BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk mengoptimalisasikan sumber daya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan

Penelitian ini membutuhkan kajian sebagai berikut : yang terjadi dalam suatu perusahaan. menggambarkan kinerja perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (tidak langsung lunas) dan akan menimbulkan piutang usaha (account receivable).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Posisi Keuangan Posisi keuangan merupakan salah satu informasi yang disediakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Klassifikasi Piutang. mempertahankan langganan-langganan yang sudah ada dan untuk menarik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di perusahaan yang berskala nasional yaitu PT.Cipta

ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI. menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai. moneter (Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield, 2008: 2).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kondisi tingkat inflasi saat ini yang sering berubah-ubah sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang pesat, seiring

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam bidang keuangan karena kesalahan dan kekeliruan dalam

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB I PENDAHULUAN. dari tantangan-tantangan yang harus di hadapi, para pelaku bisnis property di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. perusahaan. Pada pokoknya laporan keuangan ditujukan kepada pihak-pihak di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha di Indonesia. Perusahaan yang ingin bertahan dan sukses, haruslah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sementara itu, pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2010:5)

BAB I LATAR BELAKANG. suatu perusahaan adalah dengan menganalisis laporan keuangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Situasi perekonomian global dan perdagangan bebas saat ini membuat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

RASIO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT. KALBE FARMA BEKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus mengikuti perkembangan usahanya. Begitu juga dengan setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian dan Tujuan Penyusunan Anggaran Kas. kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu bank untuk periode waktu

BAB I PENDAHULUAN. tampak dari bertambahnya jumlah perusahaan-perusahaan baik pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain.

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan usaha dengan tingkat persaingan yang ada saat ini

BAB II LANDASAN TEORITIS

Menurut Rudianto (2010:9), tujuan koperasi adalah untuk memberikan kesejahteraan dan manfaat bagi para anggotanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam kondisi sehat akan mampu menghadapi tingkat persaingan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

bentuk pertangungjawaban manajemen atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan selama suatu periode tertentu kepada pihak-pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Melihat perkembangan dunia usaha yang tumbuh semakin cepat. menyebabkan meningkatnya persaingan yang kompetitif antar perusahaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh laba dari setiap kegiatannya sekaligus meningkatkan kualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Adapun tujuan akhir yang ingin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tunggal Tbk bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi merupakan suatu proses pencatatan, pengelompokan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memaksa perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk sebisa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah kebijaksanaan keuangan yang dihadapi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut (Fahmi, 2011). Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihakpihak di luar perusahaan yang menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter yang disajikan dalam bentuk neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan ekuitas pemilik, serta catatan atas laporan keuangan (Kieso, 2002). Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan memberikan informasi tentang keadaan keuangan perusahaan yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan dan dapat menggambarkan kinerja perusahaan. Adapun tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009) adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban

(stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Menurut Fahmi (2011), laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuan moneter. Informasi-informasi yang diberikan oleh laporan keuangan inilah yang dapat dijadikan acuan oleh manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan dalam meningkatkan keuntungan. 2.1.2. Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan menurut Harahap (2008) yaitu menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif, maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Menurut Fahmi (2011), dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses perbandingan, evaluasi dan analisis trend, akan mampu memprediksi apa yang akan mungkin terjadi dimasa mendatang. Oleh karena itu, kegiatan menganalisis laporan keuangan menjadi penting dilakukan untuk memprediksi dan merencanakan kegiatan operasi perusahaan sehingga semua kegiatan yang dilakukan menjadi lebih efektif dan efisien.

Terdapat beberapa metode dalam menganalisis laporan keuangan. Metode dalam menganalisis laporan keuangan dapat memberikan data yang lebih dimengerti sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan. Metode Analisis Laporan Keuangan menurut Weygant (2008) dalam Ramadhani (2011) terdiri dari : 1. Analisis horizontal, adalah mengevaluasi serangkaian data laporan keuangan selama periode waktu tertentu. 2. Analisis vertikal, adalah mengevaluasi data laporan keuangan dengan menyatakan setiap pos dalam laporan keuangan sebagai persentase dari jumlah yang menjadi dasar. 3. Analisis rasio, menyatakan hubungan di antara pos-pos tertentu dari data laporan keuangan. Berdasarkan metode diatas, dengan menganalisis laporan keuangan, dapat diperoleh informasi-informasi tentang keadaan keuangan perusahaan lebih dalam dan mudah di dipahami sehingga perusahaan dapat menggunakan informasi-informasi tersebut sebagai acuan dalam mengambil keputusan baik jangka pendek maupun jangka panjang. 2.1.3. Likuiditas Munawir (2002), mengemukakan definisi likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Likuiditas

menurut Harahap (2007) dalam Annisa (2008) menyatakan bahwa likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas menurut Wild (2005), adalah mengacu pada ketersediaan sumber daya perusahaan untuk memenuhi kas jangka pendek. Likuiditas suatu perusahaan dapat diukur dengan rasio likuiditas. Rasio likuiditas adalah rasio perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya (Santoso dkk, 2008). Terdapat beberapa cara dalam menghitung dan menganalisis rasio likuiditas yaitu : 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Current Ratio adalah ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo. Adapun formulasi dari current ratio (CR) adalah sebagai berikut (Fahmi, 2011) : Current Asset Current Ratio= Current Liabilitas 2. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio Cepat adalah ukuran uji solvensi jangka pendek yang lebih teliti dari pada rasio lancar karena pembilangnya mengeliminasi

persediaan yang dianggap aktiva lancar yang sedikit tidak likuid. Adapun formula rasio cepat adalah (Fahmi, 2011) : Current Asset-Inventoriest Quick Ratio= Current Liabilitas 3. Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio kas adalah perbandingan antara jumlah kas (termasuk yang tersimpan di Bank) dan surat berharga yang segera dapat diuangkan dengan jumlah hutang lancar. Adapun formula rasio kas adalah (Fahmi, 2011): Cash+Commercial Paper+CFO Cash Ratio= Current Liabilitas Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas merupakan rumus untuk mengukur tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas bagi perusahaan idealnya adalah 200% dan apabila likuiditas kurang dari 200% maka perusahaan dianggap kurang baik. 2.1.4. Arus Kas Operasi Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas, sedangkan kas meliputi uang tunai (cash on hand) dan rekening giro dan setara kas (cash eqivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan (Baridwan, 2004). Dalam laporan arus kas, kas di bagi menjadi tiga

aktivitas yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanan. Arus kas yang sering digunakan dalam menganalisis likuiditas suatu perusahaan adalah arus kas dari aktivitas operasi. Arus kas operasi menurut PSAK No 2 2009 adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih. Menurut Wild (2005) dalam Annisa (2008), arus kas dari operasi meliputi elemen pendanaan serta bermanfaat untuk evaluasi dan proyeksi likuiditas jangka pendek maupun solvabilitas jangka panjang. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa arus kas operasi merupakan selisih antara total kas masuk dari aktivitas utama perusahaan dengan total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk aktivitas operasi atau aktivitas utama. 2.1.5. Perputaran Piutang Salah satu cara dalam meningkatkan volume penjualan adalah dengan penjualan kredit. Penjualan kredit juga dapat mempertahankan pelanggan lama dan menarik pelanggan baru. Penjualan kredit dalam suatu perusahaan akan timbul piutang usaha atau piutang dagang.

Menurut Kieso (2002), piutang adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak pihak lainnya. Semakin banyak penjualan kredit, maka semakin besar pula investasi dalam piutang dan akibatnya resiko atau biaya yang akan dikeluarkan akan semakin besar pula (Santoso dkk, 2008). Jika pengembalian piutang dari para pelanggan terlalu lama, maka akan mengganggu keadaan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, tingkat perputaran piutang menjadi hal yang penting untuk diperhatikan oleh manajemen dalam menjaga tingkat likuiditas suatu perusahaan. Perputaran piutang menurut Kasmir (2011), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Santoso dkk (2008), menyatakan bahwa perputaran piutang merupakan rasio perbandingan antara penjualan kredit dengan piutang rata-rata dengan tujuan untuk mengetahui kecepatan penerimaan piutang dalam suatu periode serta pengukurannya menggunakan satuan ukur beberapa kali. Menurut Hartanto (1999) dalam Rizal (2009), menyatakan bahwa pada dasarnya tingkat rata-rata perputaran piutang harus dihitung berdasarkan hasil penjualan kredit, tetapi karena di dalam laporan keuangan yang dipublikasikan biasanya tidak dinyatakan secara terpisah antara penjualan tunai dengan kredit, maka pihak ekstern pada umumnya menggunakan data hasil penjualan secara total dengan asumsi bahwa penjualan kredit tunai relatif lebih kecil dan kurang berarti.

Hadiwidjaya (1996) dalam Santoso dkk (2008), menyatakan bahwa perputaran piutang dikatakan tinggi apabila > 6 kali perputaran dalam satu tahun dan dikatakan perputaran rendah apabila < 6 kali dalam satu tahun. Berdasarkan uraian diatas maka perputaran piutang dapat diukur dengan rumus sebagai berikut : Total Penjualan Bersih Perputaran Piutang= Rata-Rata Piutang Dengan perputaran piutang yang tinggi, maka kondisi modal perusahaan akan meningkat dan perusahaan dapat dikatakan likuid. 2.1.6. Pengumpulan Piutang Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan berkaitan erat dengan seberapa lama mereka mengumpulkan piutangnya. Semakin lama suatu perusahaan dalam mengumpulkan piutang, maka kondisi keuangan suatu perusahaan akan sangat terpengaruhi, karena piutang usaha atau piutang dagang sulit untuk dijadikan kas. Menurut Husnan (1998) dalam Santoso dkk (2008), pengumpulan piutang merupakan rata-rata hari yang diperlukan untuk merubah piutang menjadi kas, sedangkan menurut Santoso dkk (2008), pengumpulan piutang adalah jangka waktu rata-rata pengumpulan piutang dengan maksud untuk mengetahui efesiensi dana yang tertanam dalam piutang tersebut dan pengukurannya menggunakan satuan ukur dalam hari. Menurut Syamsudin (2009), rumus yang dapat digunakan dalam mengukur pengumpulan piutang adalah :

360 hari Pengumpulan Piutang= Perputaran Piutang Dalam pengumpulan piutang yang periode pengumpulannya terlalu tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut dalam pengendalian piutangnya terlalu bebas yang dapat mengakibatkan penurunan keuntungan karena investasi dalam piutang akan semakin besar dan resiko investasipun akan semakin besar. Jika periode pengumpulannya pendek, berarti waktu pengembalian piutang dari pelanggan akan semakin ketat dan kemungkinan akan mendapatkan keuntungan. Hal ini menunjukan bahwa pengumpulan piutang sangat penting dalam menjaga likuditas, karena semakin cepat piutang kembali maka semakin cepat pula piutang tersebut dijadikan kas. Hadiwidjaya (1996) dalam Santoso dkk (2008) menyatakan bahwa jumlah hari pengumpulan piutang cepat apabila < 60 hari, sehingga menunjukan modal yang tertanam dalam piutang relatif rendah dan jumlah hari pengumpulan piutang lambat apabila > 60 hari, sehingga menunjukan modal yang tertanam dalam piutang relatif tinggi. 2.1.7. Perputaran Persediaan Perputaran persediaan menurut Kasmir (2011), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang di tanam dalam persediaan ini berputar dalam satu periode. Menurut Horngren, et al (1997) dalam Sianturi (2009), perputaran persediaan adalah rasio antara harga pokok penjualan terhadap persediaan rata-rata menunjukkan

seberapa cepat persediaan tersebut dapat dijual. Menurut Warren (2005), Perputaran persediaan mengukur hubungan antara volume barang dagang yang dijual dengan jumlah persediaan yang dimiliki selama periode berjalan. Besarnya hasil perhitungan persediaan menunjukkan tingkat kecepatan persediaan menjadi kas atas piutang dagang. Oleh karena itu, penjualan sangat mempengaruhi besarnya perputaran persediaan. Menurut Syamsudin (2008), rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut : Harga Pokok Penjualan Perputaran Persediaan= Rata-rata Persediaan Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perputaran persediaan dapat digunakan sebagai salah satu alat ukur perusahaan dalam mengukur efesiensi perusahaan dalam mengelola dan menjual persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka semakin tinggi pula tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola persediaannya yang berarti juga tingkat resiko kerugiaan maupun biayabiaya yang terkandung dalam persediaan akan semakin rendah. 2.2. Kerangka Pemikiran Suatu perusahaan dapat menggunakan laporan keuangannya untuk menganalisis keadaan keuangan perusahaan, sehingga perusahaan dapat merencanakan strategi dalam mencapai tujuannya. Menurut Fahmi (2011), dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses perbandingan,

evaluasi dan analisis trend, akan mampu memprediksi apa yang akan mungkin terjadi dimasa mendatang. Data-data yang diperoleh dari menganalisis laporan keuangan dapat digunakan oleh perusahaan sebagai dasar dalam membuat rencana kegiatan perusahaan dimasa yang akan datang dan dapat menunjukan kelebihan dan kekurangan suatu perusahaan. Salah satu yang dapat dijadikan kekuatan agar perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain adalah tingkat likuiditas. Likuiditas merupakan kemampuan untuk mengubah aktiva menjadi kas atau kemampuan untuk memperoleh kas (Annisa, 2008). Jika tingkat likuiditas yang rendah suatu perusahaan dikatakan kurang baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, tetapi jika tingkat likuiditas suatu perusahaan tinggi maka semakin tidak efektif karena akan semakin banyak dana yang menganggur. Oleh karena itu, menjaga likuiditas perusahaan sangat penting dilakukan. Unsur unsur yang dapat dijadikan sebagai alat ukur likuiditas adalah aktiva tetap seperti arus kas, piutang dan persediaan. Kas merupakan aktiva yang paling likuid. Jika suatu perusahaan mempunyai ketersediaan kas yang cukup, maka perusahaan tidak akan kesulitan membayar kewajiban jangka pendeknya dan perusahaan tersebut dapat dikatakan likuid. Penelitian yang dilakukan oleh Annisa (2008), menyatakan bahwa arus kas operasi berpengaruh terhadap likuiditas. Muktiadji dkk (2008), menyatakan bahwa dari hasil analisa ternyata kas memegang peranan penting dan bukan ditentukan oleh piutang dan persediaan.

Penjualan kredit merupakan salah satu cara dalam meningkatkan pendapatan yang mengakibatkan adanya piutang usaha. Jika terjadi keterlambatan dalam pembayaran piutang maka akan sangat mempengaruhi likuiditas, sehingga perputaran piutang menjadi penting dalam menjaga likuiditas. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin tinggi tingkat likuiditas suatu perusahaan. Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan berkaitan erat dengan seberapa lama mereka mengumpulkan piutangnya. Jika terjadi keterlambatan dalam mengumpulkan piutang akan mengganggu efektifitas dan efesiensi perputaran piutang (Santoso dkk, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Santoso dkk (2008), menyatakan bahwa secara parsial perputaran piutang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas perusahaan dan secara parsial pengumpulan piutang juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas, sedangkan secara simultan perputaran piutang dan pengumpulan piutang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas perusahaan. Dongoran (2009), menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara perputaran piutang terhadap likuiditas sedangkan pengaruh perputaran kas dengan likuiditas dinyatakan mempunyai hubungan yang lemah dan jika di uji secara bersamasama pengaruh perputaran piutang dan perputaran kas memiliki pengaruh yang kuat terhadap likuiditas. Aktiva lancar lain yang dapat digunakan dalam mengukur likuiditas adalah perputaran persediaan. Perputaran persediaan menurut Kasmir (2011), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang di

tanam dalam persediaan ini berputar dalam satu periode. Jika perputaran persediaan tinggi maka perusahaan perusahaan tersebut mempunyai tingkat penjualan yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan peningkatan pendapatan yang dapat menambah likuiditas. Sianturi (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perputaran persediaan berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap likuiditas suatu perusahaan. Penelitian mengenai pengaruh perputaran persediaan terhadap likuiditas juga dilakukan oleh Ramadhan (2011) yang menyatakan secara simultan perputaran piutang usaha dan perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap likuiditas, sedangkan yang berpengaruh signifikan adalah perputaran persediaan sedangkan perputaran piutang tidak berpengaruh secara signifikan. Berdasarkan urutan teoritis dan penelitian terdahulu dapat di gambarkan hubungan pengaruh antara arus kas operasi, perputaran piutang, pengumpulan piutang, perputaran persediaan terhadap likuiditas pada bagan konseptual di bawah ini : Arus Kas Operasi (X1) H2 Perputaran Piutang (X2) PengumpulanPiutang (X3) Perputaran Persediaan (X4) H3 H1 H4 H5 Gambar 2.1 LIKUIDITAS Model Penelitian

Keterangan : = Pengaruh parsial = Pengaruh Silmutan 2.3. Perumusan hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang di gambarkan pada Gambar 2.1 dan penjelasan dari masing-masing faktor yang dapat mempengaruhi likuiditas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: H1= Arus kas operasi, perputaran piutang, pengumpulan piutang dan perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan food and baverage yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011. H2= Arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan food and beverge yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011 H3= Perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011 H4= Pengumpulan piutang berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011 H5= Perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan food and baverage yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011