II. KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

Bahan yang digunakan pada pembuatan panel kayu sengon laut ini adalah:

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

REKAYASA DAN MANUFAKTUR BAHAN KOMPOSIT SANDWICH BERPENGUAT SERAT RAMI DENGAN CORE LIMBAH SEKAM PADI UNTUK PANEL INTERIOR OTOMOTIF DAN RUMAH HUNIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN

BAB 6 SISTEM PENGAMAN RANGKAIAN KELISTRIKAN

BAB III DESAIN DAN MANUFAKTUR

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Material, Laboratorium

4.1. Menghitung Kapasitas Silinder

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

III. METODOLOGI PENELITIAN. waktu pada bulan Oktober hingga bulan Maret Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. makanan menggunakan termoelektrik peltier TEC sebagai berikut :

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan material plastik sebagai bahan komponen kendaraan. bermotor, peralatan listrik, peralatan rumah tangga, dan berbagai

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Waktu penelitian ini direncanakan selama tiga bulan yang dimulai dari

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PENGADUK ADONAN ROTI TAWAR (BAGIAN STATIS) LAPORAN PROYEK AKHIR. Oleh :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB IV MENGENAL FISIK LEMARI ES

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. 3.1 Diagram Alir Perancangan Struktur Atas Bangunan. Skematik struktur

`BAB IV PROSES PEMBUATAN

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan bambu laminasi untuk rangka sepeda. 3. Perlakuan serat (alkali &bleaching)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik. Spot welding banyak

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN MINI REFRIGERATOR THERMOELEKTRIK TENAGA SURYA. Pada perancangan ini akan di buat pendingin mini yang menggunakan sel

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Polyurethane pada Dashboard

BAB III SISTEM PENGUJIAN

STUDI PUSTAKA KINERJA KAYU SEBAGAI ELEMEN STRUKTUR

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN CONTAINER DAN CONVEYOR ROKOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode-metode dengan analisis studi kasus yang

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.

DESAIN ALAT UKUR DEFLEKSI JEMBATAN MODEL SEGITIGA PADA JEMBATAN RANGKA BAJA. Oleh : YAKOBUS ARYO PRAMUDITO NPM. :

STUDI PERBANDINGAN TINGKAT PERLINDUNGAN KOROSI TERHADAP BEBERAPA JENIS MATERIAL COATING PADA ONSHORE PIPELINE

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan untuk penelitian material komposit ini adalah:

BAB III ANALISIS DATA PEMBUATAN FILM POLIVINILYDENE FLUORIDE SEBAGAI SENSOR PIEZOELEKTRIK

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

I. LATAR BELAKANG Di dalam dunia pendidikan maupun industri, pembuatan alat untuk pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap bahan dasar suatu alat/bahan sangat banyak dan bervariasi, mulai dari alat yang berkapasitas besar maupun berkapasitas sedang. Pada saat memproduksi alat, banyak industri menengah ke bawah yang membuat alat/benda tanpa melakukan pengujian terhadap bahan dasar yang dipakai. Terutama pengujian untuk mengetahui struktur dan kekuatan maksimum dari jenis bahan dasar itu sendiri. Pengujian bertujuan untuk mengetahui penggunakan alat/benda secara tepat serta efektif terutama dibidang otomotif dan industri yang tidak sembarangan menggunakan alat/benda yang bahan dasarnya tidak sesuai dengan standarisasinya. Plastik adalah salah satu bahan dasar untuk membuat suatu alat/benda, mulai dari perabotan rumah tangga sampai pembuatan komponen kendaraan. Alasan penggunaan plastik sebagai bahan dasar adalah struktur dan sifat plastik yang mudah dibentuk/dicetak serta tidak korosif. Untuk mengetahui kekuatan tiap jenis plastik, maka perlu dilakukan beberapa deretan pengujian terhadap batang plastik, salah satunya pengujian defleksi pada jenis-jenis batang plastik. Fitriyanto (2013). Alat uji defleksi batang plastik menggunakan pemanas (Heat Plastic Deflection Temperature) adalah suatu alat uji yang digunakan untuk menilai suhu dimana polimer, plastik atau spesimen komposit plastik mengalami deformasi dibawah beban lentur yang diberikan. Suhu distorsi panas juga dikenal sebagai 'suhu defleksi di bawah beban atau 'suhu panas defleksi' (HDT). Mengingat harga alat uji defleksi batang plastik ini tidak ekonomis, pengoperasiannya yang susah dan diproduksi dalam skala besar, Oleh karena itu perlu dilakukan perancangan dan pembuatan alat uji coba defleksi plastik secara sederhana serta ekonomis namun memenuhi fungsi dari kegunaan alat uji coba yang diperlukan. II. KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka Hariyanto (2014), menyelidiki pengaruh siklus termal terhadap kekuatan bending panel komposit sandwich, yaitu tebal core 10 mm dan tebal skin 2 mm dengan Vf komposit skin dan core sebesar 40%. Manufaktur core SP-UF dilakukan dengan cetak tekan, sedangkan komposit skin serat rami- UPRs dan komposit sandwich dilakukan juga dengan cetak tekan. Komposit sandwich diteliti dengan ketebalan skin 2 mm dan core 10 mm. Perlakuan panel komposit sandwich dengan siklus thermal pada variasi temperatur 75 o C, 125 o C, 175 o C dan jumlah siklus 25x, 75x, dan 125x, serta tanpa perlakuan digunakan 2

sebagai kontrol pengujian untuk mengetahui fenomena sebelum dan sesudah perlakuan. Pada temperatur ruang 35 o C mendapatkan nilai defleksi maksimum 8,3 mm dengan tegangan bending maksimum 48,6 MPa. Pada temperatur ruang 75 o C nilai defleksi maksimum sebesar 9,3 mm dan tegangan bending maksimum 20,9 MPa. Pada temperatur ruang 125 o C memiliki nilai defleksi maksimum 10,1 mm dengan tegangan bending sebesar 34,7 Mpa. Pada temperatur ruang 175 o C nilai defleksi menurun sebesar 9,6 mm dan nilai tegangan bending sebesar 14,6 Mpa. Hylton (2004), menjelaskan pengujian suhu defleksi digunakan untuk mengetahui ketahanan material terhadap panas dalam jangka pendek dan sebagai pedoman pengaturan suhu cetakan. Pada saat pengujian, ukuran spesimen yang digunakan adalah 50,8 mm x 12,7 mm x 6,35 mm. Beban yang dipakai menggunakan 0,455 MPa dan 1,82 MPa dengan cara membandingan hasil dari penggunaan kedua beban. Terjadinya defleksi diketahui ketika nilai defleksi menujukan angka 0,25 mm lalu mencatat pada suhu berapa mengalami defleksi. Fluilda dipanaskan saat pengujian dengan kecepatan 2 o C/menit sampai suhu maksimal spesimen mengalami defleksi. Suraatmadja dkk (1998) pernah melakukan pengujian lentur pada balok yang disambung dengan polimer. Pada penelitiannya melihat perilaku lentur pada balok yang mempunyai sambungan. Balok yang mempunyai ukuran 100 mm X 150 mln X 1550 mm diberi beban statis di tengah bentang dalam kondisi balok diletakkan di atas dua tumpuan dengan jarak bersih 1350 mm. Balok yang disambung diperoleh dengan cara memotong balok utuh menjadi sepuluh elemen, masing-masing sepanjang 135 mm, yang kemudian disambung-sambung dengan bahan polimer yaitu unsaturated polyester berbasis recycled polyethelene terephtalate setebal3 mm. 2.2 Dasar Teori Plastik merupakan material polimer. Istilah polimer di masyarakat umumnya dikenal dengan istilah plastik. Plastik adalah polimer rantai panjang atom mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk bayak unit molekul berulang Pada dasarnya tidak semua polimer adalah bahan plastik, akan tetapi plastik merupakan material polimer. Berdasarkan sumbernya polimer terbagi menjadi 3, yaitu polimer alam, polimer semi sintetik dan polimer sintetik. (Simbolon dalam Wulansari, 2013). Sifat khas bahan polimer sangat berubah oleh perubahan temperatur. Hal ini disebabkan apabila temperatur berubah, pergerakan molekul karena termal akan mengubah struktur (terutama struktur yang berdimensi besar). Selanjutnya, karena panas, oksigen dan air bersama-sama memancing reksi kimia pada molekul, terjadilah depolimerisasi, oksidasi, dan seterusnya. Keadaan tersebut jelas akan mempengaruhi sifat-sifat mekanik, listrik, dan kimia. Koefisien pemuaian sebagai akibat dari pergerakan molekul oleh panas dan temperatur gelas (T g ) yang berupa indeks penting bahan, titik cair (T m ) dan nilai defleksi thermal 3

akibat pengaruh beban tekuk dan temperatur tinggi (HDT), titik lunak dan ketahanan panas. (Arifianto, 2008). Heat Deflection Temperature (HDT) merupakan temperatur dimana material mulai mengalami perubahan bentuk, akibat pengaruh beban tekuk (0,455 MPa) dan temperatur tinggi. HDT digunakan sebagai batasan temperatur aplikasi dari suatu produk plastik. Karena itu, perlu dipilih material polimer yang memiliki HDT yang sesuai dengan aplikasi. Pada dasarnya semakin tinggi HDT maka material akan semakin tahan terhadap temperatur tinggi. 2.1 Prinsip Kerja Alat Uji Prinsip kerja pengujian suhu defleksi batang plastik adalah pengujian defleksi terhadap batang plastik dengan memberikan panas yang dihantarkan oleh fluida cair. Pegujian suhu defleksi panas juga disebut sebagai pengujian suhu distorsi panas yang umumnya digunakan untuk pengendalian kualitas dan mengetahui kualitas bahan untuk ketahanan panas dalam jangka pendek. Data yang diperoleh dengan metode ini tidak dapat digunakan untuk memprediksi suatu prilaku bahan plastik pada suhu yang tinggi dan tidak dapat dapat digunakan dalam memilih atau menentukan material untuk perancangan.nilai suhu yang diberikan dibawah nilai suhu leleh plastik (Melting point). Pemberian panas bertujuan untuk mengetahui pada suhu berapa batang plastik mengalami lendutan atau defleksi dan mengetahui nilai defleksi yang dihasilkan. Willey (2007). Gambar 2.1 Pengujian Suhu Defleksi Batang Plastik (Hylton, 2004) III. METODE PROSES PEMBUATAN 3.1 Pendekatan Pembuatan Pendekatan pembuatan merupakan suatu sistem pengambilan data dalam suatu pembuatan. Pembuatan ini menggunakan metode pembuatan dan pengembangan yaitu suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru, atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan. A. Bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada saat proses pengujian alat uji suhu defleksi menggunakan batang plastik berjenis Polypropelene, ABS dan Acrylic. Masing-masing spesimen berukuran 80mm x 10mm x 4 mm. spesimen akan ditunjukan pada gambar 3.1 4

3.2 Diagram Alir Gambar 3.1 Ukuran Spesimen Pengujian. B. Bahan yang digunakan pada pembuatan alat uji suhu defleksi. Pada proses pembuatan alat uji suhu defleksi, langkah pertama adalah pemilihan bahan yang digunakan untuk membuat rangka yang kokoh. Plat baja siku adalah bahan yang kuat dan kokoh untuk dijadikan rangka utama. Setelah rangka jadi, lempengan aluminium dipasang pada tiap sisi rangka sebagai cover ruang pemanas dan Acrylic dijadikan cover pada ruang komponen kelistrikan. Demi keamanan alat uji ditambahkan kipas blower mini yang sudah diubah tegangan inputnya menggunakan AD/DC Adaptor 220V-12V dibagian ruang komponen listrik agar panas yang dihasilkan oleh ruang pemanas, suhu ruang komponen listrik dapat terjaga dan tidak menggangu kinerja bacaan suhu dari thermostat. Lalu alat uji dipasang pemutus aliran berupa MCB jika terjadinya konsleting listrik agar komponen listrik lainnya tidak terkena imbas dari adanya konsleting listrik tersebut. Pengujian defleksi menggunakan dial indicator sebagai alat pembaca defleksi dan thermocouple sebagai sensor suhu. Gambar 3.2 Diagram Alir 3.3 Perancangan Alat Uji Perancangan alat uji pada tahap awal dimulai dengan membuat sketsa kasar sekema alat uji suhu defleksi pada kertas dengan pertimbangan awal agar alat uji mempunyai sifat mudah dibuat, mudah untuk merawat, dan portable. Gambar 3.3 Rancangan Alat Uji 5

3.4 Pembuatan Alat Uji A. Pembuatan Rangka Setelah pemilihan bahan baku selesai, kemudian dilakukan pembuatan rangka menggunakan teknik penyambungan antar rangka dengan menggunakan las busur listrik. Alasan penggunaan las busur listrik adalah selain mudah dikerjakan, las busur listrik tidak membuat batang rangka menjadi melengkung atau memuai dikarenakan panas yang dihasilkan terfokuskan pada daerah sambungan lasnya saja. Kemudian, pemilihan plat siku sebagai rangka karena penggunakan plat siku lebih kokoh dan kuat dibandingkan plat strip. Gambar 3.5 Pemasangan Cover B. Pewarnaan dan Finishing Proses pewarnaan menggunakan metode penyemprotan dengan cat semprot/ spray paint. Pengecatan dilakukan dengan 2 tahap, yaitu pengecatan dasar lalu pengecatan utama. Proses pengeringan cat menggunakan panas matahari tetapi tanpa kontak langsung. Alasan menggunakan metode cat semprot, karena proses pengecatannya mudah, harga ekonomis dan cat yang dihasilkan merata dibandingkan menggunakan cat kuas. Gambar 3.4 Pembuatan Rangka A. Pemasangan Cover Penggunaan lempengan alumunium sebagai bahan cover dengan alasan lempengan berbahan dasar alumunium memiliki nilai daya tahan terhadap korosi yang tinggi serta harga yang murah dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada saat proses pemasangan cover, lempengan aluminium dipotong dahulu sesuai ukuran tiap sisi alat uji. Gambar 3.6 Proses Pewarnaan C. Pemasangan Rangkaian Listrik Pembagian arus listrik alat uji menggunakan satu sumber listrik dibagi menjadi tiga sumber. Arus positif awal melewati MCB sebagai pengaman ketika terjadinya korsleting listrik lalu dihubungkan ke tiga port terminal. Arus negatif menjadi massa di tiap-tiap komponen. Untuk penggunaan tegangan 220V dihubungkan langsung ke komponen yang dapat menerima tegangan 220V tanpa menggunakan adaptor seperti 6

thermostat, lampu indikator, magnetic contactor, sakelar, dan pemanas listrik. Namun jika ada komponen seperti kipas blower yang hanya menerima tegangan 12V harus diturunkan dahulu menggunakan adaptor power supply yang arus listriknya diambil dari port satu dari tiga port terminal yang ada. Gambar 3.8 Pengujian Alat Uji IV. Hasil Pembuatan dan Pengujian Alat Uji. A. Hasil Pembuatan Alat Uji Gambar 3.7 Pemasangan Rangkaian Listrik D. Pengujian Alat Uji Setelah Alat selesai dirakit dan sebelum di uji coba, alat di dahulukan pengecekan kinerja tiaptiap komponen. Pengecekan tersebut ialah: 1) Pengecekan fungsi MCB dan sakelar. 2) Pengecekan keakuratan thermostat dan thermocouple. 3) Pengecekan fungsi dari magnetic contactor dalam menerima sinyal dari thermostat. 4) Percobaan pemanas listrik dengan menggunakan air sebagai pengganti minyak. 5) Percobaan penggunaan dial indicator dalam mengukur turunnya lendutan Gambar 4.1 Alat Uji Suhu Defleksi 7

B. Spesifikasi Alat Uji Suhu Defleksi Buatan Gambar 4.2 Spesifikasi Alat Uji Pabrikan Gambar 4.3 Spesifikasi Alat Uji C. Pengujian Alat Pada Spesimen : A. Ukur spesimen dengan ukuran panjang 80 mm, lebar 10 mm dan tebal 4 mm. B. Tempatkan spesimen pada dudukan pada posisi ditengah-tengah antara kedua dudukan. C. Tekan spesimen dengan silinder bending yang telah diberikan beban yaitu 8.00 Mpa (13,3 N). D. Arahkan thermocouple pada posisi dengan jarak 20 mm dari spesimen. E. Taruh spesimen kedalam wadah fluida dengan posisi tegak. F. Tuang fluida cair kedalam wadah spesimen dan rendam spesimen dengan jarak permukaan fluida 50 mm dari posisi spesimen. G. Tutup pintu ruang pemanas. H. Atur posisi dial indicator tepat diatas permukaan alat uji dengan posisi jarum panjang menunjukkan 0.00 mm. I. Pastikan suhu awal fluida 27 o C. J. Tarik tuas MCB ke arah ON. K. Putar sakelar ke posisi ON. L. Atur suhu yang diinginkan dengan cara menekan tombol Set pada thermostat. M. Tunggu dan baca pada suhu berapa spesimen mengalami defleksi serta baca berapa mm spesimen mengalami defleksi pada dial indicator. N. Setelah pengujian selesai, tunggu sampai suhu fluida menjadi 40 o C kebawah lalu kuras fluida dan ambil spesimen yang telah mengalami defleksi. Gambar 4.4 Spesimen Yang Telah Mengalami Suhu Defleksi Setelah pengujian selesai dan data yang telah didapat, kemudian menghitung nilai defleksi, konsumsi daya laju, perpindahan panas dan menganalisa hasil pengujian dan kinerja alat uji. D. Hasil Pengujian Pada proses pengujian defleksi batang plastik jenis ABS, Polyphropelene, Acrylic 8

menggunakan metode C dengan beban 8.00 Mpa dan hasil perbandingan yang didapatkan nilai HDT standar dengan Nilai HDT pengujian. Gambar 4.7 Hasil pengujian Polypropelene Gambar 4.5 Hasil Pengujian ABS Gambar 4.6 Hasil Pengujian Acrylic Perbedaan yang terjadi saat pengujian alat uji buatan dengan alat uji pabrikan terdapat pada suhu defleksi yang dicapai. Hal ini disebabkan oleh berbedanya kualitas alat ukur suhu, beban standar dan pemanas listrik yang digunakan saat pengujian, sehingga bacaan suhu yang dihasilkan jauh lebih cepat mengalami defleksi dibandingkan dengan hasil pengujian menggunakan alat uji pabrikan. Kemudian, perbedaan hasil dalam lima kali percobaan menggunakan satu jenis plastik disebabkan oleh kondisi struktur atom spesimen berbeda satu sama lain. Yang artinya, semakin jelek struktur spesimen plastik, semakin cepat pula spesimen mengalami suhu defleksi. V. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan pada perancangan, pembuatan, pengujian dan analisa yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 9

1. Alat uji suhu defleksi batang plastik yang telah dirancang dan dibuat dengan spesifikasi alat yaitu: tegangan listrik rangkaian 220V arus dibatasi dengan pengaman MCB arus listrik maksimum 4A. Maksimum pemakaian daya listrik alat ini sebesar 350 Watt. 2. Hasil nilai suhu defleksi tiaptiap jenis plastik yang didapatkan dengan menggunakan alat uji buatan berbeda dengan nilai suhu defleksi pada nilai standar yang tercantum pada Material Property Data, dikarenakan nilai beban standar yang dipakai untuk pengujian berbeda dengan nilai beban standar pengujian ISO. 3. Hasil pengujian pada plastik ABS mengalami defleksi pada suhu 53 o C dan nilai standar deviasi yang didapat dari pengujian yaitu 2,78. Plastik Acrylic mengalami defleksi pada suhu 39 o C dan didapatkan nilai standar deviasi 2. Kemudian pada pengujian plastik Polypropelene mengalami defleksi pada suhu 35 o C dengan nilai standar deviasi 2,7. 2. Perlu ditambahkan pendingin pada ruang pemanas agar pada saat proses pengkondisian, suhu fluida yang telah dipanaskan lebih cepat menurun yang nantinya dapat mempercepat waktu pengujian selanjutnya. 3. Memperhatikan efisiensi alat, kedepannya agar dapat merubah dimensi dan bentuk dari alat tersebut. 4. Posisi penempatan spesimen harus dalam kondisi stabil atau tidak bergeser. 5. Penambahan tempat spesimen yang sesuai dengan standar pabrikan agar pengujian dapat dilakukan tiga spesimen sekaligus. 2. Saran 1. Pada pengembangan pembuatan alat uji suhu defleksi kedepannya, penggunaan alat ukur seperti thermostat, dial indicator, dan komponen listrik lainnya diganti dengan kualitas yang lebih baik agar kinerja alat uji dapat optimal serta akurat sesuai dengan standar alat uji pabrikan. 10