JUSTIFIKASI DAN RESIKO PENINGKATAN HARGA DASAR GABAH PEMBELIAN PEMERINTAH

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI KEBIJAKAN HARGA GABAH TAHUN 2004

EVALUASI KEBIJAKAN HARGA GABAH TAHUN 2004

KAJIAN KEMUNGKINAN KEMBALI KE KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH, KENAIKAN HARGA GABAH DAN TARIF TAHUN 2007

OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

KONSTRUKSI KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK TAHUN 2006

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

Perkembangan Harga Beras, Terigu Dan Gula Di Indonesia Tahun 2008 Selasa, 31 Maret 2009

EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK TAHUN 2004 DAN PROSPEK TAHUN 2005

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk,

BAB I. PENDAHULUAN A.

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA PERTANIAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENYESUAIAN HPP GABAH

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH

KEBIJAKAN MENYANGGA ANJLOKNYA HARGA GABAH PADA PANEN RAYA BULAN FEBRUARI S/D APRIL 2007

KINERJA MAKRO PEMBANGUNAN PERTANIAN 2005

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS BESARAN SUBSIDI PUPUK DAN POLA DISTRIBUSINYA

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

I. PENDAHULUAN. sebagai penyedia pangan yang cukup bagi penduduknya dan pendukung

ANALISIS DESKRIPTIF PENETAPAN HARGA PADA KOMODITAS BERAS DI INDONESIA

PENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) MARET 2005 TERHADAP PROFITABILITAS USAHA JASA ALSINTAN DAN USAHATANI PADI

2017, No menyebabkan berkurangnya pendapatan petani dan turunnya penyerapan gabah dan beras; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dima

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA

KAJIAN PENURUNAN KUALITAS GABAH-BERAS DILUAR KUALITAS PENDAHULUAN

KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN UPAH BURUH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

RATA-RATA HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 10,59 PERSEN

Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi. I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

TINJAUAN PUSTAKA Situasi Penawaran dan permintaan Beras di Indonesia. Kondisi penawaran dan permintaan beras di Indonesia dapat diidentifikasi

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

Efektifitas Subsidi Pupuk: Implikasinya pada Kebijakan Harga Pupuk dan Gabah

ekonomi Kelas X INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR K-13 Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 A.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

BERITA RESMI STATISTIK

RATA-RATA HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 1,32 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

BERITA RESMI STATISTIK

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2008 SEBESAR 135,16

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

BPS PROVINSI JAWA BARAT

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN KETUA HARIAN DEWAN KETAHAN PANGAN NOMOR: 24/Permentan/PP.330/4/2008 TENTANG

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

menghasilkan limbah yang berupa jerami sebanyak 3,0 3,7 ton/ha.

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI GORONTALO 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN UPAH BURUH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

ANALISIS KELAYAKAN PENGALIHAN SUBSIDI PUPUK MENJADI PENJAMINAN HARGA GABAH : Subsidi Input vs Output *

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

Regulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

TINJAUAN PUSTAKA. masing-masing individu, misalnya kepentingan pengusaha sering tidak sesuai

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BAB I PENDAHULUAN. fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia. beras. Perkembangan dari hal-hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

RATA-RATA HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 5,03 PERSEN

Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU

SURVEI LUAS PANEN DAN LUAS LAHAN TANAMAN PANGAN 2015

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

Transkripsi:

JUSTIFIKASI DAN RESIKO PENINGKATAN HARGA DASAR GABAH PEMBELIAN PEMERINTAH Dilihat dari segi kandungan proteksi dan kemampuan untuk mengefektifkannya, harga dasar gabah pembelian pemerintah (HDPP) yang berdasarkan Inpres No. 9/2002, per Januari 2003 ditetapkan Rp. 1.230/Kg gabah kering panen (GKP) di tingkat penggilingan (atau Rp. 1.200/Kg GKP di tingkat petani), Rp. 1.725/Kg gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan (atau Rp. 1.700/Kg GKG di tingkat petani), dan Rp. 2.790/Kg beras di gudang Bulog, masih wajar tidak dinaikkan hingga tahun 2005 mendatang. Berdasarkan data harga beras dunia selama bulan Januari - Agustus 2004, harga paritas gabah petani hanya Rp. 1.060/Kg GKP. Ini berarti HDPP yang ditetapkan pemerintah Rp. 1.200/Kg GKP di tingkat petani mengandung dukungan harga Rp. 140/Kg GKP atau tingkat proteksi nominal 8 persen. Selain itu, HDPP yang berlaku saat ini sudah dapat di topang dengan tarif impor beras Rp. 430/Kg sehingga masalah kronis inefektifitas kebijakan HDPP dapat dihindarkan. Namun demikian, HDPP yang berlaku sekarang sudah berjalan selama dua tahun. Pada masa lalu, HDPP selalu dinaikkan pemerintah paling tidak setiap dua tahun. Jika HDPP tahun 2005 tidak dinaikkan maka pemerintahan sekarang, yang nota bene baru saja terbentuk, mungkin dikritik tidak berpihak kepada petani. Kritikan politis ini akan semakin kuat bilamana pemerintahan jadi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada awal bulan mendatang. Disamping alasan politik terdapat juga alasan ekonomi yang menguatkan urgensi menaikkan HDPP spada awal tahun 2005 mendatang sebagaimana duraikan lebih lanjut pada bagain berikut analisis ringkas ini : 1. Harga gabah petani cenderung menurun baik secara nominal, lebih-lebih secara riil. Dalam dua tahun terakhir, harga nominal gabah petani terus menurun dari Rp. 1.224/Kg GKP pada tahun 2003, dan 1.211/Kg GKP pada tahun 2004 (Januari- Oktober). Kombinasi penurunan harga nominal dan inflasi telah menyebabkan harga riil gabah petani menurun 18 persen dalam tiga tahun terakhir (Tabel 1). Harga riil gabah petani pada tahun 2004 adalah yang terendah dalam lima tahun terakhir sehingga sudah mendesak untuk di tingkatkan. 28

Tabel 1. Perkembangan Harga gabah yang diterima petani, 2001-2004 (Rp/Kg GKP). Jenis Harga 2000 2001 2002 2003 2004 1. Harga nominal 976 1.119 1.231 1.224 1.211 2. Harga riil 97 100 98 92 82 2. Nilai riil HDPP menurun hingga titik terendah dalam lima tahun terakhir Nilai riil HDPP pada tahun 2004 telah menurun 18 persen dibanding tahun 2000 (Tabel 2). Kenaikan HDPP pada tahun 2001 dan 200 tidak cukup untuk mempertahankan nilai riilnya. Itulah alasan utama kenapa nilai riil HDPP cenderung menurun tajam dalam lima tahun terakhir. Tabel 2. Perkembangan HDPP, 2000-2004 (Rp/Kg GKP). Jenis Harga 2000 2001 2002 2003 2004 1. Harga nominal 1.020 1.095 1.095 1.230 1.230 2. Harga riil 104 100 89 94 85 Nilai riil HDPP tahun 2004 telah menurun 10 persen dibanding tahun 2003 saat HDPP terakhir kali dinaikkan, tidak jauh berbeda dengan penurunan nilai riil pada tahun 2002 (sebelum HDPP dinaikkan) dibanding pada tahun 2001 yang mencapai 11 persen. Dengan demikian, dengan mengacu pada keputusan menaikkan HDPP sebelumnya, HDPP mestinya dinaikkan pada tahun 2005. Untuk memulihkan nilai riilnya pada posisi tahun 2003, maka HDPP perlu dinaikkan sedikitnya 10 persen menjadi Rp. 1.355/Kg GKP. 3. Pemerintah akan menaikkan harga BBM pada tahun 2005. Hampir dapat dipastikan pada tahun 2005 mendatang pemerintah akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang secara psikologi politik maupun ekonomi menimbulkan desakan kuat untuk menaikkan harga HDPP. Secara psikologi-politik, kebijakan menaikkan harga BBM dipastikan publik tidak pro petani dan golongan rakyat miskin. Petani dan rakyat miskin dipandang layak memperoleh kompensasi atas kerugian yang ditimbulkan oleh kenaikan harga BBM tersebut. 29

Menaikkan HDPP dapat dipandang sebagai salah satu kebijakan untuk mengkompensasi petani atas kerugian akibat kenaikkan harga BBM. Dengan perkataan lain, menaikkan HDPP merupakan salah satu cara untuk megurangi efek negatif kenaikkan harga BBM dalam bidang politik. Selain dalam bidang politik, kenaikkan harga BBM akan menimbulkan dampak ekonomi yang cukup kuat bagi petani dan pertanian. Pertama, kenaikkan harga BBM akan meningkatkan inflasi yang berarti menurunkan nilai riil atau daya beli laba usahatani dan pendapatan total keluarga tani. Secara spesifik, inflasi akan menurunkan nilai riil harga gabah petani, HDPP maupun laba usahatani padi. Penelitian Sadewa (2004) dan Yosendri (2004) menemukan bahwa jika harga BBM naik 10 persen maka inflasi akan meningkat berturut-turut 0,7 persen dan 1,6 persen atau dengan nilai tengah 1,15 persen. Lebih lanjut, Panggabean (2004) menemukan bahwa himpitan inflasi tersebut terutama berasal dari kenaikan harga pangan. Jika harga BBM naik 10 % maka harga bahan pangan akan naik 1,5-2,0 persen sedangkan harga produk non pangan naik sekitar satu persen. Walaupun harga produk pertanian di tingkat konsumen akan meningkat, kenaikan harga BBM akan menentukan harga hasil usahatani di tingkat petani karena meningkatnya ongkos penanganan dan pemasaran. Jika harga BBM naik 10 % maka harga gabah ditingkat petani akan turun 2,2 persen (Simatupang dan Purwoto, 1995). Dampak penurunan harga hasil usahatani diperburuk pula oleh peningkatan harga input usatahani. Peneliti yang sama menemukan bahwa jika harga BBM naik 10 persen, maka harga pupuk di tingkat petani akan naik sekitar 13-18 persen. Dampak yang jauh lebih besar ialah terhadap upah tenaga kerja dan sewa traktor. Jika harga BBM naik 10 persen maka upah tenaga kerja pertanian naik 5,7 persen dan sewa jasa traktor naik 4,2 persen. Secara keseluruhan, jika harga BBM naik 10 persen maka laba usahatani padi akan turun 4,0 persen, dengan rincian 1,2 persen berasal dari kenaikan harga input dan 2,8 persen berasal dari penurunan harga gabah. Dengan demikian, agar nilai nominal laba usahatani tidak menurun, jika harga BBM meningkat 10 persen maka harga gabah petani harus meningkat 0,92 persen. Jika elastisitas inflasi terhadap harga BBM diperkirakan 0,115, maka dampak negatif kenaikan 10 persen harga BBM terhadap nilai riil laba usahtaani padi akan dapat dinetralisir jika harga gabah petani naik 2,07 persen. 30

Berdasarkan berita di media massa, kenaikan harga BBM diperkirakan berkisar 20-40 persen. Perkiraan kenaikan HDPP untuk menetralisir dampak negatif kenaikan harga BBM terhadap nilai riil laba usahatani padi ditentukan pada Tabel 3. Perkiraan ini tentu didasarkan pada asumsi bahwa HDPP dapat diefektifkan. Kenaikan harga sebesar 40 persen merupakan perkiraan untuk menghapuskan subsidi secara total. Penghapusan subsidi BBM diperkirakan tidak akan dilakukan sekali untuk seluruhnya, tetapi akan bertahap sehingga dampak negatifnya masih dapat dikelola. Oleh karena itu, kenaikan harga BBM pada tahun 2005 mendatang mungkin tidak lebih dari 30 persen. Dengan demikian, HDPP disarankan untuk dinaikkan Rp. 1.310/Kg GKP. Tabel 3. HDPP Untuk Menetralisir Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Nilai Riil Laba Usahatani (Rp/Kg GKP). Uraian Kenaikan harga BBM (%) 20 30 40 1. Nominal HDPP 1.280 1.306 1.332 2. Kenaikan HDPP 4,14 6,21 8,28 3. Inflasi 2,30 3,45 4,60 4. Harga beras di pasar internasional melonjak tajam dalam tiga tahun terakhir. Dalam tiga tahun terakhir, harga beras di pasar internasional melonjak terus dari US $ 149/ton pada tahun 2001 menjadi US $ 218/ton pada tahun 2004 (Januari Agustus) atau meningkat hampir 50 persen dalam tiga tahun. Harga paritas beras impor (tanpa tarif impor) melonjak dari Rp. 1.947/Kg pada tahun 2001 menjadi Rp. 2.359/Kg pada tahun 2004 atau meningkat 21 persen dalam tiga tahun. Jika tarif impor Rp. 430/Kg dibayar penuh maka harga beras impor domestik pada tahun 2004 ini sudah mencapai Rp. 2,811 atau yang berarti lebih tinggi dari harga beras domestik sepadan HDPP yang berlaku. Kalaupun tarif impor beras hanya dibayar separuhnya (karena ada impor ilegal), sejak bulan Mei 2004 harga beras impor sudah lebih tinggi daripada harga beras domestik sepadan HDPP Rp. 1.230/Kg GKP (Tabel 4). 31

Tabel 4. Perkembangan Harga Beras Domestik Dan Harga Beras Impor, 2004 (Rp/Kg). Bulan Harga beras impor menurut bea Harga beras domestik masuk efektif Sepadan Aktual Rp 430 Rp 215 Nihil HDPP Januari 2.675 2.700 2.498 2.273 2.047 Februari 2.675 2.700 2.518 2.292 2.067 Maret 2.675 2.700 2.786 2.560 2.334 April 2.675 2.700 2.828 2.602 2.376 Mei 2.675 2.700 2.928 2.702 2.476 Juni 2.675 2.693 2.958 2.732 2.506 Juli 2.675 2.571 2.950 2.725 2.499 Agustus 2.675 2.456 3.021 2.795 2.569 Berdasarkan perhitungan di atas, jika impor ilegal dapat dikurangi atau lebih baik lagi di cegah, maka tarif impor beras yang berlaku sekarang Rp. 430/Kg lebih dari cukup untuk menopang HDPP yang berlaku saat ini Rp. 1.230/Kg GKP. Pada tingkat harga beras impor pada bulan Agustus 2004 Rp. 3.021/Kg, tarif impor yang berlaku saat ini dapat menopang HDPP Rp. 1.360/ Kg GKP. Dengan perkataan lain, HDPP dapat ditingkatkan hingga Rp. 1.360/Kg GKP tanpa harus meningkatkan tarif impor beras. Itu berarti, dari segi kelayakan teknis-operasional HDPP layak ditingkatkan pada tahun 2005, tentu asal harga beras dunia bertahan tinggi setidaknya seperti saat ini. 5. Harga riil beras di tingkat konsumen menurun dalam dua tahun terakhir Harga riil beras di tingkat konsumen pada tahun 2004 adalah yang termurah dalam lima tahun terakhir. Penurunan tajam terjadi pada periode tahun 2002-2004. Harga riil beras pada tahun 2004 sekitar 12 persen lebih rendah daripada tahun 2001 (Tabel 5). Bahkan pada tahun 2004 harga beras menurun secara nominal. Dengan demikian, kalaupun harga beras konsumen akan meningkat jika HDPP dinaikkan, peningkatan tersebut tidak akan terlalu memberatkan konsumen beras. Peningkatan harga beras tersebut dapat dipandang sebagai kompensasi terhadap inflasi yang mungkin tidak akan melebihi harga riil beras pada tahun 2002 tatkala pemerintah terakhir kali menaikkan HDPP. 32

Tabel 5. Perkembangan harga beras di tingkat konsumen, 2000-2004 (Rp/Kg). Jenis Harga 2000 2001 2002 2003 2004 1. Harga nominal 2.094 2.277 2.675 2.692 2.653 2. Harga riil 102 100 105 99 88 6. Peluang resiko Walaupun berdasarkan analisis saat ini secara politis, ekonomis dan teknisoperasional patut dan layak dilaksanakan, keputusan untuk menaikkan HDPP pada tahun 2005 akan menghadapi resiko gagal diefektifkan. Pertama, kenaikkan harga BBM akan meningkatkan ongkos penanganan dan pemasaran gabah/beras yang selanjutnya akan menekan harga gabah di tingkat petani sehingga tantangan dalam menjaga efektifitas HDPP semakin sulit. Kedua, harga beras dunia mungkin saja menurun (untuk tahun 2005 kemungkinan ini kecil karena produksi beras di beberapa negara eksportir diperkirakan akan menurun karena iklim yang kurang baik). Pada intinya jika HDPP dinaikkan maka instrumen penunjang efektifitasnya perlu lebih diperkuat. Bulog perlu diwajibkan mendahulukan pengadaan beras hasil produksi petani dalam negeri untuk memenuhi seluruh kebutuhan penyaluran beras Raskin. Upaya untuk mencegah impor ilegal perlu lebih diintensifkan dan jika harga dunia menurun, pemerintah juga harus bersedia meningkatkan tarif impor beras. 7. Kesimpulan dan Saran. Ditinjau dari segi politik, ekonomi dan teknis-operasional, HDPP perlu dan layak dinaikkan tahun 2005 mendatang. Dengan perkiraan harga BBM akan naik 30 persen, maka HDPP disarankan untuk dinaikkan menjadi Rp. 1.319/Kg GKG atau naik sekitar 6 persen dari HDPP yang berlaku saat ini. Peningkatan sebesar itu memang belum cukup untuk memulihkan harga riil HDPP ke tingkat pada tahun 2003. Namun peningkatan lebih tinggi dapat menyebabkan akumulasi inflasi terlalu besar akibat pelaksanaannya bersamaan dengan kenaikan harga BBM. Jika dipandang perlu dan layak, HDPP dapat dinaikkan lagi pada tahun 2006. Keputusan menaikkan HDPP haruslah disertai dengan upaya memperkuat instrumen penunjangnya. Bulog diminta mendahulukan pengadaan beras dari hasil produksi petani dan dalam rangka mengefektifkan HDPP. Upaya melibatkan semua 33

lembaga terkait maupun organisasi masyarakat dan organisasi petani jika memang dibutuhkan. Kabinet Indonesia Bersatu juga harus sepakat menyesuaikan tarif dan regulasi impor beras dalam rangka mengefektifkan HDPP tersebut. 34