BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. hasil perkembangan ilmu dan teknologi tersebut. Iklan terdiri dari dua

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

STRATEGI BERTINDAK TUTUR EKSPRESIF DI KALANGAN MASYARAKAT JAWA DALAM WACANA HAJATAN SKRIPSI

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah penerima informasi atau berita dari segala informasi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, ataupun alat pendapat. Alat

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk menjaga kesopanan dalam bertutur atau mengucapkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa disebut sebagai alat komunikasi terpenting manusia. yang harus ada dalam proses komunikasi, yaitu: (1) pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial antara orang satu dengan yang lainnya. Dalam. komunikasi dibutuhkan alat komunikasi agar hubungan antarmanusia

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah jalan yang efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Hubungan langsung akan terjadi sebuah percakapan antarindividu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai alat sosial, dan sebagai sarana mengekspresikan diri (2007:3). Dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat tuturan itu tejadi.

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Debat adalah perbincangan antara beberapa orang yang. membahas suatu masalah dan masing-masing mengemukakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Dalam komunikasikeberadaan bahasa pada dasarnya tidak dapat dipisahkan

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan, dan dalam bahasa Inggris secara umum diberi label yang lebih khusus, misalnya, permintaan maaf, keluhan, pujian, undangan, janji atau permohonan. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur merupakan gejala individual, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan berbahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam peristiwa tutur banyak dilihat pada tujuan peristiwanya dan pada tindak tutur dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Tindak tutur dan peristiwa tutur ini menjadi dua gejala yang terdapat pada satu proses, yakni proses komunikasi (Chaer, 2010: 27). Tindak tutur sebagai wujud peristiwa komunikasi bukanlah peristiwa yang terjadi dengan sendirinya, melainkan mempunyai fungsi, mengandung maksud, dan tujuan tertentu serta dapat menimbulkan pengaruh atau akibat pada mitra tutur. Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Tujuan tuturan tidak lain adalah maksud penutur mengucapkan sesuatu atau makna yang dimaksud penutur dengan mengucapkan sesuatu (Nadar, 1

2 2009: 7). Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak mungkin ada tuturan yang tidak mengungkapkan suatu tujuan. Searle (dalam Wijana, 1996: 17-20) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (ilocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act). Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak ilokusi adalah sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang mempunyai daya pengaruh (perlocutionary force) atau efek bagi yang mendengarkannya. Tindak tutur ilokusi dalam komunikasi pada suatu penelitian penting untuk diperhatikan. Wijana (1996: 19) menyatakan bahwa tindak ilokusi memberikan tantangan dalam penelitian kebahasaan, sebab tindak ilokusi sulit diidentifikasi karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan di mana tindak tutur itu terjadi, dan sebagainya. Dengan demikian, tindak ilokusi merupakan bagian sentral untuk memahami tindak tutur. Sehubungan dengan hal itu, Yule (2006: 92) membagi tindak tutur ilokusi menjadi lima kategori. 1. Deklaratif yaitu jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan.

3 2. Representatif yaitu jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan. 3. Ekspresif yaitu jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur jenis ini mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. 4. Direktif yaitu jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi, perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran. 5. Komisif yaitu jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak ilokusi ekspresif merupakan fokus yang dipilih pada penelitian ini. Pemilihan ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kalangan masyarakat Jawa di Desa Wonorejo, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar terdapat banyak tuturan yang berupa ungkapan perasaan para penutur yang terdapat di dalamnya. Searle (dalam Leech, 1993: 164) menyatakan bahwa tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi. Tindak tutur ini berfungsi untuk mengekspresikan perasaan dan sikap mengenai keadaan hubungan,

4 misalnya, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, memuji, mengucapkan belasungkawa, dan sebagainya. Tindak tutur ekspresif berisi ungkapan perasaan atau sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang sedang dialami mitra tutur. Hal ini dapat digambarkan pada contoh data (1) berikut ini. (1) Lokasi Percakapan : Acara Hajatan Pernikahan Penutur : Yoga Mitra Tutur : Pak Andriyas Yoga : Pak, kula wangsul rumiyin nggih. (Pak, saya pulang dulu ya.) Andriyas : Eh, Mas... Mas. (Eh, Mas... Mas.) Yoga : Emm... Pripun, Pak? (Emm... Bagaimana, Pak?) Andriyas : Niki dibeta mawon tasih kathah kok. (Ini dibawa saja masih banyak kok.) Yoga : Oh, matur nuwun nggih. (Oh, terima kasih ya.) (Data 1/ 13 November 2011) Konteks : Percakapan ini terjadi di acara hajatan pernikahan. Setelah merasa cukup lama menghadiri acara tersebut, Yoga hendak pulang bersama teman-temannya. Sebelum pulang, ia dipanggil oleh Pak Andriyas karena akan diberi beberapa tambahan makanan lagi. Percakapan pada contoh data (1) di atas, Yoga menuturkan tindak tutur ekspresif berterima kasih. Tindak tutur ekspresif berterima kasih terdapat pada tuturan Yoga yang mengatakan oh, matur nuwun nggih. Melalui tuturan tersebut, Yoga bermaksud ingin membalas kebaikan hati dari Pak Andriyas karena sudah memberi makanan lagi untuknya. Wajah Yoga pun spontan terlihat sangat senang ketika diberi makanan lagi karena ia masih belum merasa kenyang sewaktu makan di acara tersebut.

5 Merujuk pada contoh tuturan data (1) di atas dapat dinyatakan bahwa suatu tuturan dapat berisi ungkapan perasaan para penuturnya. Tuturan-tuturan yang mengandung ungkapan perasaan penuturnya banyak ditemukan di Desa Wonorejo, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Fenomena kebahasaan inilah yang mendorong peneliti untuk menjadikan Desa Wonorejo, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar sebagai objek penelitian ilmu pragmatik, khususnya tentang tindak tutur ekspresif. Penutur harus memperhatikan norma-norma sosial budaya dari bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi, seperti cara berbicara, jarak penutur dan lawan tutur, jenis kalimat atau ekspresi yang digunakan, kepada siapa, kekuatan suara, dan sebagainya. Jika hal ini tidak diperhatikan maka tidak tertutup kemungkinan terjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Masyarakat Jawa misalnya, berbicara dengan suara yang lembut merupakan keharusan dan jika berbicara dilakukan dengan suara keras, maka penutur dapat dikategorikan kurang atau tidak sopan. Strategi yang digunakan oleh penutur dalam berkomunikasi agar bisa berjalan dengan baik biasanya mempertimbangkan segi sopan santun berbahasa. Hal ini dimaksudkan untuk menjalin hubungan yang mesra dan demi keselamatan berkomunikasi. Kesopanan dalam suatu interaksi dapat didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk menunjukkan kesadaran tentang wajah orang lain. Dalam pengertian ini, kesopanan dapat disempurnakan dalam situasi kejauhan dan kedekatan sosial. Dengan

6 menunjukkan kesadaran untuk wajah orang lain ketika orang lain itu tampak jauh secara sosial sering dideskripsikan dalam kaitannya dengan keakraban, persahabatan, atau kesetiakawanan (Yule, 2006: 104-105). Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil judul penelitian Strategi Bertindak Tutur Ekspresif di Kalangan Masyarakat Jawa dalam Wacana Hajatan. B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah digunakan untuk mencegah adanya kekaburan masalah dan mengarahkan penelitian ini agar lebih intensif dan efisien dengan tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dibatasi pada masalah Strategi Bertindak Tutur Ekspresif di Kalangan Masyarakat Jawa dalam Wacana Hajatan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, ada dua masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini. 1. Bagaimanakah bentuk-bentuk tindak tutur ekspresif di kalangan masyarakat Jawa dalam wacana hajatan? 2. Strategi apa yang digunakan oleh kalangan masyarakat Jawa dalam wacana hajatan?

7 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah tersebut, ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. 1. Menemukan dan mendeskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur ekspresif di kalangan masyarakat Jawa dalam wacana hajatan. 2. Menemukan dan mendeskripsikan strategi yang digunakan oleh kalangan masyarakat Jawa dalam wacana hajatan. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap perkembangan ilmu bahasa dalam bidang pragmatik pada umumnya dan khususnya tentang kajian tindak tutur. 2. Manfaat Teoretis a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu bahan acuan yang sangat bermanfaat untuk berbagai kepentingan khususnya di bidang pragmatik. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan tentang pragmatik terutama kajian tindak tutur. b. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberi masukan bagi pihak-pihak yang mempunyai kaitan dengan masalah yang sedang dikaji dan menumbuhkan sikap kritis bagi penulis, dan siapa saja yang tertarik pada kajian serupa pada umumnya.

8 F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian diperlukan agar penulisan dapat dilakukan secara runtut dan sistematis. Sistematika dalam penulisan sangat penting karena dapat memberikan gambaran secara jelas mengenai langkah-langkah penelitian dan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini tersusun atas lima bab. Kelima bab itu adalah sebagai berikut. Bab pertama berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua berisi landasan atau acuan dalam sebuah penelitian kemudian didukung oleh teori-teori yang secara langsung berhubungan dengan masalah yang hendak diteliti. Selain itu, juga berisi gambaran secara jelas kerangka berpikir yang digunakan untuk mengkaji dan memahami masalah yang diteliti. Bab ketiga berisi metode penelitian yang terdiri dari tempat dan waktu penelitian, jenis dan strategi penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik dan instrumen pengumpulan data, teknik validitas data, dan teknik analisis data. Bab keempat berisi hasil analisis data. Dari analisis data ini akan didapatkan hasil penelitian yang akan menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam bab pertama.

9 Bab kelima merupakan simpulan. Berisi simpulan dari hasil penelitian dan dilanjutkan dengan saran dari penulis yang berhubungan dengan proses penelitian yang telah diselesaikan.