BAB I PENDAHULUAN. yang dibiayai dari uang publik. Melalui anggaran, akan diketahui

dokumen-dokumen yang mirip
BABI PENDAHULUAN. Anggaran dalam dunia bisnis merupakan unsur utama dalam perencanan dan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk angka atau yang kita kenal sebagai anggaran. Tanpa adanya anggaran,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pelaksanaan (actuating), dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk mengkomunikasikan rencana-rencana manajemen, peranan dalam hal merencanakan pembiayaan dan pendapatan pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. secara mandiri. Masing-masing daerah telah diberikan kekuasaan dan

BAB II LANDASAN TEORI. principal dan agen. Pihak principal adalah pihak yang memberikan mandat

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan yang baik karena merupakan proses penentuan kebijakan dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II DASAR TEORI Anggaran Definisi Anggaran. Anggaran menurut Henry Simamora (1999) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi negara-negara berkembang, seperti di Indonesia. Persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. (2004), Setiap entitas pencari laba ataupun nirlaba bisa mendapatkan manfaat dari

BAB I PENDAHULUAN. peraturan organisasi yang berlaku. Pada organisasi pemerintahan di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi sektor publik pada dasarnya membutuhkan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian, maka perlu menciptakan kondisi ekonomi yang lebih fleksibel dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu. mempertahankan kelangsungan hidup serta mampu untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan kegiatan organisasi secara lebih efektif dan efisien (Scief dan

INTERAKSI BUDAYA ORGANISASI, INFORMASI ASIMETRI, DAN GROUP COHESIVENESS DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENGANGGARAN DAN BUDGETARY SLACK

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk melaksanakan strategi organisasi, oleh sebab itu anggaran harus

Rina Ismawati B

BAB I PENDAHULUAN. dipimpin oleh satu hierarki manajer, dengan chief exeutive officer (CEO) pada

BAB I PENDAHULUAN. disfungisional terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi (Indriantoro dan

BAB I PENDAHULUAN. direvisi menjadi Undang-Undang No. 32 tahun 2004 serta Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. rencanakan, baik itu tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Semakin majunya dunia bisnis, semakin kompleks pula masalah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap

DESENTRALISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi termasuk institusi pendidikan dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1977; Nori, 1996) dalam (Putu Novia, dkk: 2015). Mardiasmo (2002) dalam (Putu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai. secara sistematis untuk satu periode.

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor

Kata Kunci :partisipasi penyusunan anggaran, budgetary slack, komitmen organisasi, etika

BAB I PENDAHULUAN. anggaran. Anggaran merupakan sebuah rencana tentang kegiatan di masa datang yang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu rencana mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang akan dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. hal ini dituntut karena adanya persaingan yang ketat. Hanya perusahaan yang mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. adil dan makmur, yang merata secara material dan spritual berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu manajemen yang baik. Menurut Welsch (2000) misinya tanpa suatu manajemen yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1999) dalam bentuk kinerja manajer berdasarkan pada fungsi manajemen klasik yang. penganggaran, pemprograman dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, perusahaan profit oriented maupun non-profit

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja telah menjadi kata kunci yang banyak dibicarakan diberbagai

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas menjadi hal penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan tahapan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJER

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. untuk beroperasi seefisien mungkin. Untuk itu pihak manajemen harus mampu

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN STRUKTUR ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Hubungan agensi muncul ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak

BAB I PENDAHULUAN. dan inovatif dengan mempertimbangkan faktor-faktor ekstern organisasi yang. tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)

FARIDA NUR HIDAYATI B

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki tujuan serta sasaran yang ingin dicapai dimasa yang

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan suatu perusahaan (Adrianto, 2008). Agar dapat bersaing, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan paradigma anggaran daerah dilakukan untuk menghasilkan

BAB 1 PENDAHULUAN. finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Dalam kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut akan berdampak pada pelanggan, persaingan, dan perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. suatu fenomena di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perusahaan dalam jangka pendek yang dinyatakan dalam unit

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

BAB II LANDASAN TEORI. Anggaran adalah suatu rencana kuantitatif (satuan jumlah) periodic

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kontrak atau dokumen untuk komitmen dan kesepakatan yang telah dibuat

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PENGANGGARAN PARTISIPATIF DENGAN KINERJA MANAJERIAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penjelasan mengenai konsep budgetary slack dimulai dari pendekatan agency

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang perimbangan keuangan antara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah, menyeleksi serta mengimplementasikan proses adaptasi dengan

Agar anggaran itu tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan, maka diperlukan. kinerja yang baik antara atasan dan bawahan, pegawai dan pimpinan dalam

77 BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. digunakan sebagai acuan dalam pemecahan masalah yang sedang diteliti.

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

PERANAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA KEADILAN PROSEDURAL DAN KINERJA MANAJERIAL (Survei pada BAPPEDA Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada undang-undang nomor

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mencapai tujuannya, yaitu memperoleh laba.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(Survey Pada Rumah Sakit Di Wilayah Kabupaten Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. persaingan global akan menyebabkan suatu ketidakpastian dalam lingkungan bisnis

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan melihat ke masa depan, yaitu menentukan tindakan-tindakan apa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Agar dapat bersaing, koperasi harus melaksanakan fungsi-fungsi dalam manajemen,

Sutina Arifani Bahar 1, Rio Monoarfa 2, Siti Pratiwi Husain 3

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dengan kompetitor. Terlebih lagi pada era global saat ini, persaingan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Reformasi di Indonesia dari Zaman orde baru telah mendorong terciptanya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menggabungkan pendekatan top down dengan pendekatan bottom up dalam

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan kegiatan organisasi secara lebih efektif dan efisien (Schief dan

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus memiliki keunggulan bersaing (competitive advantage).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. standar dan satuan lain yang mencakup jangka waktu satu tahun. Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. serta tujuan jangka pendek dan jangka panjang (Hansen dan Mowen, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. anggaran partisipatif dengan kinerja manajerial. untuk beroperasi lebih efisien dan efektif. Untuk itu pihak manajemen harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan usaha yang semakin ketat dewasa ini menuntut

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran merupakan salah satu elemen yang penting dalam sistem pengendalian pemerintah. Penganggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan dari programprogram yang dibiayai dari uang publik. Melalui anggaran, akan diketahui seberapa besar kemampuan pemerintah dalam melaksanakan berbagai urusan pemerintahan yang menjadi wewenangnya dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Implementasi dari akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, diperlukan kewajiban pertanggungjawaban mulai dari perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan atas tugas dan fungsinya dalam mewujudkan visi dan misi serta tujuan yang telah ditetapkan sehingga dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk penetapan anggaran. Penyusunan anggaran dan pelaksanaan anggaran melibatkan beberapa pihak manajemen tingkat atas (top level management) sampai manajemen tingkat bawah (lower level management). Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Mursyid (2011), terdapat tiga pendekatan yang digunakan dalam penyusunan anggaran, yaitu top-down (pendekatan dari atas ke bawah), bottom-up (pendekatan dari bawah ke atas), dan pendekatan lain yang merupakan gabungan dari kedua pendekatan tersebut, yaitu pendekatan 1

2 partisipasi. Pendekatan top-down adalah pendekatan penyusunan anggaran yang hampir seluruhnya dilakukan oleh manajemen level atas, sedangkan manajemen level menengah dan bawah hanya sebagai pelaksana anggaran saja. Pendekatan bottom-up adalah pendekatan penyusunan anggaran yang dilakukan oleh manajemen level bawah kemudian dilanjutkan oleh manajemen level menengah dan disahkan oleh manajemen level atas. Sedangkan pendekatan partisipasi merupakan penyusunan anggaran bersamasama yang dilakukan oleh manajemen level bawah dan level atas. Menurut Brownell dalam Supanto (2010), partisipasi pengganggaran adalah proses yang menggambarkan individu-individu terlibat dalam penyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target anggaran dan perlunya penghargaan atas pencapaian target anggaran tersebut. Menurut Harefa dalam Apriyandi (2011), anggaran merupakan alat manajemen yang sangat penting untuk mengkomunikasikan rencana-rencana manajemen di dalam suatu organisasi, mengalokasikan sumber daya, dan mengkoordinasikan aktivitas. Selain itu, anggaran juga berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian agar manajer dapat melaksanakan kegiatan organisasi secara lebih efektif dan efisien. Menurut Supanto (2010), bahwa salah satu kondisi yang dapat menyebabkan senjangan anggaran yaitu karena adanya informasi yang asimetri. Bagi tujuan perencanaan, anggaran yang dilaporkan seharusnya sama dengan kinerja yang diharapkan. Namun, karena informasi bawahan lebih baik daripada atasan, sehingga bawahan mengambil kesempatan dari

3 partisipasi penganggaran dengan memberikan informasi yang bias dari informasi pribadi mereka, serta membuat budget yang mudah dicapai, sehingga terjadilah senjangan anggaran (yaitu dengan melaporkan anggaran dibawah kinerja yang diharapkan). Karena terdapat informasi asimetri, maka proses penyusunan anggaran secara partisipasi sangat dibutuhkan. Hal ini dikarenakan, dengan penyusunan anggaran partisipatif dapat terjadi pertukaran informasi. Baik antara atasan dengan bawahan (secara vertikal), maupun antara manajemen yang sama (secara horizontal). Semakin besar informasi asimetri, semakin besar dibutuhkan partisipasi dalam proses penganggaran. Diharapkan dengan partisipasi penganggaran akan dapat mengurangi terjadinya informasi asimetri. Variabel lain yang mempunyai pengaruh terhadap kecenderungan bawahan untuk melakukan partisipasi dalampenyusunan anggaran adalah motivasi. Dalam hal ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah motivasi pada kepentingan pribadi. Davis dan Newtrom (1994 : 88) dalam Supanto (2010) menyatakan bahwa setiap karyawan memiliki tujuan yang berbeda dan mereka akan terdorong untuk bekerja apabila mereka memiliki keyakinan bahwa pekerjaan mereka akan berhasil. Komitmen organisasi merupakan komitmen dari masing-masing individu dalam suatu organisasi atau perusahaan untuk bersikap loyal atau tidak loyal terhadap perusahaan. Individu yang mempunyai komitmen yang tinggi akan berpandangan positif dan berusaha melakukan yang terbaik bagi organisasi (Porter et al., 1974; Angel dan Perry, 1981 dalam Yanti, 2008).

4 Komitmen organisasi yang tinggi, dapat meningkatkan partisipasi dalam penyusunan anggaran. Sehingga, jika komitmennya rendah, partisipasi dalam penyusunan anggaran juga rendah. Karena individu yang memiliki komitmen organisasi yang rendah cenderung untuk mementingkan kepentingan dirinya sendiri daripada organisasi. Kementerian Agama berupaya menetapkan sasarannya untuk menjadi organisasi yang memiliki lingkungan kerja positif di mana setiap individu dapat mengembangkan seluruh potensinya. Pimpinan dituntut kemampuannya untuk menerjemahkan perubahan dalam lingkungan eksternal maupun lingkungan internal organisasi, menjadi nilai-nilai utama bagi anggotanya. Proses perubahan ini akan sukses apabila pimpinan mampu melakukan perubahan secara terencana, sehingga semua anggota mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk beradaptasi dengan perubahan. Pusdiklat Tenaga Teknis dan Administrasi Pendidikan dan Keagamaan Kementerian Agama merupakan bagian dari satuan kerja di bawah Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Badan Litbang dan Diklat masuk ke dalam Badan Penelitian & Pengembangan dan Pendidikan & Pelatihan Kementerian Agama. Pusdiklat Tenaga Teknis dan Administrasi Pendidikan dan Keagamaan Kementerian Agama memiliki tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang pendidikan dan pelatihan tenaga teknis dan administrasi di lingkungan Kementerian Agama.

5 Pusdiklat Tenaga Teknis dan Administrasi menggunakan anggaran dalam mengarahkan manajemen puncak (Kepala Pusdiklat) untuk memfokuskan pada keputusan-keputusan strategik dan memberikan wewenang kepada bawahan untuk operasional harian. Namun, jika anggaran yang dibuat pada tahun sebelumnya ternyata realisasinya banyak yang tidak sesuai atau terdapat budgetary slack, maka keputusan yang dibuat dapat menghambat tujuan organisasi. Budgetary slack dapat dilihat dari perbedaan yang signifikan antara jumlah anggaran dengan realisasi yang diserap (daya serap) Pusdiklat Tenaga Teknis dan Administrasi Pendidikan dan Keagamaan. Hal ini dapat dilihat dari penyerapan anggaran tahun 2010-2012. Tahun 2010 Tahun 2011 Tabel 1.1. Daya Serap Anggaran Tahun 2010-2012 Pusdiklat Tenaga Teknis dan Administrasi Pendidikan dan Keagamaan Kementerian Agama Unit Kerja Pusdiklat Tenaga Pusdiklat Teknis Administrasi Anggaran Rp. 53.342.228.000,- Rp. 36.813.495.000,- Realisasi Rp. 49428.304.325,- Rp. 29.564.697.048,- Daya Serap 92,66 % 80,31 % Anggaran Rp. 49.550.846.000,- Rp. 34.179.229.000,- Realisasi Rp. 35.348.603.773,- Rp. 27.952.627.618,- Daya Serap 71,34 % 81,78 % Anggaran Rp. 45.670.084.000,- Rp. 31.860.148.000,- Tahun Realisasi Rp. 35.893.386.933,- Rp. 13.674.423.595,- 2012 Daya Serap 78,59 % 42,92 % Sumber: Laporan Keuangan Internal Pusdiklat Tenaga Teknis dan Administrasi Pendidikan dan Keagamaan Kementerian Agama

6 Budgetary slack dapat menyebabkan revisi Rencana Kegiatan Anggaran (RKA-KL) dilakukan secara terus-menerus. Maka, sulit untuk memperoleh informasi dalam penyusunan RKA-KL tahun selanjutnya. Hal ini juga dapat menghambat visi, misi dan tujuan dari organisasi. Hasil penelitian-penelitian sebelumnya mengindikasikan hasil yang masih saling bertentangan mengenai hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan senjangan anggaran. Hasil penelitian ini mungkin dikarenakan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara keduanya. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Budy (2013), Rosalina (2011), Latuheru (2005) dan Supanto (2010) menunjukkan bahwa partisipasi anggaran memiliki pengaruh terhadap budgetary slack (senjangan anggaran). Hasil penelitian Budy (2013), Rosalina (2011), Latuheru (2005), menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap senjangan anggaran. Namun menurut Supanto (2010), bahwa partisipasi penyusunan anggaran memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap budgetary slack. Pada penelitian ini, peneliti ingin mengembangkan hasil penelitian Supanto (2011) dengan judul analisis pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack dengan informasi asimetri, motivasi, budaya organisasi sebagai pemoderasi studi kasus pada Politeknik Negeri Semarang. Namun pada penelitian ini, peneliti memodifikasi dengan menggunakan variable komitmen organisasi dan dengan membuat partisipasi penyusunan anggaran sebagai variabel intervening.

7 Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Informasi Asimetri, Motivasi dan Komitmen Organisasi terhadap Budgetary Slack dengan Partisipasi Penyusunan Anggaran sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Pusdiklat Tenaga Teknis dan Administrasi Pendidikan dan Keagamaan Kementerian Agama). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah informasi asimetri, motivasi dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap partsipasi penyusunan anggaran? 2. Apakah partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap budgetary slack? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris adanya pengaruh informasi asimetri, motivasi dan komitmen organisasi terhadap partisipasi penyusunan anggaran dan pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap budgetary slack. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil-hasil dari kajian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi kepentingan praktis manajemen pemerintahan yang berkaitan dengan fungsi

8 kepemimpinan dan pengembangan pengetahuan dalam kajian atau riset. Manfaat penelitian dapat dirinci sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat dalam memperdalam pengetahuan peneliti, menambah wawasan, dan mengetahui pengaruh informasi asimetri, motivasi, dan komitmen organisasi terhadap budgetary slack serta hubungannya dengan partisipasi anggaran. 2. Bagi Pusdiklat Tenaga Teknis dan Administrasi Pendidikan dan Keagamaan Kementerian Agama, Khusunya untuk pihak manajemen atau Kepala Bidang dan Sub Bidang, penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi dan informasi sebagai bahan perimbangan dalam penyusunan anggaran. 3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis.