumat, 08 Januari 2010

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. hlm Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, bumi aksara, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. para pemeluknya. Keduanya disebut dengan dua kalimat hablum minallah wa

BAB IV ANALISIS WAKAF UANG DI KSPPS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG BABAT

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

RESUME TESIS WAKAF DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM (Study Naratif Wakaf Produktif dan Pengembangannya melalui Investasi)

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama samawi terakhir. Berdasarkan tinjauan historis, ia

PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nur S. Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktik, Jakarta: Aufa Media, 2012, h. 4

BAB I PENDAHULUAN Gambar 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Kota Bandung Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. Searah dengan perubahan zaman, perubahan tata ekonomi dan. produktif untuk memberdayakan perekonomian masyarakat.

BAB IV ANALISIS FAKTOR MINAT MASYARAKAT MENJADI MUZAKKI DI LAZ MASJID AL AKBAR SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. banyak pihak yang meyakini bahwa usaha kecil menengah (UKM) mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. yang fitrah. Sedangkan universalitas Islam menunjukkan bahwa Islam merupakan

BAB I PENDAHULUAN. shalat dan puasa. Namun ada juga yang berdampak secara sosial, seperti halnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Baitul Mal wa Tamwil atau di singkat BMT adalah lembaga. yang ada pada Alquran dan Hadist. Sesuai dengan namanya yaitu baitul

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu kewajiban yang bersifat dogmatis dan hanya mengandung

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

Manajemen Wakaf Produktif: Studi Analisis Pada Baitul Mal Di Kabupaten Kudus

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

BAB III WAKAF HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM PASAL 16 UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam. Kewajiban mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wakaf merupakan perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang merupakan jasa keuangan syariah yang

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah merupakan suatu kegiatan atau usaha yang di lakukan kaum

BAB I PENDAHULUAN. Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat, Zikrul Hakim Jakarta, 2005, hlm. 24

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti zakat, infak, shadaqah, hibah, dan wakaf. Lembaga-lembaga ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

TATA CARA DAN PENGELOLAAN WAKAF UANG DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Bila saat ini kaum muslimin sudah faham tentang kewajiban sholat dan

BAB I PENDAHULUAN. maksimal dengan melihat kualitas dan kuantitas pekerjaan mereka. karena Allah SWT. Dengan bekerja, individu bisa memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Yayasan merupakan salah satu bentuk organisasi kemasyarakatan yang

MAKALAH MANAJEMEN BISNIS SYARI AH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. kajiannya. Lebaga ini berdiri berdasarkan SK Rektor No.Un.3/Kp.07.6/104/2007 tanggal

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat dalam rangka ibadah ijtima iyah (ibadah sosial). kepada Allah SWT dan ikhlas karena mencari ridho-nya.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. jangan beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu. Dan juga Ibn. Abbas r.a dalam Laroche (1996) mengatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. tertentu yang berupa ajakan, seruan dan sebagai pemberi peringatan dengan

BAB IV ANALISIS PERWAKAFAN DI KJKS BMT AL-FATTAH PATI. A. Praktek Perwakafan Uang di KJKS BMT AL-FATTAH Pati

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Islam telah mengajarkan kepada pemeluknya untuk berusaha mendapatkan kehidupan yang baik di dunia maupun di akhirat agar dapat tercapai kesejahteraan dunia akhirat. Karenanya tidak berlebihan jika agama Islam juga dapat dikatakan sebagai agama pemberdayaan, yang berupaya memberdayakan pemeluknya untuk dapat hidup yang seimbang antara kebutuhan duniawi ukhrawi. Untuk memperolehnya, perlu aya pemberdayaan yang sejalan dengan paradigma Islam sendiri sebagai agama gerakan atau perubahan, bahkan sebagai kekuatan pembebas (liberating force) terutama dari ketertinggalan ketertindasan ekonomi.1 Serta penguasaan harta oleh sekelompok orang yang akan melahirkan eksploitasi kelompok minoritas orang kaya terhadap mayoritas orang miskin yang akan menimbulkan kegoncangan sosial menjadi penyakit masyarakat yang memiliki akibat negatif yang beragam. Harta tidak hanya untuk dinikmati sendiri, tetapi harus dinikmati bersama, ini tidak berarti bahwa ajaran Islam melarang orang untuk kaya raya, tetapi suatu peringatan kepada manusia bahwa Islam mengajarkan fungsi sosial harta.2 Berbagai cara yang digunakan untuk meminimalisir kesenjangan ekonomi yaitu dengan memaksimalkan peran lembaga pemberdayaaan ekonomi Islam seperti zakat, infak, sedekah wakaf. Yang merupakan lembaga finansial yang ikut membantu pemerintah dalam mengatur membangun perekonomian umat yaitu menanggulangi inflasi, mendorong pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan pekerjaan, infrastruktur pembangungan meningkat. Pemanfaatan harta wakaf sangat dianjurkan dalam agama Islam, karena merupakan perbuatan baik yang pahalanya tidak terputus-putus diterima oleh wakif selama barang yang diwakafkan tidak musnah terus dimanfaatkan 1 Dian Iskandar Jaelani, Pemberdayaan Ekonomi Umat Dalam Perspektif Islam (Sebuah Upaya Dan Strategi), 19 Eksyar, Jurnal, Volume 01, Nomor 01, Maret 2014, hlm.18. 2 Siah Khosyi ah, Wakaf & Hibah, Pustaka Setia, Bandung, 2010, hlm.12. 1

2 oleh umat, sepanjang sejarah Islam Wakaf merupakan sarana modal yang sangat penting dalam memajukan perkembangan keagamaan kemasyarakatan, khususnya bagi umat Islam dalam rangka mencapai kesejahteraan ekonomi maupun spiritual, menuju masyarakat adil makmur baldatun thoyyibatun warabbun ghafur.3 Praktek perwakafan sebenarnya telah mengakar menjadi tradisi pada masa Nabi para Sahabat Rasul, mereka melakukan ibadah dengan tulus ikhlas semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah Swt dengan mewakafkan sebagian harta miliknya. Hal ini tersirat dalam sejarah wakaf shahabat Umar bin Khathab ra ketika menginginkan kebaikan dunia akhirat atas harta bernilainya. Demikian juga Ustman bin Affan orang yang mewakafkan sebuah sumur yang sebelumnya dimiliki oleh seorang Yahudi. Sumur itu terletak di sebuah daerah di Madinah dikenal dengan nama Sumur Rumah (bi r rumah). Setiap orang yang ingin mengambil air dari sumur itu, karena pada saat itu sumur tersebutlah yang mengeluarkan sumber mata air masyarakat harus membayar dengan sejumlah harga tertentu kepada Si Yahudi. Karena melihat betapa pentingnya sumur itu, Nabi lantas menjanjikan bahwa siapapun yang bisa membeli sumur itu mewakafkannya untuk masyarakat luas, maka ia akan memperoleh ganjaran di surga, akhirnya membeli sumur itu lantas mewakafkannya. Dengan demikian, setiap orang tidak perlu lagi membayar jika hendak mengambil air dari sumur tersebut.4 Peran Wakaf Produktif merupakan ikhtiar untuk memberdayakan ekonomi umat, salah satu lembaga keuangan Islam sebagai pesan keagamaan harus menekankan solidaritas sesama manusia, persaudaraan, kesamaan nasib sebagai makhluk Allah Swt kesamaan tujuan dalam menyembah-nya. 3 Departemen Agama RI (ed), Perkembangan Wakaf di Indonesia, Proyek Peningkatan Zakat Wakaf,, Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Jakarta, 2003, hlm.1. 4 Muhammad bin Ismail Abu Abdullah Al-Bukhari Al-Ja fi, Al-Jami Shahih almukhtashar, ed. Mushtafa Dib al-bigha, Beirut, Dar Ibn Kasir, juz 3, 1987, hlm. 1021.

3 Salah satu manifestasinya adalah melalui lembaga keuangan ekonomi dengan tujuan membantu sesama manusia sesama umat beriman.5 Peruntukan wakaf di Indonesia kurang mengarah pada pemberdayaan ekonomi umat cenderung pada kegiatan ibadah yang lazim seperti untuk masjid, mushola, sekolah madrasah, pondok pesantren, makam. Semuanya karena dipengaruhi keterbatasan pemahaman tentang wakaf, sehingga dapat dikatakan bahwa di Indonesia saat ini potensi wakaf sebagai sarana berbuat kebajikan bagi kepentingan umat belum dikelola dapat didayagunakan secara maksimāl dalam ruang lingkup nasional. Menurut Data Departemen Agama Tahun 2010 jumlah seluruh tanah wakaf di Indonesia sebanyak 414.848 lokasi dengan luas 2.171.041.349.M2 yang mayoritas belum dikelola secara produktif belum menjadi sumber ekonomi. Ini merupakan tantangan untuk memfungsikan harta wakaf tersebut secara maksimal sehingga tanah-tanah tersebut mampu mensejahterakan umat Islam membangun peradaban di Indonesia sesuai dengan fungsi tujuan ajaran wakaf yang sebenarnya.6 Manajemen pengelolaan wakaf menempati posisi teratas paling urgen dalam mengelola harta wakaf. Karena wakaf itu bermanfaat atau tidak, berkembang atau tidak tergantung pada pola pengelolaan.pengelolaan wakaf yang ada sekarang ini, banyak sekali kita temukan harta wakaf yang tidak berkembang.7oleh karena itu Asas profesionalitas manajemen ini harus dijadikan semangat pengelolaan harta wakaf dalam rangka mengambil kemanfaatan yang lebih luas lebih nyata untuk kepentingan masyarakat banyak, karena kepercayaan profesionalitas manajemen mengelola wakaf menjadi prasarat penting dalam lembaga-lembaga ziswah,8 5 Achmad Djunidi Dan Thobieb Al-Asyar, Menuju Era Wakaf Produktif, Mumtaz Publishing, Jakarta, hlm. 10. 6 Departemen Agama RI (ed), Perkembangan Pengelolaan Wakaf Di Indonesia (proyek peningkatan pemberdayaan wakaf), Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2011, hlm. 60. 7 Departemen Agama RI (ed), Paradigma Wakaf di Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Jakarta, 2007, hlm.105-106. 8 Asep Saepudin Jahar, Masa Depan Filantropi Di Indonesia, Jurnal, Annual Conference On Islamic Studies Ke 10, Banjarmasin, 1-4 November 2010, hlm. 683.

4 Sekarang lembaga yang dipercaya untuk mengelola mendistribusikan hasil wakaf adalah lembaga keuangan syariah Menurut UU. 44/2004 bab II Pasal 2 menyebutkan bahwa wakif dapat mewakafkan benda bergerak secara wakaf produktif berupa uang melalui lembaga keuangan Syari ah yang ditunjuk oleh Menteri. Peraturan tersebut sepertinya memberikan arahan bahwa kelak pengelolaan wakaf lebih banyak diserahkan kepada LKS, meskipun peraturan tersebut tidak menutup kemungkinan aya lembaga selain LKS dipercaya oleh wakif untuk mengelola wakaf tunai yang merupakan salah satu wakaf produktif.9selain lembaga keuangan syariah. Baitul Māl pada masa lampau berperan dalam mengelola harta kaum muslimin yang tidak jelas pemilik penerimanya. Tugas itu menyangkut pemasukan harta, pemeliharaan apa yang telah terkumpul pendistribusiannya kepada yang berhak menerimanya.10 Dalam hasil penelitian11 Abdurrohman Kasdi terkait wakaf produktif, di Universitas Al-Azhar mampu membiayai operasional pendidikannya karena mempunyai aset wakaf yang banyak, benda bergerak maupun tetap. Diantaranya, saham di beberapa perusahaan, di Bank properti, sertifikat investasi. Juga punya apartemen pemukiman yang disewakan kepada penduduk, Pengelolaan wakaf di Al-Azhar sangat produktif. Universitas ini mengatur rumah sakit milik universitas untuk umum. Gedung auditorium kampus juga dikomersialkan. Hasilnya lebih dari cukup untuk gaji dosen karyawan, juga a penelitian beasiswa akademik, Perguruan tinggi yang didirikan tahun 970 oleh khalifah Bani Fathimiyyah ini bisa membiayai sekolah dasar menengah, asrama mahasiswa, perpustakaan lembaga riset, selain operasional kampus Al-Azhar sendiri dengan segala kebutuhan internalnya. 9 Farida Wadjdy Dan Mursyid, Wakaf Dan Kesejahteraan Umat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007, hlm.171. 10 Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam I, PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, Jakarta, hlm.188. 11 Abdurrahman Kasdi, Model Pengelolaan Wakaf Produktif Untuk Pengembangan Pendidikan di Universitas Al-Azhar, Desertasi, IAIN Walisongo Semarang, 2012

5 Maesyaroh dalam penelitiannya manajemen a wakaf tunai untuk pengembangan lembaga pendidikan Islam di Baitul Māl Hidayatullah menunjang keberlangsungan lembaga pelaksanaan pendidikan tanpa harus tergantung pada anggaran pendidikan negara yang semakin lama semakin terbatas. Oleh karena itu dituntut aaya pengelolaan a yang profesional oleh naẓir selaku pengelola sehingga potensi wakaf tunai akan sangat penting dimanfaatkan secara optimal khususnya untuk pendidikan masyarakat luas.12 Segkan wakaf di Indonesia memiliki potensi, data sementara yang didapatkan penulis di kabupaten kudus secara geografi memiliki jumlah 9 kecamatan, 123 desa, serta 9 kelurahan, 710 rukun warga, 3.764 rukun tetangga, 420 dukuh atau lingkungan dengan luas wilayah tercatat sebesar 42.516 hektar terdiri dari 20.653 hektar (48.58%) lahan pertanian, 7.555 hektar (17.77%) adalah lahan pertanian bukan sawah, 14.308 hektar (33.65%) lahan bukan pertanian. Untuk luas dilihat dari lahan wakaf dari 846 masjid dengan luas 6.87.397 m2, mushola berjumlah 1494 dengan luas 4.91.343 m2,sekolahan berjumlah 566 dengan luas 4.08.597 m2, kuburan berjumlah 326 dengan luas 5.40.639 m2, segkan untuk sosial lainnya berjumlah 169 dengan luas 1.67.686 m2 dengan penduduk 8.21.136 jiwa.13 Melihat data di atas Baitul Māl Wa Tamwil Al Hikmah baru memiliki muwakif berjumlah 2799 dengan target 16 juta perbulan, Baitul Māl Hidayatullah memiliki jumlah muwakif 1000 dengan target 1000 Al-Quran berarti membutuhkan 60 juta dalam setiap penggalangan berlangsung hingga selesai Baitul Māl FKAM berjumlah 700 muwakif dengan target 10 juta perbulan, menjadikan angka tersebut bertambah berkurang tergantung pada tingkat manajemen produktivitas yang dilaksanakan lembaga. Oleh karena itu penelitian ini penting untuk dilakukan agar wakaf produktif 12 Maesyaroh, Manajemen Wakaf Tunai Untuk Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam (pada Baitul Mal Hidayatullah Cabang Malang), skripsi, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010. 13 Ba Pusat Statistik kabupaten kudus (ed), Kudus Dalam Angka, BPS, Kudus, 2015, hlm.285

6 memiliki kontribusi di masyarakat. Melihat tugas fungsinya Baitul Māl merupakan tempat menerima a titipan, a zakat, infak, sedekah wakaf serta mengoptimālkan fungsi peranannya untuk kemaslahatan umat dalam pendidikan, sosial ekonomi sesuai dengan peraturan amanahnya.14 Penelitian pengelolaan Baitul Māl terkait manajemen wakaf produktif di kudus belum ada yang meneliti sebelumnya sehingga Penulis ingin melakukan penelitian terkait dengan manajemen wakaf produktif pada Baitul Māl sebagai upaya membantu menyelesaikan problem sosial maupun ekonomi menuju kemaslahatan umat, maka penulis akan mengangkatnya menjadi judul tesis yang berjudul Manajemen Wakaf Produktif (Studi Analisis pada Baitul Māl di Kabupaten Kudus) B. Alasan Pemilihan Judul Alasan pemilihan judul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Wakaf merupakan produk umat Islam sejak masa Rasulullah SAW, keberadaannya mampu menjadikan umat Islam pada masa itu adil, makmur sejahtera. 2. Wakaf merupakan salah satu instrumen dalam membangun kehidupan sosial ekonomi umat Islam. 3. Manajemen merupakan hal yang wajib dimiliki dalam pengelolaan pengembangan wakaf produktif sehingga bentuk profesionalitas dapat terwujud dalam pelaksanaannya. 4. Baitul Māl merupakan wadah dalam menstabilkan ekonomi pada masa Rasulullah SAW, dalam masa modern memiliki kontribusi sebagai pemegang amanat dalam zakat, infak, sodaqoh wakaf. 5. Wakaf Produktif merupakan wujud pemberdayaan pengembangan harta wakaf. 14 M Amin Aziz, Pedoman Pendirian Bmt (Baitul Mal Wa Tamwil), Pinbuk Press, Jakarta, 2004, hlm.1.

7 6. Wakaf Produktif dapat membantu menyelesaikan problem sosial ekonomi menuju kemaslahatan umat. C. Fokus Penelitian Batasan masalah dalam penelitian disebut dengan fokus.15 Sesuai dengan judul peneliti dalam penelitian ini, maka penelitian ini hanya terbatas pada Batasan Masalah untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka penelitian ini akan difokuskan pada: 1. Manajemen penghimpunan dalam metode, strategi sasaran. 2. Manajemen pengembangan dalam meningkatkat kualitas SDM naẓir kualitas jumlah harta wakaf. 3. Manajemen pemanfaatan atau pendistribusian dalam memberikan hasil dari harta wakaf kepada masyarakat kontribusi wakaf produktif. 4. Manajemen pelaporan Wakaf Produktif bentuk pertanggungjawaban dari aktifitas naẓir dalam mengelola wakaf produktif. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahannya yang diungkapkan dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana Manajemen Penghimpunan Wakaf Produktif pada Baitul Māl di Kabupaten Kudus? 2. Bagaimana Manajemen Pengembangan Wakaf Produktif pada Baitul Māl di Kabupaten Kudus? 3. Bagaimana Manajemen pemanfaatan Wakaf Produktif pada Baitul Māl di Kabupaten Kudus? 4. Bagaimana Manajemen Pelaporan Wakaf Produktif pada Baitul Māl di Kabupaten Kudus? 15 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R & D, Alfabeta, Bandung, 2008, hlm.285.

8 E. Tujuan Penulisan Tesis Penulisan karya ilmiah ini maksud tujuan pokok yang ingin dicapai dalam pembahasan Wakaf produktif Baitul Māl di Kabupaten Kudus. Penulis merumuskan tujuan penulisan tesis, sebagai berikut : 1. Mengetahui menganalisis tentang manajemen Penghimpunan Wakaf Produktif pada Baitul Māl di Kabupaten Kudus. 2. Mengetahui menganalisis tentang manajemen pengembangan Wakaf Produktif pada Baitul Māl di Kabupaten Kudus. 3. Mengetahui menganalisis tentang manajemen Pemanfaatan hasil Wakaf Produktif pada Baitul Māl di Kabupaten Kudus 4. Mengetahui menganalisis pengetahuan tentang Pelaporan Wakaf pada Baitul Māl di Kabupaten Kudus. F. Manfaat Penelitian Adapun kegunaan penulisan adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis: Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan yang berkaitan manajemen pengimpunan, pengembangan, pemanfaatan pelaporan harta wakaf produktif. 2. Secara praktis: Untuk memberikan kontribusi pemikiran maupun wawasan pengetahuan mengenai manajemen pengimpunan, pengembangan, pemanfaatan pelaporan harta wakaf produktif kepada akademisi masyarakat serta naẓir. G. Sistematika Penulisan Tesis Untuk mempermudah pembahasan memperoleh gambaran tesis secara keseluruhan, maka penulis perlu sampaikan sistematika yaitu : Bab I Pendahuluan Dalam Bab Ini Penulis Mengemukakan; Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan manfaat Penulisan Tesis Sistematika Penulisan Tesis.

9 Bab II Tinjauan Umum Tentang Wakaf Merupakan landasan teori yang penulis gali dari data kepustakaan, yang memuat: Pengertian Manajemen, fungsi manajemen, Keterampilan dalam Manajemen, Optimālisasi Peran Naẓir, Transparansi Akuntabilitas Pengelolaan Wakaf, Tinjauan Umum Tentang Wakaf Produktif, Dasar Hukum Wakaf, Rukun Syarat Wakaf, Macam Macam Wakaf, Paradigma Transformasi Wakaf, Panduan Holistic Komprehensif Peranan Wakaf, Produktivitas Wakaf, Model Pengelolaan Wakaf Produktif, Potensi Wakaf Produktif, Pembentukan Kemitraan Usaha, Manajemen Perhimpunan Harta Wakaf, Manajemen Produksi, Manajemen Distribusi, Mananjemen Pelaporan, Pihak Yang Memerlukan Laporan Keuangan, Baitul Māl Wa Tamwil, Tinjauan Pustaka Terdahulu, Kerangka Pemikiran. Bab III Metode Penelitian Bab ini berupa Jenis Pendekatan Penelitian, Jenis Pendekatan Masalah, Sumber Data, Subjek Objek Penelitian, Instrumen Penelitian, Waktu Lokasi penelitian, Metode Pengumpulan Data, Uji Kredibilitas Data, Metode Pengelolahan Data Metode Analisis Data. Bab IV : Deskripsi Data Bab ini berisi tentang gambaran umum obyek penelitian deskripsi data analisa data terhadap implikasi penelitian. Bab VI : Penutup Bab ini berisi kesimpulan, saran, keterbatasan penelitian penutup.