BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Simultan Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

BAB I PENDAHULUAN. jasa perbankan atau keuangan. Dalam hal ini, perbankan merupakan inti dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan jantung perekonomian di suatu Negara.

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan terutama untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam. terutama guna membiayai investasi perusahaan.


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

yang mampu mempunyai profitabilitas yang memadai.

ANALISIS KESESUAIAN PERLAKUAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN PSAK 105 (STUDI KASUS DI BMT KHALIFA BANDUNG)

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana peningkatan dana bagi

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP PROFITABILITAS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 bahwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara. sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan uang tersebut kembali ke masyarakat. merupakan lembaga keuangan yang paling lengkap kegiatannya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yaitu menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum (rechtstaat) dimana

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pengelolaan kas sangat penting bagi suatu bank. Kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. negara dan bank sangat berpengaruh terhadap perekonomian seluruh negara dimana

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I LATAR BELAKANG. dunia perbankan menjadi sangat ketat, dimana bank dituntut memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Bank. Kegiatan utama dari perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Dimana laporan keuangan tersebut memiliki tujuan salah satunya yaitu. pengambilan keputusan. (Martani dkk, 2012:8)

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ikhwan Al-Shafa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha saat ini baik pada perusahaan jasa, perusahaan dagang, maupun perusahaan manufaktur semakin

I. PENDAHULUAN. Kebijakan perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling. fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. atas dana yang diterima dari nasabah. Sesuai dengan Undang undang RI nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Bank

Implementasi Psak No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Untuk Pengakuan Pendapatan Dan Beban Bunga Pada PT. Bank Bjb Kantor Cabang Majalengka

BAB I PENDAHULUAN. Atau lebih dikenal dengan fungsi perantara (intemediary) keuangan. Karena

[JURNAL ECOBISMA] Vol. 1 No. 2 Juni 2014 ANALISIS LIKUIDITAS BANK MANDIRI TAHUN Oleh

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Rasio Lancar. Rasio Lancar 2.75

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara pemilik dana dan pengguna dana. Bank merupakan lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. spesialisasi dalam perusahaan serta semakin banyaknya perusahaan-perusahaan. modal tersebut mengandung begitu banyak aspek.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dekade 1980-an sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara memiliki peranan cukup penting, bahkan. dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran bunga secara periodik. Menurut Abdul Halim (2015 : 9) obligasi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Perbankan nomor 7 tahun 1992, pasal 1 ayat 2 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan pada pasal 1 ayat 12 yang dimaksud Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dalam rangka untuk memperbesar volume penjualannya banyak bank menjual produknya dengan cara kredit. Penjualan kredit tidak segera mendapatkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang pelanggan, kemudian pada saatnya jatuh tempo terjadi aliran arus kas. Dengan demikian maka piutang merupakan elemen modal kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja. Tentunya dalam pemberian pembiayaan ini ada risiko yang dapat timbul karena berbagai faktor. Sebelum perusahaan memutuskan untuk menyetujui permintaan atau penambahan pembiayaan oleh para pelanggan perlu dilakukan evaluasi risiko pembiayaan dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang menentukan besar kecilnya pembiayaan tersebut. Kredit mengandung berbagai unsur dan tingkat risiko yang umumnya terkait secara langsung kepada pendapatan margin kredit. Semakin tinggi tingkat risiko suatu kredit, bank cenderung menetapkan tingkat margin kredit yang tinggi pula dan sebaliknya. Risiko umum yang dihadapi bank adalah kegagalan nasabah debitur memenuhi pembayaran margin dan pokok pinjaman. Oleh karena itu, nilai

kredit seorang calon nasabah debitur merupakan faktor utama yang harus diputuskan oleh manejemen bank di dalam mempertimbangkan setiap permohonan kredit. Risiko kredit muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok dan/atau bunga dari pinjaman yang diberikannya atau investasi yang sedang dilakukannya. Penyebab utama terjadinya risiko kredit adalah terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas. Akibatnya penilaian kredit kurang cermat dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya. (Antonio, 2007) Namun penggunaan dana yang dihimpun bank untuk tujuan produktif utamanya ialah dalam bentuk kredit atau pinjaman yang diberikan oleh bank. Peranan kredit bagi kehidupan bank sangat penting karena beberapa alasan, antara lain sebagai berikut: 1. Kegiatan penyaluran kredit oleh bank umum merupakan kegiatan utama. Hal tersebut ditandai oleh besarnya porsi/bagian aset bank yang selalu didominasi oleh kredit atau pinjaman yang diberikan. Secara rata-rata jumlah aset bank umum dibanyak Negara ekonomi maju dan berkembang, yang terkait dalam kredit yang disalurkan, berkisar sekitar 60% - 70%. Sedangkan di Indonesia antara 75% - 85%. 2. Apabila kegiatan penyaluran kredit berhasil dengan baik maka pendapatan yang berasal dari penerimaan margin, merupakan pendapatan terbesar sehingga mendominasi pendapatan operasi bank. 3. Kegiatan penyaluran kredit oleh bank umum mengandung risiko (credit risk) yang dapat mempengaruhi kesehatan dan keberlangsungan usaha bank. Likuiditas, rentabilitas (profitabilitas), serta solvabilitas bank sangat dipengaruhi oleh keberhasilan atau kegagalan pengelolaan kredit bank, yang juga secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi perekonomian suatu Negara. Goyahnya sistem perbankan yang dimulai sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 1999 yang lalu sangat dipengaruhi oleh banyaknya kredit bermasalah.

4. Sesuai dengan penelitian bank menurut Undang-Undang nomor 10/1998 pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana yang dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Penyaluran kredit merupakan kegiatan usaha yang mendominasi pengalokasian dana bank. Penggunaan dana untuk penyaluran kredit mencapai 75% - 85% dari volume usaha bank. Oleh karena itu, sumber utama pendapatan bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit dalam bentuk pendapatan bunga untuk bank konvensional dan bagi hasil untuk bank syariah. Adapun kata kredit yang dimaksud dalam bank syariah adalah pembiayaan. Terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran pembiayaan tersebut disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, sifat usaha bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit. Kedua, penyaluran pembiayaan memberikan spread yang pasti sehingga besarnya pendapatan dapat diperkirakan. Ketiga, melihat posisinya dalam pelaksanaan kebijakan moneter, perbankan merupakan sektor usaha yang kegiatannya paling diatur dan dibatasi. Di Indonesia misalnya, bank tidak diperkenankan melakukan jual beli saham di bursa efek. Keempat, sumber utama dana bank berasal dari dana masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak semua dana yang dihimpun dari masyarakat bisa tersalurkan dengan baik sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan dan penyalurannya pembiayaan kepada masyarakat sering kali mengalami hambatan dalam hal pengembalian pinjaman kepada pihak bank dan nyaris semua bank yang beroperasi di Indonesia mengalami kredit macet (bermasalah). Untuk menekan pembiayaan macet pada PT Bank Mega Syariah, Tbk., yang akan berimbas dengan pengembalian ekuitas, maka perlu diketahui bagaimana keeratan hubungan pembiayaan macet terhadap pengembalian ekuitas. Serta bagaimana PT Bank Mega Syariah, Tbk. dapat mempertahankan rasio kecukupan modal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, karena rasio kecukupan

modal pun berhubungan dengan pengembalian ekuitas. Selanjutnya dapat diketahui bagaimana keeratan hubungan rasio kecukupan modal dengan pengembalian ekuitas. Fenomena mengenai risiko pembiayaan ini, penulis ambil pada kasus Bank Mega Syariah yang terdapat di koran Seputar Indonesia (Kamis, 6 mei 2010). Fenomena yang terjadi yaitu pada tahun 2010 Bank Mega Syariah menargetkan laba pada tahun ini sebesar Rp 65,7 miliar. Laba tersebut naik 9,6% dibandingkan pencapaian tahun lalu sebesar Rp59,9 miliar, dan pengembalian ekuitas dipengaruhi secara teoritis dalam syariah oleh tingkat kesehatan bank yang dinilai dengan pendekatan kualitatif terhadap faktor permodalan. Dalam kegiatan operasional bank, prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, perusahaan yang terdiri dari pembiayaan dan dana pihak ketiga. Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat bermasalahnya suatu kredit adalah rasio Pembiayaan Macet (PM), sedangkan dalam rangka penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan bank biasanya digunakan Rasio Kecukupan Modal (RKM) untuk memenuhi kewajiban modal minimum. Sedangkan untuk mengetahui perkembangan tingkat persentase profitabilitas yang dapat dihasilkan bank biasanya menggunakan rasio Pengembalian Ekuitas (PE). Hal ini bertujuan untuk meningkatkan profitabilitas (keuntungan) yang maksimal dari hasil operasinya dalam setiap periode. Berdasarkan fenomena dan uraian-uraian yang telah dibahas sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan analisis sejauh mana kemungkinan pembiayaan macet dapat mempengaruhi terhadap pengembalian ekuitas. Adanya pembiayaan macet akan mempengaruhi pendapatan bagi hasil dan laba yang akan didapat, sehingga mempengaruhi pengembalian ekuitas bank syariah rendah. Rasio kecukupan modal pun memiliki hubungan terhadap pengembalian ekuitas Bank Syariah. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pembiayaan Macet dan Rasio Kecukupan Modal terhadap Pengembalian Ekuitas pada Bank Mega Syariah, sehingga dapat memberikan informasi aktual serta kontribusi yang diperlukan untuk masa yang akan datang.

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana Pembiayaan Macet (PM) di Bank Mega Syariah cabang Bandung. 2. Bagaimana Rasio Kecukupan Modal (RKM) di Bank Mega Syariah cabang Bandung. 3. Bagaimana Pengembalian Ekuitas (PE) di Bank Mega Syariah cabang Bandung. 4. Bagaimana pengaruh Pembiayaan Macet (PM) dan Rasio Kecukupan Modal (RKM) Terhadap Pengembalian Ekuitas (PE) di Bank Mega Syariah cabang Bandung. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui Pembiayaan Macet (PM) di Bank Mega Syariah cabang Bandung. 2. Untuk mengetahui Rasio Kecukupan Modal (RKM) di Bank Mega Syariah cabang Bandung. 3. Untuk mengetahui Pengembalian Ekuitas (PE) di Bank Mega Syariah cabang Bandung. 4. Untuk mengetahui pengaruh Pembiayaan Macet (PM) dan Rasio Kecukupan Modal (RKM) terhadap Pengembalian Ekuitas (PE) di Bank Mega Syariah cabang Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Bagi Perusahaan

Sebagai masukan dan bahan pertimbangandalam mengatasi masalah yang berhubungan dengan pembiayaan macet guna mengurangi tingkat risiko pada kredit atau pembiayaan untuk masa yang akan datang. 2. Bagi Penulis Untuk menambah wawasan serta tambahan ilmu sehinggga dapat memacu semangat ilmiah sekaligus untuk memperdalam pengetahuan dalam bidang manajemen risiko, khususnya mengenai masalah yang diteliti. 3. Bagi Akademik Dapat dijadikan referensi bagi yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dan sebagai bahan bacaan yang diharapkan akan menambah wawasan pengetahuan bagi yang membacanya. 1.5 Kerangka Pemikiran Kegiatan perbankan di Indonesia secara hukum diatur oleh Undang- Undang pokok Perbankan No.7 tahun 1992 dan disempurnakan dengan UU No.21 tahun 2008. Dalam pasal 1 ayat 2 UU No.21 tahun 2008, definisi bank umum dijelaskan sebagai berikut: Bank adalah badan usaha yang kegiatan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka menigkatkan taraf hidup rakyat. (Pasal 1: 2) Berdasarkan definisi bank yang telah dijelaskan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediatery) yang menghimpun dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan kembali pada masyarakat. Adapun pengertian bank syariah dalam UU No.21 tahun 2008 yaitu: Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. (Pasal 1:7)

Sebagai lembaga keuangan, bank Syariah menjalankan tugasnya sebagai lembaga intermediasi yaitu penghimpunan dana dan menyalurkan dalam bentuk pembiayaan. Dalam bentuk penyaluran dana bentuk ini tentunya bank syariah memiliki risiko-risiko baik yang dapat diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan. Salah satu contoh risiko bank syariah ini adalah pembiayaan bermasalah atau juga sering disebut pinjaman macet. Agar dapat memperhitungkan risiko yang terjadi pada pembiayaan bermasalah maka haruslah tercatat dengan jelas risiko-risiko yang timbul akibat kredit yang bermasalah tersebut. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt dalam Al-quran surat Al-Baqarah ayat 282, yaitu: Artinya: 282. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat

kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. "Bermu'amalah" ialah seperti berjualbeli, hutang piutang, atau sewa menyewa dan sebagainya. Kredit bermasalah adalah bagian dari kehidupan bisnis perbankan. Apabila seorang investor berani mendirikan bank, dia harus berani pula menanggung risiko menghadapi kesulitan menagih kredit yang diberikan kepada debitur tertentu. Oleh karena kredit bermasalah adalah bagian dari kehidupan bisnis perbankan, maka subjek itu bukanlah hal yang baru bagi sebagian banker. Tidak hanya bank-bank dari negara ekonomi berkembang saja yang menghadapi kasus kredit bermasalah, melainkan juga bank-bank dari negara ekonomi maju. Jumlah kredit bermasalah di Jepang pada tahun 1995 mencapai 50 triliyun yen (atau sekitar USD 512 miliyar). Sedangkan jumlah kredit perbankan bermasalah di Indonesia pada tahun 1996 mencapai Rp 32 triliyun, Rp 10 triliyun diantaranya dikategorikan sebagai kredit macet dan pada tahun 2006 jumlah kredit perbankan bermasalah meningkat menjadi Rp 832 triliyun (Sutojo, 2008) Walaupun kasus kredit bermasalah bukan barang baru di dunia bisnis perbankan, tetapi apabila tidak ditangani dengan profesional, kredit tersebut (terutama dalam jumlah besar) akan membawa dampak merugikan, baik bagi bank yang sedang menghadapinya maupun bagi kehidupan ekonomi bangsa. Oleh karena kredit adalah bagian terbesar dari aset produktif setiap bank umum, maka bank yang terancam oleh kredit bermasalah dalam jumlah besar pasti akan mengalami berbagai macam kesulitan operasional. Kesehatan bank yang bersangkutan di mata bank sentral akan dinilai rendah. Disamping itu, cepat atau lambat, mereka juga akan kehilangan kepercayaan dari para nasabahnya, yang dapat menyebabkan dana dititipkan pada bank tersebut ditarik secara serempak. Apabila jumlah bank bermasalah di suatu negara cukup besar dan tidak mampu mengatasi problem para nasabah di bank itu dengan baik, para nasabah di negara itu akan kehilangan kepercayaannnya terhadap bank tersebut. Dampaknya

para nasabah akan berbondong-bondong akan menarik kembali dana yang mereka titipkan. Akibat selanjutnya kelancaran usaha bisnis perbankan dan perkembangan ekonomi bank tersebut akan terganggu. Kredit bermasalah juga menghambat dampak ganda positif (multiplier effect) investasi dana, karena dana yang dikreditkan kepada debitur bermasalah terlambat kembali atau tidak kembali lagi kepada kreditur. Dengan demikian, dana tersebut tidak dapat dikreditkan kembali kepada debitur lainnya yang membutuhkan untuk mengembangkan operasi bisnisnya. Adapun barang jaminan atau tanggungan pada kredit dapat meringankan risiko kredit bermasalah ini. Anjuran adanya barang jaminan atau tanggungan sesuai dengan Al-quran surat Al-baqarah ayat 283, yaitu: Artinya: 283. Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barang tanggungan (borg) itu diadakan bila satu sama lain tidak percaya mempercayai. Adapun dalam kebijakan syariat Islam bahwa jika orang yang berhutang dalam kesulitan, maka pemberi hutang haruslah memberi penangguhan atas hutangnya sampai peminjam dapat mengembalikan hutang tersebut. Hal ini tercantum dalam surat al-baqarah ayat 280, yaitu: Artinya:

280. Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah penangguhan sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Dalam tafsir Ibnu Katsir jilid 1 disebutkan bahwa barangsiapa yang memberi kelonggaran pembayaran kepada peminjam yang kesulitan, maka baginya pahala sedekah sebesar pinjaman itu untuk setiap harinya ditagih sebelum jatuh tempo. Artinya disini bahwa pihak bank harus memberikan kelonggaran kepada peminjam yang belum mampu melunasi hutangnya ketika jatuh tempo, dengan kebijakan memberikan kelonggaran sesuai dengan kesepakatan yang dibuat. Pembiayaan bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur. Pinjaman macet dapat diukur dari kolektibilitasnya. Kolektibilitas merupakan gambaran kondisi pembayaran pokok dan marjin pinjaman serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat berharga. Penilaian kolektibitas kredit digolongkan ke dalam 5 kelompok yaitu: lancar (pass), dalam perhatian khusus (specialmention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful), dan macet (loss). (Rivai, 2006). Apabila kredit diartikan dengan tingkat kolektibilitasnya, maka yang digolongkan kredit yang bermasalah adalah kredit yang memiliki perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Persyaratan yang ketat dalam kebijakan kredit akan mengurangi kemungkinan terjadinya kredit bermasalah, namun tidak akan menghilangkan timbulnya masalah seperti penunggakan pembayaran. Pembiayaan macet termasuk rasio perbaikan asset bagi perbankan. Pembiayaan macet (PM) dihitung menggunakan persamaan (1) dan (2). (Rivai, 2006) sebagai berikut: Indikator pendukung seperti PM = 100% (1) PM = 100% (2)

Rasio kecukupan modal (RKM) adalah kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal RKM sebesar 10,5% dari aset tertimbang menurut risiko (ATMR), atau ditambah dengan risiko pasar dan risiko operasional, yang tergantung dari kondisi bank yang bersangkutan. Peta kekuatan PM dan RKM yang dimiliki oleh bank yang beroperasi di Indonesia menunjukan bahwa dari 132 bank yang beroperasi terdapat 89 bank dalam posisi aman baik dari segi PM maupun RKM nya, 26 bank dalam posisi relatif aman, 13 bank dalam posisi cukup berbahaya dan 4 bank dinyatakan dalam posisi berbahaya. RKM dihitung menggunakan persamaan (3). Sedangkan pengembalian ekuitas (PE) dihitung menggunakan persamaan (4). RKM = 100% (3) PE = 100% (4) Penulis mengambil kesimpulan sementara dari penelitian mengenai hubungan pembiayaan macet dan rasio kecukupan modal terhadap pengembalian ekuitas bank syariah. Dari uraian diatas, maka penulis dapat menarik suatu hipotesis yaitu Pembiayaan Macet dan Rasio Kecukupan Modal Berpengaruh Secara Signifikan Terhadap Pengembalian Ekuitas pada PT Bank Mega Syariah. 1.6 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan pembiayaan macet (PM) dan rasio kecukupan modal (RKM) terhadap pengembalian ekuitas (PE) PT Bank Mega Syariah Tbk. Kantor cabang ini adalah penelitian asosiatif yang dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan mengetahui dan membuktikan ada tidaknya hubungan yang bersifat sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Sifat hubungan dari variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah hubungan kausal (sebab-akibat). Teknik pengumpulan data yang digunkan penulis dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Teknik ini dilakukan baik secara library research maupun internet research untuk menambah wawasan dan informasi tentang masalah yang dikaji, yang dilaksanakan dengan maksud untuk memperoleh data-data pendukung yang diperoleh dari objek penelitian serta referensi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan merupakan penelitian langsung terhadap objek penelitian. Data yang diperoleh merupakan data primer dan sekunder dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Observasi, pengamatan langsung dan pencatatan terhadap objek yang diteliti. 2. Wawancara, teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang berwenang memberikan keterangan dan data yang diperlukan. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Data-data dan informasi yang diperlukan dalam menyusun skripsi ini diperoleh penulis dari PT Bank Mega Syariah kantor cabang Bandung, yang beralamat di Jl. Gatot Subroto No. 26 A Bandung. Penelitian ini direncanakan dilaksanakan pada Bulan Maret hingga skripsi ini selesai dikerjakan.