KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN KARBURATOR RACING TERHADAP KINERJA MOTOR 2-LANGKAH 150 CC Andriansyah Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Teknik Mesin. menggunakan alat uji percikan bunga api, dynotest, dan uji jalan.proses pengujian dapat dilihat dibawah ini.

PENGARUH PENGGUNAAN CDI PREDATOR DUAL MAP TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 110 CC TRANSMISI AUTOMATIC

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

PERNYATAAN. Yogyakarta, Andriansyah. iii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Teknik Mesin UMY

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA VARIASI UKURAN VENTURI KARBURATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR YAMAHA RX-KING 135cc

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISA VARIASI BENTUK JET NEEDLE KARBURATOR PADA MOTOR4 TAK 125 CC BERBAHAN BAKAR E 100 DENGAN SISTEM REMAPPING PENGAPIAN CDI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Gambar 4.1 Grafik perbandingan Daya dengan Variasi ECU Standar, ECU BRT (Efisiensi), ECU BRT (Performa), ECU BRT (Standar).

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin 2 langkah 135 cc dengan data sebagai berikut :


PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR HONDA BLADE 110 CC

PERNYATAAN. Yogyakarta Sugeng Pangestu

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN CDI RACING TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 110 CC TRANSMISI AUTOMATIC TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Teknik Mesin UMY 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Edi Sarwono, Toni Dwi Putra, Agus Suyatno (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal

Jurnal Teknik Mesin UMY 2017

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR INJEKSI ABSTRAK

Kata kunci : ECU BRT, Remot Juken, STD, Performa, Efesiensi.

BAB III METODE PENELITIAN

: Suzuki Satria F 150 cc. : 150 cc, 4 langkah, DOHC pendingin udara. : Cakram depan belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Temperatur ( C )

PERUBAHAN BENTUK THROTTLE VALVE KARBURATOR TERHADAP KINERJA ENGINE UNTUK 4 LANGKAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. t 1000

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART

BAB I PENDAHULUAN. (khususnya sepeda motor) berkembang. semakin pesat dewasa ini, yang juga diikuti oleh perkembangan

Pengaruh modifikasi diameter venturi dan pemasangan turbo cyclone terhadap daya mesin pada sepeda motor FIZR 2003

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi otomotif saat ini semakin pesat, hal ini didasari atas

Andik Irawan, Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. 4.1 Pengujian Torsi Mesin Motor Supra-X 125 cc

BAB III METODE PENELITIAN

PENGUJIAN STANDARD CAMSHAFT DAN AFTER MARKET CAMSHAFT TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH 110 CC

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang masuk melalui lubang intake dengan 7 variabel bukaan klep in saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR. DisusunOleh: MHD YAHYA NIM

Gambar 4.1 Grafik percobaan perbandingan Daya dengan Variasi ECU Standar, ECU BRT (Efisiensi), ECU BRT (Performa), ECU BRT (Standar).

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh variasi celah reed valve dan variasi ukuran pilot jet, main jet terhadap konsumsi bahan bakar pada sepeda motor Yamaha F1ZR tahun 2001

PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR SISTEM INJEKSI DAN KARBURATOR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja

LUTFI RISWANDA Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis Penggunaan Venturi..., Muhammad Iqbal Ilhamdani, FT UI, Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA PENGARUH DURASI CAMSHAFT TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR HONDA TIGER 200 CC TUNE UP DRAG BIKE

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

ANALISA VARIASI BAHAN BAKAR TERHADAP PERFORMA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil pengujian Pengaruh Perubahan Temperatur terhadap Viskositas Oli

Jurnal Teknik Mesin UMY

Pengaruh Penggunaan dan Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar Pertamax 92 Dan Pertalite 90 Terhadap Kinerja Motor Honda Beat Injeksi

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan pada gambar berikut :

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkaitan dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut: performa mesin menggunakan dynotest.pada camshaft standart

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MAKALAH DASAR-DASAR mesin

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE

SFC = Dimana : 1 HP = 0,7457 KW mf = Jika : = 20 cc = s = 0,7471 (kg/liter) Masa jenis bahan bakar premium.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

REKAYASA MANIFOLD MEMBRANE MESIN 2 LANGKAH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN EFISIENSI BAHAN BAKAR

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

Program Studi DIII Teknik Otomotif JPTM FPTK UPI BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MOTOR BAKAR PENGERTIAN DASAR. Pendahuluan

Abstrak. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh keausan ring piston terhadap kinerja mesin diesel

PENGARUH VARIASI MAIN JET NOZZEL PADA SISTEM KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN (Studi Kasus Beberapa Tingkat Oktan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN KARBURATOR RACING TERHADAP KINERJA MOTOR 2-LANGKAH 150 CC Andriansyah Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Taman Tirto, Kasihan Bantul, DI Yogyakarta, Indonesia 55183 andriansyah.on@gmail.com INTISARI Berkembangnya teknologi dibidang otomotif, maka produk yang ditawarkan di pasaran juga semakin banyak jeninya. Karburator racing merupakan komponen yang banyak dijumpai di pasaran otomotif. Karburator merupakan salah satu komponen penting dalam sepeda motor dan sangat berpengaruh terhadap kinerja mesin. Karburator berfungsi untuk mencampur bahan bakar dan udara yang dibuat kabut seblum masuk ke dalam silinder. Untuk meningkatkan kinerja mesin salah satunya dilakukan dengan cara penggantian karburator standar dengan karburator racing. Maka dalam hal ini perlu dilakukan penelitian tentang karburator racing dengan lubang ventury 28 mm supaya mengetahui peforma yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan motor bensin 2-langkah 150 cc dengan menggunakan bahan bakar Premium, Pertammax, Pertamax Plus. Dalam penelitian ini diambil data daya, torsi, dan konsumsi bahan bakar. Pengambilan data daya dan torsi dilakukan dengan metode thorttle spontan menggunakan alat Dynotes, tahapan dalam thorttle spontan ini pertama motor dihidupkan, kemudian dimasukkan pada gigi rasio ke-4, kemudian thorttle ditahan pada 6000 rpm setelah stabil pada 6000 rpm thorttle dinaikkan secara spontan sampai putaran maksimum. Pengambilan data konsumsi bahan bakar dilakukan dengan uji jalan dengan jarak 3,7 km. Dari hasil pengujian, menunjukkan bahwa pada kondisi karburator racing torsi dan daya lebih tinggi dibandingkan kondisi karburator standar. Konsumsi bahan bakar kondisi karburator racing lebih boros dibandingkan kondisi karburator standar pada bahan bakar Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus. Hal ini disebabkan karburator racing memilki lubang ventury 28 mm sedangkan karburator standar memiliki lubang ventury 26 mm. Kata kunci : Karburator standar, karburator racing, Bahan bakar, Kinerja mesin 2-langkah 150 cc. 1

1. PENDAHULUAN Penggunaan sepeda motor semakin meningkat, kebutuhan alat transportasi ini sangat membantu aktifitas dan rutinitas sehari-hari. Dengan sangat pentingnya alat transportasi ini maka masyarakat akan menginginkan sepeda motor yang bertenaga besar. Modifikasi sepeda motor mengalami perkembangan yang pesat. Modifikasi yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan unjuk kerja yang lebih baik dari sebuah sistem kerja sepeda motor. Dari sistem kerja yang standar, merubah spesifikasi komponen ataupun dengan cara memberi komponen tambahan. Karburator merupakan salah satu komponen penting dalam sepeda motor. Penggantian karburator standar dengan karburator racing adalah salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja mesin. Kinerja motor bakar torak sangat dipengaruhi oleh karburator, pada saat ini kebanyakan mekanik yang ada di bengkelbengkel masih menggunakan perkiraan untuk pemilihan ukuran karburator. Pemilihan karburator yang ukurannya tidak sesuai dengan kapasitas motor akan menghasilkan kinerja yang kurang sempurna. Hal tersebut dikarenakan kurangnya ketersediaan data acuan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang karburator racing agar dapat mengetahui kinerja yang dihasilkan. Karburator terdiri dari beberapa komponen yang kompleks dan saling berpengaruh. Karburator di dalamnya terdapat 5 pengukur; yaitu perangkat pilot jet, main jet, jet needle, chooke,fuel screw fload pivot rod dan bukaan katup throotle. Sumito (2013) melakukan penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Karburator Racing Terhadap Kinerja Motor Motor Bore Up 4-Langkah 150 cc. Sukoco (2010) melakukan penelitian tentang Pengaruh Variasi Posisi Jarum Skep dan Gas Screw Karburator terhadap Motor Suzuki 4-langkah 110 cc pada Kondisi Standar. Garnida (2012) melakukan penelitian kajian eksperimental tentang penggaruh penggunaan kenalpot racing terhadap kinerja motor bensin 2-langkah silinder tunggal. Dalam penelitian ini akan dilakukan uji coba perbandingan antara karburator standar pabrik Kawasaki Ninja 2-langkah 150 cc dengan karburator racing PWK dengan diameter venturi 28 mm, menggunakan sepeda motor Kawasaki Ninja 2- langkah 150 cc. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat dari kinerja yang dihasilkan karburator racing. 2

2. DASAR TEORI Pengertian Motor Bakar Motor bakar adalah salah satu jenis dari mesin kalor, yaitu mesin yang mengubah energi termal untuk melakukan kerja mekanik atau mengubah tenaga kimia bahan bakar menjadi tenaga mekanik. Sebelum menjadi mekanis, energi kimia bahan bakar diubah dulu menjadi energi panas melalui pembakaran bahan bakar dan udara. Jika ditinjau dari cara memperoleh energi panas ini (proses pembakaran bahan bakar), maka motor bakar dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu : motor pembakaran luar dan motor pembakaran dalam. Motor Pembakaran Luar Motor pembakaran luar atau External Combustion Engine (ECE) adalah proses pembakaran bahan bakar terjadi di luar motor, sehingga untuk melakukan pembakaran digunakan mekanisme tersendiri, misalnya : pada ketel uap dan turbin uap. Motor Pembakaran Dalam Motor pembakaran dalam atau Internal Combustion Engine (ICE) adalah proses pembakarannya berlangsung di dalam motor bakar, sehingga panas dari hasil pembakaran langsung bisa diubah menjadi tenaga mekanik, misalnya : pada turbin gas dan motor bakar torak. Motor Bakar Torak Motor bakar torak adalah pesawat kalori yang mengubah energi kimia dari bahan bakar menjadi energi mekanis. Energi kimia dari bahan bakar yang tercampur dengan udara diubah terlebih dahulu menjadi energi termal melalui pembakaran atau oksidasi, sehingga temperatur dan tekanan gas pembakaran di dalam slinder meningkat. Gas tertekan tinggi di dalam silinder berekspansi dan mendorong torak bergerak translasi dan menghasilkan gerak rotasi poros engkol (crankshaft) sebagai keluaran mekanis motor (Kristanto, 2015). 3

3. METODE PENELITIAN Uji dynotest (daya dan torsi) Pengambilan data daya dan torsi dilakukan di Mototec, menggunakan alat Dynamometer. Standar pengujian yang dilakukan di Mototec menggunakan metode thorttle spontan. Metode thorttle spontan yaitu memainkan thorttle secara spontan mulai dari 6.000 rpm sampai putaran maksimum. Tahapan ini pertama-tama motor dihidupkan kemudian dimasukkan pada rasio 1 sampai dengan 4, kemudian thorttle ditahan pada 6.000 rpm setelah stabil pada 6.000 rpm baru thorttle dinaikkan secara spontan sampai putaran maksimum. Uji jalan (konsumsi bahan bakar) Metode menjalankan motor adalah untuk pengujian konsumsi bahan bakar. Pada awalnya tangki mini diisi bahan bakar dalam ukuran yang sudah ditetapkan, lalu motor dijalankan menempuh jarak 3,7 km. Pada titik jarak tempuh 3,7 km, motor berhenti dan mesin motor di matikan. Pada tangki mini terlihat berkurangnya volume bahan bakar. untuk mengetahui konsumsi bahan bakar tangki mini diisi kembali dengan bahan bakar sampai ukuran awal menggunakan burret, disini di dapat jumlah konsumsi bahan baka 4

MULAI Persiapan Penelitian 1. Sepeda motor standar 2. Karburator standar 3. Karburator racing 4. Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus Mengatur Kondisi Mesin 1. Mesin standar karburator standar 2. Mesin standar karburator racing Ukuran Karburator 1. Lubang ventury 26 mm 2. Lubang ventury 28 mm Menghidupkan Mesin A B 5

A B Pengujian Metode thorttle spontan 6.000 rpm-putaran maksimum Pengambilan Data Out Put 1. Putaran (rpm) 2. Daya (HP) 3. Torsi (Nm) Mematikan Mesin Semua Sudah Diuji Pengolahan Data dan Analisis T dan P Pembahasan 1. Pengaruh karakteristik T pada putaran mesin 2. Pengaruh karakteristik P pada putaran mesin Kesimpulan SELESA 6

MULAI Persiapan Penelitian 1. Sepeda motor standar 2. Karburator standar 3. Karburator racing 4. Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus 5. Burret 6. Tangki mini Mengatur Kondisi Mesin 1. Mesin standar karburator standar 2. Mesin standar karburator racing Jarak tempuh 3,7 km Ukuran Karburator 1. Lubang ventury 26 mm 2. Lubang ventury 28 mm Menghidupkan Mesin D C 7

C D Pengujian Menjalankan motor sampai jarak tempuh 3,7 km Mematikan Mesin Pengambilan Data Out Put Konsumsi bahan bakar Semua Sudah Diuji Pengolahan Data dan Analisis konsumsi bahan bakar Pembahasan Jumlah bahan bakar yang dihabiskan dibagi jarak tempuh Kesimpulan SELESA 8

HASIL PEMBAHASAN Untuk memulai perhitungan dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan dan pengumpulan data. Data yang dikupulkan meliputi data dan spesifikasi obyek penelitian dan hasil pengujian. Data-data tersebut diolah dengan perhitungan untuk mendapatkan variabel yang diinginkan kemudian dilakukan pembahasan. Berikut ini merupakan proses pengumpulan data, perhitungan, dan pembahasan. 4.1 Perhitungan Perhitungan unjuk kerja mesin berdasarkan hasil pengujian kondisi yang dilakukan pada 6000 (rpm) sampai dengan putaran mesin maksimal, dengan sistem thorttle spontan adalah sebagai berikut: 1. Torsi (T), terukur pada hasil pengujian. 2. Daya (P), terukur pada hasil pengujian. 3. Konsumsi bahan bakar. K bb = v = volume bahan bakar yang digunakan s = jarak tempuh jika : v = 110 ml = 0,11 liter s = 3,7 km maka : K bb = = 33,63 km/liter 4.1.1 Pembahasan hasil pengujian daya, torsi, dan konsumsi bahan bakar pada kondisi karburator standar dengan bahan bakar Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Plus 1. Pembahasan hasil pengujian daya Grafik 4.1 menunjukkan hubungan antara kecepatan putar mesin (rpm) dan daya (HP) pada kondisi mesin standar menggunakan karburator standar dengan bahan bakar Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus. Pada kondisi karburator standar daya tertinggi didapat 26,2 (HP) pada 11.539 (rpm) dengan bahan bakar Pertalite, 26,4 (HP) pada 9

10.797 (rpm) dengan bahan bakar Pertamax, 25,6 (HP) pada 11.480 (rpm) dengan bahan bakar Pertamax Plus. 30 25 20 15 10 5 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 RPM DAYA KS PERTALITE DAYA KS PERRTAMAX DAYA KS PETAMAX PLUS Gambar 4.1 Grafik daya terhadap putaran mesin pada kondisi karburator standar dengan bahan bakar Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus Pada rpm 6.000-12.000 daya tertinggi didapat 26,4 (HP) pada 10.797 (rpm) dengan bahan bakar Pertamax. Karena pada mesin Kawasaki ninja 150 cc 2 langkah masih memiliki nilai rasio kompresi yang cukup rendah yaitu 6,8 : 1, maka pada saat menggunakan bahan bakar Pertamax hasil pengujian daya lebih tinggi dibanding pada saat menggunakan bahan bakar Pertamax Plus, dimana bahan bakar dengan nilai oktan yang tinggi juga membutuhkan rasio kompresi yang tinggi pula yang tinggi pula (Kristanto, 2015). 2. Pembahasan hasil pengujian torsi Grafik 4.2 menunjukkan hubungan antara kecepatan putar mesin (rpm) dan torsi (N.m) pada kondisi mesin standar menggunakan karburator standar dengan bahan bakar Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus. Pada kondisi karburator standar torsi tertinggi didapat 16,38 (N.m) pada 10.592 (rpm) dengan bahan bakar Pertalite, 18,10 (N.m) pada 9.940 (rpm) dengan bahan bakar Pertamax, 16,40 (N.m) pada 10.364 (rpm) dengan bahan bakar Pertamax Plus. 10

20 18 16 14 12 10 8 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 RPM TORSI KS PERTALITE TORSI KS PERTAMAX TORSI KS PERTAMAX PLUS Gambar 4.2 Grafik torsi terhadap putaran mesin pada kondisi karburator standar dengan bahan bakar Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus Pada rpm 6.000-12.000 torsi tertinggi didapat 18,10 (N.m) pada 9.940 (rpm) dengan bahan bakar Pertamax. Karena pada mesin Kawasaki ninja 150 cc 2 langkah masih memiliki nilai rasio kompresi yang cukup rendah yaitu 6,8 : 1, maka pada saat menggunakan bahan bakar Pertamax hasil pengujian torsi lebih tinggi dibanding pada saat menggunakan bahan bakar Pertamax Plus, dimana bahan bakar dengan nilai oktan yang tinggi juga membutuhkan rasio kompresi yang tinggi pula yang tinggi pula (Kristanto, 2015). 3. Pembahasan hasil pengujian konsumsi bahan bakar Tabel 4.3 menunjukkan hasil pengujian konsumsi bahan bakar pada kondisi karburator standar dengan bahan bakar Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus. Dengan jarak tempuh 3,7 (km) bahan bakar yang dihabiskan sebanyak 122,1 (ml) dengan bahan bakar Pertalite, 112 (ml) dengan bahan bakar Pertamax, 110 (ml) dengan bahan bakar Pertamax Plus. 11

Konsumsi bahan bakar KM / Liter Tabel 4.1 Konsumsi bahan bakar pada kondisi karburator standar dengan bahan bakar Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus Bahan bakar Jarak tempuh (km) Waktu (menit) Kecepatan rata-rata (km/h) Konsumsi bahan bakar (ml) km / liter KS Pertalite 3,7 6:05 36,1 122,1 30,3 KS Pertamax 3,7 6:17 35 112 33,03 KS Pertamax plus 3,7 5:56 37,4 110 33,63 34 33 32 33,03 33,63 31 30 30,3 29 28 KS Pertalite KS Pertamax KS Pertamax plus Gambar 4.3 Grafik konsumsi bahan bakar pada kondisi karburator standar dengan bahan bakar Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus Pada grafik 4.3 menunjukkan konsumsi bahan bakar tertinggi pada penggunaan bahan bakar Pertalite dengan jumlah 30,3 km/liter. Konsumsi bahan bahan bakar terendah pada penggunaan bahan bakar Pertamax Plus dengan jumlah 33,63 km/liter. Hal tersebut dipengaruhi oleh nilai oktan bahan bakar Pertamax Plus lebih tinggi yaitu 95, sedangkan bahan bakar Pertalite memiliki nilai oktan lebih rendah yaitu 90. Nilai oktan mempengaruhi kesempurnaan pembakaran di ruang bakar mesin, sehingga mempengaruhi jumlah konsumsi bahan bakar. Perbedaan jumlah konsumsi bahan bakar Pertalite dengan Pertamax yaitu 8,2%, Pertamax dengan Pertamax Plus yaitu 1,7%, dan pertalite dengan Pertamax Plus 10%. 12

4.1.2 Pembahasan hasil pengujian daya, torsi, dan konsumsi bahan bakar pada kondisi karburator racing dengan bahan bakar pertalite, pertamax, dan pertamax plus. 1. Pembahasan hasil pengujian daya Grafik 4.4 menunjukkan hubungan antara kecepatan putar mesin (rpm) dan daya (HP) pada kondisi mesin standar menggunakan karburator racing dengan bahan bakar Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus. Pada kondisi karburator racing daya tertinggi didapat 30,7 (HP) pada 10.344 (rpm) dengan bahan bakar Pertalite, 31,9 (HP) pada 10.467 (rpm) dengan bahan bakar Pertamax, 31,1 (HP) pada 10.988 (rpm) dengan bahan bakar Pertamax Plus. 35 30 25 20 15 10 5 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 RPM DAYA KR PERTALITE DAYA KR PERTAMAX DAYA KR PERTAMAX PLUS Gambar 4.4 Grafik daya terhadap putaran mesin pada kondisi karburator racing dengan bahan bakar Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus Pada rpm 6.000-12.000 daya tertinggi didapat 31,1 (HP) pada 10.988 (rpm) dengan bahan bakar Pertamax. Karena pada mesin Kawasaki ninja 150 cc 2 langkah masih memiliki nilai rasio kompresi yang cukup rendah yaitu 6,8 : 1, maka pada saat menggunakan bahan bakar Pertamax hasil pengujian daya lebih tinggi dibanding pada saat menggunakan bahan bakar Pertamax Plus, dimana bahan bakar dengan nilai oktan yang tinggi juga membutuhkan rasio kompresi yang tinggi pula yang tinggi pula (Kristanto, 2015). 13

Torsi / N.m 2. Pembahasan hasil pengujian torsi Grafik 4.5 menunjukkan hubungan antara kecepatan putar mesin (rpm) dan torsi (N.m) pada kondisi mesin standar menggunakan karburator racing dengan bahan bakar Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus. Pada kondisi karburator racing torsi tertinggi didapat 22,17 (N.m) pada 9.583 (rpm) dengan bahan bakar Pertalite, 22,51 (N.m) pada 9.678 (rpm) dengan bahan bakar Pertamax, 22,18 (N.m) pada 9.536 (rpm) dengan bahan bakar Pertamax Plus. 25,00 23,00 21,00 19,00 17,00 15,00 13,00 11,00 9,00 7,00 5,00 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 RPM TORSI KR PERTALITE TORSI KR PERTAMAX TORSI KR PERTAMAX PLUS Gambar 4.5 Grafik torsi terhadap putaran mesin pada kondisi karburator racing dengan bahan bakar Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus Pada rpm 6.000-12.000 torsi tertinggi didapat 18,10 (N.m) pada 9.940 (rpm) dengan bahan bakar Pertamax. Karena pada mesin Kawasaki ninja 150 cc 2 langkah masih memiliki nilai rasio kompresi yang cukup rendah yaitu 6,8 : 1, maka pada saat menggunakan bahan bakar Pertamax hasil pengujian torsi lebih tinggi dibanding pada saat menggunakan bahan bakar Pertamax Plus, dimana bahan bakar dengan nilai oktan yang tinggi juga membutuhkan rasio kompresi yang tinggi pula yang tinggi pula (Kristanto, 2015). 14

konsumsi bahan bakar Km / Liter 3. Pembahasan hasil pengujian konsumsi bahan bakar Tabel 4.2 menunjukkan hasil pengujian konsumsi bahan bakar pada kondisi karburator racing dengan bahan bakar Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus. Dengan jarak tempuh 3,7 (km) bahan bakar yang dihabiskan sebanyak 123,4 (ml) dengan bahan bakar Pertalite, 113 (ml) dengan bahan bakar Pertamax, 112 (ml) dengan bahan bakar Pertamax Plus. Tabel 4.2 Konsumsi bahan bakar pada kondisi karburator racing dengan bahan bakar Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus Bahan bakar Jarak tempuh (km) Waktu (menit) Kecepatan rata-rata (km/h) Konsumsi bahan bakar (ml) km / liter KR Pertalite 3,7 6:38 33,3 123,4 29,98 KR Pertamax 3,7 6:00 37,8 113 32,74 KR Pertamax plus 3,7 6:37 32,2 112 33,03 33,5 33 32,5 32 31,5 31 30,5 30 29,5 29 28,5 28 32,74 33,03 29,98 KR Pertalite KR Pertamax KR Pertamax plus Gambar 4.6 Grafik konsumsi bahan bakar pada kondisi karburator racing dengan bahan bakar Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus Pada grafik 4.6 menunjukkan konsumsi bahan bakar tertinggi pada penggunaan bahan bakar Pertalite dengan jumlah 29,98 km/liter Konsumsi bahan bahan bakar terendah pada penggunaan bahan bakar Pertamax Plus dengan jumlah 33,03 km/liter Hal tersebut dipengaruhi oleh nilai oktan bahan bakar Pertamax Plus lebih tinggi yaitu 15

Daya / HP 95, sedangkan bahan bakar Pertalite memiliki nilai oktan lebih rendah yaitu 90. Nilai oktan mempengaruhi kesempurnaan pembakaran di ruang bakar mesin, sehingga mempengaruhi jumlah konsumsi bahan bakar. Perbedaan jumlah konsumsi bahan bakar Pertalite dengan Pertamax yaitu 8,4%, Pertamax dengan Pertamax Plus yaitu 0,87%, dan pertalite dengan Pertamax Plus 9,2%. 4.1.3 Pembahasan Perbandingan daya, torsi, dan konsumsi bahan bakar penggunaan karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertalite. 1. Perbandingan daya, penggunaan karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertalite. Pada grafik 4.7 menunjukkan grafik hubungan antara kecepatan putar mesin (rpm) dan daya (HP) dengan kondisi mesin standar dan menggunakan dua kerburator yang berbeda yaitu karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar pertalie. Daya tertinggi untuk karburator standar adalah 26,2 (HP) pada putaran 11.539 (rpm), sedangkan karburator racing didapat 31,0 (HP) pada putaran 10.385 (rpm). 35 30 25 20 15 10 5 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 RPM DAYA KS PERTALITE Poly. (DAYA KS PERTALITE) DAYA KR PERTALITE Poly. (DAYA KR PERTALITE) Gambar 4.7 Grafik daya terhadap putaran mesin penggunaan karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertalite Pada rpm 6.000-12.000 penggunaan karburator racing menghasilkan daya lebih tinggi dibandingkan penggunaan karburator standar. Hal tersebut dikarenakan karburator standar memiliki lubang ventury 26 mm, sedangkan karburator standar memiliki lubang ventury 28 mm. Sehingga campuran bahan bakar dan udara yang 16

diperoleh lebih kaya, dan yang masuk ke ruang bakar lebih banyak dan pembakaran di ruang bakar menghasilkan daya yang lebih besar. 2. Perbandingan torsi, penggunaan karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertalite. Pada grafik 4.8 menunjukkan grafik hubungan antara kecepatan putar mesin (rpm) dan torsi (N.m) dengan kondisi mesin standar dan menggunakan dua kerburator yang berbeda yaitu karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertalite. Torsi tertinggi untuk karburator standar adalah 16,38 (N.m) pada putaran 10.592 (rpm), sedangkan karburator racing didapat 22.17 (N.m) pada putaran 9.583 (rpm). 25,00 23,00 21,00 19,00 17,00 15,00 13,00 11,00 9,00 7,00 5,00 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 TORSI KS PERTALITE Poly. (TORSI KS PERTALITE) RPM TORSI KR PERTALITE Poly. (TORSI KR PERTALITE) Gambar 4.8 Grafik torsi terhadap putaran mesin penggunaan karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertalite Pada rpm 6.000-12.000 penggunaan karburator racing menghasilkan torsi lebih tinggi dibandingkan penggunaan karburator standar. Hal tersebut dikarenakan karburator standar memiliki lubang ventury 26 mm, sedangkan karburator standar memiliki lubang ventury 28 mm. Sehingga campuran bahan bakar dan udara yang diperoleh lebih kaya, dan yang masuk ke ruang bakar lebih banyak dan pembakaran di ruang bakar menghasilkan torsi yang lebih besar. 17

Konsumsi bahan bakar Km / Liter 3. Perbandingan konsumsi bahan bakar, penggunaan karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertalite. Tabel 4.3 menunjukkan hasil pengujian konsumsi bahan bakar pada kondisi karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertalite. Dengan jarak tempuh 3,7 (km) bahan bakar yang dihabiskan sebanyak 122,1 (ml) pada kondisi karburator standar, 123,4 (ml) pada kondisi karburator racing. Tabel 4.3 Perbandingan konsumsi bahan bakar karburator standar dan karburator racing dengan bahn bakar Pertalite Bahan bakar Jarak tempuh (km) Waktu (menit) Kecepatan rata-rata (km/h) Konsumsi bahan bakar (ml) Km / liter KS Pertalite 3,7 6:05 36,1 122,1 30,3 KRP ertalite 3,7 6:38 33,3 123,4 29,98 30,4 30,3 30,2 30,3 30,1 30 29,98 29,9 29,8 KS Pertalite Jenis bahan bakar KR Pertalite Gambar 4.9 Grafik perbandingan konsumsi bahan bakar penggunaan karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertalite Pada grafik di atas dapat dilihat jika konsumsi bahan bakar karburator racing 29,98 km/liter, lebih boros dibandingan karburator standar 30,3 km/liter. Hal tersebut dikarenakan karburator standar memiliki lubang ventury 26 mm, sedangkan karburator racing memiliki lubang ventury 28 mm. Perbedaan jumlah konsumsi bahan bakar yaitu 1%. 18

Daya / HP 4.1.4 Pembahasan Perbandingan daya, torsi, dan konsumsi bahan bakar penggunaan karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertamax. 1. Perbandingan daya, penggunaan karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertamax. Pada grafik 4.10 menunjukkan grafik hubungan antara kecepatan putar mesin (rpm) dan daya (HP) dengan kondisi mesin standar dan menggunakan dua kerburator yang berbeda yaitu karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertamax. Daya tertinggi untuk karburator standar adalah 26,4 (HP) pada putaran 10.797 (rpm), sedangkan karburator racing didapat 31,9 (HP) pada putaran 10.467 (rpm). 35 30 25 20 15 10 5 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 RPM DAYA KS PERRTAMAX DAYA KR PERTAMAX Poly. (DAYA KS PERRTAMAX) Poly. (DAYA KR PERTAMAX) Gambar 4.10 Grafik daya terhadap putaran mesin penggunaan karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertamax Pada rpm 6.000-12.000 penggunaan karburator racing menghasilkan daya lebih tinggi dibandingkan penggunaan karburator standar. Hal tersebut dikarenakan karburator standar memiliki lubang ventury 26 mm, sedangkan karburator standar memiliki lubang ventury 28 mm. Sehingga campuran bahan bakar dan udara yang diperoleh lebih kaya, dan yang masuk ke ruang bakar lebih banyak dan pembakaran di ruang bakar menghasilkan daya yang lebih besar. 19

Torsi / N.m 2. Perbandingan torsi, penggunaan karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertamax. Pada grafik 4.11 menunjukkan grafik hubungan antara kecepatan putar mesin (rpm) dan torsi (N.m) dengan kondisi mesin standar dan menggunakan dua kerburator yang berbeda yaitu karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertamax. Torsi tertinggi untuk karburator standar adalah 18,10 (N.m) pada putaran 9.940 (rpm), sedangkan karburator racing didapat 22.51 (N.m) pada putaran 9.678 (rpm). 25,00 23,00 21,00 19,00 17,00 15,00 13,00 11,00 9,00 7,00 5,00 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 RPM TORSI KS PERTAMAX TORSI KR PERTAMAX Poly. (TORSI KS PERTAMAX) Poly. (TORSI KR PERTAMAX) Gambar 4.11 Grafik torsi terhadap putaran mesin penggunaan karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertamax Pada rpm 6.000-12.000 penggunaan karburator racing menghasilkan torsi lebih tinggi dibandingkan penggunaan karburator standar. Hal tersebut dikarenakan karburator standar memiliki lubang ventury 26 mm, sedangkan karburator standar memiliki lubang ventury 28 mm. Sehingga campuran bahan bakar dan udara yang diperoleh lebih kaya, dan yang masuk ke ruang bakar lebih banyak dan pembakaran di ruang bakar menghasilkan torsi yang lebih besar. 3. Perbandingan konsumsi bahan bakar, penggunaan karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertamax. Tabel 4.4 menunjukkan hasil pengujian konsumsi bahan bakar pada kondisi karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertamax. Dengan jarak tempuh 3,7 (km) bahan bakar yang dihabiskan sebanyak 112 (ml) pada kondisi karburator standar, 113 (ml) pada kondisi karburator racing. 20

Konsumsi bahan bakar Km /Liter Tabel 4.4 Perbandingan konsumsi bahan bakar karburator standar dan karburator racing dengan bahn bakar Pertamax Bahan bakar Jarak tempuh (km) Waktu (menit) Kecepatan rata-rata (km/h) Konsumsi bahan bakar (ml) Km / liter KS Pertamax 3,7 6:17 35 112 33,03 KR Pertamax 3,7 6:00 37,8 113 32,74 33,1 33,05 33 32,95 32,9 32,85 32,8 32,75 32,7 32,65 32,6 32,55 33,03 KS Pertamax 32,74 KR Pertamax Grafik 4.12 Perbandingan konsumsi bahan bakar karburator standar dan karburator racing dengan bahn bakar Pertamax Pada grafik di atas dapat dilihat jika konsumsi bahan bakar karburator racing 32,74 km/liter, lebih boros dibandingan karburator standar 33,03 km/liter. Hal tersebut dikarenakan karburator standar memiliki lubang ventury 26 mm, sedangkan karburator standar memiliki lubang ventury 28 mm. Perbedaan jumlah konsumsi bahan bakar yaitu 0,87%. 4.1.5 Pembahasan Perbandingan daya, torsi, dan konsumsi bahan bakar penggunaan karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertamax Plus. 1. Perbandingan daya, penggunaan karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertamax Plus. Pada grafik 4.13 menunjukkan grafik hubungan antara kecepatan putar mesin (rpm) dan daya (HP) dengan kondisi mesin standar dan menggunakan dua kerburator yang berbeda yaitu karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertamax Plus. Daya tertinggi untuk karburator standar adalah 25,7 (HP) pada putaran 21

11.535 (rpm), sedangkan karburator racing didapat 31,1 (HP) pada putaran 10.988 (rpm). 35 30 25 20 15 10 5 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 DAYA KS PETAMAX PLUS Poly. (DAYA KS PETAMAX PLUS) RPM DAYA KR PERTAMAX PLUS Poly. (DAYA KR PERTAMAX PLUS) Gambar 4.13 Grafik daya terhadap putaran mesin penggunaan karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertamax Plus Pada rpm 6.000-12.000 penggunaan karburator racing menghasilkan daya lebih tinggi dibandingkan penggunaan karburator standar. Hal tersebut dikarenakan karburator standar memiliki lubang ventury 26 mm, sedangkan karburator standar memiliki lubang ventury 28 mm. Sehingga campuran bahan bakar dan udara yang diperoleh lebih kaya, dan yang masuk ke ruang bakar lebih banyak dan pembakaran di ruang bakar menghasilkan daya yang lebih besar. 2. Perbandingan torsi, penggunaan karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertamax Plus. Pada grafik 4.14 menunjukkan grafik hubungan antara kecepatan putar mesin (rpm) dan torsi (N.m) dengan kondisi mesin standar dan menggunakan dua kerburator yang berbeda yaitu karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertamax Plus. Torsi tertinggi untuk karburator standar adalah 16,40 (N.m) pada putaran 10.364 (rpm), sedangkan karburator racing didapat 22.18 (N.m) pada putaran 9.536 (rpm). 22

Torsi / N.m 25,00 23,00 21,00 19,00 17,00 15,00 13,00 11,00 9,00 7,00 5,00 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 TORSI KS PERTAMAX PLUS Poly. (TORSI KS PERTAMAX PLUS) TORSI KR PERTAMAX PLUS Poly. (TORSI KR PERTAMAX PLUS) Gambar 4.14 Grafik torsi terhadap penggunaan putaran mesin karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertamax Plus Pada rpm 6.000-12.000 penggunaan karburator racing menghasilkan torsi lebih tinggi dibandingkan penggunaan karburator standar. Hal tersebut dikarenakan karburator standar memiliki lubang ventury 26 mm, sedangkan karburator standar memiliki lubang ventury 28 mm. Sehingga campuran bahan bakar dan udara yang diperoleh lebih kaya, dan yang masuk ke ruang bakar lebih banyak dan pembakaran di ruang bakar menghasilkan torsi yang lebih besar. 3. Perbandingan konsumsi bahan bakar, penggunaan karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertamax Plus. Tabel 4.5 menunjukkan hasil pengujian konsumsi bahan bakar pada kondisi karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertamax Plus. Dengan jarak tempuh 3,7 (km) bahan bakar yang dihabiskan sebanyak 110 (ml) pada kondisi karburator standar, 112 (ml) pada kondisi karburator racing. 23

Konsumsi bahan bakar Km / Liter Tabel 4.5 Perbandingan konsumsi bahan bakar karburator standar dan karburator racing dengan bahn bakar Pertamax Plus Bahan bakar Jarak tempuh (km) Waktu (menit) Kecepatan rata-rata (km/h) Konsumsi bahan bakar (ml) Km / liter KS Pertamax plus 3,7 5:56 37,4 110 33,63 KR Pertamax plus 3,7 6:37 32,2 112 33,03 33,7 33,63 33,6 33,5 33,4 33,3 33,2 33,1 33 33,03 32,9 32,8 32,7 KS Pertamax plus KR Pertamax plus Gambar 4.15 Grafik perbandingan konsumsi bahan bakar karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertamax Plus Pada grafik di atas dapat dilihat jika konsumsi bahan bakar karburator racing 33,03 km/liter, lebih boros dibandingan karburator standar 33,63 km/liter. Hal tersebut dikarenakan karburator standar memiliki lubang ventury 26 mm, sedangkan karburator standar memiliki lubang ventury 28 mm. Perbedaan jumlah konsumsi bahan bakar yaitu 1,7%. 4.2 Perbandingan dengan hasil penelitian dngan penelitian yang sudah ada sebelumnya. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sumito (2013), pengantian karburator standar dengan karburator racing, hasil yang didapat daya dan torsi lebih tinggi. Sukoco (2010) melakukan penelitian variasi posisi jarum skep, hasil yang didapat 24

jarum skep posisi 2 torsi dan daya lebih tinggi. Garnida (2012) melakukan penelitian pengaruh kenalot racing, hasil yang didapat daya dan torsi lebih tinggi. Pada penelitian ini penggantian karburator standar dengan karburator racing daya dan torsi mengalami peningkatan yang singnifikan. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari data yang diperoleh dengan mengkaji hasil penelitian yang meliputi proses pengambilan data dan hasil pengujian serta hasil perhitungan secara menyeluruh, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada kondisi karburator standar daya tertinggi adalah 26,2 (HP) pada putaran 11.539 rpm dengan bahan bakar Pertaite, 26,4 (HP) pada putaran 10.797 (rpm) dengan bahan bakar Pertamax, 25,6 (HP) pada putaran 11.480 rpm dengan bahan bakar Pertamax Plus. Torsi tertinggi adalah 16,38 (N.m) pada putaran 10.962 rpm dengan bahan bakar Pertalite, 18,10 (N.m) pada putaran 9.940 (rpm) dengan bahan bakar Pertamax, 16,40 (N.m) pada putaran 10.364 (rpm) dengan bahan bakar Pertamax Plus. Konsumsi bahan bakar terendah adalah 33,63 km/liter atau 110 ml/3,7 km pada bahan bakar Pertamax Plus. 2. Pada kondisi karburator racing daya tertinggi adalah30,7 (HP) pada putaran 10.344 (rpm) dengan bahan bakar Pertalite, 31,9 (HP) pada putaran 10.467 (rpm) dengan bahan bakar pertamax, 31,1 (HP) pada putaran 10.988 (rpm) dengan bahan bakar Pertamax Plus. Torsi tertinggi adalah 22,17 (N.m) pada putaran 9.583 (rpm) dengan bahan bakar Pertalite, 22,51 (N.m) pada putaran 9.678 (rpm) dengan bahan bakar Pertamax, 22,18 (N.m) pada putaran 9.536 (rpm) dengan bahan bakar Pertamax Plus. Konsumsi bahan bakar terendah adalah 33,03 km/liter atau 112 ml/3,7 km pada bahan bakar Pertamax Plus. 25

3. Hasil analisa perbandingan antara kondisi karburator standar dan karburator racing adalah a. Pada kondisi karburator racing daya dan torsi lebih tinggi dibandingkan pada kondisi karburator standar, pada bahan bakar Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus. b. Pada karburator standar konsumsi bahan bakar lebih rendah dibandingkan pada kondisi karburator racing, pada bahan bakar Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus. 5.2 Saran Saran yang dapat disampaikan pada pengujian kondisi karburator standar dan karburator racing dengan bahan bakar Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus adalah 1. Pada sepeda motor Kawasaki Ninja 2-langkah 150 cc, untuk mendapatkan peforma mesin yang lebih optimal dapat dilakukan pengantian karburator racing dengan diameter lubang ventury 28 mm. 2. pada penelitian selanjutnya sebaiknya perlu dilakukan penelitian pengaruh oli samping dan emisi gas buang, sehingga daat diketahui pengaruh lain selain dari peforma mesin dan konsumsi bahan bakar. DAFTAR PUSTAKA Arismunandar, Wiranto. 2005. Motor Bakar Torak. Bandung: ITB. Garnida, Ido. 2012. Kajian Eksperimental Tentang Pengaruh Penggunaan Knalpot Racing Terhadap Kinerja Motor Bensin Dua Langkah Silinder Tunggal. Tugas Akhir. UMY. Kristanto, Philip. 2015. Motor Bakar Torak. Yogyakarta: Andi. Marsudi, 2010. Teknisi Otodidak Sepeda Motor. Yogyakarta: Andi. Sudarminto, 1970. Motor Bakar. Bandung: Carya Remadja. Sukoco, Irwan. 2010. Kajian Eksperimental Tentang Pengaruh Variasi Posisi Jarum Skep Dan Gas Screw Karburator Terhadap Kinerja Motor Suzuki Shogun 4- Langkah 110 CC Pada Kondisi Standar. Tugas Akhir. UMY. Sumito, Engar. 2013. Pengaruh Penggunaan karburator Racing Terhadap Kinerja Motor Bore Up 4-Langkah 150 cc. Tugas Akhir. UMY. 26