FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN JAMBAN KELUARGA DALAM PROGRAM PAMSIMAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARUAH GUNUANG TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sosial dan ekonomis. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut maka dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

ABSTRAK. Daftar Pustaka : 25 ( ) Kata Kunci : Pemanfaatan jamban CLTS. : Meiridhawati : Kesehatan Masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BABs) di sembarangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban.

RINGKASAN PRASTATI THALIB NIM :

BAB I PENDAHULUAN` Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya

Skripsi Diajukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas sebagai Pemenuhan Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan mobilitas penduduk semakin pesat serta lingkungan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

Yulisetyaningrum ABSTRAK

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, teknologi, pendidikan, perilaku terhadap upaya kesehatan (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)

BAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

Oleh : Suharno ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA

BAB V PENUTUP. 1. Terdapat pengaruh antara penerapan metode Community Led Total Sanitation

Jurnal Kesehatan Kartika 50

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang

Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK) Oktober 2017 E-ISSN : X Volume 1 Nomor 1 P-ISSN :

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015

BAB I PENDAHULUAN. penting agar masyarakat tahu dan mau serta mampu menerapkan pola perilaku hidup

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang 2015 Vol. 5, No. 1

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. penting diperhatikan baik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan habitat hidup,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU DI DESA BARU KECAMATAN SUNGAI TENANG KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2014

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

Oleh : Desi Evitasari, S.ST ABSTRAK

PENDAHULUAN. Sakinah, 2 Erna, 3 Marta 1,2,3. STIKes Prodi IKM Prima Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN

PERKEMBANGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

PERKEMBANGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan,

LAPORAN PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN BIDANG P2PL DINAS KESEHATAN KAB. BIMA TAHUN 2010

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat

Oleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani Cimahi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di masyarakat adalah jamban. Jamban berfungsi untuk tempat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. 1,1 milyar orang tidak memiliki fasilitas sanitasi. Hal ini kemudian berpengaruh pada

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Anggoro, et al, Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Jamban Di Kawasan...

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PERILAKU STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN (BABS): STUDI PADA PROGRAM STBM DI DESA SUMBERSARI METRO SELATAN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE,

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan masyarakat akan mempengaruhi produktivitas kerja. Sehat adalah suatu

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

BAB IV HASIL FAKTOR IBU DALAM MERAWAT ANAK BALITA DENGAN DIARE

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI PUSKESMAS KUTA BARO KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2013 SUSI NOVITA

Bab 1 PENDAHULUAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN 1

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

Perilaku Masyarakat Pasca Kegiatan Pemicuan Pada Program Gerakan Sanitasi Total (GESIT) (Studi Di Desa Candijati Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember)

Transkripsi:

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN JAMBAN KELUARGA DALAM PROGRAM PAMSIMAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARUAH GUNUANG TAHUN 2015 Nislawaty Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia ABSTRAK Berdasar deklarasi Johannesburg bahwa tahun 2015 separuh dari penduduk dunia harus mendapat akses sanitasi dasar (jamban). Penetapan ini mendorong pentingnya program untuk meningkat kepedulian masyarakat terhadap perlunya pemili dan penggunaan jamban. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan jamban keluarga dalam program pamsimas wilayah kerja baruah gunuang tahun 2015. Penelitian ini mengguna desain kuantitatif analitik dengan pendekatan cross sectional populasi penelitian adalah semua Kepala Keluarga (KK) di Nagari Baruah Gunuang sebanyak 2730 KK dengan sampel 97 KK yang diambil secara sistematik random sampling. Alat ukur dalam penelitian ini adalah kuesioner. Analisa data yang diguna adalah Univariat dan Bivariat, dengan uji chi- square. Hasil uji statistik dapat disimpul tidak adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidi dengan pemanfaatan jamban p value 0,080 < 0,05, adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan, sikap, dan peran petugas kesehatan dengan pemanfaatan jamban (p value = 0,008, p value = 0,049, p value = 0,009. Penelitian ini merekomendasi pentingnya memberi informasi sanitasi atau penyuluhan kepada masyarakat tentang selalu memanfaatan jamban, memberi jamban percontohan yang memenuhi syarat kesehatan memicu masyarakat selalu memanfaat jamban setelah program PAMSIMAS selesai dengan bantuan Petugas Kesehatan. Daftar Pustaka 24 (1992 2014) Kata Kunci Pemanfaatan Jamban, Peran Petugas Kesehatan, Sikap, Tingkat Pendidi, Tingkat Pengetahuan. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkat kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang setinggi tingginya sebagai investasi bagi pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam rangka mewujud tujuan tersebut maka dituang dalam Millenium Development Goals (MDG s) Tahun 2015, dimana titik berat pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan prepentive, dan tidak hanya kuratif. (Depkes RI, 2009) Derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan medis, dan keturunan. Lingkungan merupa faktor yang besar pengaruhnya terhadap kesehatan individu dan masyarakat. Keadaan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan perilaku masyarakat dapat merugi kesehatan baik masyarakat di pedesaan maupun perkotaan yang disebab karena Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau 42

kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dibidang kesehatan, ekonomi, maupun teknologi. Kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan tersebut adalah penyediaan air bersih, penyediaan jamban keluarga, kondisi rumah dan kondisi lingkungan pemukiman. (Notoadmojo, 2007) Lingkungan yang diharap adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dalam memelihara nilai-nilai budaya bangsa. Lingkungan mempunyai dua unsur pokok yang sangat erat terkait satu sama lain yaitu unsur fisik dan sosial. (Azwar A, 1995) Lingkungan fisik dapat mempunyai hubungan langsung dengan kesehatan dan perilaku sehubungan dengan kesehatan seperti polusi air akibat pembuangan limbah kesungai atau ketempat yang tidak semestinya yang dapat menimbul bermacam-macam penyakit seperti diare. Lingkungan sosial seperti ketidak adilan sosial yang dapat menyebab kemiskinan yang berdampak terhadap status kesehatan masyarakat yang mengakibat timbulnya penyakit berbasis lingkungan. Masalah yang timbul akibat tingginya penyakit yang berbasis lingkungan di Indonesia pada umumnya adalah tidak terpenuhinya kebutuhan air bersih dan pemanfaatan jamban yang masih rendah. (Depkes, RI 2009) Program Community Lead Total Sanitation (CLTS) yaitu Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupa salah satu program sanitasi total yang dipimpin oleh masyarakat yang dilatar belagi oleh adanya kegagalan dari proyek-proyek sanitasi sebelumnya. Lima prioritas yang telah disepakati sebagai bagian dari strategi Sanitasi Total, yakni menghenti praktek Buang Air Besar (BAB) terbuka, mengguna jamban milik pribadi atau bersama untuk pembuangan semua tinja manusia, mencuci tangan dengan air pakai sabun setelah BAB serta sebelum memegang maan, mengelola dan menyimpan air dan maan secara aman dan mengelola limbah secara hygienis. (Depkes RI 2009) Berdasar deklarasi Johannesburg yang dituang dalam Millennium Development Goals (MDGs) yang disepakati seluruh negara di dunia termasuk Indonesia, menetap bahwa pada Tahun 2015 separuh dari penduduk dunia yang saat ini belum mendapat akses terhadap sanitasi dasar (jamban) harus mendapatnya. Sedang pada Tahun 2025 seluruh penduduk dunia harus mendapat akses terhadap sanitasi dasar. Penetapan ini mendorong pentingnya program untuk meningkat kepedulian masyarakat terhadap perlunya pemili dan penggunaan jamban. (Depkes RI, 2008) Sanitasi lingkungan di Indonesia pada umumnya dan Propinsi Sumatera Barat pada khususnya masih belum mencapai kondisi sanitasi yang memadai. Kebutuhan sanitasi dasar belum tercapai seperti pembangunan tempat pembuangan kotoran manusia. Fasilitas pembuangan tinja/pembuangan kotoran manusia yang memenuhi syarat kesehatan berpengaruh besar terhadap kesehatan lingkungan. Berdasar data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat bahwa Tahun 2013 menunjuk hanya 43,12% rumah tangga di Sumatera Barat yang memiliki tempat pembuangan tinja sendiri, Padahal cakupan jamban harus mencapai 100% atau semua masyarakat harus memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan dirumah.(dinkes Prov. Sumbar, 2013) Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau 43

Berdasar data dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat, ada lima belas Kabupaten/Kota telah melaksana Program Penyedian Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS). Kabupaten Lima Puluh Kota merupa salah satu kabupaten yang telah melaksana program ini dan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, Puskesmas, Kader nagari yang dimulai pada tahun 2012. Dari 21 Puskesmas yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota, sebanyak 13 wilayah kerja yang sudah ikut dalam program PAMSIMAS dan yang paling rendah jumlah Kepala Keluarga yang memiliki jamban keluarga berada di wilayah kerja Puskesmas Baruah Gunuang sebanyak 49,94% yang terdiri dari 3 Jorong (Pauh, Bigau, Banda Raik). Sehingga pada wilayah kerja yang mendapat program PAMSIMAS cakupan kepemili jamban meningkat menjadi 90%. (DinKes Kab. 50 Kota, 2013) Oleh karena itu untuk melihat keberhasilan kerja PAMSIMAS a dilihat seberapa besar perilaku masyarakat dalam pemanfaatan jamban. Karena masih ditemu ada sebagian masyarakat membuang tinja sembarangan seperti ke sungai dan semak-semak, sedang air sungai diguna untuk keperluan lain seperti untuk mandi, mencuci pakaian, dan mencuci peralatan dapur. L.Green (1980) menyata bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku adalah faktor predisposisi (predisposing factor) merupa faktor dasar motivasi untuk bertindak meliputi : pengetahuan, sikap, keyakinan, persepsi, sistim nilai yang dianut masyarakat, pendidi dan sosial ekonomi. Faktor pemungkin (enabling factor) merupa faktor yang memungkin suatu motivasi pelaksana yang meliputi ketersediaan sarana SDM dan pelayanan kesehatan dan faktor penguat (reinforcing factor) merupa faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang meliput dukungan keluarga, personal petugas kesehatan, atasan dan lainnya. Perilaku Kepala Keluarga dalam pemanfaatan jamban keluarga berkaitan dengan faktor predisposisi dan faktor penguat yaitu tingkat pendidi, tingkat pengetahuan, sikap, dan peranan petugas kesehatan. (Notoadmojo, 2010) Berdasar survey awal yang dilaku pada 10 orang responden yang sudah memiliki jamban keluarga, diperoleh sebanyak 40% responden yang memanfaat jamban dan 60 % responden tidak memanfaat jamban, sebanyak 70% tingkat pendidi responden rendah yaitu tamat SD/SMP/MTs sederajat dan sebanyak 30% tingkat pendidi responden menengah yaitu SMA/SMK sederajat, sebanyak 60% tingkat pengetahuan responden rendah tentang pemanfataan jamban, sebanyak 25% tingkat pengetahuan responden sedang tentang pemanfaatan jamban, dan sebanyak 15% tingkat pengetahuan responden tinggi tentang pemanfaatan jamban, sebanyak 70% sikap responden negatif terhadap pemanfataan jamban, sebanyak 30% sikap responden positif teradap pemanfaatan jamban dan sebanyak 30% ada peran petugas kesehatan dalam pemanfaatan jamban keluarga, sebanyak 70% tidak ada peran petugas kesehatan dalam pemanfaatan jamban. Berdasar uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melaku penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan jamban keluarga dalam program PAMSIMAS di wilayah kerja Puskesmas Baruah Gunuang Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2015 TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Jamban Keluarga Dalam Program PAMSIMAS di wilayah kerja Puskesmas Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau 44

Baruah Gunuang Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2015 METODE PENELITIAN Desain penelitian adalah Kuantitatif Analitik dengan pendekatan Cross Sectional, yakni suatu penelitian untuk mempelajari hubungan antara faktor risiko dengan faktor efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. (Aziz E,2011). Adapun faktor resiko dalam ini Tingkat Pendidi, Tingkat Pengetahuan, Sikap, Peran Petugas Kesehatan, dan Faktor Efeknya Pemanfaatan Jamban. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang a diteliti. Populasi pada penelitian ini adalah semua KK yang memiliki jamban keluarga pada 3 (tiga) Jorong di wilayah kerja Puskesmas Baruah Gunuang Kabupaten Lima Puluh Kota yang berjumlah 2730 KK. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Systematic Random Sample. Dengan jumlah sampel 97 orang. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasar Tingkat Pendidi, Tingkat Pengetahuan, Sikap, Peran Petugas Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Barua Gunuang Tahun 2015 1 2 3 1 2 3 1 2 No Tingkat Pendidi Frekuensi (%) Tinggi 15 15,5 Menengah 26 26,8 Rendah 56 57,7 Total 97 100 Tingkat Frekuensi (%) Pengetahuan Tinggi 3 3,1 Sedang 50 51,5 Rendah 44 45,4 Total 97 100 Sikap Frekuensi (%) Positif 48 49,5 Negative 49 50,5 1 2 Total 97 100 Peran Petugas Keseatan Berperan Tidak Berperan Frekuensi (%) 44 53 45,4 54,6 Total 97 100 Dari tabel 1 diatas dapat dilihat sebagian besar responden adalah dengan pendidi yang rendah yaitu sebanyak 56 responden (57,7%), dan sebagian besar pengetahuan responden adalah pengetahuan yang rendah sebanyak 44 responden (45,4%), dan sebagian besar responden memiliki sikap yang negatif sebanyak 49 responden (50,5%), dan dapat dilihat bahwa peran petugas kesehatan tidak berperan sebanyak 53 responden (54,6%). Tabel 2 Hubungan Tingkat Pendidi Dengan Pemanfaatan Jamban Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas Baruah Gunuang Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2015 Tingkat Pendidi Pemanfaatan Jamban Memanfaat Tidak memanfa at TOTAL N % N % N % Rendah 19 33,9 37 66,1 56 100 OR 90 % CI P VAL UE Sedang 14 53,8 12 46,2 26 100 0,080 Tinggi 3 20,0 12 80,0 15 100 Total 36 37,1 61 62,9 97 100 Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat pendidi tinggi sejumlah 15 responden, masih ada yang tidak memanfaat jamban sebanyak 12 orang (80%). Dari hasil statistik diperoleh p Value Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau 45

= 0,080 maka p > 0,05 sehingga Ho gagal ditolak, dapat disimpul bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara Tingkat Pendidi dengan Pemanfaatan Jamban. Tabel 3 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Pemanfaatan Jamban Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas Baruah Gunuang Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2015 Tingkat Pengetahu an Pemanfaatan Jamban memanfaat Tidak memanfaat TOTAL N % N % N % Rendah 11 25,0 33 75,0 44 100 OR 90 % CI P VA LU E Menengah 22 44,0 28 56,0 50 100 0,0 08 Tinggi 3 100 0 0 3 100 Sikap Pemanfaatan Jamban memanfaat Tidak memanfaatka n TOTAL N % N % N % OR 90% CI Negative 13 26,5 36 73,5 49 100 393 Positif 23 47,9 25 52,1 48 100 (.168 Total 36 37,1 61 62,9 97 100.919) Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa responden dengan sikap positif sejumlah 48 responden, masih ada yang tidak memanfaat jamban sebanyak 25 responden (52,1%). Dari uji statistik menunjuk bahwa nilai p Value = 0,049 maka p < α sehingga Ho ditolak. Dapat disimpul ada hubungan yang bermakna antara Sikap terhadap Pemanfaatan Jamban Keluarga. P VAL UE 0,049 Total 36 37,1 61 62,9 97 100 Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat pengetahuan menengah sejumlah 50 responden, masih ada yang tidak memanfaat jamban sebanyak 28 responden (56%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p Value = 0,008 maka p < α (0,05) maka Ho ditolak. Dapat disimpul bahwa ada hubungan yang bermakna antara Tingkat Pengetahuan dengan Pemanfaatan Jamban Keluarga. Tabel 4 Hubungan Sikap Dengan Pemanfaatan Jamban Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas Baruah Gunuang Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2015 Tabel 5 Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Pemanfaatan Jamban Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas Baruah Gunuang Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2015 Peran Petugas Kesehatan Tdk Berperan Pemanfaatan Jamban memanfaatk an Tidak memanfaat TOTAL N % N % N % OR 90% CI 13 24,5 40 75,5 57 100 297 berperan 23 52,3 21 47,7 40 100 (125 702) Total 36 37,1 61 62,9 97 100 Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa responden dengan berperannya peran petugas kesehatan sejumlah 40 responden, masih ada yang tidak memanfaat jamban sebanyak 21 responden (47,7%). Dari uji statistik menunjuk bahwa nilai p Value = 0,009 P VALU E 0,009 Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau 46

maka p < α sehingga Ho ditolak. Dapat disimpul ada hubungan yang bermakna antara Peran Petugas Kesehatan terhadap Pemanfaatan Jamban Keluarga PEMBAHASAN Hubungan Tingkat Pendidi dengan Pemanfaatan Jamban diwilayah Puskesmas Baruah Gunuang Tahun 2015 Berdasar hasil penelitian bahwa dari 97 responden, tingkat pendidi tinggi yang tidak memanfaat jamban keluarga sebanyak 12 responden (80%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,080 > 0,05 maka Ho gagal ditolak, sehingga tidak adanya hubungan antara tingkat pendidi dengan pemanfaatan jamban keluarga.namun dalam penelitian ini masih banyaknya responden yang tidak menfaat jamban. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Vivi (2011) diwilayah kerja puskesmas Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas Pasaman Barat yang tidak memanfaat jamban pada tingkat pendidi sebanyak 32 responden (50,2 %). Dengan hasil uji statistk diperole nilai p value 0,190 > 0,05 maka Ho gagal ditolak Pendidi menurut Park dalam Harisandi (2000),pendidi itu adalah seni atau proses dalam menyalur atau menerima pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan melalui pengajaran dan studi, semakin tinggi pendidi seseorang semakin tinggi pula tingkat kedewasaannya. Hal ini dapat dilihat dari kestabilan dalam berprilaku yang baik, serta adanya tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dilakunya. Tingkat pendidi adalah tahapan pendidi yang ditetap berdasar tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang a dicapai dan kemauan yang dikembang. tingkat pendidi berpengaruh terhadap perubahan sikap dan prilaku hidup bersih. Tingkat pendidi yang tinggi a memudah seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasinya dalam prilaku dan gaya hidup sehari hari, khusunya dalam hal kesehatan.(suharjo 2007) Menurut asumsi, dengan pendidi yang tinggi maupun pendidi yang rendah tidak mempengaruhi kebiasaan responden untuk tidak mengguna jamban, karena kebiasan yang dilaku responden untuk membuang tinja kesungai, kekolom menjadi kebiasaan yang tidak baik, seingga responden hanya menganggap jamban sebagai syarat untuk mendapat air bersih dalam program PAMSIMAS. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Pemanfaatan Jamban diwilayah Puskesmas Baruah Gunuang Berdasar hasil penelitian bahwa dari 97 responden, tingkat Pengetahuan menengah yang tidak memanfaat jamban keluarga sebanyak 28 responden (56,0%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,008 < 0,05 maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpul bahwa ada hubungan yang signifi antara tingkat pengetahuan dengan pemanfaatan jamban keluarga. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilaku oleh Meiridhawati yang meneliti tentang faktor faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan jamban Community Led Total Sanitation (CLTS) dikenagarian kurnia selatan kecamatan sungai rumbai dengan hasil uji chi square p (0,004) < 0.05 karena nilai p value < α, maka Ho ditolak. Dan juga sejalan dengan penelitian yang dilaku Chairudin (2012) yang meneliti tentang Faktor Faktor Yang mempengaruhi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Jamban Keluarga Di Desa Bontotallasa Dusun Makuring Kabupaten Maros, dengan hasil uji statistik diperoleh p (0,006 < 0,05) maka Ho ditolak. Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau 47

Hal ini menunju bahwa kurangnya pelaksanaan promosi penggunaan jamban belum dilaku secara optimal sebagai salah satu upaya yang dilaku dalam rangka penggerak dan pemberdayaan masyarakat yaitu pemberiaan informasi secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, agar sasaran tersebut berubah dan tidak tahu menjadi tahu atau sadar dari tahu menjadi mau dan dari mau menjadi mampu melaksana perilaku yang diperkenal. Menurut Notoadmodjo (2010), pengetahuan yang bersifat kognitif merupa domain yang sangat penting bagi terbentunya suatu tinda. Tinda yang didasari oleh pengetahuan a lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pngetahuan responden tentang pentingnya memiliki jamban keluarga dirumah. Pengetahuan berhubungan erat dengan kemampuan intelektual seseorang. Pengetahuan merupa salah satu faktor predisposisi yang memberi rasionalisasi atau motifasi untuk melaksana prilaku tersebut sesuai dengan teori L Green, untuk meningkat pengetahuan responden dalam kepemili jamban keluarga perlu dilaku promosi kesehatan dengan penyuluhan tentang pentingnya memanfaat jamban keluarga dirumah, merubah perilaku kearah yang lebih baik yaitu mencuci tangan setelah buang air besar dengan sabun, membersih jamban minimal satu kali seminggu agar kebersihan jamban selalu terjaga dan bersih, serta menyedia air bersih yang cukup. Peneliti berasumsi bahwa Pemanfaatan Jamban oleh masyarakat dengan pengetahuan yang cukup memiliki kemampuan dalam memanfaat jamban dibanding dengan masyarakat dengan pengetahuan yang kurang. Hal ini dapat dipahami karena pengetahuan merupa dasar dan motivasi bagi seseorang untuk berbuat. Hubungan Sikap Dengan Pemanfaatan Jamban diwilayah Puskesmas Baruah Gunuang Berdasar hasil penelitian bahwa dari 97 responden, sikap positif yang tidak memanfaat jamban keluarga sebanyak 25 responden (52,1%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,049 < 0,05 maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpul bahwa ada hubungan yang signifi antara sikap dengan pemanfaatan jamban keluarga. Sesuai dengan penelitian yang dilaku oleh Meiridhawati yang meneliti tentang faktor faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan jamban Community Led Total Sanitation (CLTS) dikenagarian kurnia selatan kecamatan sungai rumbai dengan hasil yang tidak memanfaat jamban dalam sikap negative sebanyak 22 responden(20,6), berdasar hasil statistik chi square menunjuk p (0,036) < 0,05 karena nilai p < α maka Ho ditolak. Dan juga sejalan dengan penelitian yang dilaku Chairudin (2012) yang meneliti tentang Faktor Faktor Yang mempengaruhi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Jamban Keluarga Di Desa Bontotallasa Dusun Makuring Kabupaten Maros, dengan hasil uji statistik diperoleh p (0,003 < 0,05) maka Ho ditolak. Sikap merupa suatu reaksi atau respon terhadap suatu objek dan sikap masih merupa sikap tertutup peran serta masyarakat yang merupa modal utama mendukung keberhasilan setiap upaya peningkatan kesehatan masyarakat, sikap cenderung bersifat tetap terhadap kategori tertentu dari objek,orang atau situasi. Sikap yang menggambar suatu kumpulan keyakinan yang selalu mencakup aspek evaluatif, sehingga sikap selalu dapat di ukur dalam bentuk positif dan negatif. Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau 48

Menurut Sunaryo (2004) faktor penentu sikap seseorang salah satunya adalah faktor komunikasi sosial. Informasi yang diterima individu tersebut dapat menyebab perubahan sikap pada diri individu tersebut. Positif atau negatif informasi dari proses komunikasi tersebut tergantung seberapa besar hubungan sosial dengan sekitarnya mampu mengarah individu tersebut bersikap dan bertindak sesuai dengan informasi yang diterimanya. Ketidakcoco perilaku seseorang dengan sikapnya a menimbul berbagai masalah psikologis bagi individu yang bersangkutan sehingga individu a berusaha mengubah sikapnya atau perilakunya. Sikap merupa predisposisi untuk berperilaku yang a tampak actual dalam bentuk perilaku atau tinda. (Green, 2000). Menurut asumsi peneliti, bahwa sikap positif masyarakat terhadap masalah kesehatan sangat besar pengaruhnya terhadap prilaku masyarakat dalam pemanfaatan Jamban keluarga, karena sikap yang positif a mendorong terwujudnya suatu tinda dan praktek berupa respon terhadap munculnya suatu inisiatif untuk memanfaat jamban keluarga. Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Pemanfaatan Jamban diwilayah Puskesmas Baruah Gunuang Berdasar hasil penelitian bahwa dari 97 responden, Peran Petugas Kesehatan yang berperan dalam pemanfaatan jamban keluarga sebanyak 21 responden (47,7%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,009 < 0,05 maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpul bahwa ada hubungan yang signifi antara peran petugas kesehatan dengan pemanfaatan jamban keluarga. Sesuai penelitian yang dilaku oleh meiridhawati yang meneliti tentang faktor faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan jamban community led total sanitation (CLTS) dikenagarian kurnia selatan kecamatan sungai rumbai dengan uji chi square p (0,832) > 0,05 karena nilai p > α maka Ho ditolak. Hal ini sesuai dengan teori bahwa peran petugas kesehatan dalam bentuk penyuluhan yang diberi kemasyarakat tentang pentingnya memanfaat jamban keluarga dirumah, teori lori dalam notoadmojdo (1993) menyata bahwa hubungan antar manusia yang baik adalah menanam kepercayaan,reponsif, menghargai, menjaga rahasia, dan mendengar keluhan. Proses fasilitas PAMSIMAS di masyarakat pada prinsipnya adalah pemicuan terhadap rasa jijik, rasa malu, rasa takut sakit, rasa berdosa dan rasa tanggung jawab yang berkaitan perubahan kebiasaan atau prilaku BAB disembarang tempat, apakah masyarakat membangun jamban yang sehat sederhana belum menjadi prioritas dalam program PAMSIMAS. Menurut B. Kar dalam Notoatmojo bahwa perilaku kesehatan bertitik tolak adanya dukungan sosial dari masyarakat dan petugas dan ada tidaknya informasi kesehatan. Menurut asumsi peneliti, Pemanfaatan jamban sangat tergantung juga pada petugas kesehatan yang merupa ujung tombak dalam mempromosi dan memberi penyuluhan tentang pentingnya memanfaat jamban keluarga dirumah. Untuk meningkat peran petugas kesehatan dalam memberi penyuluan tentang pemanfaatan jamban yaitu perlu diberi pelatihan yang terpadu (pengetahuan dan keterampilan) mengenai jamban keluarga yang memenuhi syarat kesahatan yang baik, serta perlu juga dilaku observasi oleh petugas kesehatan kerumah rumah untuk memantau apakah jamban yang dimiliki oleh responden memenuhi syarat syarat kesehatan dan Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau 49

juga dimanfaat untuk buang air besar atau tidak. KESIMPULAN Berdasar hasil penelitian yang telah dilaku mengenai faktor faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan jamban keluarga dalam program PAMSIMAS wilayah kerja Puskesmas Baruah Gunuang Tahun 2015 dapat disimpul sebagai berikut : 1. Tingkat Pendidi Tinggi yang tidak memanfaat jamban keluarga sebanyak 12 responden (80%). 2. Tingkat Pengetahuan Menengah yang tidak memanfaat jamban keluarga sebanyak 28 responden (56,0%). 3. Sikap (+) yang tidak memanfaat jamban keluarga sebanyak 25 responden (52,1%). 4. Peran Petugas Kesehatan (+) yang tidak memanfaat jamban keluarga sebanyak 21 responden (47,7%) 5. Pemanfaatan Jamban yang tidak memanfaat jamban sebanyak 61 responden (62,9%) 6. Tidak adanya hubungan yang signifi antara pendidi dengan pemanfaatan jamban di wilayah kerja puskesmas baruah gunuang tahun 2015. diperoleh p Value = 0,080 > 0,05. 7. Adanya hubungan yang signifi antara pengetauan dengan pemanfaatan jamban keluarga diwilayah kerja puskesmas baruah gunuang tahun 2015. Diperoleh p value = 0,008 < 0,05 8. Adanya hubungan yang signifi antara sikap dengan pemanfaatan jamban keluarga diwilayah kerja puskesmas baruah gunuang tahun 2015. Diperoleh p value = 0,049 < 0,05 9. Adanya hubungan yang signifi antara peran petugas kesehatan dengan pemanfaatan jamban keluarga diwilayah kerja puskesmas baruah gunuang tahun 2015. Diperoleh p value = 0,009 < 0,05 DAFTAR PUSTAKA Abdullah (2010) Sanitasi Kesehatan. Diakses pada tanggal 23 mei 2015. Akhirmen (2005) Buku Ajar Statistika I. Padang : Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Aziz E (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Padang : Badouse Media Azwar A (1995) Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya Budiarto, (2001). Biostatistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC Chandra B (2007)Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. Departemen Kesehatan RI, (2008). Keputusan Menteri Kesehatan RI. Tentang Kebija Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta Depkes RI, Ditjen PP-PL bekerjasama dengan Pokja AMPL Pusat (2008) Modul Pelatihan Stop Buang Air Besar Sembarangan (STOP BABS), Jakarta Departemen Kesehatan RI (2009), Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pelaksanaan Promoosi Kesehatan di Daerah, Jakarta Departemen Kesehatan RI (2008), Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Kemitraan Promosi Kesehatan Dengan Lembaga Swadaya Masyarakat, Jakarta Departemen Kesehatan RI (2009), Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Depkes RI, Jakarta Harisandi (1993). Pendidi Dan Pengetahuan Dasar. Bandung : Galia Hasan (2002). Pokok Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia Hidayat, A, (2007). Metode Penelitian Dan Teknik Analisa Data. Jakarta : selemba medika Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau 50

Ihsan (2005). Konsep Dasar Pendidi. Jakarta : Rieneka Cipta. Kamal.K RC. Handbook on Community Led Total Sanitation Geneva: World Health Organization; 2008 Laporan tahunan (2013) Dinas Kesehatan Prov. Sumatra Barat. Notoadmojo (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Pilaku, Jakarta : Rineka Cipta Notoadmojo (2010). Ilmu Prilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta Rekap program PAMSIMAS Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota Savitri (2010). Buku Informasi Keehatan Lingkungan, Padang : Seksi Penyehatan Sumatra Barat Tirtarahardja.(2005) Tingkat Pendidi Formal diakses pada tanggal 28 juni 2015 UU Pendidi (2003) standar pendidi Indonesia diakses pada tanggal 28 juni 2015 UU Kesehatan (1992) Tentang Kesehatan diakses pada 25 juni 2015 Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau 51