BAB II PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI MUSTAH{IQ. pemberdayaan melalui berbagai program yang berdampak positif (mas}lahat)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF LAZ DOMPET DHUAFA PADA PROGRAM SOCIAL TRUST FUND (STF) DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini makin sering terdengar ungkapan ya ng mengatakan. bahwa dunia moder n sudah memasuki era informasi.

BAB I PENDAHULUAN. hal Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani, 2002,

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PROGRAM MICROFINANCE SYARI AH BERBASIS MASYARAKAT (MISYKAT) DAN MANAJEMEN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH UNTUK PENGEMBANGAN DAKWAH PADA BADAN AMIL ZAKAT (BAZ) KECAMATAN PEDURUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha -usaha para

BAB I PENDAHULUAN. Zakat Center Thoriqotul Jannah (Zakat Center) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI KJKS BMT ISTIQLAL PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA DAN PENGELOLAAN DANA TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. pajak bagi negara maka penerimaan pajak sebesar-besarnya sesuai ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelebihan harta atau biasa disebut para aghniya. Agar zakat. yang mampu mendatangkan pendapatan bagi mereka dan bahkan

BAB IV ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ZIS PADA BAZ DI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu problematika yang melanda umat.

Bab I. Pendahuluan. pengembangan zakat menjadi salah satu pemerataan pendapaatan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan berbagai tindakan agar bisnisnya tetap dapat bertahan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat atau pemerintah untuk

BABIV ANALISIS STRATEGI SISTEM PENGAWASAN PADA BMT BUANA KARTIKA KABUPATEN DEMAK. A. Model Sistem Pengawasan Sumber Daya Insanipada BMT Buana Kartika

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 109 PADA RUMAH ZAKAT CABANG SEMARANG. Layaknya perusahaan-perusahaan nirlaba lainnya, dalam melaksanakan

BAB IV ANALISIS PROSEDUR PENGELOLAAN DANA INFAQ YDSF DAN ANALISIS DAMPAK DARI PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT

BAB I PENDAHULUAN. Islam mengharuskan diterapkannya prinsip keadilan, termasuk dalam hal. pemerataan kesejahteraan melalui perintah zakat.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan mempertahankan eksistensi mereka agar tetap. bertahan dalam menghadapi tantangan yang ada. Di antara sekian topik

BAB III TINJAUAN UMUM KANTOR UPZ (UNIT PENGUMPUL ZAKAT) KECAMATAN TANGGEUNG CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. paling penting dalam usaha organisasi mencapai keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

BAB 1 PENDAHULUAN. Baitul Mal wa Tamwil atau di singkat BMT adalah lembaga. yang ada pada Alquran dan Hadist. Sesuai dengan namanya yaitu baitul

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pemberdayaan Zakat oleh BAZNAS dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan di. KabupatenTulungagung

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT DALAM PROGRAM PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU. kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan masyarakat dari

BAB II KAJIAN TEORI. seringkali disebut fasilitator masyarakat (community facilitator/cf) karena

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN DAKWAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KEBERAGAMAAN SANTRI PONDOK PESANTREN SALAFIYYAH AL MUNAWIR GEMAH PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 373 TAHUN 2003 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi unsur pokok

BAB I PENDAHULUAN. manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN. maaliyah (ibadah harta). Shalat, puasa dan haji digolongkan ke dalam. lagi yang bersifat ibadah ruhiyyat seperti syahadat.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pimpinan puncak suatu organisasi. Masing masing sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

BAB IV EFEKTIVITAS ZAKAT PRODUKTIF DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MUSTAHIK PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL PROVINSI JAWA TIMUR

Di dalam al-quran telah disebutkan bahwa zakat diperuntukkan kepada 8 as{na>f, sebagaimana surah al- Taubah ayat 60 berikut;

Oleh : Octiawan Basri

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang terpenting bagi setiap Negara,

PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT, INFAQ/ SHADAQAH PADA MUSTAHIQ

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 05 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

BAB II PROSEDUR PENGELOLAAN DANA INFAQ DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB IV\ ANALISIS DATA. A. Analisis Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah di BAZNAS Kota

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam. Kewajiban mengeluarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Orang yang melaksanakan fungsi auditing dinamakan pemeriksa atau auditor. Pada mulanya

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA SOSIAL PADA YAYASAN AL-JIHAD SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

BAB V PEMBAHASAN. A. Konsep Strategi Peningkatan Pengumpulan ZIS di BAZNAS Kabupaten

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

BAB IV ANALISA TERHADAP PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU BAITUS SALAM KOTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh

BAB IV. A. Mekanisme Penyaluran Bantuan Modal Usaha di Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. kompetisi yang terjadi sudah bersifat global dan adanya perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat, Zikrul Hakim Jakarta, 2005, hlm. 24

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang besar dalam pola hidup manusia serta penentu kinerja suatu

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Dana Zakat, Infaq dan Sedekah Dalam Pengembangan Usaha. Mikro di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah kelembagaan tentunya terdapat suatu organisasi. Organisasi

BAB V PENUTUP. dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

Transkripsi:

BAB II PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI MUSTAH{IQ A. Pendayagunaan Zakat Produktif Pendayagunaan zakat adalah bentuk pemanfaatan dana zakat secara maksimum tanpa mengurangi nilai dan kegunaannya, sehingga berdayaguna untuk mencapai kemaslahatan umat. 28 Pendayagunaan diarahkan pada tujuan pemberdayaan melalui berbagai program yang berdampak positif (mas}lahat) bagi mustah}iq. 29 Dengan demikian, pendayagunaan adalah upaya memperkuat posisi sosial dan ekonomi dengan tujuan mencapai penguatan dan kemampuan umat melalui dana bantuan yang pada umumnya berupa kredit untuk usaha produktif sehingga mustah}iq sanggup meningkatkan pendapatannya dan juga membayar kewajibannya (zakat) dari hasil usahanya atas pinjamannya (qard{ul h{asan). Manajemen merupakan tuntutan dalam pengaturan kehidupan masyarakat. Manajemen adalah pekerjaan intelektual yang dilakukan orang dalam hubungannya dengan organisasi bisnis, ekonomi, sosial dan yang lainnya. 30 Menurut Didin Hafidhuddin, BAZ/LAZ yang mendistribusikan zakat yang bersifat produktif, harus pula melakukan pembinaan dan pendampingan 28 Kementrian Agama RI, Pedoman Zakat Sembilan Seri, (Jakarta: Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2002), 95. 29 Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern...,198. 30 Ismail Nawawi, Zakat dalam Perpektif Fiqh, Sosial dan Ekonomi, (Surabaya: Putra Media Nusantara, 2010), 46. 22

23 kepada para mustah}iq agar kegiatan usahanya dapat berjalan dengan baik. 31 Oleh karena itu diperlukan manajemen yang tepat agar zakat yang didistribusikan kepada mustah}iq dapat produktif dan diharapkan merubah posisi dari mustah}iq menjadi muzakki> B. Manajemen Zakat Produktif 1. Pengertian Manajemen Zakat Produktif Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa Inggris, management, yang artinya ketatabahasaan, tata pimpinan, dan pengelolaan. Artinya manajemen adalah sebagai suatu proses yang diterapkan oleh individu atau kelompok dalam upaya-upaya koordinasi untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa arab, istilah manajemen diartikan sebagai An-Niza>m atau At-Tanzhi>m yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan penempatan sesuatu pada tempatnya. 32 Sedangkan secara terminologi terdapat banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah ilmu dan seni yang sangat penting yang telah merasuki dan mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan. Dengan manajemen manusia mampu mempraktikkan cara-cara efektif dan efisien dalam pelaksanaan pekerjaan. Begitu pula halnya dalam pengurusan zakat, manajemen dapat dimanfaatkan untuk 31 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), 25. 32 M.Munir, Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta:Kencana,2006), 9.

24 merencanakan, menghimpun, mendayagunakan dan mengembangkan perolehan zakat secara efektif dan efisien. 33 2. Fungsi-fungsi Manajemen Zakat Produktif Fungsi manajemen adalah rangkaian berbagai kegiatan yang telah ditetapkan dan memiliki hubungan saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya yang dilaksanakan oleh orang-orang dalam organisasi atau bagian-bagian yang diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan. 34 Banyak perbedaan pendapat tentang fungsi manajemen. Menurut George R. Terry, fungsi manajemen ada empat yaitu terdiri dari: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), memberi penggerakan (actuating) dan pengawasan (controling). 35 a. Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan pemilihan dan menghubungkan fakta, menggunakan asumsi-asumsi tentang masa depan dalam membuat visualisasi dan perumusan kegiatan yang diusulkan dan memang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Ada beberapa pihak yang menyatakan bahwa perencanaan (planning) merupakan suatu pendekatan yang terorganisir untuk menghadapi problema-problema di masa yang akan datang dan 33 Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern,62. 34 M.Munir, Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah,10 35 George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 15.

25 mereka memberi uraian bahwa planning mengembangkan rancangan kegiatan hari ini untuk tindakan-tindakan di masa mendatang. 36 Terkait dengan fungsi perencanaan (planning) zakat ada beberapa kegiatan, diantaranya sebagai berikut: 37 1) Menetapkan sasaran dan tujuan zakat. sasaran zakat berkaitan dengan orang yang berkewajiban membayar zakat (muzakki>) dan orang yang berhak menerima zakat (mustah}iq). 2) Menetapkan bentuk organisasi atau kelembagaan zakat yang sesuai dengan tingkat kebutuhan yang hendak dicapai dalam pengelolaan zakat. 3) Menetapkan cara melakukan penggalian sumber dan distribusi zakat. dalam hal ini dilakukan identifikasi orang-orang yang berkewajiban zakat dan orang-orang yang berhak menerima zakat. 4) Menentukan waktu untuk penggalian sumber zakat dan waktu untuk mendistribusikan zakat dengan skala prioritas. 5) Menetapkan a>mil atau pengelola zakat dengan menentukan orang yang memiliki komitmen, kompetensi mindset dan profesionalisme untuk melakukan pengelolaan zakat. 6) Menetapkan sistem pengawasan terhadap pelaksanaan zakat, baik mulai dari pembuatan perencanaan, pembuatan 36 Ibid,.46 37 Ismail Nawawi, Zakat Dalam Perspektif,48.

26 pelaksanaan, pengembangan secara terus menerus secara berkesinambungan. b. Pengorganisasian (organizing) Pengorganisasian (organizing) merupakan kegiatan dasar dari manajemen dilaksanakan untuk dan mengatur seluruh sumbersumber yang dibutuhkan termasuk manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses. Manusia merupakan unsur yang terpenting melalui pengorganisasian manusia dapat di dalam tugastugas yang saling berhubungan. Pengorganisasian merupakan fungsi terpenting karena, pekerjaan yang perlu dilaksanakan itu terlalu berat ditangan oleh satu orang saja. Dengan demikian diperlukan tenaga-tenaga bantuan dan terbentuklah suatu kelompok kerja yang efektif. Banyak pikiran, tangan dan ketrampilan dihimpun menjadi satu yang harus dikoordinasi bukan saja diselesaikan tugas-tugas yang bersangkutan, tetapi juga untuk menciptakan kegunaan bagi masing-masing anggota kelompok tersebut terhadap keinginannya ketrampilan dan pengetahuan. 38 Di Indonesia, organisasi pengelola zakat terbagi ke dalam dua jenis: Badan A>mil Zakat (BAZ) dan Lembaga A>mil Zakat (LAZ). Struktur organisasi BAZ dan LAZ biasanya disusun berdasarkan pada kebutuhan spesifik masing-masing. Namun secara 38 George R. Terry, Prinsip-prinsip,73

27 umum, struktur tersebut terdiri atas Bagian Penggerak Dana, Bagian Keuangan, Bagian Pendayagunaan dan Bagian Pengawasan. Selain itu, organisasi pengelola zakat juga harus memiliki Komite Penyaluran (Lending Comittee) dengan mekanisme yang lebih baik agar dana dapat tersalur kepada yang benar benar berhak. 39 Aspek yang tidak kalah penting dalam pengelolaan zakat adalah pengawasan melalui proses auditing. Seluruh neraca keuangan BAZ dan LAZ harus terbuka untuk di audit. Sebagai bagian dari penerapan prinsip transparansi, diauditnya neraca menjadi keniscayaan. Auditor internal diwakili oleh Komisi Pengawas, sedangkan auditor eksternal dapat diwakili oleh Kantor Akuntan Publik atau lembaga audit independen lainnya. 40 Organisasi pengelola zakat apapun bentuk dan posisinya secara umum mempunyai dua fungsi yakni: 41 1) Sebagai perantara keuangan A>mil berperan menghubungkan antara pihak muzakki> dengan mustah}iq. Sebagai perantara keuangan A>mil dituntut menerapkan azas trust (kepercayaan). Sebagaimana layaknya lembaga keuangan yang lain, azas kepercayaan menjadi syarat mutlak yang harus dibangun. Setiap a>mil dituntut mampu menunjukkan keunggulannya masing-masing sampai terlihat 39 Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern,64. 40 Ibid,.67 41 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), cet 2, (Yogyakarta: UII Press), 207 208

28 jelas positioning organisasi, sehingga masyarakat dapat memilihnya. Tanpa adanya positioning, maka kedudukan akan sulit untuk berkembang. 2) Pemberdayaan Fungsi ini, sesungguhnya upaya mewujudkan misi pembentukan A>mil, yakni bagaimana masyarakat muzakki> menjadi lebih berkah rezekinya dan ketentraman kehidupannya menjadi terjamin disatu sisi dan masyarakat mustah}iq tidak selamanya tergantung dengan pemberian bahkan dalam jangka panjang diharapkan dapat berubah menjadi muzakki> baru. c. Penggerakan (Actuating) Actuating atau disebut juga gerakan aksi mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai. Menurut George R. Terry, actuating (penggerakan) mencakup penetapan dan pemuasan kebutuhan mannusiawi dari pegawai-pegawainya, member penghargaan, memimpin, mengembangkan dan member kompensasi kepada mereka. 42 M.Munir, Wahyu Ilahi memberikan pengertian actuating (penggerakan) adalah seluruh proses pemberian motivasi kerja kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka 42 George R. Terry, Prinsip-prinsip,17.

29 mampu bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis. 43 Jadi penggerakan di sini merupakan langkah berikutnya dan mempunyai arti penting dalam penyelenggaraan kegiatan organisasi karena merupakan inti dari manajemen. Dalam penyelenggaraan actuating (penggerakan) ada beberapa langkah-langka yang dilakukan adalah : 44 1) Pemberian motivasi Tujuan dari pemberian motivasi adalah mendorong pelaksanaan pengelola zakat agar bersedia melaksanakan tugas yang diserahkan kepadanya dengan tulus dan ikhlas. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membangkitkan motivasi kerja dapat berupa: a) Mengikutsertakan dalam pengambilan keputusan Dalam sebuah organisasi diperlukan sebuah kerja sama tim yang benar-benar kuat dan mengakar, oleh karenanya keterlibatan peran aktif dan partisipatif semua pihak dalam pengambilan keputusan dan kebijakan merupakan sebuah semangat kerja yang tinggi. b) Memberikan informasi secara komprehensif 43 M.Munir, Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah,139. 44 Ibid,.140.

30 Dari pemberian informasi yang komprehensif itu dapat menghilangkan keraguan akan memberikan sebuah kepastian kepada semua pihak dalam memberikan tugasnya. Dalam penggunaan arus informasi manajer atau pimpinan harus selalu memperhatikan mutu hubungan manusia didalam sebuah organisasi yang meliputi hal-hal yang bersifat mengambil keputusan kritis, perwakilan, penanganan komunikasi serta umpan balik yang akan didapatkan. 2) Bimbingan Bimbingan disini dapat diartikan sebagai tindakan pimpinan yang dapat menjamin terlaksananya tugas-tugas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dalam rangka mengoptimalkan tugas-tugas pelaksana dalam pengelola zakat perlu adanya bimbingan atau arahan, hal ini agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan. 3) Penyelenggaraan komunikasi Untuk menciptakan sebuah kerja sama yang solid dalam organisasi atau lembaga, maka dituntut sebuah kecerdasan dan kerja sama yang baik dari pimpinan. Dalam hal ini harus mampu memberikan seperangkat tujuan yang memungkinkan untuk dicapai, juga dijadikan tujuan untuk masa depan. Dengan adanya komunikasi terhadap pelaksana pengelola zakat akan

31 menumbuhkan kepercayaan dan saling pengertian sehingga jalannya proses kegiatan berjalan dengan lancar. 4) Pengembangan dan peningkatan pelaksanaan Adanya peningkatan kemampuan, keahlian dan ketrampilan sangat diperlukan bagi pelaksana pengelola zakat. Adapun cara yang ditempuh yaitu mengadakan pelatihan, temu kerja seminar dan lain-lain. d. Pengawasan (Controlling) Manajer mengelola kegiatan untuk mencapai hasil yang diinginkan atau yang direncanakan. Keberhasilan atau kegagalan dinilai dari pencapaian sasaran-sasaran yang ditetapkan. Penilaian mencakup usaha-usaha mengendalikan, yakni mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan (bila perlu) memperbaiki kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan untuk mendapatkan kepastian mencapai hasil yang direncanakan. 45 Secara konsepsional dan operasional pengawasan adalah suatu upaya sistematis, untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan untuk menetapkan apakah terjadi suatu penyimpangan dan tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber 45 George R. Terry, Prinsip-prinsip,19

32 daya badan atau lembaga a>mil zakat telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan yang telah direncanakan. 46 secara manajerial pangawasan zakat adalah mengukur dan memperbaiki kinerja a>mil zakat guna memastikan bahwa Lembaga atau Badan A>mil Zakat di semua tingkat dan semua yang telah dirancang untuk mencapainya yang telah sedang dilaksanakan. Adapun pola pengawasannya adalah sebagai berikut: 1) Menetapkan sistem dan standar operasional pengawasan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditentukan oleh Badan atau LAZ. 2) Mengukur kinerja. Pengawas dalam hal ini melakukan pengukuran atau mengevaluasi kinerja dengan standar yang telah ditentukan dengan proses yang berkelanjutan. 3) Memperbaiki penyimpangan. Proses pengawasan tidak lengkap jika tidak ada tindakan perbaikan terhadap penyimpanganpenyimpangan yang telah terjadi. C. Pemberdayaan Mustah{iq Pemberdayaan menurut Mc Ardle sebagaimana yang dikutip Harry Hikmat mengartikan bahwa pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang orang yang secara konskuen melaksanakan keputusan tersebut. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan 46 Ismail Nawawi, Zakat Dalam Perspektif,65

33 melalui kemandiriannya, bahkan merupakan keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, ketrampilan dan sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan mereka tanpa bergantung pada pertolongan eksternal. Namun demikian, McArdle mengimplikasikan hal tersebut bukan untuk mencapai tujuan, melainkan makna pentingnya proses dalam pengambilan keputusan. 47 Pemberdayaan ekonomi ialah: usaha memberi pengetahuan, keterampilan serta menumbuhkan kepercayaan diri serta kemauan kuat dalam diri seseorang sehingga mampu membangun suatu kehidupan sosialekonomi yang lebih baik dengan kekuatan sendiri. Singkatnya, pemberdayaan sosial-ekonomi bermaksud menciptakan manusia swadaya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pemberdayaan ini pada intinya dapat diupayakan melalui berbagai kegiatan antara lain pelatihan, pendampingan, penyuluhan, pendidikan dan keterlibatan berorganisasi demi menumbuhkan dan memperkuat motivasi hidup dan usaha, serta pengembangan pengetahuan dan keterapilan hidup dan kerja 48 Dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, pola pemberdayaan yang tepat sasaran sangat diperlukan, bentuk yang tepat adalah dengan memberikan kesempatan kepada kelompok miskin untuk merencanakan dan melaksanakan program pembangunan yang telah mereka 47 Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat (Bandung : Humaniora Utama Press, 2010), 3. 48 Yayasan SPES, Pembangunan Berkelanjutan,(Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1992), 245.

34 tentukan. Disamping itu masyarakat juga diberikan kekuasaan untuk mengelola dananya sendiri, baik yang berasal dari pemerintah maupun pihak a>mil zakat, inilah yang membedakan antara partisipasi masyarakat dengan pemberdayaan masyarakat. 49 49 Mardi Yatmo Hutomo, Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi, (Yogyakarta: Adiyana Press, 2000), 2.