PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN CERAMAH MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN WUS (WANITA

IIN ISTIQOMAH J

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

Siti Amallia 1, Rahmalia Afriyani 2, Yuni Permata Sari 3 1,2,3 STIK Siti Khadijah Palembang.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN

PERBEDAAN PENGETAHUAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PENDIDIKAN DENGAN METODE SNOWBALL THROWING

: LULUK ERDIKA GRESTASARI J

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN PUS TENTANG ALAT KONTRASEPSI IMPLAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NUANGAN BOLAANG MONGONDOW TIMUR

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN 1 KOTA YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : ELIS SITI PRIYANI

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS SUKAWARNA TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

FAKTOR YANG MEMBEDAKAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICES

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berencana secara komprehensif (Syaiffudin, 2006). untuk menggunakan alat kontrasepsi hormonal maupun non hormonal.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA DALAM PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI WILAYAH KARTASURA

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA PASIRANGIN KECAMATAN CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan. kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

Agi Yulia Ria Dini 1), Adil Zulkarnain 2), Fitria Primi Astuti 3) Program Studi DIV Kebidanan Ngudi Waluyo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya di dunia. Program KB seharusnya menjadi prioritas. pembangunan di setiap daerah karena sangat penting untuk Human

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS. (Jurnal) Oleh AYU FITRI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : RINI INDARTI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH

BAB I PENDAHULUAN. bulan Agustus 2010 antara lain jumlah penduduk indonesia adalah

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD pada Wanita PUS di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya. pada tahun 2000 menjadi 237,6 juta di tahun 2010 (BKKBN, 2010).

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KB PRIA DI KABUPATEN DEMAK (Studi Pada Masyarakat Pesisir Dan Masyarakat Kota di Kabupaten Demak)

FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAN IMPLANT (Studi pada akseptor KB Desa Arjasari, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya 2014)

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Asti Listyani PROGRAM

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: ASFARIZA YUDHI PRABOWO

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA PILANGSARI KECAMATAN NGRAMPAL KABUPATEN SRAGEN

TESIS. Oleh IRMA WULANDARI /IKM

BAB I PENDAHULUAN. bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

KELAS BAPAK DAN PENGETAHUAN SUAMI TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG GASTRITIS TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN GASTRITIS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 7 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi untuk menaikkan taraf penghidupan. Setiap tahun,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

NASKAH PUBLIKASI TRI NURIKA Disusun Oleh:

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKIKUTSERTAAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN MAKARTI JAYA TAHUN 2014

UNIVERSITAS SILIWANGI FAKULTAS ILMU KESEHATAN PEMINATAN KESEHATAN REPRODUKSI SKRIPSI, NOVEMBER 2014

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG POSYANDU LANSIA TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA

Wiwit Desi Intarti Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

PENGARUH PEMBERIAN KIE TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENGETAHUAN AKSEPTOR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IMPLANT. Yunik Windarti

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. keterbatasan. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan terbatasnya lahan sebagai sumber

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

PENGARUH PENYULUHAN INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI MKJP PADA PUS DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU

Christiana Kaseuntung Rina Kundre Yolanda Bataha

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

JST Kesehatan, Oktober 2017, Vol. 7 No. 4 : ISSN

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

ANALISIS FAKTOR PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS CIMANDALA KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

Transkripsi:

PENGARUH MEDIA LEAFLET TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN WUS (WANITA USIA SUBUR) DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD (INTRA UTERINE DEVICE) DI DESA TEGALREJO KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : IIN ISTIQOMAH J410120015 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

PENGARUH MEDIA LEAFLET TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN WUS (WANITA USIA SUBUR) DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD (INTRA UTERINE DEVICE) DI DESA TEGALREJO KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI Iin Istiqomah 1, Giat Purwoatmodjo 2, Tanjung Anitasari 3 1 Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, iin_isti@yahoo.co.id 2 3 Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak Pengguna kontrasepsi IUD masih rendah dibandingkan kontrasepsi lain yang termasuk dalam non MKJP. Rendahnya penggunaan kontrasepsi IUD disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah rendahnya tingkat pengetahuan. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan dan menguji leaflet sebagai media promosi kesehatan dalam upaya meningkatkan pengetahuan tentang kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) pada Wanita Usia Subur Di Desa Tegalrejo Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. Desain penelitian menggunakan penelitian eksperimental dengan rancangan percobaan Quasi Experimental Design dengan pendekatan Pretest-Posttest with Control Group. Populasi dalam penelitian adalah Wanita Usia Subur berusia 20-49 berjumlah 495 orang. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Jumlah sampel penelitian 35 sampel untuk kelompok perlakuan dan 35 sampel untuk kelompok kontrol. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisis statistik menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol (p=0,058>0,05). 2) Ada perbedaan signifikan tingkat pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD sesudah diberikan pendidikan pada kelompok perlakuan (p=0,000<0,05). Kata Kunci : Pengetahuan, kontrasepsi IUD, WUS, Penyuluhan kesehatan, leaflet Abstract EFFECT OF LEAFLET MEDIA TO INCREASE KNOWLEDGE OF WUS (WOMEN IN FERTILE AGE) IN THE ELECTION OF IUD (INTRA UTERINE DEVICE) IN TEGALREJO VILLAGE, SAWIT, BOYOLALI Users contraception IUD Still more low compared contraception lay Included hearts non LTM. Low use IUD contraception is caused by different factors, praying only is the low level of knowledge. Interest research and testing singer is developing a leaflet as a medium that health promotion efforts to improve knowledge about hearts Intra Uterine Device (IUD) contraceptive at woman of fertile age Sawit subdistrict Tegalrejo In Boyolali. The experimental research study design using design of experiments with the Quasi Experimental Design approach with a pretestposttest control group. The population research is a women in fertile age aged 20-49 amounted to 495 people. Sampling technique purposive sampling. The number of research samples 35 samples for the the treatment group and 35 samples for the control group. Research instruments used questionnaire. Statistical analysis using t test. The results showed: 1) There is no significant difference in the level of knowledge women in fertile age about IUD contraceptive before and after administration of health education in the control group (p = 0.058 >0.05). 2) There is a significant difference in the level of knowledge women in fertile age about the IUD contraceptive after WUS provided education in the treatment group (p = 0.000<0.05). Keywords : Knowledge, IUD, WUS, Health education, leaflet 1

1. PENDAHULUAN Masalah utama kependudukan di Indonesia yaitu pertumbuhan penduduk yang tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2014 jumlah penduduk Indonesia mencapai 252.124.458 jiwa. Jumlah tersebut terdiri atas 126.921.864 jiwa penduduk laki-laki dan 125.202.594 jiwa penduduk perempuan (BPS, 2014). Laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2010-2014 sebesar 1,4%. Angka ini telah mengalami penurunan dibandingkan tahun 2000-2010 yaitu sebesar 1,49%. Program yang dicanangkan pemerintah untuk menekan tingginya laju pertumbuhan penduduk yaitu dengan program Keluarga Berencana (KB). Jumlah peserta KB baru di Indonesia secara nasional pada Februari 2015 sebanyak 533.067 orang, peserta KB baru lebih banyak yang memilih Metode Kontrasepsi Jangka Pendek (Non MKJP) yaitu sebesar 81,83%. Peserta KB baru yang memilih Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) hanya sebesar 18,17%. Rincian metode kontrasepsi yang digunakan berdasarkan jumlah di atas yaitu suntik sebanyak 278.333 orang (52,21%), pil sebanyak 129.880 orang (24,36%), kondom sebanyak 27.996 orang (5,25%), IUD sebanyak 36.601 (6,87%), MOW sebanyak 7.867 orang (1,48%), implant sebanyak 51.843 orang (9,73%), dan MOP sebanyak 547 orang (0,10% ) (BKKBN, 2015). Berdasarkan data yang telah diperoleh dapat diinterprestasikan bahwa pengguna kontrasepsi IUD masih rendah dibandingkan kontrasepsi lain yang termasuk dalam non MKJP. Rendahnya penggunaan kontrasepsi IUD disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah tingkat pengetahuan. Kurangnya pengetahuan tentang alat kontrasepsi IUD yang meliputi pengertian, keuntungan, efek samping, waktu yang tepat untuk pemasangan membuat akseptor KB takut untuk menggunakan IUD. Perlunya peningkatan program penyuluhan atau promosi mengenai alat kontrasepsi IUD diharapkan akan menambah pengetahuan WUS (Wanita Usia Subur) mengenai pengertian, efek samping, keuntungan, dan waktu yang tepat untuk pemasangan. Penyuluhan ini diharapkan akan meningkatkan 2

pengetahuan masyarakat tentang alat kontrasepsi IUD sehingga jumlah peserta KB IUD juga akan meningkat. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Sawit I peserta KB aktif mayoritas menggunakan metode non MKJP, kurangnya pengetahuan akseptor KB tentang MKJP merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya penggunaan MKJP khususnya IUD. Data dari Puskesmas Sawit di Desa Tegalrejo Kecamatan Sawit sampai bulan September 2015 diperoleh jumlah PUS sebanyak 495 pasangan. Peserta KB aktif sebanyak 403 dengan rincian IUD sebanyak 61 orang (15,1%), implant 40 orang (9,9%), suntik 223 orang (55,3%), pil 40 orang (9,8%), MOW 20 orang (4,9%), dan kondom 19 orang (4,7%). Berdasarkan hasil wawancara dengan Bidan Desa Tegalrejo, faktor utama yang menyebabkan rendahnya pengetahuan WUS tentang alat kontrasepsi IUD adalah kurangnya KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi). Belum pernah ada penyuluhan tentang kontrasepsi IUD dengan menggunakan media leaflet di Desa Tegalrejo, hal ini menunjukkan bahwa media leaflet yang dimiliki BKKBN belum digunakan secara maksimal untuk melakukan pendidikan kesehatan. Belum pernah ada yang melakukan penelitian menggunakan media leaflet untuk meningkatkan pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD di Desa Tegalrejo. 2. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan percobaan Quasi Experimental Design dengan rancangan Pretest Posttest with Control Group. Lokasi penelitian di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh WUS (Wanita Usia Subur) yang berusia 20-49 tahun di Desa Tegalrejo, Sawit, Boyolali yang berjumlah 495 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah WUS yang berusia 20-49 tahun yang sudah menikah, tidak menggunakan IUD, dan tercatat sebagai peserta KB aktif berjumlah 70 orang. 35 orang untuk kelompok kontrol dan 35 orang untuk kelompok perlakuan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yang diperoleh dari hasil kuesioner pre test dan post test yang meliputi skoring tingkat pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD. Analisis data menggunakan uji t. 3

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Responden Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden pada WUS di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali Variabel Penelitian Perlakuan Kontrol f (%) f (%) Usia 21-25 tahun 10 (28,6) 15 (42,9) 26-30 tahun 17 (48,6) 11 (31,4) 31-35 tahun 8 (22,9) 8 (22,9) 36-40 tahun 0 (0,0) 1 (2,9) Pendidikan SMA 24 (68,6) 23 (65,7) Diploma 8 (22,9) 9 (25,7) Sarjana 3 (8,6) 3 (8,6) Pekerjaan IRT 22 (62,9) 16 (45,7) Buruh 1 (2,9) 8 (22,9) PNS 4 (11,4) 4 (11,4) Swasta 8 (22,9) 7 (20,0) Jumlah Anak 1 Orang 7 (20,0) 5 (14,3) 2 Orang 27 (77,1) 28 (80,0) 3 Orang 1 (2,9) 2 (5,7) Riwayat Penggunaan Kontrasepsi Tidak pakai 15 (42,9) 12 (34,3) KB Suntik 17 (48,6) 19 (54,3) Pil KB 0 (0,0) 0 (0,0) Kondom 3 (9,6) 4 (11,4) Kontrasepsi Sekarang Tidak Pakai 14 (40,0) 8 (22,9) KB Suntik 21 (60,0) 21 (60,0) Pil KB 0 (0,0) 5 (14,3) Kondom 0 (0,0) 1 (2,9) Total 35 (100) 35 (100) Pada tabel 1 dapat diketahui distribusi frekuensi responden menurut usia pada kelompok kontrol usia 21-25 tahun dan kelompok perlakuan usia 25-30 tahun. Berdasarkan pendidikan pada kelompok kontrol dan kelompok 4

perlakuan sebagian besar berpendidikan SMA. Berdasarkan pekerjaan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebagian besar sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga). Berdasarkan jumlah anak pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebagian besar mempunyai 2 anak. Berdasarkan riwayat KB yang pernah dipakai pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebagian besar pernah menggunakan KB suntik. KB yang digunakan pada saat ini pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebagian besar menggunakan KB suntik. 3.2 Analisis Univariat 3.2.1 Pengetahuan tentang Kontrasepsi IUD sebelum Perlakuan (Pre Test) dan sesudah Perlakuan (Post Test) Tabel 2. Distribusi Data Skor Pengetahuan Responden tentang Kontrasepsi IUD sebelum dan sesudah Pendidikan Kesehatan. Statistik Kontrol perlakuan Deskriptif Pre Test Post Test Pre Test Post Test Nilai rata-rata 16,71 16,94 16,71 20,06 Nilai Tertinggi 20 20 21 23 Nilai Terendah 9 11 9 17 Standar deviasi 2,50 2,17 2,83 1,81 Pada tabel 2 menunjukkan distribusi data tingkat pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD. Sebelum diberi perlakuan, rata-rata skor pengetahuan pada kelompok kontrol dan perlakuan sebesar 16,71. Sesudah diberikan pendidikan kesehatan, rata-rata skor pengetahuan pada kelompok konrol sebesar 16,94 dengan nilai tertinggi 20 dan nilai terendah 11. Pada kelompok perlakuan rata-rata skor pengetahuan sebesar 20,06 dengan nilai tertinggi 23 dan nilai terendah 17. 3.2.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Kontrasepsi IUD Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Kontrasepsi IUD Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan. Kontrol Perlakuan Variabel Pre Test Post Test Pre Test Post Test Pengetahuan F % F % f % F % Baik 3 8,6 3 8,6 4 11,4 22 62,9 5

Cukup 28 80,0 29 82,9 25 71,4 13 37,1 Kurang 4 11,4 3 8,6 6 17,1 0 0 Total 35 100 35 100 35 100 35 100 Pada tabel 3 dapat diketahui tingkat pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD, dengan hasil sebelum dilakukan pendidikan kesehatan (Pre Test) pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan sebagian besar dengan pengetahuan cukup yaitu sebanyak 28 responden (80,0%) pada kelompok kontrol dan sebanyak 25 responden (71,4%) pada kelompok perlakuan. Sesudah dilakukan pendidikan kesehatan (Post Test) pada kelompok kontrol sebagian besar dengan tingkat pengetahuan cukup, yaitu sebanyak 29 responden (82,9%). Pada kelompok perlakuan sebagian besar dengan tingkat pengetahuan baik, yaitu sebanyak 22 responden (62,9%). 3.3 Analisis Bivariat 3.3.1 Uji Beda Dua Sampel Berpasangan (Paired Sample T-test) Tabel 5. Hasil Uji Paired Sample T-test untuk Kontrol dan perlakuan. Penelitian Nilai t hitung p Value Kontrol Perlakuan Ratarata Pre test Ratarata Post Test Selisih Pos Test- Pre Test Ratarata Kenaika n (%) 1,961 0,058 16,71 16,94 0,23 1,37% 7,707 0,000 16,71 20,06 3,35 20,0% Berdasarkan tabel 5 diketahui nilai p (0,058>0,05) sehingga tidak ada perbedaan signifikan skor pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD sebelum dan sudah pemberian pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan diketahui nilai nilai p (0,000<0,05) sehingga ada perbedaan signifikan skor pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD sebelum dan sudah pemberian pendidikan kesehatan pada kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol selisih antara nilai rata-rata pre test dan post test yaitu 6

sebesar 0,23 (1,37%) sementara pada kelompok perlakuan selisih nilai rata-rata pre test dan post test sebesar 3,35 (20,0%). 3.3.2 Uji Beda Dua Sampel Terpisah (Independent Sample T-test) Tabel 6. Hasil Uji Independent Sample T-test Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pada Kontrol dan Perlakuan Penelitian Nilai t hitung Nilai t tabel p Value Rata-rata Pre test Rata-rata Post Test Kontrol Perlakuan 0,000 2,000 1 16,71 16,94 6,517 2,000 0,000 16,71 20,06 Berdasarkan tabel 6 diketahui nilai p (1>0,05) sehingga tidak ada perbedaan signifikan tingkat pengetahuan sebelum pemberian pendidikan kesehatan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hasil tersebut menunjukkan kedua kelompok sebelum dilakukan eksperimen dalam kondisi yang sama atau seimbang. Sesudah diberikan perlakuan diketahui nilai p (0,000<0,05) sehingga ada perbedaan signifikan tingkat pengetahuan WUS sesudah diberikan pendidikan kesehatan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. 3.4 Tingkat Pengetahuan tentang Kontrasepsi IUD sebelum Perlakuan (Pre Test). Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD, sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan hasil (Pre Test) pada kelompok kontrol rata-rata nilai sebesar 16,71 dengan nilai tertinggi 20 dan nilai terendah 9 dan sebagian besar dengan tingkat pengetahuan cukup, yaitu sebanyak 28 responden (80%). Pada kelompok perlakuan (pendidikan kesehatan dengan media leaflet) rata-rata nilai sebesar 16,71 dengan nilai tertinggi 21 dan nilai terendah 9. Pada kelompok perlakuan (pendidikan kesehatan dengan media leaflet) sebagian besar responden dengan tingkat pengetahuan cukup, yaitu sebanyak 25 responden (71,4%). 7

Hasil penelitian menunjukkan sebelum diberikan perlakukan kedua kelompok rata-rata dengan pengetahuan yang sama, yaitu pengetahuan yang cukup tentang kontrasepsi IUD. Hal yang sama juga dijelaskan oleh penelitian Hardianti (2016), WUS sebelum diberikan penyuluhan rata-rata mempunyai tingkat pengetahuan cukup dan justru cenderung ke rendah. Hal ini memberikan gambaran kedua kelompok dalam posisi yang sama dan tidak bias data. Hal tersebut dikuatkan dari hasil uji dimana p (1 > 0,05) sehingga tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan yang signifikan sebelum diberikan pendidikan kesehatan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. 3.5 Tingkat Pengetahuan tentang Kontrasepsi IUD sesudah Perlakuan (Post Test). Hasil penelitian menunjukan tingkat pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD, sesudah diberikan pendidikan kesehatan (Post Test) pada kelompok kontrol rata-rata nilai sebesar 16,94 dengan nilai tertinggi 20 dan nilai terendah 11, sebagian besar responden dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 29 responden (82,9%). Hasil penelitian menunjukkan hasil uji t yaitu p (0,058 > 0,05) sehingga tidak ada perbedaan signifikan tingkat pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD sebelum dan sudah pemberian pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan efektivitas peningkatkan pengetahuan pada pendidikan kesehatan kelompok kontrol sebesar 1,37%. Pengetahuan masyarakat yang tidak meningkat akibat kurangnya informasi dan penyuluhan sesuai dengan penelitian Rahayu (2010), masyarakat belum sepenuhnya sadar akan KB walaupun pemerintah telah berusaha dengan berbagai program untuk menarik simpati masyarakat dalam berpartisipasi mensukseskan program KB. Penyuluhan merupakan hal yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran dalam partisipasi WUS untuk menggunakan kontrasepsi IUD. Pada kelompok perlakuan (pendidikan kesehatan dengan media leaflet) rata-rata nilai sebesar 20,06 dengan nilai tertinggi 23 dan nilai terendah 17. Pada kelompok perlakuan sebagian besar responden tingkat pengetahuan baik 8

sebanyak 22 responden (62,9%) dan sisanya dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 13 responden (37,1%). Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata 16,71 mengalami kenaikan menjadi 20,06. Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok perlakuan terjadi peningkatkan pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil uji nilai t hitung sebesar 6,517 dan nilai t tabel sebesar 2,000 serta p 0,000. Hasil tersebut menunjukkan p (0,000 < 0,05) sehingga ada perbedaan signifikan tingkat pengetahuan WUS sesudah diberikan pendidikan kesehatan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan efektivitas peningkatkan pengetahuan kelompok perlakuan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media leaflet sebesar 20,0%. Hal ini juga didukung oleh penelitian Habsari (2016) yang menunjukan bahwa kelompok kontrol mengalami kenaikan nilai rata-rata sebesar 6,98%. Pada kelompok kontrol mendapatkan hasil yang rendah dibandingkan dengan kelompok perlakuan yang menggunakan ceramah dan leaflet. Peningkatan pengetahuan pada kelompok perlakuan terjadi karena diberikan pendidikan kesehatan dengan media leaflet. Menurut pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa sekitar 75 % sampai 87 % pengetahuan disampaikan melalui indera mata sedangkan leaflet merupakan metode pendidikan kesehatan yang menggunakan indera mata. Menurut Bensley (2008) leaflet sebelum digunakan untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba (Pretesting media) untuk mengetahui apakah tampilan, isi, bahasa dari leaflet sudah sesuai dengan kebutuhan audiens. 4. PENUTUP 4.1 Simpulan 4.1.1 Pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD sebelum perlakuan (pre test) pada kelompok kontrol katagori baik sebanyak 3 (8,6%), cukup sebanyak 28 (80%), dan kurang sebanyak 4 (11,4%). Hasil pre test pada kelompok perlakuan tingkat pengetahuan baik sebanyak 4 (11,4%), cukup sebanyak 25 (71,4%), dan kurang sebanyak 6 (17,1%). 9

4.1.2 Pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD sesudah perlakuan (post test) pada kelompok kontrol katagori baik sebanyak 3 (8,6%), cukup sebanyak 29 (82,9%), dan kurang sebanyak 3 (8,6%). Hasil post test pada kelompok perlakuan tingkat pengetahuan baik sebanyak 22 (62,9%) dan katagori cukup sebanyak 13 (37,1%). 4.1.3 Analisis uji T-test menunjukkan nilai t hitung sebesar 1,961 dan nilai t tabel sebesar 2,042 serta p 0,058. Hasil tersebut menunjukkan p (0,058 > 0,05) sehingga tidak ada peningkatan pengetahuan WUS yang signifikan tentang kontrasepsi IUD sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan peningkatkan pengetahuan pada kelompok kontrol sebesar 1,37%. 4.1.4 Analisis uji T-test diketahui nilai t hitung sebesar 7,707 dan nilai t tabel sebesar 2,042 serta p 0,000. Hasil tersebut menunjukkan p (0,000 < 0,05) sehingga ada peningkatan pengetahuan WUS yang signifikan tentang kontrasepsi IUD sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan efektivitas peningkakan pengetahuan pada kelompok yang diberikan penyuluhan dengan media leaflet sebesar 20,0%. 4.1.5 Tidak ada perbedaan signifikan tingkat pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD sebelum pemberian pendidikan kesehatan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (p= 1 > 0,05). 4.1.6 Ada perbedaan signifikan tingkat pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD sesudah diberikan pendidikan kesehatan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (p=0,000 < 0,05). 4.1.7 Media leaflet lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD ditunjukkan dengan rata-rata tingkat pengetahuan kelompok kontrol sebesar 16,94 sedangkan rata-rata tingkat pengetahuan kelompok perlakuan sesudah diberikan ceramah dengan media leaflet sebesar 20,06. 10

4.2 SARAN 4.2.1 Bagi instansi terkait khususnya Puskesmas Sawit I Boyolali Bagi Puskesmas Sawit I disarankan untuk menggunakan media leaflet dalam mempromosikan pentingnya program KB dan jenis-jenis metode kontrasepsi terutama metode kontrasepsi jangka panjang seperti IUD. Leaflet mudah dibagikan kepada WUS pada saat berkunjung ke puskesmas Sawit I atau pada saat puskesmas melakukan promosi kesehatan mengenai program KB oleh tim KIA Puskesmas Sawit I dibantu oleh bidan desa beserta kaderkader kesehatan dan dilakukan secara berkala dan merata. 4.2.2 Bagi masyarakat khususnya wanita usia subur Bagi WUS disarankan untuk lebih aktif mencari informasi tentang metode kontrasepsi selain yang sudah pernah diperoleh dari bidan desa.informasi yang benar dan cukup diharapkan dapat membantu WUS dalam memilih untuk menggunakan alat kontrasepsi, khususnya IUD. 4.2.3 Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk mengembangkan media yang sudah digunakan oleh peneliti dalam penyuluhan sehingga informasi yang disampaikan dapat lebih mudah diterima dan dimengerti oleh audiens. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2014. Data Sensus Penduduk. Jakarta: Badan Pusat Statistik. http//www.bps.go.id diakses tanggal 4 April 2016 Bensley J.R dan Fisher J. 2008. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat Edisi 2. Jakarta:EGC. BKKBN. 2014. Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia Tahun 2013. Jakarta: BKKBN. Hardianti,P. 2016. Efektifitas Audio Visual, Ceramah dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Kontrasepsi MOW. [Naskah Publikasi]. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan UMS. Kemenkes RI. 2014. Situasi dan Analisis Keluarga Berencana. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Suiraoka P. Dan Nyoman D. 2012. Media Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 11