FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU NIFAS MELAKUKAN PERAWATAN TALI PUSAT PADA BBL SECARA MANDIRI DI RSUD KAB. CIBITUNG TAHUN 2016.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. transisi yang baik terhadap kehidupannya diluar uterus. Bayi baru lahir

BAB I PENDAHULUAN. pusat yang kurang bersih, (Ratri Wijaya,2006). Menurut The World Health Report 2008, angka kematian bayi di

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

GAMBARAN CARA PERAWATAN TALI PUSAT DAN LAMA WAKTU PELEPASAN TALI PUSAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN BAKI SUKOHARJO

Diah Eko Martini ...ABSTRAK...

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

PENELITIAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL PADA KEJADIAN ABORTUS. Diana Meti*

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Saver (MPS) di

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih ABSTRAK

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU HAMIL DENGAN KETERATURAN ANC DI PUSKESMAS TURI KABUPATEN LAMONGAN

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

Endang Wahyuningsih, Sri Wahyuni ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Sisa tali

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

Diah Sukarni, Eprila, Indah Puji Septeria Dosen Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan

Hardiana 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) KECAMATAN TURI LAMONGAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

Dwi Sogi Sri Redjeki 1, Husin Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Sari Mulia Banjarmasin. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta Abstrak. Abstract

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGANSIKAP REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN USIA DINI DI DESA CIWARENG KECAMATAN BABAKAN CIKAO KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2011

KETUBAN PECAH DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2011

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : ,

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DAN PERDARAHAN POSTPARTUM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun diperkirakan wanita di dunia meninggal sebagai akibat. per kelahiran hidup (Wiknjosastro, 2006).

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

Pengaruh Penyuluhan Tentang Pemeriksaan Kehamilan Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil

Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid di Puskesmas Rurukan Kecamatan Tomohon Timur Kota Tomohon

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI PUSKESMAS PAAL X KOTA JAMBI TAHUN 2012

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

HUBUNGAN PARITAS DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT DI BPM NY.DIAH COLTINA, KENDAL. ARTIKEL

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PARITAS DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

PENGARUH PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN KERJA DENGAN PERILAKU BIDAN DALAM PENERAPAN 58 LANGKAH APN DI RSUD KOTA BEKASI TAHUN 2014

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

periode April-Juni tahun 2013 sebanyak 38 responden dengan teknik Total

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau

Oleh : Desi Evitasari, S.ST ABSTRAK

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN. Wahyuningsih ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk menurunkan angka kematian anak. Salah satu indikator angka

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. masih tingginya angka kematian bayi. Hal ini sesuai dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN K4 DI PUSKESMAS BAQA KOTA SAMARINDA TAHUN 2016

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Rendahnya Kunjungan (K4) Ibu Hamil di Puskesmas Bambu Apus, Jakarta Timur

HUBUNGAN SENAM NIFAS DENGAN PROSES INVOLUSIO UTERI DI DESA CANDIREJO

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN PARTUS PREMATUR DI RUANG (VK) BERSALIN BAPELKES RSD SWADANA JOMBANG. Sri Sudarsih*) ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Buku Kesesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Rancamanyar Baleendah Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya hidup dalam lingkungan dan berperilaku hidup sehat, memiliki

I. PENDAHULUAN. asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di Indonesia, dari

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN TENTANG BUKU KIA DI BPM EMI KERTAMANA, SST TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN DI PUSKESMAS SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS GALUR 2 KULON PROGO DWI SURYANDARI INTISARI

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Kematian ibu adalah kematian

HUBUNGAN PELAKSANAAN ASUHAN SAYANG IBU DENGAN PROSES PERSALINAN DI RUANG BERSALIN BLUD RUMAH SAKIT KABUPATEN KONAWE

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA AWAL KEHAMILAN DENGAN BERAT BADAN LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI JINGAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Dari hasil survei yang telah dilakukan, AKI telah menunjukan

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU NIFAS MELAKUKAN PERAWATAN TALI PUSAT PADA BBL SECARA MANDIRI DI RSUD KAB. CIBITUNG TAHUN 2016 ABSTRAK Nenty Lisbeth Penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah prematuritas dan BBLR (29%), asfiksia (gangguan pernapasan) bayi baru lahir (27%), masalah pemberian ASI (10%) dan tetanus neonatorum (10%). (Sinar Harapan, 2009). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada Harapan neonatus yang disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) yang menyerang sistem saraf pusat (Abdul Bari Saifuddin, 2007). Tujuan penelitian Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu nifas dalam BBL secara mandiri di RSUD Kab. Cibitung tahun 2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian dilaksanankan di RSUD Kab. Cibitung tahun 2016, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang melakukan perawatan tali pusat pada bbl secara mandiri sebanyak 67 orang. Berdasarkan data yang diambil oleh peneliti 3 bulan terakhir sebanyak 440 ibu nifas di RSUD Kab. Cibitung. Pengumpulan data menggunakan data primer dan instrumen yang digunakan kuesioner dan lembar cheklis. Analisis dilakukan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square yang bertujuan untuk menghubungkan antara variabel independent dan variabel dependent. Hasil analisis yang dapat melakukan perawatan tali pusat secara mandiri pada BBL di RSUD Kab. Cibitung sebesar 47 (70,1%), sedangkan yang tidak sebesar 20 (29,9%). P = 0,039 > nilai α= 0,05 Ho ditolak sehingga ada hubungan antara umur dengan cara perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri, P = 0,002 > nilai α= 0,05 Ho ditolak sehingga ada hubungan antara pendidikan dengan cara perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri, P = 0,000 > nilai α= 0,05 Ho ditolak sehingga ada hubungan antara pengetahuan dengan cara perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri, P = 0,000 > nilai α= 0,05 Ho ditolak sehingga ada hubungan antara dukungan keluarga dengan cara perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri, P = 0,041 > nilai α= 0,05 Ho ditolak sehingga ada hubungan antara paritas dengan cara perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri Untuk Peningkatan kesadaran dari ibu tentang pentingnya pelaksanaan perawatan tali pusat pada BBL yang dilakukan secara benar melalui pemberian informasi dan simulasi akan pentingnya pencegahan infeksi tali pusat. Daftar Pustaka : 15 buku (tahun 2007-2015) dan bahan dari internet. Kata kunci : Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir (umur, pendidikan pengetahuan, dukungan keluarga, paritas).

PENDAHULUAN Latar Belakang Perawatan tali pusat melakukan pengobatan dan peningkatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi. Dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan pupus pada hari ke-5 dan hari ke-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negative dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonatorum dan dapat mengakibatkan kematian (Notoatmojo, 2007) Angka kematian bayi sebesar 34/1000 kelahiran hidup, dan AKB yang disebabkan infeksi pada tali pusat di Rumah Sakit besar di Indonesia sebesar 80% (SDKI, 2007). Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal diseluruh wilayah Indonesia (www.tugaskuliah.info/2010) Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan Infeksi (Depkes RI, 2005). Menurut The World Health Report 2008, AKB di Indonesia mencapai 34/1000 kelahiran hidup (SDKI 2007). Provinsi Jawa Barat AKB mencapai 35/1000 kelahiran hidup BPS (Badan Pusat Statistik). Sedangkan di Kab. Bekasi AKB tahun 2009 sebesar 41,92 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2010 tercatat sebesar 41,17 per 1.000 kelahiran hidup (BPS Kabupaten Bekasi, 2011). Adapun upaya yang dilakukan Jawa Barat untuk menurunkan angka kematian bayi selain mengikuti program pemerintah yaitu menurunkan angka kematian bayi selain mengikuti program pemerintah yaitu program Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) (Dinkes, 2009). Penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah prematuritas dan BBLR (29%), asfiksia (gangguan pernapasan) bayi baru lahir (27%), masalah pemberian ASI (10%) dan tetanus neonatorum (10%). (Sinar Harapan, 2009). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada Harapan neonatus yang disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) yang menyerang sistem saraf pusat (Abdul Bari Saifuddin, 2007). Baik tidaknya perilaku ibu nifas tentang kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : Umur, Pendidikan, Paritas, Pengetahuan, Dukungan Keluarga. Karena semakin bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir maka akan makin tinggi keinginannya untuk

mengetahui kesehatan dalam dirinya dan juga akan menambah suatu tingkah laku atau kebiasaan yang sehat dalam diri masyarakat (Notoatmodjo, 2007). Salah satu upaya atau cara untuk mengatasi masalah dan mengurangi angka kematian bayi karena infeksi tali pusat (Tetanus Neonatorum) seperti yang disampaikan Menteri Kesehatan RI pemerintah menggunakan strategi yang pada dasarnya menekankan pada penyediaan pelayanan maternal dan neonatal berkualitas Cost-Efective yang tertuang dalam tiga pesan kunci, yaitu : Setiap kehamilan diberikan Tetanus Toksoid yang sangat bermanfaat untuk mencegah Tetanus Neonatorum. Hendaknya sterilitas harus diperhatikan benar pada waktu pemotongan tali pusat demikian pula perawatan tali pusat selanjutnya. Penyuluhan mengenai perawatan tali pusat yang benar pada masyarakat khususnya ibu-ibu bersalin (www.tugaskuliah.info/2010). Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan ketiga pesan kunci tersebut dan pencapaiannya, target yang telah ditetapkan untuk Angka Kematian Bayi pada akhir tahun 2015, sesuai dengan Millenium Development Goals adalah 23/1000 kelahiran hidup. Berdasarkan data yang diambil oleh peneliti 3 bulan terakhir sebanyak 440 ibu nifas di RSUD Kab. Cibitung Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Nifas Melakukan Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Secara Mandiri di RSUD Kab. Cibitung Tahun 2016?. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui distribusi frekuensi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Nifas Dalam Melakukan Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Secara Mandiri di RSUD Kab. Cibitung tahun 2016. Untuk mengetahui hubungan antara umur ibu nifas dalam bayi baru lahir. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu nifas dalam melakukan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir. Untuk mengetahui hubungan antara paritas ibu nifas dalam bayi baru lahir. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu nifas dalam bayi baru lahir Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dalam bayi baru lahir. METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analitik Kuantitatif : yaitu jenis penelitian dimana peneliti melakukan analisis hubungan antar variabel dengan pengujian hipotesis. (Notoatmodjo, 2004). Penelitian ini dengan menggunakan pendekatan Cross

sectional. Cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan satu kali saja dan pengukuran variabelnya dilakukan saat pemeriksaan tersebut (Notoatmodjo, 2003). HASIL PENELITIAN Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan jumlah responden sebanyak 67 responden yang dapat melakukan perawatan tali pusat secara mandiri sebesar 47 orang dan yang tidak dapat melakukan perawatan tali pusat secara mandiri 20 orang. Berdasrkan frekuensi perawatan tali pusat berdasarkan : umur, pendidikan, pengetahuan, dukungan keluarga, dan paritas. Variable distribusi frekuensi yang diketahui bahwa dari 67 responden yang dapat melakukan perawatan tali pusat secara mandiri pada BBL di RSUD Kab. Cibitung sebesar 47 (70,1%), sedangkan yang tidak sebesar 20 (29,9%). Ibu yang berusia >20 tahun sebesar 47 (70,1%), sedangkan ibu yang berusia <20 tahun sebesar 20 (29,9%). Ibu yang pendidikannya tinggi (SLTA-PT) sebesar 31 (46,3%), sedangkan yang pendidikannya rendah (SD-SLTP) sebesar 36 (53,7%). Ibu yang pengetahuannya baik sebesar 44 (65,7%), sedangkan yang pengetahuannya kurang sebesar 23 (34,3%). Ibu yang dukungan keluarganya baik sebesar 47 (70,1%), sedangkan yang dukungan keluarganya kurang sebesar 20 (29,9%). Ibu yang primi sebesar 23 (34,3%), sedangkan yang multi sebesar 44 (65,7%). Berikut ini rekapitulasi tabulasi yang ditampilkan secara berurutan

Hubungan Umur ibu dengan Perawatan Tali No. BBL di RSUD Kab. Cibitung Tahun 2016 P. OR Umur ibu Perawatan tali Pusat BBL Total Value (CI 95%) Ya Tidak F % F % n % 1 2 >20 Tahun (Tidak Beresiko ) <20 Tahun (Beresik o) 37 78,7 10 21,3 47 100 10 50,0 10 50,0 20 100 Total 47 70,1 20 29,9 67 100 0,039 0,270 (0,088 0,829) No. 1 2 Pendidika n Tinggi (SLTA dan Perguruan Tinggi) Rendah (SD dan SLTP) Hubungan Pendidikan dengan perawatan tali pusat di RSUD Kab. Cibitung Tahun 2016 Perawatan tali Pusat BBL Total P. Ya Tidak Value F % F % N % 28 90,3 3 9,7 31 100 19 52,8 17 47,2 36 100 Total 47 70,1 20 29,9 67 100 0,002 OR (CI 95%) 8,351 (2,146 32,492)

Hubungan Pengetahuan dengan perawatan tali pusat BBL di RSUD Kab. Cibitung tahun 2016 No. Pengetahua n Perawatan tali Pusat BBL Total P. Ya Tidak Value F % F % N % OR (CI 95%) 1 Baik 42 95,5 2 4,5 44 100 2 Kurang 5 21,7 18 78,3 23 100 Total 47 70,1 20 29,9 67 100 0,000 75,600 (13,399 426,557) Hubungan Dukungan Keluarga dengan perawatan tali pusat BBL di RSUD Kab. Cibitung tahun 2016 No. Dukungan Keluarga Perawatan tali Pusat BBL Total P. Ya Tidak Value F % F % N % OR (CI 95%) 1 Baik 41 87,2 6 12,8 47 100 2 Kurang 6 30,0 14 70,0 20 100 Total 47 70,1 20 29,9 70 100 0,000 15,944 (4,416 57,574) Hubungan Paritas dengan perawatan tali pusat BBL di RSUD Kab. Cibitung Tahun 2016 No. Paritas Perawatan tali Pusat BBL Total P. Ya Tidak Value F % F % N % OR (CI 95%) 1 Primi 12 52,2 11 47,8 23 100 2 Multi 35 79,9 9 20,5 44 100 Total 47 70,1 20 29,9 67 100 0,041 0,281 (0,094-0,841)

PEMBAHASAN Keterbatasan Penelitian Oleh karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga, maka penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional, yang hanya dapat memperlihatkan hubungan dengan cara mengamati variabel independen dan variabel dependen pada saat yang bersamaan, sehingga tidak dapat menentukan hubungan sebab akibat antara kedua variabel tersebut. Selain itu, karena hanya menghubungkan variabel independen dan variabel dependen, kemungkinan ada beberapa variabel lain yang belum masuk atau belum ikut dalam kerangka konsep. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan perangkat lunak computer berikut ini peneliti sampaikan pembahasan antara variable-variabel yang diteliti : Perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri Hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa dari 67 responden terdapat diantaranya 47 responden (70,1%) yang dapat melakukan perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri dan sisanya 20 orang (29,9%) yang tidak dapat melakukan perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri. Dore (2007), membuktikan adanya perbedaan antara perawatan tali pusat yang menggunakan alkohol pembersih dan dibalut kasa steril.ia menyipulkan bahwa puput tali pusat kelompok alcohol adalah 9,8 hari dan alami kering 8,16 hari. Penelitian ini merekomendasikan untuk tidak melanjutkan penggunaan alcohol dalam merawat tali pusat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, responden yang dapat melakukan perawatan tali pusat secara mandiri hanya 47 responden, dan hal tersebut benar dilakukan oleh responden, dan sisanya hanya 20 orang yng tidak dapat melakukan perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri. Hubungan Antara Umur dengan Perawatan Tali Pusat BBL Hasil uji statistik didapatkan nilai p < 0,05 (p=0,039) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur dengan perawatan tali pusat secara mandiri. Dari nilai OR dapat disimpulkan bahwa yang memiliki umur > 20 tahun memiliki kecendrungan 0,270 kali lebih besar untuk dapat melakukan perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri dibandingkan dengan responden yang berusia < 20 tahun. Kehamilan yang dianggap aman dan dianjurkan pada seseorang ibu adalah pada usia 20 35 tahun, karna ibu lebih siap hamil secara fisik dan mental. Pada umur dibawah 20 tahun, rahim dan panggul sering kali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya ibu hamil pada usia ini mungkin mengalami persalinan lama/macet atau gangguan lainya karna ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua. Sedangkan pada umur lebih dari 35 tahun kesehatan ibu sudah mulai

menurun, akibatnya ibu mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama dan pendarahan (Depkes, RI 2006). Perawatan tali pusat sangat penting bagi bayi baru lahir, Tali pusat terdiri dari bagian maternal (desidua basalis) dan bagian janin (vili korionik). Permukaan maternal lebih memerah dan terbagi menjadi beberapa bagian (kotiledon). Permukaan fetal ditutupi dengan membran amniotik dan merupakan membran yang halus serta berwarna kelabu dengan tonjolan pembuluh darah sehingga tali pusat tidak hanya sebagai penyalur sumber makanan dan sebagai penyaring bagi janin (Sarwono, 2006). Pada masa ini merupakan usia masa bermasalah, masa ketegangan emosi, masa ketrampilan, sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuaian dengan hidup baru, masa kreatif. Pada dewasa ini ditandai oleh adanya perubahan-peruhan jasmani dan mental. Semakin bertambah umur seseorang maka akan semakin bertambah keinginan dan pengetahuannya tentang kesehatan (Notoadmodjo, 2007). Menurut peneliti terdahulu (Anderson, 2007) bahwa hubungan umur ibu dengan perawatan tali pusat ada hubungannya karena jika umur ibu <20 tahun belum mempunyai pengalaman dalam perawatan tali pusat dan masih mempunyai ketergantungan terhadap orang lain (www.google.com http: journal perawatan tali pusat pada BBL). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, bahwa umur responden menentukan cara perawatan tali pusat, yaitu umur responden yang >20 tahun. Hubungan Antara pendidikan dengan perawatan Tali pusat BBL Hasil uji statistik didapatkan nilai p < 0,05 (p=0,002) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan cara perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri. Dari nilai OR dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki pendidikan tinggi (SLTA-PT) memiliki kecendrungan 8,351 kali lebih besar untuk dapat BBL secara mandiri dibandingkan dengan responden yang pendidikannya rendah (SD-SLTP). Menurut MJ. Langevit pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan menurut Tirtarahardja dan La Saula, 2004 pendidikan diartikan sebagai pengalaman yang terjadi karena interaksi manusia dan lingkungan sosial manusia secara efisien dan efektif (Manuaba, 2007) Tingkat pendididkan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seorang untuk lebih mudah menerima ide dan teknologi baru semakin meningkat pendidikan seorang maka akan bertambah pengalaman yang mempengaruhi wawasan dan pengetahuan. Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui pendidikan

adalah untuk mengubah pengetahuan (pengertian pendapat, konsep-konsep) sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku atau kebiasaan yang baru (Susanto, 2007) Menurut peneliti terdahulu Bloom bahwa tingkat pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan derajat kesehatan ibu, karena dengan bekal pendidikan yang cukup seorang ibu dapat memperoleh informasi serta memberikan perawatan yang lebih baik untuk dirinya (www.google.com http: KuliahKebidanan cara perawatan tali pusat ) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis bahwa lebih banyak ibu nifas yang berpendidikan rendah. Karena jumlah sample yang sedikit dan responden susah ditemui, bias pada responden, responden mengisi kuesionernya asal. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perawatan Tali Pusat. Hasil uji statistik didapatkan nilai p < 0,05 (p=0,000) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan cara perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri. Dari nilai OR dapat disimpulkan bahwa yang memiliki pengetahuan baik memiliki kecenderungan 75,600 kali lebih besar untuk dapat melakukan perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri dibandingkan dengan responden yang pengetahuannya rendah. Karena semakin bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir maka akan makin tinggi keinginannya untuk mengetahui kesehatan dalam dirinya dan juga akan menambah suatu tingkah laku atau kebiasaan yang sehat dalam diri masyarakat (Rustini, 2007) Pengetahuan yang tinggi dan adanya rasa ingin tahu ibu terhadap perawatan tali pusat, akan mendorong ibu untuk mendapatkan dan mencari tentang perawatan tali pusat (Rustini, 2007). Sedangkan menurut penelitian terdahulu Anderson (2007) adalah pemberian bukti oleh seseorang melalui proses pengingatan atau pengenalan suatu informasi, atau ide yang sudah diperoleh sebelumnya. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengtahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis menunjukan ibu nifas yang melakukan perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri di RSUD Kab. Cibitung banyak yang berpengetahuan baik. Artinya pendapat ini memiliki persamaan dengan hasil penelitian yang didapat. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Perawatan Tali Pusat BBL Hasil uji statistik didapatkan nilai p < 0,05 (p=0,000) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan cara perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri. Dari nilai OR dapat disimpulkan bahwa yang memiliki dukungan keluarganya

baik memiliki kecendrungan 15,944 kali lebih besar untuk dapat melakukan perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri dibandingkan dengan responden yang dukungan keluarganya kurang. Dukungan yang diberikan oleh keluarga (orang tua, saudara, anak, suami) yang tinggal serumah dalam memupuk kepercayaan diri ibu agar ibu percaya bahwa ibu bisa memberikan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir, dengan adanya dukungan dari orang orang terdekat itu akan menambah semangat dan kepercayaan pada diri ibu bahwa ibu mampu melakukan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir. (Hurlock, 2007) Dukungan yang cukup baik serta adanya respon keluarga dan tenaga kesehatan terhadap kebutuhan ibu, maka akan mempengaruhi dan mendorong ibu untuk mendapatkan pengetahuan. (Notoatmodjo, 2007) Dalam penelitiannya, Kusumaiyah (2007) menyimpulkan pula bahwa selain itu dukungan keluarga juga sangat diperlukan agar dapat meningkatkan motivasi ibu untuk melakukan perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri, terutama mencari tahu tentang cara perawatan tali pusat dengan melakukan pemeriksaan bayinya ditenaga kesehatan, karena hal ini dapat memberikan dorongan yang tinggi secara moral tersendiri bagi ibu yang memiliki bayi maka akan dapat menghasilkan bayi yang sehat (www.google.com//http journal penelitian perawatan tali pusat) Sedangkan menurut peneliti (Sahab, Hasibua, 2008), terdahulu dukungan keluarga sangat berperan terhadap cara perawatan tali pusat pada BBL. Dan ibu yang mendapatkan dukungan keluarga cenderung bayinya karena merasa mendapatkan dukungan, perhatian dan kasih sayang yang lebih dari keluarga untuk dirinya (www.google.com http// journal penelitian perawatan tali pusat) Berdasarkan hasil penelitian oleh peniliti ibu nifas yang melakukan perawatan tali pusat lebih banyak yang dukungan keluarganya baik yang lebih bisa melakukan perawatan tali pusat. Hubungan Paritas dengan Perawatan Tali Pusat BBL Hasil uji statistik didapatkan nilai p < 0,05 (p=0,027) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri. Dari nilai OR dapat disimpulkan bahwa responden yang paritasnya multi memiliki kecendrungan 0,281 kali lebih besar untuk dapat melakukan perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri dibandingkan dengan responden yang mempunyai anak primi. Hal ini mungkin diakibatkan semakin banyak jumlah kelahiran yang dialami seseorang ibu semakin tinggi resikonya mengalami komplikasi dalam kehamilan, persalinan, nifas yang dikemukakan Hebert Hutabarat (Manuaba, 2008) dimana grande multipara merupakan salah satu resiko kehamilan. Menurut Mc Charty dan Cuningham (Prihartini, 2007) semakin

banyak jumlah kelahiran yang dialami seseorang ibu maka semakin tinggi resikonya untuk mengalami komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Resiko abortus inkomplit semakin meningkat dengan bertambahnya paritas Berdasarkan pengertian tersebut maka paritas mempengaruhi tentang cara perawatan tali pusat karena ibu nifas yang mempunyai anak < 2 cenderung lebih takut untuk melakukan perawatan tali pusat dibandingkan dengan ibu nifas yang memiliki anak >2 (Wiknjosastro, 2005). Menurut peneliti terdahulu pada paritas yang dapat melakukan perawatan tali pusat pada BBL lebih banyak dijumpai pada multigravida karena pengalaman ibu nifas dalam BBL lebih banyak pada ibu multi gravida (surini, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ibu yang paritasnya multi lebih banyak dapat BBL secara mandiri. KESIMPULAN Dari hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu nifas melakukan perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri Tahun 2013, dapat disimpulkan bahwa dari lima variabel yang diteliti menyatakan ada hubungan semua yaitu variabel umur, pendidikan, pengetahuan, dukungan keluarga, paritas, yang memiliki hubungan dengan cara perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri. DAFTAR PUSTAKA Lemeslow, Stanley, dkk. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Universitas Gajah Mada Manuaba. 2007. Perawatan Tali Pusat Pada BBL. Jakarta: Arcan. Notoatmojo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmojo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmojo. 2010. Promosi kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Prawiharjo, Sarwono. 2006. Pelayanan Maternal dan Neonatal Health. Jakarta: YBPSP. Saifuddin, Abdul Bari, 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBPSP. Saifuddin, Abdul Bari. 2005. Angka Kematian Bayi Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Perawatan Tali Pusat Saifuddin, Abdul Bari. 2005. Pelayanan Maternal dan Neonatal Health.

Jakarta: YBPSP. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitaf Kualitatif dan R & D, Bandung: ALFABETA. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitaf Kualitatif dan R & D, Bandung: ALFABETA. Sabri, Luknis. 2006. Statistik Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Santoso, Singgih. 2004. SPSS versi 10 Mengolah Data Statistik secara Professiona. Jakarta: Elex Media Komputindo Gramedia www.depkes.go.id. www.google//tugaskuliah.info//2010 www.google//kuliahkebidanan Cara Perawatan Tali Pusat Pada BBL.info//2010 www. Depkes, RI. 2006. Com di akses pada 2015.