BAB IV KONTRIBUSI PENDIDIKAN KARAKTER PRESPEKTIF KI HADJAR DEWANTARA. akhlak anak didik yang nyaris kehilangan karakter di era globalisasi ini, maka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. yang dirasa relevan dan perlu, dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER KI HADJAR DEWANTARA DENGAN AL- GHAZALI

BAB IV KETELADANAN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK. REMAJA (Kajian Pemikiran Ki Hadjar Dewantara)

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

BAB I PENDAHULUAN. membentuk generasi yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. dari hasil wawancara dengan informan, observasi di lapangan maupun datadata

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB V PEMBAHASAN. A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) Perspektif Ki Hadjar

kurikulum. Bahkan, ada yang mengatakan No teacher no education. Maksudnya, tanpa guru, tidak terjadi proses pendidikan. 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti ini perkembagan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kemanusian untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi semakin menyuguhkan dinamika perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

EFEKTIVITAS SISTEM AMONG DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK BUDI PEKERTI SISWA DI SMA TAMAN MADYA KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat menjadi beradab.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja hanya satu kali dalam kehidupan, jika seorang remaja merasa

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA

I. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi, menjadi tantangan serius bagi dunia pendidikan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan investasi jangka panjang manusia guna dapat bersaing pada era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini permasalahan pendidikan merupakan permasalahan yang. merupakan bagian dari upaya membangun karakter dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini mengenai hubungan antara variabel Kecerdasan Spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. ekstra, baik ditinjau dari segi kebijakan pemerintah maupun persoalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

Optimalisasi Tri Pusat Pendidikan dalam Program Penguatan Pendidikan Karakter Siswa SMKN 2 Metro

BAB I PENDAHULUAN. Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm Fathul Mu in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik dan

NILAI KARAKTER KEPEMIMPINAN DALAM NOVEL PENAKLUK BADAIKARYA AGUK IRAWAN MN DAN RELEVANSI PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga akan diperoleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI PENDIDIKAN MORAL. Oleh Sukiniarti FKIP UT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang serba modern dan canggih ini, dimana perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Nurpratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah

BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi serta nilai-nilai budaya dalam bentuk kegiatan pembelajaran, baik. formal di sekolah maupun non formal di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

Metode Pembinaan Moral Anak di Dusun Gedangan III Gedangrejo Karangmojo Gunungkidul

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terelakkan. Seluruh lapisan masyarakat tidak terkecuali anak-anak bangsa

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter yang akan ditunjukkan oleh anak-anaknya. Orang tua yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Orang tua dapat menanamkan benih

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYATU WA AT-TARGÎB FI AT-TARBIYATU WA AT-TAHDÎB KARYA SAYYID MUHAMMAD

BAB I PENDAHULUAN. cara yang dipilih untuk meraih kemajuan (made of getting forward).

Transkripsi:

BAB IV KONTRIBUSI PENDIDIKAN KARAKTER PRESPEKTIF KI HADJAR DEWANTARA Pendidikan nasional saat ini memiliki segudang persoalan. Mengingat akhlak anak didik yang nyaris kehilangan karakter di era globalisasi ini, maka pendidikan Indonesia harus memformat ulang setiap ilmu yang diajarkan. Pendidikan karakter harus dilakukan di setiap disiplin ilmu, agar nyawanya merasuk dalam diri peserta didik. Dalam arti kata, harus ada gerakan karakterisasi pendidikan Indonesia. Di sinilah konsepsi pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara memberikan kontribusi di bidang pendidikan terhadap perkembangan zaman saat ini, yakni: mencerdaskan kehidupan bangsa hanya mungkin diwujudkan dengan pendidikan yang memerdekakan dan membentuk karakter kemanusian yang cerdas dan beradab melalui konsepsi pendidikan karakternya. Oleh karena itu, konsepsi pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara dapat menjadi salah satu solusi membangun kembali pendidikan nasional yang telah diporak-porandakan oleh dekadensi moral di era globalisasi. 77 Untuk mewujudkan gagasannya tentang pendidikan karakter yang dicita-citakan pendidikan nasional, salah satu kontribusi yang diberikan Ki Hadjar 77 Rusdianto Alit Amoersetya, Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Tentang Pendidikan Nasional, (http://berdikarionline.com). Diakses pada tanggal 10 Desember 2012.

Dewantara adalah konsep Sistem Among. Dalam Sistem Among, maka setiap guru (pamong) sebagai pemimpin dalam proses pendidikan diwajibkan bersikap: Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani yang mempunyai arti ketika berada di depan harus mampu menjadi teladan (contoh baik), ketika berada di tengah-tengah harus mampu membangun semangat, serta ketika berada di belakang harus mampu mendorong orang-orang dan/atau pihakpihak yang dipimpinnya. Tiga semboyan Ki Hadjar Dewantara tersebut yang fenomenal terasa mampu menjadi pilar penopang dalam suksesnya seorang guru dalam menuntaskan pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan karakter akan terwujud melalui keteladanan guru. Keteladanan adalah upaya nyata dalam membentuk anak didik bangsa yang berkarakter. Semua kegiatan pendidikan harus diarahkan untuk mengembangkan potensi anak didik yang harus berorientasi menanamkan watak serta karakter yang baik. Bukan hanya guru agama saja, guru matematika, bahasa inggris, IPS dan IPA pun juga adalah guru yang harus memberikan teladan karakter baik kepada anak didiknya. Anak didik tidak hanya membutuhkan penyampaian doktrin-doktrin dari seorang guru untuk bisa mewujudkan karakter yang baik pada dirinya. Tetapi guru juga harus banyak berbicara dimensi pemaknaan yang mengajak peserta didik meraih kesadaran (conscience) terhadap nilai. Setelah meraih kesadaran terhadap nilai, akan terjadi internalisasi nilai sehingga menjadi karakter. Tugas guru tidak hanya memberi teladan atau contoh baik di depan, namun

juga harus kita sadari bahwasanya berkembangnya karakter peserta didik memerlukan motivasi, dorongan dan arahan dari pendidik. Sebagai seorang pendidik, ketika ditengah atau di antara murid, guru harus dapat memberikan motivasi dan semangat anak didiknya untuk menciptakan prakarsa dan ide-ide baru. Dan ketika di belakang, seorang guru harus berikan dorongan dan arahan anak didik 78 agar anak didik tidak lepas control dari pengawasan seorang guru. Sebab dengan motivasi, semangat, dorongan dan arahan dari seorang guru maka karakter yang ada pada diri anak didik seperti karakter kreatif, mandiri, menghargai prestasi, dan pemberani peserta didik akan terbentuk dengan baik. Tidak hanya berhenti disitu kontribusi yang diberikan seorang Ki Hadjar Dewantara melalui pendidikan karakter yang digagasnya. Konsepsi trilogi pendidikan sebagai pusat pendidikan karakter juga memberikan sumbangsih besar akan terealisasinya perbaikan budi pekerti anak didik bangsa ini yang sedang tergerus arus globalisasi sehingga mengalami dekadensi moral. Trilogi Pendidikan yang dimaksud oleh Ki Hadjar Dewantara adalah bagaimana peran keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai pusat pendidikan karakter mampu menjadi motor pembentukan karakter dan mentalitas anak. Antara peran keluarga, sekolah dan masyarakat tidak boleh timpang. Full day schooll dewasa ini marak dijadikan tema pembicaraan di penjuru negeri ini (Indonesia) beberapa tahun terakhir ini, model ini dianggap telah menjadi rujukan dan karakter tersendiri di sekolah-sekolah yang akan 78 Moh. Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia, Ibid. h.195.

menjadi rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI) sekolah-sekolah yang berstandar internasional (SBI). Meskipun sekolah SBI dimaksudkan untuk peningkatan kualitas, ternyata hal yang sangat mengejutkan di awal 2013 ini MK menyatakan RSBI/SBI inkonstitusional dan harus dibubarkan. Karena banyaknya kritik terhadap proyek RSBI/SBI, yang lantas menjadikan sekolah eksklusif dan mahal, sehingga melahirkan diskriminasi kaya-miskin dan meniadakan kewajiban negara menyelenggarakan pendidikan bermutu bagi seluruh warga negara. Sehingga perlu mengkaji ulang tentang adanya full day schooll yang telah ada di berbagai sekolah RSBI dan SBI terdahulu. Full day school merupakan model pendidikan yang diartikan pelaksanaan belajar mengajar di sekolah dengan waktu sehari penuh, dengan tujuan supaya anak-anak waktunya dihabiskan untuk belajar bukan bermain di rumah ataupun di masyarakat. Di samping itu, sekolah dan orang tua menginginkan agar anakanaknya bisa dipantau setiap aktifitasnya dan kebutuhannya secara keseluruhan, sehingga perilaku mulia dapat menghiasi perilaku anak-anak dalam kehidupan sehari-hari rumahnya, terutama dari kedua orang tuanya. Hubungan antara anak dengan orang tua bersifat alami dan tradisi. Dalam keluarga berlangsung proses inkulturasi dimana nilai-nilai budaya diajarkan dan ditransformasikan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Jadi misalnya, tatkala seorang ayah memperingatkan anak-anaknya agar harus bersikap sopan santun dalam pergaulan, terutama harus bersikap hormat

kepada guru dan takzim kepada orang tua, sebab hal itu merupakan nilai-nilai budaya yang telah menjadi tradisi masyarakat di Indonesia, maka itu berarti si ayah sedang mendidik anak-anaknya atau sedang terjadi proses inkulturasi dalam keluarga itu. Dalam proses inkulturasi itu, kedua orang tuanya merupakan sosok manusia yang dicontoh dan diteladani oleh si anak untuk membentuk karakter dasar seorang anak. Beberapa bentuk pendidikan karakter di dalam keluarga, yaitu orang tua mendorong agar putra-putrinya selalu melaksanakan syari at Islam (sholat dan berpuasa,). Di dalam keluarga juga bisa diajarkan bagaimana caranya berbuat baik kepada orang lain, dengan metode tauladan yang baik dari orang tua. Pendidikan yang berlangsung dalam keluarga bukan hanya dalam bentuk pendidikan dari orang tua kepada si anak, tetapi juga dalam bentuk pendidikan diri sendiri. Anak-anak mendidik dirinya sendiri karena hidup dalam keluarga, (sebagaimana halnya hidup dalam masyarakat), seorang anak seringkali terpaksa mengalami berbagai kondisi yang menuntut dirinya untuk belajar mendidik dirinya sendiri. Karena itu pendidikan dalam keluarga lebih tertuju kepada pendidikan karakter atau pembentukan kepribadian anak. Pendidikan yang berlangsung di sekolah/madrasah (termasuk perguruan tinggi) juga tertuju kepada pengembangan kepribadian siswa/ mahasiswa atau peserta didik, akan tetapi pendidikan di sekolah bersifat formal. Guru sebagai pengajar dan sekaligus sebagai pendidik mengajarkan

pengetahuan, nilai-nilai, dan ketrampilan siswa serta membentuk sikap dan karakter mereka. Hubungan guru dengan siswa di sekolah adalah hubungan yang bersifat formalitas karena tugas. Pada lembaga ini merupakan inti pendidikan yang sistematis dalam internalisasi pendidikan karakter kepada siswa, karena di sekolah lebih memperhatikan keseimbangan cipta, rasa, dan karsa tidak hanya sekedar proses alih ilmu pengetahuan saja atau transfer of knowledge, tetapi sekaligus pendidikan juga sebagai proses transformasi nilai (transformation of value). Materi pendidikan karakter telah ditentukan materinya, waktunya dan metodenya. Sejatinya, pelaksanaan pendidikan karakter di lembaga formal merupakan sebuah filterisasi materi-materi yang diperoleh dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Pendidikan yang terjadi dalam masyarakat dapat bersifat non-formal dan informal. Pendidikan yang bersifat non-formal yaitu yang sengaja diselenggarakan oleh badan atau lembaga dalam masyarakat yang berfungsi mendidik, seperti: TPQ, madrasah diniyah, masjid, pramuka, organisasi pemuda, perpustakaan masyarakat, musium, kebun binatang, kursus-kursus, dan lain-lain. Sedangkan pendidikan yang bersifat informal berlangsung melalui pergaulan atau melalui interaksi antar anggota masyarakat, dimana dalam interaksi itu terjadi proses imitasi, identifikasi dan sosialisasi. Di lembaga-lembaga tersebut bisa juga diajarkan pendidikan karakter yang konkrit, yakni mengenai bagaimana berkomunikasi atau berinteraksi yang sopan dengan

masyarakat (konstruktivistik) sebagai kelanjutan dari materi yang didapatkan di sekolah dan keluarga. Pendidikan dalam masyarakat tidak semata tertuju pada anak yang belum dewasa, tetapi juga kepada orang yang telah dewasa, atau pada siapa saja yang terus menerus ingin mengembangkan dirinya. Karena itu pendidikan dalam masyarakat terutama merupakan pendidikan diri sendiri. Pendidikan yang berlangsung dalam masyarakat secara informal itu merupakan hidden curriculum yang justru banyak pengaruhnya pada pembentukan karakter seorang anak. Sebagai lembaga pendidikan, maka ketiga lingkungan (tri pusat) itu sangat berperan dalam pembentukan dan pengembangan karakter seorang anak. Seorang anak, adalah sekaligus sebagai anak dalam lingkungan keluarga, sebagai siswa di sekolahnya, dan sebagai anggota dalam masyarakatnya. Setiap hari ia menerima pengaruh dari ketiga lingkungan hidupnya itu. Pengaruh itu berbeda-beda, dan mungkin sekali tidak sejalan atau bertentangan, dan bila demikian dapat merugikan si anak. Oleh karena itu adalah sangat penting adanya saling bekerja sama, saling mengisi, dan saling peduli antara ketiga pusat pendidikan itu, sebab menurut Ki Hadjar Dewantara keadaan itu sangat mempengaruhi kualitas pendidikan. Jadi Ki Hadjar Dewantara menyarankan dan menyumbangkan pemikirannya agar full day school tidak hanya difokuskan di lembaga formal (sekolah) yang tercover tetapi di keluarga dan masyarakat. Jika ini diterapkan maka peserta didik tidak akan jenuh dan merasa terpenjara, karena pendidikan

karakter ini tidak hanya diperoleh dari pendidikan sekolah formal namun juga diperolehnya secara alamiah dan menyenangkan (dari keluarga dan masyarakat). 79 Mengaktualisasi kontribusi dari konsepsi-konsepsi Ki Hajar Dewantara di era globalisasi ini untuk membangun karakter anak didik bangsa, sudah sangat mendesak diterapkan. Kalau kontribusi dari konsepsi-konsepsi Ki Hajar Dewantara dilakukan, Indonesia akan bebas dari krisis sosial yang melanda seluruh dimensi kehidupan dan lapisan masyarakat, dekadensi moral serta diviasi yang merajalela dan merobek-robek tatanan sosial. Realitas yang menggambarkan kebobrokan yang terjadi pada anak didik bangsa yang dapat kita saksikan secara langsung seperti maraknya pergaulan bebas dan ancaman pornografi, kekerasan, dan kerusuhan yang berujung pada tindak anarkis akan teratasi. 80 Penguatan tujuan pendidikan nasional dalam pendidikan karakter yang menekankan pada dimensi etis spiritual dalam proses pembentukan pribadi akan terealisasi. 79 Abd. Qadir Muslim, Skripsi : Konsep Pendidikan Akhlak (Studi Komparasi pada Pemikiran Ibn Miskwah dan Ki Hadjar Dewantara), (Malang : UIN Malik Ibrahim Malang, 2010). 80 Hendri Nova, Artikel : Pendidikan Karakter Berbasis Ajaran Ki Hajar Dewantara di Era Globalisasi (06 September 2010, http://hendrinova.blogspot.com/) diakses tanggal 02 Januari 2012.