ESTIMASI STOK KARBON TERSIMPAN PADA EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI JORONG UJUANG LABUANG KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT. Oleh

dokumen-dokumen yang mirip
ANALYSIS OF BIOMASS AND CARBON STOCK ON MANGROVE FOREST ECOSYTEM IN NORTH COASTAL AREA OF RUPAT ISLAND RIAU PROVINCE

Penaksiran Biomassa dan Karbon Tersimpan pada Ekosistem Hutan Mangrove di Kawasan Bandar Bakau Dumai

POTENSI KARBON PADA TEGAKAN HUTAN MANGROVE DI DESA SEBATUAN KABUPATEN SAMBAS

Massugito 1 Syahril Nedi 2 Bintal Amin 2

ESTIMASI PENYERAPAN KARBON HUTAN MANGROVE BAHOWO KELURAHAN TONGKAINA KECAMATAN BUNAKEN

ANALISIS BIOMASSA DAN CADANGAN KARBON PADA EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN SELATAN PULAU RUPAT

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

ESTIMASI CADANGAN KARBON PADA TUMBUHAN TEGAKAN ATAS DI KAWASAN HUTAN KOTA PEKANBARU. Ermina Sari 1) Siska Pratiwi 2) erminasari.unilak.ac.

III. METODE PENELITIAN

ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDUGAAN KANDUNGAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN TANAH PADA KAWASAN ARBORETUM UNIVERSITAS RIAU

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

Kata Kunci: Mangrove 1, Biommassa 2, Karbon 3, Alos_Avnir_2. 1. Pendahuluan

LEMBAR PERSETUJUAN. Jurnal yang berjudul:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

BAB III BAHAN DAN METODE

ANALYSIS OF MANGROVE BIOMASS IN THE ECO TOURISM AREA OF MANGROVE ECOSYSTEM IN SUNGAITOHOR VILLAGE OF RIAU PROVINCE

I. PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dimanfaatkan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya

ESTIMATION OF CARBON POTENTIAL ABOVE THE GROUND AT THE STAND LEVEL POLES AND TREES IN FOREST CITY PEKANBARU

III. METODE PENELITIAN. Gambar 3.1. Lokasi Penelitian (Google Map, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain manfaat

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

TINJAUAN PUSTAKA. dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

STUDI POTENSI BIOMASSA DAN KARBON PADA TEGAKAN HUTAN DI KPHP MODEL SUNGAI MERAKAI KABUPATEN SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

ANALISIS POTENSI SERAPAN KARBON PADA AREA KONSERVASI MANGROVE PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk KALIMANTAN SELATAN

KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON TERSIMPAN PADA DUA JENIS VEGETASI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBAR PERSETUJUAN. Jurnal yang berjudul:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRAK BAB I.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

POTENSI SIMPANAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN MANGIUM (Acacia mangium WILLD.) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan.

BAB I PENDAHULUAN. dan Salomon, dalam Rahayu et al. (2006), untuk mengurangi dampak perubahan

III. METODE PENELITIAN

Pengukuran Biomassa Permukaan dan Ketebalan Gambut di Hutan Gambut DAS Mentaya dan DAS Katingan

PENDUGAAN KARBON TERSIMPAN DI HUTAN MANGROVE DESA BLONGKO KECAMATAN SINONSAYANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN ABSTRAK

ANALISIS BIOMASSA DAN CADANGAN KARBON PADA EKOSISTEM MANGROVE DESA MALANG RAPAT KABUPATEN BINTAN

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Izhar Bazlin Al Hazmi, Mulyanto dan Diana Arfiati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

MODEL PENDUGAAN BIOMASSA SENGON PADA HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

AKUMULASI BIOMASSA DAN KARBON TERSIMPAN PADA EKOSISTEM MANGROVE YANG TERDEGRADASI DI DESA TANJUNG LEBAN, BENGKALIS.

Universitas Sumatera Utara

Kampus USU Medan 20155

III. METODE PENELITIAN

PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA TEGAKAN AGROFORESTRI (STUDI KASUS DI DESA PARBABA DOLOK)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

TEKNIK PENGUKURAN DIAMETER POHON DENGAN BENTUK YANG BERBEDA. Bentuk pohon Diagram Prosedur pengukuran. Pengukuran normal

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Biomassa. pohon untuk jenis Mahoni, Jati dan Akasia dari berbagai variasi ukuran, diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomasa yang terdapat

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat

POTENSI SIMPANAN KARBON TANAH (SOIL CARBON STOCK) PADA AREAL REHABILITASI TOSO COMPANY Ltd. DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT NAELI FAIZAH

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

Kata kunci : Mangrove, Nilai Penting, Desa Tanjung Sum, Kuala Kampar

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

TINJUAN PUSTAKA. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal

ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.

POTENSI KARBON TERSIMPAN PADA LAHAN MANGROVE DAN TAMBAK DI KAWASAN PESISIR KOTA BANDA ACEH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Eucalyptus grandis mempunyai sistematika sebagai berikut: : Eucalyptus grandis W. Hill ex Maiden

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. didalamnya, manfaat hutan secara langsung yakni penghasil kayu mempunyai

Diagram pie perbandingan zona pasang tertinggi dan terendah

POTENSI SERAPAN KARBON PADA AKAR DAN SUBSTRAT Rhizophora mucronata Lamk. DI DESA KATIALADA KECAMATAN KWANDANG KABUPATEN GORONTALO UTARA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PE ELITIA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

Pengukuran dan penghitungan cadangan karbon Pengukuran lapangan untuk penaksiran cadangan karbon hutan (ground based forest carbon accounting)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon

SKRIPSI. Oleh : Mahdi Saragih Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya

PEMANFAATAN CITRA LANDSAT 8 UNTUK ESTIMASI STOK KARBON HUTAN MANGROVE DI KAWASAN SEGARA ANAKAN CILACAP JAWA TENGAH

III. BAHAN DAN METODE

BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

ESTIMASI STOK KARBON TERSIMPAN PADA EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI JORONG UJUANG LABUANG KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh Silvi Oktaviona 1), Bintal Amin 2) dan Musrifin Ghalib 3) Jurusan Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau Postal Address: Kampus Bina Widya Sp. Panam Pekanbaru-Riau-Indonesia Email: silvioktaviona@gmail.com Abstrak Mangrove adalah pohon yang biasanya tumbuh di zona intertidal lingkungan pesisir laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi kandungan karbon pada ekosistem hutan mangrove dalam satuan luas area tertentu, untuk menganalisis perbedaan biomassa, cadangan karbon dan serapan CO 2 serta menganalisis pengaruh kerapatan tegakan mangrove terhadap biomassa, cadangan karbon dan serapan CO 2. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2017 menggunakan metode survei dan munggunakan data jenis mangrove, jumlahnya dan diameter setinggi dada (DBH) pada sub plot yang telah ditentukan. Pengukuran biomassa mangrove menggunakan metode persamaan allometrik. Hasil pendugaan potensi cadangan karbon mangrove dan serapan CO 2 dapat disimpulkan bahwa Stasiun III lebih tinggi dari Stasiun I dan II. Hasil rata-rata cadangan karbon mangrove dan serapan CO 2 yaitu sebesar 1333,99 ton/ha dan 4891,30 ton/ha. Untuk karbon organik tanah terbesar terdapat di Stasiun I dengan rata-rata karbon organik tanah sebesar 1446,75 ton/ha. Kerapatan mempengaruhi biomassa, kandungan karbon mangrove dan serapan CO 2 yang memiliki hubungan yang kuat. Kandungan biomassa, karbon mangrove dan serapan CO 2 antar stasiun berbeda nyata (p<0,05). Kata Kunci: Mangrove, Karbon, Jorong Ujuang Labuang 1 Mahasiswa, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru 2 Dosen, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru

CARBON STOCK ASSESMENT ON MANGROVE FOREST ECOSYSTEM IN JORONG UJUANG LABUANG DISTRICT AGAM WEST SUMATERA PROVINCE by Silvi Oktaviona 1), Bintal Amin 2) and Musrifin Ghalib 3) Majors of marine science Faculty of Fisheries and Marine University of Riau Address: Kampus Bina Widya Sp. Panam Pekanbaru-Riau-Indonesia Email: silvioktaviona@gmail.com Abstract Postal Mangrove is a tree that normally grows in the intertidal zone of marine coastal environments. This study aims to estimate the carbon content of mangrove forest ecosystems within a certain area, to analyze biomass differences, carbon stocks and CO 2 uptake and to analyze the effect of mangrove density on biomass, carbon stock and CO 2 uptake. This research held on February 2017 by survey method and used the data of mangrove species, it s number and diameter of breast height (DBH) on each sub plot. Measurement of mangrove biomass was done allometric equation method. The result of carbon stock and CO 2 uptake in mangrove indecates that Station III was higher than Station I and II. The average yield of mangrove carbon stock and CO 2 uptake is 1333,99 ton / ha and 4891.30 ton / ha. For the highest soil organic carbon is found in Station 1 with an average soil organic carbon of 1446.75 tons / ha. The density of mangrove biomass, carbon content and CO 2 uptake which has a strong relationship. The content of biomass, mangrove carbon and CO 2 uptake were significantly different (p <0.05) between stations. Keywords: Mangrove, Carbon, Jorong Ujuang Labuang 1 Student of Fisheries and Marine Science Faculty Riau University, Pekanbaru 2 Lecturer of Fisheries and Marine Science Faculty Riau University, Pekanbaru

PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanasan global (global warming) merupakan trending topic yang banyak diperbincangkan oleh masyarakat dunia. Peningkatan CO 2 di udara telah menciptakan pemanasan global yang dampaknya langsung bisa dirasakan oleh semua orang di dunia. Menurut International Panel on Climate Change / IPCC (2006) sampai akhir tahun 1980 emisi karbon di dunia adalah sebesar 117±35 G ton C (82-152 G ton C), akibat pembakaran fosil berupa bahan bakar minyak dan batu bara, alih fungsi hutan dan pembakaran hutan. Salah satu cara untuk mengendalikan perubahan iklim adalah dengan mengurangi emisi gas rumah kaca yaitu dengan mempertahankan keutuhan hutan alami dan meningkatkan kerapatan populasi pepohonan di luar hutan. Hutan akan menjadi sumber emisi gas rumah kaca pada saat tidak dikelola dengan baik. Ekosistem mangrove memiliki peran sebagai penyerap CO 2 dari udara. Hutan mangrove menyimpan lebih banyak karbon dibandingkan dengan kebanyakan hutan hujan tropis. Hal ini sesuai dengan Donato et al. (2011) yang menyatakan bahwa mangrove memiliki kemampuan asimilasi dan laju penyerapan karbon yang tinggi. Dengan mengukur jumlah karbon yang disimpan dalam tubuh tanaman hidup pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya CO 2 di atmosfer yang diserap oleh tanaman. Hutan mangrove yang ada di Jorong Ujuang Labuang Sumatera Barat semakin hari semakin berkurang akibat konversi lahan, sehingga kerapatan mangrove yang ada di daerah tersebut semakin rendah. Sehubungan dengan berkurangnya kerapatan mangrove di Jorong Ujuang Labuang akibat konversi lahan, maka diperkirakan stok karbon yang tersimpan menjadi berkurang. Untuk menduga atau memperkirakan stok karbon tersimpan, pengaruh kerapatan terhadap biomassa, stok karbon dan serapan CO 2 serta perbandingan biomassa, stok karbon dan serapan CO 2 dalam 3 kategori kerapatan mangrove yang ditemukan di Jorong Ujuang labuang, maka perlu dilakukan penelitian ini. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari 2017 di Jorong Ujuang Labuang, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat dengan menggunakan metode survey, penentuan stasiun penelitian dilakukan dengan cara purposive sampling. Teknik Pengambilan Data dan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode petakan kuadran atau petakan contoh. Pengukuran parameter kualitas lingkungan pada penelitian ini meliputi: Suhu, ph dan Salinitas. Pengambilan Sampel Tanah dan metode pengukuran kandungan karbon organik tanah pada tanah mengacu pada Badan Standardisasi Nasional (2011). Kerapatan Tegakan Mangrove Nilai kerapatan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

K : Kerapatan suatu jenis (Individu/m 2 ). I : Jumlah individu. L plot : Luas seluruh plot, individu / ha. Pengukuran Biomassa Mangrove Pengukuran biomassa menggunakan metode persamaan allometrik. Biomassa mangrove dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: a. Nama jenis pohon mangrove diidentifikasi serta diameter setinggi dada (DBH) diukur berdasarkan Badan Stadardisasi Nasional (2011). b. Berat jenis (BJ) kayu dari masingmasing jenis pohon ditetapkan dengan cara memotong kayu dari salah satu cabang, lalu panjang dan diameter diukur serta berat basah ditimbang.selanjutnya, dimasukkan ke dalam oven pada suhu 100 o C selama 48 jam dan ditimbang berat keringnya, kemudian dihitung volume dan Berat Jenis (BJ) kayu. Volume = π.r 2.t BJ = r : jari-jari potongan kayu (cm) t : panjang kayu (cm) Perhitungan biomassa mangrove mengacu pada Komiyama et al. (2008) yaitu: AGB= 0,251 x p x DBH 2,46 BGB= 0,199 x p 0,90 x DBH 2,22 AGB : above ground biomassa BGB : below ground biomassa p : berat jenis kayu DBH : diameter setinggi dada Kandungan Karbon dari Biomassa Menggunakan rumus yang mengacu pada Badan Standardisasi Nasional (2011) yaitu: Cb = B x %C Organik Cb : Kandungan karbon dari biomassa (kg). B : Total biomassa (kg). % C organik : Nilai persentase kandungan karbon (0,47). Kandungan Karbon Organik Tanah Menggunakan rumus yang mengacu pada Badan Standardisasi Nasional (2011) yaitu: Ct = Kd x p x % C Organik Ct : Kandungan karbon organik tanah (g/cm 2 ). Kd : Kedalaman contoh tanah (cm). P : Kerapatan lindak (g/cm 3 ). % C organik: Nilai persentase kandungan karbon (0,47). Cadangan Karbon per Hektar dari Biomassa Menggunakan rumus yang mengacu pada Badan Standardisasi Nasional (2011) yaitu: Cn : Cadangan karbon per hektar (kg/ha). Cx : Kandungan karbon pada

L plot : masing-masing carbon pool (kg). Luas plot pada masingmasing carbon pool (m 2 ). Cadangan Karbon Organik Tanah per Hektar Menggunakan rumus yang mengacu pada Badan Standardisasi Nasional (2011), yaitu: C tanah = Ct x 100 C tanah: kandungan organik per hektar (ton/ha). Ct : kandungan karbon organik tanah (g/cm 2 ). 100 : faktor konversi dari g/cm 2 ke ton/ha. Cadangan Karbon Total Menggunakan rumus yang mengacu pada Badan Standardisasi Nasional (2011) yaitu: C total = C n + C tanah C total C n C tanah : cadangan karbon total (ton/ha). : kandungan karbon per hektar pada masing-masing carbon pool (ton/ha). : kandungan karbon organik tanah per hektar (ton/ha). Kc : kandungan karbon (kg). Serapan Gas Karbondioksida (CO 2 ) per Hektar Perhitungan gas CO 2 per hektar menggunakan rumus berikut: Sn : Serapan gas (CO 2 ) per hektar (ton CO 2 / ha). S CO 2 : Kandungan karbon pada masing-masing carbon pool (kg). L plot : Luas plot pada masingmasing carbon pool,(m 2 ). HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Vegetasi dan Kerapatan Tegakan Mangrove Vegetasi mangrove yang ditemukan di stasiun penelitian terdiri atas 4 spesies, yaitu : Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Brugueira gymnorhiza dan Avicennia alba. Jenis mangrove, jumlah individu yang ditemukan dan kerapatan mangrove pada setiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 1. Serapan Gas Karbondioksida (CO 2 ) Menggunakan rumus yang mengacu pada Bismark et al. (2008) yaitu: S CO 2 Mr. CO 2 : serapan gas karbon dioksida (kg). : berat molekul relatife atom C, yakni 12.

Tabel 1. Jenis Mangrove, Jumlah Individu dan Kerapatan Stasiun Jumlah Tegakan Mangrove (Individu) Kerapatan R. R. B. Total A. alba (Ind/ha) apiculata mucronata gymnorhiza I 9 11 3 0 23 2.839,5 II 13 1 1 0 15 1.851,9 III 14 12 3 8 37 4.567,9 Stasiun III memiliki jenis mangrove, jumlah Individu dan Kerapatan yang tinggi dibandingkan stasiun lainnya. Biomassa mangrove, karbon mangrove, karbon organic tanah, serapan CO 2 dan cadangan karbon total Besarnya nilai rata-rata biomassa mangrove, karbon mangrove, karbon organik tanah, serapan CO 2 dan cadangan karbon total dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Biomassa mangrove, karbon mangrove, karbon organic tanah, serapan CO 2 dan cadangan karbon total Stasiun Biomassa mangrove (ton/ha) Karbon biomassa mangrove (ton/ha) Karbon organik tanah (ton/ha) Serapan gas CO 2 (ton/ha) Cadangan karbon total (ton/ha) I 237,69 111,72 486,28 409,63 2.464,30 II 225,06 105,78 484,87 387,86 2.406,64 III 483,33 227,17 475,59 832,95 3.471,28 Rata-rata biomassa mangrove Stasiun III lebih besar dari pada stasiun yang lainnya, sedangkan ratarata biomassa mangrove terendah terdapat pada Stasiun II. Rata-rata karbon mangrove terbesar ditemukan pada Stasiun III dan rata-rata karbon mangrove terendah terdapat pada Stasiun II. Karbon organik tanah terbesar terdapat di Stasiun III, sedangkan karbon organik tanah terendah terdapat di Stasiun II. Serapan gas CO 2 terbesar terdapat di Stasiun III, sedangkan serapan CO 2 terendah terdapat di Stasiun II. Begitupun dengan rata-rata cadangan karbon total tertinggi terdapat di Stasiun III, sedangkan yang terendah terdapat di Stasiun II. Berdasarkan hasil uji anova dapat disimpulkan bahwa biomassa mangrove antar stasiun menunjukkan nilai p < 0,05 atau p = 0,028 yang berarti bahwa biomassa mangrove antar stasiun berbeda nyata. Begitupun dengan karbon mangrove dan serapan CO 2, hasil uji anovanya menunjukkan hasil yang berebeda nyata antar stasiun. Hubungan antara Kerapatan Tegakan Mangrove dengan Biomassa, Kandungan Karbon Mangrove dan Serapan CO 2 Terdapat hubungan antara kerapatan tegakan mangrove dengan

Karbon Mangrove (ton/ha) Biomassa Mangrove (ton/ha) biomassa mangrove, hubungan antara kerapatan tegakan mangrove dengan biomassa dan kandungan karbon dan serapan CO 2 dapat dilihat pada Gambar 1, 2 dan 3. Gambar 1. Grafik Hubungan antara Kerapatan dengan Biomssa Mangrove (ton/ha) Gambar 2. Grafik Hubungan antara Kerapatan dengan Karbon Biomssa Serapan CO 2 2500 2000 1500 1000 500 0 2500 2000 1500 1000 500 0 Gambar 3. Grafik Hubungan antara Kerapatan dengan Serapan CO 2 y = -180,08+0,3649x R² = 0,6567 r= 0,81 0 2000 4000 6000 Kerapatan Mangrove (ind/ha) 2500 2000 1500 1000 500 0 y = -180,08+0,3649x R² = 0,6567 r= 0,81 0 2000 4000 6000 Kerapatan Mangrove (ind/ha) Berdasarkan Gambar 1, 2 dan 3, maka terlihat bahwa ketiga variable memiliki nilai korelasi yang sama, yaitu sebesar 0,6568 yang berarti hubungan antara kerapatan tegakan y = -180,08+0,3649x R² = 0,6567 r= 0,81 0 2000 4000 6000 Kerapatan Mangrove (ind/ha) mangrove dengan biomassa berdasarkan Sugiono (2007) adalah kuat. Biomassa Mangrove Biomassa tertinggi terdapat di Stasiun III yang berada di bibir teluk dengan kandungan biomassa sebesar 4.350,01 ton/ha. Stasiun yang memiliki kandungan biomassa terendah terdapat pada Stasiun II yang berada di dekat perkebunan warga dengan kandungan biomassa sebesar 2.025,58 ton/ha. Perbedaan kandungan biomassa ini terjadi karena kerapatan mangrove di muara lebih besar dari pada mangrove yang berada di dekat perkebunan warga. Nilai biomassa selain dipengaruhi oleh kerapatan pohon juga dipengaruhi oleh besarnya diameter pohon itu sendiri, hal ini dikarenakan semakin besar diameter suatu pohon maka nilai biomassanya juga akan semakin besar. Hal ini sejalan dengan pendapat Adinugroho (2001), bahwa terdapat hubungan erat antara dimensi pohon (diameter dan tinggi) dengan biomassanya terutama dengan diameter pohon. Penelitian yang dilakukan oleh Catur dan Sidiyasa (2001) juga mendukung pendapat ini, dimana biomassa pada setiap bagian pohon meningkat secara proporsional dengan semakin besarnya diameter pohon sehingga biomassa pada setiap bagian pohon mempunyai hubungan dengan diameter pohon. Pohon dengan diameter yang masih kecil terjadi peningkatan karbon biomassa yang relatife lambat yang selanjutnya akan semakin cepat seiring bertambahnya diameter. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Rahayu et al. ( 2007) menyatakan bahwa perbedaan

perolehan biomassa dipengaruhi oleh kerapatan vegetasi, keragaman ukuran diameternya dan sebaran berat jenis vegetasinya, dimana penggunaan lahan yang terdiri atas pohon dengan spesies yang mempunyai nilai kerapatan kayu tinggi, biomassanya akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan lahan yang mempunyai spesies dengan nilai kerapatan kayu rendah. Berdasarkan data di atas diketahui bahwa rata-rata biomassa mangrove pada Jorong Ujuang Labuang ini adalah sebesar 2.838,28 ton/ha. Hasil cadangan karbon mangrove ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Heriyanto (2013) di Kelurahan Purnama Dumai yang hanya memiliki rata-rata biomassa mangrove sebesar 1135,92 ton/ha dan penelitian yang dilakukan oleh Handoko (2016) di Kawasan Selatan Pulau Rupat dengan rata-rata biomasa mangrove sebesar 125,11 ton/ha. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ekosistem mangrove Jorong Ujuang Labuang masih lebih baik dari ekosistem mangrove di daerah lain. Kandungan Karbon Mangrove Kandungan karbon mangrove tertinggi terdapat di Stasiun III yang berada di bibir teluk dengan kandungan karbon mangrove sebesar 2.044,51 ton/ha. Stasiun yang memiliki kandungan karbon mangrove terendah terdapat pada Stasiun II yang berada di dekat perkebunan warga dengan kandungan karbon mangrove sebesar 952,02 ton/ha. Perbedaan kandungan karbon mangrove ini terjadi karena kerapatan mangrove di muara lebih besar dari pada mangrove yang berada di dekat perkebunan warga. Mangrove pada Stasiun III yang berada di bibir teluk masih terjaga dengan baik, belum mengalami penebangan ataupun aktivitas pembukaan lahan oleh masyarakat, sedangkan pada Stasiun II yang berada didekat perkebunan warga sebagian kawasannya telah mengalami penebangan dan pembukaan lahan. Hal ini sesuai dengan Purnobasuki (2012), yang menyatakan bahwa bila hutan diubah fungsinya menjadi lahan-lahan pertanian atau perkebunan, pengembalaan atau tambak, maka karbon tersimpan akan terus berkurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pohon mangrove yang memiliki diameter batang yang lebih besar memiliki biomassa dan cadangan karbon yang lebih besar pula, yang tersimpan paling banyak pada batang. Persentase stok karbon meningkat sejalan dengan peningkatan biomassa. Stok karbon berbanding lurus dengan kandungan biomassanya. Semakin besar kandungan biomassa, maka stok karbon juga akan semakin besar. Jadi besar kecilnya simpanan karbon dalam suatu vegetasi bergantung pada jumlah biomassa yang terkandung pada pohon, kesuburan tanah dan daya serap vegetasi tersebut. Nilai biomassa pohon berbanding lurus dengan nilai karbonnya. Hal ini disebabkan oleh nilai kandungan karbon suatu bahan organik adalah 47% dari total biomassanya (Badan Standardisasi Nasional, 2011). Rata-rata cadangan karbon mangrove pada Jorong Ujuang Labuang ini adalah sebesar 1.333,99 ton/ha. Hasil cadangan karbon mangrove ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Handoko (2016) di Kawasan Selatan Pulau Rupat yang hanya memiliki cadangan karbon mangrove sebesar 58,8 ton/ha. Hasil penelitian ini juga jauh lebih tinggi jika dibandingakan dengan hasil penelitian Sofyan (2016) di Kawasan Pesisir Rupat Utara yang memiliki rata-rata karbon mangrove sebesar 68,64 ton/ha. Hasil penelitian ini juga masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian Massugito (2016) di Kawasan Pesisir Kuala Indragiri yang memiliki ratarata 258,03 ton/ha. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ekosistem mangrove Jorong Ujuang Labuang memiliki potensi sebagai penyimpan karbon yang besar. Kandungan Karbon Organik Tanah Kandungan karbon organik tanah tertinggi terdapat di Stasiun I yang berada di dekat pemukiman warga dengan kandungan karbon organik tanah sebesar 1.458,85 ton/ha. Stasiun yang memiliki kandungan karbon organik tanah terendah terdapat pada Stasiun III yang berada di dekat bibir muara dengan kandungan karbon organik tanah sebesar 1.426,77ton/ha. Perbedaan kandungan karbon organik tanah ini terjadi karena kondisi ekosistem mangrove di dekat pemukiman warga sedimennya lebih padat, melimpahnya sisa-sisa serasah dari perambahan kawasan tersebut yang didukung dengan tidak banyaknya air laut yang membasahi wilayah tersebut sehingga menyebabkan sisa-sisa serasah tersebut tertahan. Hal ini diduga bahwa pasang surut juga dapat mempengaruhi jumlah simpanan karbon dalam sedimen mangrove. Mangrove yang berada di dekat bibir teluk, serasah yang berada di sana akan terbawa oleh pasang surut yang mengakibatkan karbon organik didekat bibir teluk rendah dibandingkan di dekat pemukiman warga. Berdasarkan data di atas diketahui bahwa rata-rata karbon organik pada Jorong Ujuang Labuang ini adalah sebesar 1.446,75 ton/ha. Hasil karbon organik ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handoko (2016) di Kawasan Selatan Pulau Rupat yang hanya memiliki karbon organik sebesar 920,12 ton/ha. Hasil penelitian ini juga lebih tinggi jika dibandingakan dengan hasil penelitian Sofyan (2016) di Kawasan Pesisir Rupat Utara yang memiliki rata-rata karbon organik sebesar 904,75 ton/ha. Tetapi hasil penelitian ini berbeda tipis jika dibandingkan dengan penelitian Massugito (2016) di Kawasan Pesisir Kuala Indragiri yang memiliki ratarata karbon organik yang lebih tinggi, yaitu sebesar 1.476,40 ton/ha. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa potensi penyerap karbon di Jorong Ujuang Labung tidak hanya karbon mangrovenya saja yang besar, tetapi karbon organiknya juga besar. Serapan CO 2 Serapan CO 2 tertinggi terdapat di Stasiun III yang berada di bibir teluk dengan serapan CO 2 sebesar 7.496,53 ton/ha. Stasiun yang memiliki serapan CO 2 terendah terdapat pada Stasiun II yang berada didekat perkebunan warga dengan serapan CO 2 sebesar 3.490,74 ton/ha. Perbedaan serapan CO 2 ini terjadi karena kerapatan mangrove di bibir teluk lebih besar dari pada mangrove

yang berada di dekat perkebunan warga. Selain itu serapan CO 2 memiliki hubungan yang positif antara jumlah total biomassa dengan kandungan karbon biomassa. Jadi, serapan CO 2 akan besar apabila total biomassa yang ada juga besar sehingga kandungan karbon juga ikut besar dan begitu pula sebaliknya. Berdasarkan data di atas diketahui bahwa rata-rata serapan CO 2 pada Jorong Ujuang Labuang ini adalah sebesar 4.891,3 ton/ha. Hasil serapan CO 2 ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handoko (2016) di Kawasan Selatan Pulau Rupat yang memiliki serapan CO 2 sebesar 215,61 ton/ha. Hasil penelitian ini juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil penelitian Sofyan (2016) di Kawasan Pesisir Rupat Utara yang memiliki rata-rata karbon organik sebesar 251,39 ton/ha. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa potensi serapan CO 2 di Jorong Ujuang Labung lebih besar jika dibandingkan dengan daerah lain. Hubungan Kerapatan dengan Biomassa, Kandungan Karbon dan Serapan CO 2 Kerapatan tegakan pohon mangrove merupakan suatu indikator dalam penentuan besar kecilnya nilai biomassa. Biomassa yang tinggi pada suatu kawasan menandai kerapatan pohon pada lokasi tersebut juga tinggi, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian kerapatan juga akan mempengaruhi kandungan karbon dan serapan CO 2. Diduga ada hubungan antara kerapatan terhadap biomassa, kandungan karbon dan serapan CO 2. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Satoo dan Madgwick dalam Tresnawan dan Rosalina (2002), bahwa kerapatan tegakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya biomassa. Tegakan yang makin rapat jarak tanamnya akan mempengaruhi jumlah biomassa yang semakin besar, begitupun dengan kandungan karbon dan serapan CO 2. Nilai koefisien determinasi untuk ketiga variabel adalah 0,6568 berarti 65,68% dari variasi biomassa, kandungan karbon dan serapan CO 2 bisa dijelaskan oleh variable kerapatan, sedangkan selebihnya 34, 32% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Kesimpulan Hasil pendugaan potensi cadangan karbon mangrove dan serapan CO 2 dapat disimpulkan bahwa Stasiun III yang berada di dekat bibir teluk lebih tinggi dari Stasiun I yang berada di dekat pemukiman warga dan stasiun II yang berada di dekat perkebunan warga. Hasil rata-rata cadangan karbon mangrove dan serapan CO 2 yaitu sebesar 1.333,99 ton/ha dan 4.891,30 ton/ha. Untuk karbon organik tanah terbesar terdapat di Stasiun I yang berada di dekat pemukiman warga dengan rata-rata karbon organik tanah sebesar 1.446,75 ton/ha. Dari uji regresi kerapatan mempengaruhi biomassa, kandungan karbon mangrove dan serapan CO 2 yang memiliki hubungan yang kuat. Kandungan biomassa, karbon mangrove dan serapan CO 2 antar stasiun berbeda nyata (p < 0,05).

Saran Diharapkan adanya penelitian lanjutan mengenai potensi karbon pada tiap spesies dan potensi karbon organik berdasarkan kedalamannya. Selain itu perlu juga dilakukan penelitian pada sumber karbon lainnya seperti pohon mati dan serasah mangrove yang terdapat di Jorong Ujuang Labuang. DAFTAR PUSTAKA Adinugroho, C. W. dan S. Kade, 2001. Model Pendugaan Biomassa Pohon Mahoni (Swietenia macrophylla King) di atas Permukaan Tanah. Jurnal penelitian Hutan dan Konservasi Alam, III (1) : 103-117. Badan Standardisasi Nasional, 2011. SNI 7724 Pengukuran dan Perhitungan Cadangan Karbon Pengukuran Lapangan untuk Penaksiran Cadangan Karbon Hutan (Ground Based Forest Carbon Accounting). Badan Standardisasi Nasional.(Tidak diterbitkan). Bismark, M. E., Subiandono dan N. M. Heriyanto, 2008. Keragaman dan Potensi Jenis serta Kandungan Karbon Hutan Mangrove si Sungai Subelen Siberut, Sumatera Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 5 (3): 297-306. Catur, W. dan S. Kade, 2001. Model Pendugaan Biomassa Pohon Mahoni (Swietenia macrophylla King) di atas Permukaan Tanah. Donato, D. C., J. B. Kauffman, D. Murdiyarso, S. Kurnianto, M. Stidham dan M. Kanninen, 2011. Mangroves Among the Most Carbon-Rich Forest in the Tropics. Nature Geoscience. Hairiah, K., dan S. Rahayu. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. World Agroforestry Centre. ICRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya, Indonesia. Handoko, E. 2016. Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon pada Ekosistem Hutan Mangrove di Kawasan Pesisir Selatan Pulau Rupat Provinsi Riau. Skripsi pada Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru. Heriyanto, T. 2013. Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon pada Ekosistem Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Kelurahan Purnama Kota Dumai Provinsi Riau. Skripsi pada Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru. IPCC. 2006. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories, Prepared by the National Greenhouse Gas Inventories Programme, Eggleston H. S., L. Buendia, K. Miwa, T. Ngara,

and K. Tanabe,(eds). Published: IGES, Japan. Massugito. 2016. Analisis Cadangan Karbon pada Ekosistem Hutan Mangrove di Kawasan Pesisir Kuala Indragiri Provinsi Riau. Skripsi pada Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru. Purnobasuki, H. 2006. Peranan Mangrove dalam Mitigasi Perubahan Iklim. Buletin PSL Universitas Surabaya 18: 9-13. Sofyan, M. 2016. Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon pada Ekosistem Hutan Mangrove di Kawasan Pesisir Rupat Utara Provinsi Riau. Skripsi pada Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru. Tresnawan, H., U. Rosalina, (2002). Estimating of biomass above ground level in the primary forest and logged over forest ecosystem, case study of Aro Village forest, Jambi - Indonesia. Journal of Tropical Management Forest. 8(1), 15-29.