BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Jenis Kelamin Tahun Agustus Agustus

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus bangsapun dibutuhkan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perkembangan zaman yang terus berubah (Junaedi dkk, 2013).

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia jumlah pengguna narkotika dan obat terlarang dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) semakin marak terdengar dari usia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

2015 UPAYA GURU PENJASORKES DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA/SMK SE- KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan, remaja tidak lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan tempat individu berada. Remaja menurut Monks (2002) merupakan

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini remaja sedang berada dalam masa yang sangat rentan akibat kurangnya pengawasan, pengalaman serta pemahaman pengetahuan yang diberikan tentang bahaya narkoba itu sendiri. Dan sudah semestinya masalah ini harus segera diselesaikan dengan penanganan yang cepat dan tepat serta dibutuhkan kerja sama antara orang tua, masyarakat, serta pihak atau lembaga terkait untuk penanganannya. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, dan lain sebagainya (Kurniawan dalam Anggreni, 2015). Beberapa jenis zat yang sering disalahgunakan yaitu narkotika, stimulan, halusinogen dan depresan dan pemakaian zat-zat yang tergolong zat adiktif ini akan menimbulkan ketagihan dan pada akhirnya mengalami ketergantungan. Individu yang dalam ketergantungan tidak hanya mengalami ketergantungan secara fisik akan tetapi juga secara mental. Menurut Sheafor (dalam Kristanto, 2004) penyalahgunaan obat kimia atau narkoba ini merupakan faktor timbulnya banyak masalah, seperti, konflik orangtua dan anak, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan dan penelantaran pada anak, bunuh diri, pembunuhan, masalah keuangan, kejahatan, dan kecelakaan lalu lintas. Orang merasa tertarik kepada obat-obatan terlarang karena 1

2 obat-obatan tersebut membantu mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selalu berubah. Merokok, minum-minuman keras, dan mengkonsumsi obat terlarang dapat mengurangi ketegangan dan frustasi, menghilangkan kebosanan dan rasa lelah, dan dalam beberapa kasus juga dapat membantu remaja melarikan diri dari kenyataan hidup yang keras. Obat terlarang memberikan kesenangan dengan cara memberikan kedamaian di dalam dirinya, kegembiraan, relaksasi, persepsi yang berubah-ubah dengan cepat, kesenangan yang muncul secara tibatiba, dan sensasi yang kuat. Obat terlarang dapat membantu beberapa remaja untuk bisa menyesuaikan diri lebih baik dengan lingkungannya (Santrock, 2003). Menurut data BNN sepanjang tahun 2014 diperkirakan jumlah penyalahguna narkoba sebanyak 3,8 juta sampai 4,1 juta orang atau sekitar (2,10%) sampai (2,25%) dari total seluruh penduduk Indonesia yang berisiko terpapar narkoba dengan rentang usia 10-59 tahun. Jika dibandingkan studi tahun 2011, angka prevalensi tersebut relatif stabil (2,2%) tetapi terjadi kenaikan bila dibandingkan hasil studi tahun 2008 (1,9%). Sebagian besar penyalahguna narkoba adalah laki-laki (91%). Untuk kelompok penyalahguna narkoba dengan pendidikan SMA/MA sederajat total sebanyak (60%), perguruan tinggi sebanyak (10,5%), dan tidak sekolah, SD, SMP sebanyak (28,7%) pengguna narkoba. Jenis narkoba yang paling banyak disalahgunakan adalah ganja, shabu dan ekstasi. Semua jenis narkoba tersebut amat popular dikalangan pelajar/mahasiswa, pekerja, dan rumah tangga. Di dalam setiap kelompok tersebut ada sedikit perbedaan pola pakai, selain ganja dan shabu. Pada kelompok pelajar/mahasiswa

3 cenderung masih tahap belajar pakai dan adanya keterbatasan finansial. Oleh sebab itu, jenis pil koplo/ekstasi juga banyak dikonsumsi setelah shabu dan ganja. Maraknya penggunaan narkoba merupakan tindak kenakalan remaja yang buruk. Penggunaan zat terlarang atau narkoba merupakan bentuk tindakan negatif yang dapat membuat perkembangan anak di masa remaja menjadi ke arah yang menyimpang, penggunaan zat narkoba tersebut juga dapat menghambat perkembangan anak tersebut, tidak terkecuali perkembangan fisik dan psikis. Remaja menjadi sangat rentan terhadap perasaan cemas dan malu, rentan terhadap gejolak emosional, serta individu sering mengalami perubahaan mood yang sangat drastis. Pada masa remaja setiap individu biasanya banyak mengalami emosi yang ekstrim seperti timbulnya rasa sedih dan marah. Adanya emosi yang berlebihan pada remaja perlu diimbangi dengan kemampuan mengelola dan mengontrol emosi, terutama bagi remaja yang sedang mengalami konflik yang beragam. Kemampuan mengelola emosi ini disebut dengan regulasi emosi. Peneliti menemukan fenomena yang terjadi berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Lingkungan XII Kelurahan Teladan Barat, peneliti melihat ada beberapa remaja pengguna narkoba di lingkungan tersebut yang tidak dapat melakukan regulasi emosi dengan tepat, dan mereka tidak dapat menguasai emosi mereka dengan baik. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti, remaja-remaja tersebut sulit mengendalikan emosi. Ini terlihat dari beberapa perilaku yang sering muncul, seperti perkelahian antar saudara kandung, perkelahian antar teman, berkata-kata kasar kepada orang tua yang menunjukkan sikap membangkang, mencuri, seringnya melakukan aktivitas yang kurang bermanfaat seperti bermain

4 gitar sampai larut malam bahkan sampai keesokan pagi masih melakukan kegiatan yang sama, dan mengkonsumsi narkoba (ganja) secara bersama-sama. Berdasarkan observasi di atas terlihat bahwa beberapa remaja di lingkungan tersebut belum dapat melakukan regulasi emosi dengan baik, peneliti menilai subjek belum dapat mengelola, mengatur, dan mengontrol emosi-emosi negatifnya dengan baik pada saat menghadapi suatu permasalahan atau konflik, sehingga hal-hal yang tidak diharapkanpun dialami oleh subjek, yang akhirnya merugikan subjek sendiri dan orang lain. Bila subjek dapat melakukan regulasi emosi dengan baik, ia tidak akan merusak dirinya dengan menggunakan narkoba, membangkang kepada orang tua, serta berkelahi untuk menyelesaikan permasalahan, serta melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat untuk dirinya. Regulasi emosi adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi emosi yang dimiliki, kapan emosi dirasakan, dan bagaimana individu mengalami serta mengekspresikan emosinya (Gross, 2014). Beberapa penelitian menemukan bahwa laki-laki dan perempuan berbeda dalam mengekspresikan emosi baik verbal maupun ekspresi wajah. Perempuan menunjukkan sifat feminimnya dengan mengekspresikan emosi sedih, takut, cemas dan menghindari mengekspresikan emosi marah dan bangga yang menunjukkan sifat maskulin. Perbedaan gender dalam pengekspresian emosi dihubungkan dengan perbedaan dalam tujuan lakilaki dan perempuan mengontrol emosinya. Perempuan lebih mengekspresikan emosi untuk menjaga hubungan interpersonal serta membuat mereka tampak lemah dan tidak berdaya. Sedangkan laki-laki lebih mengekspresikan atau memunculkan emosi seperti marah dan bangga untuk mempertahankan serta

5 menunjukkan dominasi. Dapat disimpulkan bahwa wanita lebih dapat melakukan regulasi terhadap emosi marah dan bangga, sedangkan laki-laki memunculkan emosi takut, sedih dan cemas (Krause dalam Nisfiannoor dan Kartika, 2004). Regulasi emosi memiliki hubungan antara anak dengan lingkungannya contohnya dengan keluarga. Kombinasi dari kelekatan yang tidak kuat dan perilaku-perilaku pola asuh orangtua dapat menyebabkan anak mengalami ketidakmampuan meregulasi emosi serta terlibat dalam perilaku-perilaku mengganggu, pada akhirnya mendorong strategi pola asuh yang salah dimana hal ini memperburuk perilaku pada anak (Kostiuk & Gregory dalam Mutia, 2010). Hubungan positif dengan orang tua menjadi hal penting bagi perkembangan individu. Hal tersebut juga didukung dengan adanya penelitian yang menemukan bahwa dukungan sosial keluarga (berupa hubungan yang baik dengan orang tua, saudara, dan orang dewasa) yang diterima selama masa remaja dapat mengurangi penyalahgunaan obat-obatan (Newcomb & Bentler dalam Santrock, 2003). Dukungan sosial bisa didapatkan dari beberapa tipe, yaitu dari lingkungan informal (contoh: keluarga, teman, rekan kerja, atasan) dan beberapa lagi dari lingkungan bantuan formal (contoh: pekerja kesehatan, pekerja jasa kemanusiaan) (Glanz dkk dalam Nuni & Duta, 2014). Perbedaan anggota lingkungan dapat menyediakan jumlah dan tipe yang berbeda dari dukungan. Selain itu, keefektifan dukungan yang dibutuhkan juga bergantung dari sumber dukungan. Melihat fungsi keluarga yang sangat penting terhadap perkembangan bagi setiap anggota keluarga, khususnya untuk para orang tua diwajibkan mengetahui serta memberikan penanaman positif kepada anggota keluarga khususnya kepada

6 remaja mereka yang sedang melalui tahap pencarian jati diri. Pentingnya penanaman karakter ini dimaksudkan adalah untuk memberikan bekal kepada anggota keluarga khususnya para remaja untuk mencegah remaja tersebut terlibat dalam masalah khususnya masalah mengenai penggunaan zat adiktif (narkoba). Individu membutuhkan dukungan sosial terutama dukungan dari keluarga sebagai orang terdekat untuk remaja dapat meregulasi emosi dalam diri sehingga bisa mengontrol perasaan emosi yang muncul akibat suasana hati atau mood swing yang buruk dan sulit dikendalikan sehingga remaja tidak terjerumus dalam penyalahgunaan zat adiktif/narkoba (Hughes, dkk dalam Nuni & Duta, 2014). Dalam penelitian ini, dukungan yang digunakan adalah dukungan keluarga. Dikarenakan seorang penyalahguna narkoba membutuhkan dukungan sosial dalam waktu yang panjang. Dorongan untuk membentuk pengelolaan emosi kebanyakan disediakan oleh anggota keluarga sedangkan dukungan dari tetangga atau masyarakat dan teman biasanya menyediakan support yang sangat kurang. (McLeroy, Gottlieb, dan Heaney, dalam Nuni & Duta, 2014). Alasan peneliti memilih judul ini karena pada tahap ini remaja berada pada titik dimana mereka beralih dari masa kanak-kanak menuju ke fase dewasa, dimana pada titik tersebut remaja masih dalam proses pencarian jati diri dan sangat rentan terlibat terhadap berbagai penyimpangan yang sering terjadi belakangan ini. Berdasarkan data dan sejumlah kasus di atas menunjukan bahwa permasalahan narkoba sudah semestinya harus diselesaikan dan diperlukan penanganan yang cepat dan tepat. Oleh karena itu ketika remaja terlibat masalah penggunaan narkoba, peneliti menganggap bahwa dukungan keluarga terhadap

7 remaja pengguna narkoba menjadi sangat penting untuk membentuk regulasi emosi yang baik sehingga remaja tersebut dapat mengontrol emosi negatifnya. Dari uraian fenomena di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan regulasi emosi pada remaja penyalahguna narkoba di Lingkungan XII Kelurahan Teladan Barat. B. Identifikasi Masalah Salah satu masalah yang dihadapi pada masa remaja adanya masa transisi yang menjadikan emosi remaja menjadi kurang stabil dimana mereka beralih dari masa kanak-kanak menuju ke fase dewasa. Pada masa ini remaja masih dalam proses pencarian jati diri dan sangat rentan terlibat terhadap berbagai penyimpangan yang sering terjadi. Masa ini sering disebut sebagai masa topan dan badai yaitu masa yang penuh dengan gejolak akibat pertentangan nilai-nilai. Remaja harus memiliki kontrol emosi yang baik untuk dapat melewati tahap perkembangan ini. Regulasi emosi adalah salah satu cara untuk mengelolah, mengatur, dan mengungkapkan emosinya dengan benar. Proses pembentukan regulasi emosi yang baik dapat ditentukan berdasarkan beberapa faktor penyebab, dan dukungan keluarga adalah salah satu faktor yang ingin peneliti gunakan untuk melihat apakah faktor dukungan keluarga memiliki hubungan dengan regulasi emosi seseorang. Oleh sebab itu, peneliti ingin meneliti hubungan antara dukungan keluarga dengan regulasi emosi pada remaja penyalahguna narkoba.

8 C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah hanya dengan menjelaskan tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan regulasi emosi pada remaja penyalahguna narkoba. Regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang dibawah tekanan, meliputi semua kesadaran dan ketidaksadaran strategi yang digunakan untuk menaikkan, memelihara, mengontrol dan menurunkan emosi sehingga berpengaruh pada perasaan, perilaku, dan respon fisiologis. Dukungan keluarga adalah bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan terdekat/intim yang membuat individu merasa dicintai, dihargai, dan diperhatikan dengan baik. Jadi dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah hanya pada keterkaitan antara dukungan keluarga dengan regulasi emosi pada remaja penyalahguna narkoba di Lingkungan XII Kelurahan Teladan Barat. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah adalah apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan regulasi emosi pada remaja penyalahguna narkoba?

9 E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan regulasi emosi pada remaja penyalahguna narkoba. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu Psikologi khususnya Psikologi Perkembangan yaitu memperkaya teori tentang dukungan keluarga dan regulasi emosi. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada remaja terkait peranan regulasi emosi dalam menghadapi tugas-tugas perkembangan yang mereka emban, sehingga remaja dapat menghindari penyalahgunaan narkoba. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihakpihak terkait seperti orang tua, pendidik, psikolog dan masyarakat sebagai upaya-upaya membantu remaja memiliki keterampilan regulasi emosi sehingga terhindar dari penyalahgunaan narkoba. Selain itu dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menangani kasus penyalahgunaan narkoba.