cara-cara baru dan tidak terpaku pada satu cara saja.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu diantara upaya untuk meningkatkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 2

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pelayanan kepada pelanggan dengan baik dan benar.

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari

BAB I PENDAHULUAN. SMK Negeri 8 Bandung merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa: Penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era global saat ini. Seiring perkembangan itu salah satu yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perkembangan potensi bagi manusia agar bermanfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yang dipergunakan oleh guru. Pengertian lain ialah sebagai teknik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. paradigma yang lama atau cara-cara berpikir tradisional. Dalam dunia pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makna umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam pendidikan di sekolah,

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. telah banyak yang dilakukan pemerintah, beberapa diantaranya dengan melakukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dunia hampir di semua aspek kehidupan manusia, berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Pencapaian standar

STRATEGI PEMBELAJARAN RICHE CYNTHIA

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi yang ada untuk pembentukan kepribadian yang utuh, memiliki rasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Risa Meidawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kreatifitas manusia untuk mencapai hasil maksimal dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Belajar matematika merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah dan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan SMK di Indonesia. Karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SEKALI LAGI SOAL: MODEL, METODE, STRATEGI, PENDEKATAN DAN TEKNIK PEMBELAJARAN RIYAN HIDAYATULLAH

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi sekarang ini kemajuan IPTEK terus berkembang,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai ke liang lahat, mati (Warsita, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. hanya mendengarkan, mencatat kemudian menghapal materi pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data, perkembangan pendidikan Indonesia masih tertinggal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Norep, 2012) Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN KELISTRIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. upaya dalam pencerdasan peserta didik. Peningkatan kualitas pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekar Arum Ningtyas, 2014 Hubungan Antara Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar Sistem Pengapian

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu sistem yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini semakin berusaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. (instruction) dan pengajaran (teaching). Pembelajaran adalah usaha mengelola

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan

dikelola oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Mengengah Kejuruan.

BAB I PENDAHULUAN. dituntut memiliki daya nalar kreatif dan keterampilan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Pendidikan untuk Abad XXI Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pernyataan tersebut mengandung maksud, melalui kegiatan belajar

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar siswa yang rendah di sekolah tentu akan menjadi masalah yang perlu mendapat banyak perhatian dan pemecahan. Tinggi rendahnya hasil belajar siswa tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor internal (yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri) dan faktor eksternal (yang berasal dari luar diri siswa). Faktor internal mencakup minat, bakat dan intelegensi siswa, sedangkan faktor eksternal antara lain metode pembelajaran, fasilitas belajar, media belajar dan proses belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Proses belajar merupakan proses yang dialami secara langsung dan aktif oleh siswa pada saat mengikuti suatu kegiatan pembelajaran yang direncanakan atau disajikan di sekolah, baik yang terjadi di kelas maupun di luar kelas (Soedijarto, 1993: 94). Proses belajar yang berkualitas dan relevan tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan perlu direncanakan. Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman, sehingga diperlukan dorongan kepada siswa dalam membangun gagasan (Depdiknas, 2002). Oleh karena itu diperlukan penciptaan lingkungan yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat. Pembelajaran yang melibatkan seluruh panca indera akan lebih bermakna dibandingkan dengan satu panca indera saja (Dryden, G. dan Jeannette V., 2002: 195). Hal ini akan memunculkan kreativitas untuk menyelesaikan masalah dengan cara-cara baru dan tidak terpaku pada satu cara saja. 1

2 Proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks, melibatkan setiap kata, pikiran, dan tindakan. Lozanov (1978) dalam DePorter, B (2002: 3), mengatakan bahwa sampai sejauh mana seorang guru mampu mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajarannya, maka sejauh itu pula proses belajar mengajar itu berlangsung. Ini berarti, dalam pembelajaran diharapkan dapat mengarahkan perhatian siswa ke dalam nuansa proses belajar seumur hidup dan tak terlupakan. Hal ini, sesuai dengan empat pilar pendidikan seumur hidup, seperti yang ditetapkan UNESCO (1996) dalam Sanjaya (2010:110), yaitu (1) to learn to know (belajar untuk berpengetahuan), (2) to learn to do (belajar untuk berbuat), (3) to learn to live together (belajar untuk dapat hidup bersama), dan (4) to learn to be (belajar untuk jati diri). Untuk itu diperlukan membangun ikatan emosianal dengan siswa, yaitu dengan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar, menjalin hubungan, dan menyingkirkan ancaman. Hal ini merupakan faktor yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan proses pembelajaran yang baik. Studi-studi menunjukkan bahwa siswa lebih banyak belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang, dan ramah. Dengan kondisi seperti itu, siswa lebih sering ikut serta dalam kegiatan sukarela yang berhubungan dengan bahan pelajaran (Walberg, 1997 dalam DePorter, B., 2002: 23). Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang lebih mendalam terhadap fenomena belajar dan pembelajaran, sehingga dalam implementasinya dapat lebih efektif dan efesien. Pembelajaran yang baik yaitu, pembelajaran yang didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada

3 aktivitas siswa. Semakin aktif siswa secara intelektual, maka semakin bertambah pula pengalaman belajar siswa, dan dengan melibatkan dirinya secara langsung, maka siswa akan lebih menghayati proses pembelajaran yang dilakukan. Pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar siswa. Mutu lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) secara umum tergantung pada kualitas keterampilan yang dimilikinya. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah saat ini agar lulusan lembaga pendidikan di Indonesia dapat memenuhi tuntutan dunia kerja yaitu melalui penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum ini mengupayakan setiap lulusan memiliki kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Termasuk bagi siswa SMK Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor (TSM), semua mata pelajaran yang diikuti tentulah harus memiliki kompetensi tersebut. Kompetensi yang menjadi dasar untuk memasuki dunia kerja. Salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor (TSM) yang mendukung siswa untuk mencapai standar kompetensi dan bekerja di dunia industri atau dunia usaha adalah sistem bahan bakar bensin. Melalui penguasaan mata pelajaran ini, siswa kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor akan mencapai standar kompetensi yaitu memperbaiki sistem bahan bakar bensin dan diharapkan mampu menerapkannya di dunia industri atau dunia usaha. Sistem bahan bakar bensin adalah salah satu sistem yang penting pada kendaraan sepeda motor, karena merupakan salah satu faktor yang menentukan suatu motor/enjin kendaraan dapat bekerja/digunakan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran Sistem Bahan Bakar Bensin SMK Negeri 5 Pakanbaru Tahun Ajaran 2012/2013,

4 diperoleh data bahwa pembelajaran sistem bahan bakar bensin di kelas XI TSM tidak tuntas. Nilai rata-rata ujian siswa sebelum dilakukan perbaikan (remedial) pada mata pelajaran sistem bahan bakar bensin dari 28 siswa hanya 17 siswa atau 61 % yang mampu mencapai kriteria ketuntasan minimum 7,5. Sebanyak 11 siswa lainnya atau 39 % hasil belajarnya dikatagorikan tidak tuntas. Menurut Syah (2007 : 144) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga bagian : (1) Faktor internal (dari dalam diri siswa), yakni kondisi (keadaan) jasmani dan rohani siswa. (2) Faktor eksternal (dari luar diri siswa), yakni keadaan lingkungan di sekitar siswa. (3) Faktor pendekatan belajar, yakni sudut pandang siswa terhadap pembelajaran yang meliputi metode dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran tentang teori sistem bahan bakar bensin. Jika siswa melakukan pendekatan belajar dengan baik, maka siswa akan lebih mudah untuk menguasai pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Metode pemebelajaran merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan pembelajaran yang telah disusun tersebut tercapai secara optimal (Sanjaya 2010 : 147). Seorang guru dapat memilih dan menggunakan metode yang sesuai dengan kondisi siswa, tujuan, sarana dan situasi belajar. Cara yang digunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada proses pembelajaran yang difokuskan pada pencapaian tujuan pembelajaran disebut metode pembelajaran. Guru dapat merancang, menyusun dan menggunakan metode yang tepat untuk setiap materi

5 pelajaran yang akan disampaikan. Guru yang melaksanakan tugasnya dengan efektif dan efisien akan dapat meningkatkan hasil belajar siswanya. Metode pembelajaran banyak macam dan jenisnya. Setiap jenis metode pembelajaran mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing. Menurut Sudjana (1989 : 78 86), terdapat bermacam-macam metode dalam mengajar, yaitu metode Ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode resitasi (hafalan), metode kerja kelompok, metode demonstrasi dan eksperimen. Selanjutnya, metode sosiodrama (role-playing), metode berdasarkan masalah (Problem Based Learning), metode sistem regu (team teaching), metode latihan (drill), metode karyawisata (field-trip), metode survai masyarakat, dan metode simulasi. Di antara metode-metode tersebut, peneliti tertarik pada metode Problem Based Learning (PBL) dengan tujuan untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dengan mengajak siswa mengeluarkan seluruh kemampuannya dalam pembelajaran sistem bahan bakar bensin yang didasari oleh masalah-masalah yang pernah dialami oleh siswa yang berhubungan dengan sistem bahan bakar bensin tersebut, agar hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Di sisi lain peneliti mengetahui informasi bahwa fakta di lapangan guruguru cenderung menggunakan metode Ceramah dalam proses pembelajarannya. Guru cenderung menggunakan metode Ceramah disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga faktor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa. Keadaan ini membuat peneliti tertarik untuk mengetahui metode manakah yang terbaik antara metode Problem Based Learning (PBL) dengan metode Ceramah pada mata pelajaran sistem bahan bakar bensin.

6 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Hasil belajar pada mata pelajaran sistem bahan bakar bensin kelas XI TSM masih rendah. 2. Guru cenderung menggunakan metode Ceramah dalam pembelajaran sistem bahan bakar bensin. 3. Metode Problem Based Learning (PBL) belum pernah diterapkan pada mata pelajaran sistem bahan bakar bensin di SMK Negeri 5 Pekanbaru. C. Batasan Masalah Permasalahan yang terlalu luas harus dibatasi dengan menuliskan batasanbatasan yang jelas. Pada penelitian ini, masalah yang diteliti dibatasi pada : 1. Penggunaan metode pembelajaran dan hasil belajar. 2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dan metode Ceramah. 3. Hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar pada mata pelajaran sistem bahan bakar bensin dengan kompetensi dasar mengidentifikasi komponen sistem bahan bakar bensin. 4. Penelitian dilakukan pada siswa kelas XI TSM di SMK Negeri 5 Pekanbaru. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah hasil belajar

7 siswa menggunakan metode Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan metode Ceramah pada mata pelajaran Sistem Bahan Bakar Bensin Kelas XI Teknik Sepeda Motor di SMK Negeri 5 Pekanbaru? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Sistem Bahan Bakar Bensin Kelas XI Teknik Sepeda Motor di SMK Negeri 5 Pekanbaru. 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa menggunakan metode Ceramah pada mata pelajaran Sistem Bahan Bakar Bensin Kelas XI Teknik Sepeda Motor di SMK Negeri 5 Pekanbaru. 3. Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning dengan metode Ceramah pada mata pelajaran Sistem Bahan Bakar Bensin Kelas XI Teknik Sepeda Motor di SMK Negeri 5 Pekanbaru. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini, adalah : 1. Bagi Peneliti Melalui penelitian ini, peneliti dapat menambah penguasaan materi tentang sistem bahan bakar bensin dan pengalaman tentang peranan metode Problem Based Learning (PBL) dan metode Ceramah dalam pembelajaran.

8 2. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi bahan masukan agar guru memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. 3. Bagi Siswa Sebagai bahan masukan untuk lebih dapat memahami pelajaran sistem bahan bakar bensin pada standar kompetensi memperbaiki sistem bahan bakar bensin sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sistem bahan bakar bensin. 4. Bagi Lembaga Sekolah Sebagai bahan pertimbangan penggunaan informasi atau menentukan langkah-langkah penggunaan metode pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran sistem bahan bakar bensin dan mata pelajaran lain pada umumnya. 5. Bagi UNIMED Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan sebagai literatur bagi mahasiswa di Universitas Negeri Medan, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Teknik di Universitas Negeri Medan (UNIMED).