RETNO DEWI NOVIYANTI J

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : ERY MAITATORUM J

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN, BESI, SENG DENGAN STATUS IMUNITAS ANAK BALITA DI PERKAMPUNGAN KUMUH KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN STATUS IMUNITAS ANAK BALITA DI RW VII KELURAHAN SEWU, KECAMATAN JEBRES, KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, tetapi juga perkembangan kecerdasaanya. (Kurniasih,dkk, 2010). Namun, anak usia di bawah lima tahun (balita)

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : SINTIA DEWI J

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan gizi, sehingga membutuhkan perhatian dan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan. angaka kematian yang tinggi dan penyakit terutama pada kelompok usia

ARIS SETYADI J

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan dan kualitas sumber daya manusia. merupakan faktor yang menentukan untuk meningkatan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

HUBUNGAN FREKUENSI KEHADIRAN ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) DALAM PENIMBANGAN DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak masih dalam

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan. dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. cukup makan, maka akan terjadi konsekuensi fungsional. Tiga konsekuensi yang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan. kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya paling besar mengalami masalah gizi. Secara umum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. keemasan sekaligus dikatakan periode kritis pada anak. Dikatakan periode keemasan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

dibawah usia 5 tahun (Anonim, Kompas, Mei 2005). Hal ini juga golongan masyarakat rentan gizi (Sediaoetama,1999).

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.

BAB I PENDAHULUAN. kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan prevalensi balita gizi pendek menjadi 32% (Kemenkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ENERGI, PROTEIN, BESI, SENG DAN STATUS GIZI DENGAN STATUS IMUNITAS ANAK BALITA DI RW VII KELURAHAN SEWU, KECAMATAN JEBRES, KOTA SURAKARTA SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun oleh: RETNO DEWI NOVIYANTI J 310 050 036 PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan gizi, sehingga membutuhkan perhatian dan pemantauan secara khusus terhadap status kesehatan dan status gizinya. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005, angka gizi buruk dan gizi kurang adalah 28 % dari jumlah anak Indonesia. Masih ditemukannya kasus gizi buruk pada anak balita akan mempengaruhi kualitas manusia di masa yang akan datang karena masa balita merupakan masa yang amat penting sekaligus masa kritis. Pada periode lima tahun pertama merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun kecerdasan. Oleh karena itu, setiap anak balita harus memperoleh asupan zat gizi sesuai dengan kebutuhannya. Hasil survei Departemen Kesehatan (Depkes) RI menunjukkan bahwa salah satu penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang pada anak balita di Indonesia adalah rendahnya mutu makanan pendamping air susu ibu (MP- ASI) dan tidak sesuainya pola asuh yang diberikan sehingga beberapa zat gizi tidak dapat mencukupi kebutuhan khususnya energi, protein dan zat gizi mikro lainnya (Depkes, 2004). Asupan zat gizi yang tidak cukup, baik jumlah dan mutunya akan mengganggu atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan serta mempengaruhi status gizi anak balita. Hal lain yang mempengaruhi status gizi adalah morbiditas atau tingkat kesakitan. Anak balita dengan morbiditas

tinggi akan lebih sering sakit dan dapat mengakibatkan nafsu makan turun. Selain itu, adanya penyakit akan mengakibatkan terganggunya absorpsi zat gizi. Kurangnya asupan zat gizi akibat nafsu makan yang turun dan adanya penyakit secara langsung mempengaruhi status gizi anak balita (Supariasa dkk, 2001). Selain kedua faktor tersebut penyebab tidak langsung yang mempengaruhi status gizi antara lain lingkungan, pendidikan atau pengetahuan ibu dan pekerjaan atau pendapatan orang tua (Woge, 2007). Menurut Beck (2000), disebutkan bahwa status gizi merupakan status kesehatan yang dihasilkan dari keseimbangan masukan atau asupan zat gizi. Asupan energi dan zat gizi makro seperti protein yang tidak seimbang akan mengakibatkan sistem kekebalan tubuh terganggu. Menurut Chandra (1997) menyebutkan bahwa restriksi energi akan menurunkan sitokin dan meningkatkan respon proliferasi sel T sedangkan defisiensi protein akan menurunkan sirkulasi Ig G. Hal ini didukung oleh pernyataan Delafuente (1991) dalam penelitian Field et al. (2002) disebutkan bahwa zat gizi makro berdampak kepada sistem imun. Selain zat gizi makro menurut Chandra (1997) disebutkan pula bahwa zat gizi mikro seperti besi dan seng mempengaruhi respon kekebalan tubuh, apabila terjadi defisiensi salah satu zat gizi mikro tersebut maka akan merusak sistem imun, hal ini didukung oleh pernyataan Alpers (1994) dalam penelitian Ernawati Nasution (2004) disebutkan bahwa defisiensi seng menyebabkan munculnya gangguan sistem imun. Rendahnya asupan zat gizi baik makro maupun mikro terjadi ketika nafsu makan turun. Jika terjadi dalam jangka waktu yang panjang maka akan menyebabkan hilangnya selera makan (anorexia). Penelitian yang

dilakukan oleh Marcos et al. (1997) menyebutkan bahwa pada pasien anorexia nervosa yang banyak kehilangan asupan zat gizi makro terjadi gangguan sistem imun humoralnya. Menurut Cason et al. dalam penelitian Marcos et al. (1997) disebutkan bahwa kekurangan asupan zat gizi akan mengubah sistem kekebalan tubuh. Asupan zat gizi baik makro maupun mikro dapat mempengaruhi tumbuh dan kembang anak, baik secara fisik maupun psikis dan status gizi serta status imunitasnya. Selain asupan zat gizi makro dan mikro, status gizi juga mempengaruhi status imunitasnya. Menurut Chandra (1997) menyebutkan bahwa kurang energi protein (KEP) berat akan menurunkan sistem imun humoral. Hal ini didukung oleh pernyataan Delafuente (1991) dalam penelitian Field et al. (2002) disebutkan bahwa sebagian besar penyebab imunodefisiensi terjadi disebabkan adanya malnutrisi protein energi (MPE) atau KEP. Selain itu, berat badan bayi saat lahir juga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh anak. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Raqib et al. (2007) menyebutkan bahwa berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu berat lahir kurang dari 2,5 kg mempengaruhi tingkat kekebalan tubuh dan akan meningkatkan resiko terkena penyakit infeksi. Kekebalan tubuh memegang peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia. Kekebalan tubuh seseorang dapat diukur dari kadar limfositnya baik sel B maupun sel T. Batasan kadar limfosit normal adalah sebesar 20-40% (Almatsier, 2005). Kadar limfosit menggambarkan besarnya pertahanan tubuh manusia dalam melawan segala macam benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Ketika kadar limfosit tidak normal atau

turun, akan berakibat tubuh mudah terkena berbagai macam penyakit infeksi dan aktivitas sel dalam sistem kekebalan terhambat. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan Juni 2008, mengenai kondisi monografi dan status gizi balita di RW VII Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Diperoleh data bahwa jumlah balita di RW VII Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, secara keseluruhan adalah sebanyak 70 anak. Dengan prevalensi status gizinya sebagai berikut 1,4% kategori lebih; 60% baik; 8,6% kurang dan 1,4% buruk dan sisanya 28,6% tidak terdeteksi status gizinya karena tidak datang menimbang di posyandu. Pada bulan Juni 2008 ini, untuk data kesakitan ada 77% anak balita mengalami ISPA (Data Puskesmas Ngoresan, 2008). Berdasarkan data hasil penelitian Dwi Sarbini dkk, 2008 diperoleh hasil bahwa asupan zat gizi anak balita di wilayah RW VII Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta masih tergolong kurang. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa di RW VII Kelurahan Sewu masih ditemukan masalah status gizi anak balita yang tidak normal, terutama kasus gizi kurang dan buruk, selain itu tingkat kesakitan anak balita yang cukup tinggi dan asupan zat gizi anak balita kurang. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin meneliti lebih lanjut tentang tingkat asupan energi, protein, besi, seng dan status gizi dengan status imunitas anak balita di RW VII Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara tingkat asupan energi, protein, besi, seng dan status gizi dengan status imunitas anak balita di RW VII Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara tingkat asupan energi, protein, besi, seng dan status gizi dengan status imunitas anak balita di RW VII Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan tingkat asupan energi, protein, besi dan seng anak balita. b. Mendiskripsikan status gizi anak balita. c. Mendiskripsikan status imunitas melalui penghitungan kadar limfosit total anak balita. d. Menganalisis hubungan tingkat asupan energi dengan status imunitas anak balita. e. Menganalisis hubungan tingkat asupan protein dengan status imunitas anak balita. f. Menganalisis hubungan tingkat asupan besi dengan status imunitas anak balita. g. Menganalisis hubungan tingkat asupan seng dengan status imunitas anak balita.

h. Menganalisis hubungan status gizi dengan status imunitas anak balita. D. Manfaat Penelitian 1. Puskesmas Setempat Memberikan gambaran mengenai pengaruh asupan energi, protein, besi, seng dan status gizi terhadap status imunitas anak balita, sehingga puskesmas setempat dapat meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat setempat khususnya ibu-ibu untuk memperhatikan pola makan, status gizi anak balita menjadi lebih baik sehingga status imunitas dan tingkat kesehatan juga menjadi lebih baik. 2. Dinas Kesehatan Kota Setempat Memberikan masukan dan informasi kepada dinas kesehatan setempat. Berkaitan dengan masih ditemukannya kasus gizi kurang dan buruk, yang disebabkan oleh asupan yang kurang, untuk segera menentukan kebijakan terhadap masalah gizi tersebut, salah satunya melalui penyuluhan kepada ibu-ibu secara rutin dengan media penyampaian yang bervariasi, menarik tapi mudah dipahami.