Efikasi Herbisida Penoksulam pada Budidaya Padi Sawah Pasang Surut untuk Intensifikasi Lahan Suboptimal

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

EFIKASI HERBISIDA PENOKSULAM TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA UMUM PADA BUDIDAYA TANAMAN PADI SAWAH

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

EFIKASI HERBISIDA KOMBINASI TETRIS DAN BASAGRAN TERHADAP GULMA UMUM PADA BUDIDAYA TANAMAN PADI SAWAH TABELA

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

Pengaruh Dosis Herbisida Ethoxysulfuron 15 WG Terhadap Gulma, Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi Varietas Ciherang

Studi efektivitas herbisida oksifluorfen 240 gl -1 sebagai pengendali gulma pada budidaya bawang merah (Allium ascalonicum L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE

METODELOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI HERBISISDA TIGOLD 10 WP (pirizosulfuron etil 10%) TERHADAP GULMA PADA BUDIDAYA PADI SAWAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan semusim yang termasuk golongan rerumputan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

KEEFEKTIFAN PARAKUAT DIKLORIDA SEBAGAI HERBISIDA UNTUK PERSIAPAN TANAM PADI TANPA OLAH TANAH DI LAHAN PASANG SURUT

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

Diversitas Gulma pada Budidaya Padi dan Jagung di Lahan Pasang Surut Desa Banyu Urip Kecamatan Tanjung Lago

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lahan Penelitian Bataranila Lampung Selatan dan

Efikasi herbisida oksifluorfen 240 g/l untuk mengendalikan gulma

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

PENGARUH AKSESI DAN KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

APLIKASI HERBISIDA 2,4-D DAN PENOXSULAM PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten

EFEKTIFITAS HERBISIDA PENOKXULAM TERHADAP PENGENDALIAN GULMA DAN HASIL TANAMAN PADI (Oriza sativa L.) DENGAN SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

III. BAHAN DAN METODE. Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Penelitian ini

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

III. METODE PENELITIAN

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada areal perkebunan kopi menghasilkan milik Balai

PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN MENGGUNAKAN HERBISIDA BERBAHAN AKTIF CAMPURAN BENTAZON DAN MCPA SEKEN POLANSKY

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Pemakaian Pupuk Organik Cair Sebagai Dekomposer dan Sumber Hara Tanaman Padi (Oriza sativa L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

TATA CARA PENELITIAN

EFIKASI HERBISIDA PRATUMBUH METIL METSULFURON TUNGGAL DAN KOMBINASINYA DENGAN 2,4-D, AMETRIN, ATAU DIURON TERHADAP GULMA PADA PERTANAMAN TEBU

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN Ketinggian tempat ± 90 m dpl, jenis tanah latosol.

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PENGARUH FREKUENSI PENGENDALIAN GULMA SECARA MANUAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DENGAN METODE SRI

II. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

UJI EFIKASI HERBISIDA GLIFOSAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PRODUK REKAYASA GENETIKA ABSTRACT ABSTRAK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

PENGARUH PENGENDALIAN GULMA PADA BERBAGAI UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data

EFEKTIFITAS JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agronomi. Waktu penelitian dilakaukan selama ± 4 bulan dimulai

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

TATA CARA PENELITIAN

SKRIPSI OPTIMALISASI PRODUKSI PADI

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENDUGAAN DERAJAT KOMPETISI GULMA Echinochloa crus-galli (L.) Beauv. MELALUI METODE REPLACEMENT SERIES ABSTRAK

Sumber : Nurman S.P. (

Budidaya Padi Organik dengan Waktu Aplikasi Pupuk Kandang yang Berbeda dan Pemberian Pupuk Hayati

PENGARUH CARA PENGENDALIAN GULMA PADA PERTUMBUHAN VEGETATIF AWAL TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) ASAL BIBIT BUD CHIP VARIETAS PSJK 922

KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN SERUYAN. Astri Anto, Sandis Wahyu Prasetiyo

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. Var. TUKTUK) ASAL BIJI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KALIUM DAN JARAK TANAM

BAB III METODE PENELITIAN

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

PENGARUH WAKTU DAN CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI HIBRIDA (Oryza sativa L.) Oleh Gita Septrina A

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KOMBINASI DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK PHONSKA DAN PUPUK N TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L) VARIETAS IR 64

PENGUJIAN EFIKASI HERBISIDA BERBAHAN AKTIF PIRAZOSULFURON ETIL 10% UNTUK PENYIANGAN PADA BUDIDAYA PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

Transkripsi:

Jurnal Lahan Suboptimal ISSN: 2252-6188 (Print), ISSN: 2302-3015 (Online, www.jlsuboptimal.unsri.ac.id) Vol. 2, No.2: 144-150, Oktober 2013 Efikasi Herbisida Penoksulam pada Budidaya Padi Sawah Pasang Surut untuk Intensifikasi Lahan Suboptimal Efficacy of Penoksulam Herbicide on Low land Rice for Suboptimal Land Intensification Dwi Guntoro 1, Karlin Agustina 2*), Yursida 2 1 Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB Bogor, 16680 2 Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas IBA Palembang, 30113 *) Corresponding author: karlinagustina_92@yahoo.co.id ABSTRACT An experiment on herbicide Penoksulam 25.5 g/l was conducted in tidal land. The objective of this experiment was to determine the effectiveness of herbicides in controlling weeds in lowland rice. The experiment was conducted from November 2012 to March 2013. Randomized block design (RBD) with 6 treatments and 4 replications was used. The treatments tested the herbicide Penoksulam 25.5 g/l dose of 0.60 L/ha, 0.75 l/ha, 0.94 L/ha, 1,125 L/ha, manual weeding and control. The experimental unit was a plot of 5 5 m. The results showed that the application of penoksulam 25.5 g/l could control weeds of lowland rice. The dominant weed species in tidal land were Fimbristylis littoralis, Ludwigia octovalvis and Cyperus Iria. Application of herbicide at doses 0.60 L/ha up to 1,125 L/ha caused only mild symptoms of phytotoxicity on rice. Herbicides could be used to increase low land rice production on effective dose of 0.60 0.75 L/ha Key words: weed of rice, herbicide, tidal land, penoxulam ABSTRAK Percobaan lapangan efikasi herbisida Penoksulam 25,5 g/l bertujuan untuk mengetahui efektivitas herbisida dalam mengendalikan gulma umum pada tanaman padi sawah pasang surut. Percobaan dilaksanakan mulai bulan Nopember 2012 hingga bulan Maret 2013. Percobaan dilakukan dengan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 6 faktor perlakuan dan 4 ulangan. yang diuji yaitu herbisida berbahan aktif Penoksulam 25,5 g/l dosis 0,60 L/ha, 0,75 L/ha, 0,94 L/ha, 1,125 L/ha, penyiangan manual dan tanpa penyiangan (kontrol). Satuan percobaan berupa petak berukuran 5 m x 5 m. Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi herbisida berbahan aktif Penoksulam 25,5 g/l dapat mengendalikan gulma dominan di lokasi percobaan yaitu gulma spesies Fimbristylis littoralis, Ludwigia octovalvis, dan Cyperus iria. Aplikasi herbisida pada hanya menyebabkan gejala fitotoksisitas ringan pada tanaman padi sawah pasang surut. Herbisida ini dapat digunakan untuk meningkatkan produksi padi sawah pasang surut dengan dosis efektif aplikasi herbisida adalah 0,60 L/ha sampai 0,75 L/ha. Kata kunci : gulma padi, herbisida, pasang surut, penoksulam PENDAHULUAN Beras merupakan pangan utama di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok. Kebutuhan beras terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Konsumsi beras nasional saat ini mencapai 137 kg/kapita/tahun. Pada tahun 2020 nanti, kebutuhan beras Indonesia diperkirakan mencapai 35,97 juta ton (Puslitbangtan 2012). Saat ini produksi padi nasional mencapai sebesar

Jurnal Lahan Suboptimal, 2(2) Oktober 2013 145 68,59 juta ton atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya (BPS 2012). Usaha peningkatan produksi padi dihadapkan pada berbagai kendala, diantaranya alih fungsi lahan sawah menjadi nonpertanian, degradasi kesuburan lahan, perubahan iklim, dan adanya serangan organisme pengganggu tanaman. Salah satu organisme pengganggu tanaman yang dapat menyebabkan penurunan produksi tanaman adalah gulma. Penurunan produksi yang diakibatkan oleh gulma pada beberapa situasi secara ekonomis lebih penting daripada penurunan produksi yang disebabkan oleh insekta, cendawan, atau organisme pengganggu lainnya (Savary et al. 1997 ; 2000). Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman padi dapat menghambat pertumbuhan dan produksi padi. Salah satu contoh gulma padi sawah adalah gulma Echinochloa crus-galli. Pada populasi E. crus-galli sebanyak 4 gulma per pot dapat menurunkan bobot gabah sebesar 48,0% dan menurunkan bobot gabah isi sebesar 46,2% (Guntoro et al. 2009). Selain penurunan produksi, adanya gulma di pertanaman padi sawah juga menyebabkan biaya pengendalian yang besar sehingga menurunkan pendapatan petani (Tungate et al. 2007). Hal ini membuktikan bahwa masalah gulma menjadi sangat serius pada pertanaman padi sawah. Pengendalian gulma secara manual saat ini menghadapi masalah kurangnya tenaga kerja di bidang pertanian, sehingga biaya penyiangan manual semakin mahal. Oleh karena itu, salah satu alternatifnya adalah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Salah satu herbisida yang dapat digunakan untuk pengendalian gulma pada pertanaman padi sawah adalah herbisida berbahan aktif Penoxulam 25,5 g/l. Herbisida ini diharapkan dapat mengendalikan gulma umum pada tanaman padi sawah pasang surut dengan sistem tanam tebar benih langsung. Pengujian lapangan efikasi herbisida penoksulam bertujuan untuk menguji efikasi herbisida penoksulam terhadap gulma umum pada budidaya tanaman padi sawah. BAHAN DAN METODE Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Telang Karya, Muara Telang, Sumatera Selatan. Percobaan dilakukan pada bulan November 2012 hingga Maret 2013. Bahan herbisida yang digunakan dalam percobaan adalah herbisida dengan kandungan bahan aktif penoksulam 25,5 g/l berdasarkan hasil uji laboratorium PATIR dengan nomor segel : 519/PSP/8/2012 tertanggal 27 Agustus 2012. Bahan tanaman yang digunakan adalah benih padi varietas lokal pasang surut. Sarana produksi yang digunakan antara lain pupuk urea, NPK Phonska, KCl, furadan, dan insektisida. Peralatan yang digunakan adalah knapsack sprayer dengan nozle biru, timbangan analitik dan oven. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan enam perlakuan dan empat ulangan. herbisida penoksulam yang diberikan yaitu dosis 0,60 L/ha (P1), 0,75 Ll/ha (P2), 0,94 L/ha (P3), 1,125 L/ha (P4), pengendalian manual (P5), dan tanpa penyiangan (P6). Satuan percobaan berupa petak dengan ukuran 5 m x 5 m. Persiapan lahan diolah dengan pembajakan dan pembuatan petakan dengan ukuran 5 m x 5 m sebanyak 24 petak satuan percobaan. Benih padi ditanam pada petak dengan cara ditabur langsung ke petak percobaan dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm dengan sekitar 10 biji per lubang tanam. Penyemprotan herbisida sesuai dosis perlakuan dilakukan saat tanaman padi berumur 14 hari setelah pindah tanam. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan alat semprot tipe punggung Solo dan menggunakan nozzle biru dengan volume semprot 400 L/ha. Pemupukan dilakukan pada 1 dan 4 minggu setelah pindah tanam dengan dosis 50 % untuk tiap aplikasi pemupukan. pupuk Urea, NPK Phonska dan KCl berturut turut 200 kg/ha, 400 kg/ha, dan 100 kg/ha. Pemberian furadan diberikan segera setelah

146 Guntoro et al.: Efikasi herbisida penoksulam padi padi pasang surut pemupukan pertama dengan dosis 20 kg/ha. Pengendalian organisme pengganggu menggunakan penyemprotan insektisida dan fungisida. Pemanenan dilakukan pada padi umur 115 HSS atau 96 HST. Peubah pertumbuhan tanaman yang diamati yaitu tinggi tanaman, dan jumlah anakan. Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah anakan per rumpun dilakukan pada saat tanaman padi berumur 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam. Pengamatan dilakukan terhadap 10 tanaman contoh per petak yang ditentukan secara acak. Analisis vegetasi dilakukan untuk pengamatan terhadap gulma dengan menggunakan metode kuadrat. Ukuran petak contoh yang digunakan adalah 50 cm x 50 cm. Gulma yang berada dalam petak contoh diambil menggunakan pisau hingga permukaan tanah, kemudian diidentifikasi, dihitung, dan di masukkan ke dalam oven pada suhu 50 0 C selama 72 jam untuk mendapatkan data bobot keringnya. Peubah komponen hasil tanaman padi yang diamati yaitu hasil gabah kering panen (GKP) dan hasil gabah kering giling (GKG) ubinan dan dugaan hasil per hektar. Fitotoksisitas diamati secara visual terhadap gejala-gejala klorosis, nekrosis, reduksi tanaman, kerebahan serta gejala tidak normal lainnya. Pengamatan dilakukan terhadap populasi tanaman dalam petak ubinan pada saat 1, 2, dan 3 minggu setelah aplikasi. Pengamatan dilakukan dengan cara skoring, yaitu : 0 = tidak ada keracunan, 0-5 % bentuk 1 = keracunan ringan, > 5-20 % bentuk 2 = keracunan sedang, > 20-50 % bentuk 3 = keracunan berat, > 50-70 % bentuk 4 = keracunan sangat berat, > 70 % bentuk pertumbuhan tanaman tidak normal sampai tanaman mati. Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan sidik ragam pada taraf 5% dengan uji lanjut menggunakan Duncan s Multiple Range Test (DMRT). HASIL Bobot Kering Gulma Total Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi herbisida penoksulam pada dosis 0,60 L/ha hingga 1,125 L/ha dapat mengendalikan gulma total yang ditunjukkan dengan bobot kering biomassa gulma total yang nyata lebih rendah dibandingkan terhadap kontrol pada pengamatan 1 MSA dan 4 MSA (Tabel 1). Tabel 1. Pengaruh aplikasi herbisida penoksulam terhadap bobot kering gulma total Bobot Kering Gulma Total (g/0,25 m 2 ) Penoksulam 0,60 0,15 b 3,62 b Penoksulam 0,75 0,14 b 5,19 b Penoksulam 0,94 0,17 b 2,49 b Penoksulam 1,125 0,43 b 1,03 b Pengendalian Manual - 3,94ab 11,86 a Kontrol - 4,92a 16,85 a Bobot Kering Fimbristylis littoralis Gulma spesies F. littoralis merupakan gulma golongan teki (sedges) yang dominan pada pertanaman padi sawah di lokasi percobaan. Aplikasi herbisida penoksulam mulai dosis 0,60 L/ha hingga

Jurnal Lahan Suboptimal, 2(2) Oktober 2013 147 1,125 L/ha dapat mengendalikan gulma spesies F. littoralis yang ditunjukkan dengan bobot kering biomassa gulma F. littoralis yang nyata lebih rendah dibandingkan terhadap perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) pada pengamatan 1 MSA dan 4 MSA (Tabel 2). Tabel 2. Pengaruh aplikasi herbisida penoksulam terhadap bobot kering biomassa gulma spesies F. littoralis Bobot Kering F. littoralis (g/0,25 m 2 ) Penoksulam 0,60 0,04b 0,07c Penoksulam 0,75 0,02b 0,08c Penoksulam 0,94 0,04b 0,26c Penoksulam 1,125 0,25b 0,03c Pengendalian Manual 1,96ab 4,79b Kontrol 3,87a 8,88a *) Analisis dilakukan berdasarkan transformasi (x+1) Bobot Kering Ludwigia octovalvis Gulma spesies L. octovalvis merupakan gulma golongan berdaun lebar (broadleaf). Aplikasi herbisida penoksulam mulai dapat mengendalikan gulma spesies L. octovalvis yang ditunjukkan dengan bobot kering biomassa gulma spesies L. octovalvis yang nyata lebih rendah dibandingkan perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) pada pengamatan 1 MSA. Pada pengamatan 4 MSA, aplikasi herbisida penoksulam dapat mengendalikan gulma L. octovalvis pada dosis 1,125 L/ha (Tabel 3). Bobot Kering Cyperus iria Gulma spesies C. iria merupakan gulma golongan teki (sedges) yang dijumpai dominan di lokasi percobaan. dosis 0,60 L/ha hingga 1,125 L/ha dapat mengendalikan gulma C. iria yang ditunjukkan dengan bobot kering biomassa gulma C. iria yang nyata lebih rendah dibandingkan terhadap perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) pada pengamatan 4 MSA. Pada pengamatan 1 MSA pengaruh aplikasi herbisida penoksulam belum terlihat. Pengaruhnya baru terlihat pada pengamatan 4 MSA (Tabel 4). Tinggi Tanaman Padi berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi sawah (Tabel 5) dibandingkan terhadap kontrol tanpa penyiangan, mulai pengamatan 4 MSA hingga 8 MSA. Pada pengamatan 4 MST dan 6 MST, aplikasi herbisida penoksulam mulai dosis 0,75 L/ha hingga 1,125 L/ha menunjukkan tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan penyiangan manual. Jumlah Anakan Tanaman Padi Aplikasi herbisida penoksulam dapat meningkatkan jumlah anakan pada tanaman padi. Pada pengamatan 4 MST, jumlah anakan padi pada perlakuan aplikasi herbisida penoksulam nyata lebih banyak dibandingkan dengan kontrol dan nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan penyiangan manual mulai dosis 0,75 L/ha hingga 1,125 L/ha. Pada pengamatan 6 MST dan 8 MST, aplikasi herbisida penoksulam mulai dosis 0,60 L/ha hingga 1,125 L/ha menunjukkan jumlah anakan per rumpun yang nyata lebih banyak dibandingkan terhadap kontrol (tanpa penyiangan). Aplikasi mulai dosis 0,75 L/ha hingga 1,125 L/ha menunjukkan jumlah anakan yang lebih banayak dibandingkan terhadap penyiangan manual (Tabel 6). Produksi Gabah Aplikasi herbisida penoksulam menunjukkan produksi gabah kering giling

148 Guntoro et al.: Efikasi herbisida penoksulam padi padi pasang surut (GKG) ubinan dan GKG per hektar yang nyata lebih tinggi dibandingkan terhadap kontrol dan dibandingkan terhadap penyiangan manual pada dosis 0,94 L/ha dan 1,125 L/ha. Aplikasi pada dosis 0,60 L/ha dan 0,75 L/ha menunjukkan hasil GKG ubinan dan GKG per hektar yang tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap kontrol maupun terhadap penyiangan manual (Tabel 7). Tabel 3. Pengaruh aplikasi herbisida penoksulam terhadap bobot kering biomassa gulma spesies L. octovalvis Bobot Kering L. octo.alvis (g/0,25 m 2 ) (ml/ha) Penoksulam 0,60 0,11b 3,42ab Penoksulam 0,75 0,11b 4,59ab Penoksulam 0,94 0,06b 1,57ab Penoksulam 1,125 0,14b 0,79b Pengendalian Manual - 0,66a 4,05ab Kontrol - 0,41a 5,72a. *) Analisis dilakukan berdasarkan transformasi (x+1) Tabel 4. Pengaruh aplikasi herbisida penoksulam terhadap bobot kering biomassa gulma spesies C. iria Bobot Kering C. iria (g/0,25 m 2 ) Penoksulam 0,60 0,00a 0,12b Penoksulam 0,75 0,00a 0,53b Penoksulam 0,94 0,07a 0,55b CLIPPER 25 OD 1,125 0,04a 0,18b Penoksulam - 0,96a 2,99a Kontrol - 0,64a 2,26a *) Analisis dilakukan berdasarkan transformasi (x+1) Tabel 5. Pengaruh aplikasi herbisida penoksulam terhadap tinggi tanaman padi sawah Tinggi Tanaman (cm) 4 MST 6 MST 8 MST Penoksulam 0,60 38,55c 59,70cd 77,40cd Penoksulam 0,75 40,60b 61,77bc 79,65bc Penoksulam 0,94 41,48ab 63,30b 80,25b Penoksulam 1,125 42,65a 65,98a 82,93a Pengendalian Manual - 37,95cd 58,85d 79,10bc Kontrol - 36,25d 56,25e 76,50d Tabel 6. Pengaruh aplikasi herbisida penoksulam terhadap jumlah anakan tanaman padi sawah Jumlah Anakan Tanaman (cm) 4 MST 6 MST 8 MST Penoksulam 0,60 13,5c 21,6c 23,5cd Penoksulam 0,75 15,2b 22,6b 24,4bc Penoksulam 0,94 16,4ab 23,0b 25,2ab Penoksulam 1,125 17,3a 24,2a 26,2a Pengendalian Manual - 13,3c 21,1cd 22,5de Kontrol - 12,2c 20,5d 22,3e

Jurnal Lahan Suboptimal, 2(2) Oktober 2013 149 Tabel 7. Pengaruh aplikasi herbisida penoksulam terhadap produksi gabah kering giling Bobot Kering Gabah GKG (kg/6,25 m2) GKG (ton/ha) Penoksulam 0,60 2,00c 3,20c Penoksulam 0,75 2,14c 3,42c Penoksulam 0,94 2,64b 4,22b Penoksulam 1,125 3,27a 5,23a Pengendalian Manual - 2,08c 3,34c Kontrol - 1,92c 3,07c. Fitotoksisitas terhadap Tanaman Padi Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi herbisida Penoksulam pada dosis 0,60 L/ha hingga 1,125 L/ha menyebabkan gejala fitotoksisitas yang bersifat ringan pada pengamatan 1, 2, dan 3 minggu setelah aplikasi yang ditunjukkan dengan skor 1. Gejala fitotoksisitas sedang hanya ditunjukkan pada pengamatan 1 MSA pada dosis aplikasi 0,94 L/ha dan 1,125 L/ha (Tabel 8). Tabel 8. Pengaruh aplikasi herbisida Penoksulam terhadap fitotoksisitas pada tanaman padi Skor Fitotoksisitas 1 MSA 2 MSA 3 MSA Penoksulam 0,60 1,0 1,0 1,0 Penoksulam 0,75 1,0 1,0 1,0 Penoksulam 0,94 2,0 1,0 1,0 Penoksulam 1,125 2,0 1,0 1,0 Pengendalian Manual - 0,0 0,0 0,0 Kontrol - 0,0 0,0 0,0 PEMBAHASAN Aplikasi herbisida penoksulam pada menunjukkan hasil pengendalian terhadap gulma total yang cenderung lebih baik dibandingkan dengan penyiangan manual pada pengamatan 1 MSA dan nyata lebih baik dibandingkan terhadap perlakuan penyiangan manual pada pengamatan 4 MSA. Aplikasi pada dosis yang lebih tinggi dari dosis 0,60 L/ha menunjukkan peningkatan hasil yang tidak signifikan. Hasil ini menunjukkan bahwa aplikasi herbisidapenoksulam pada dosis 0,60 L/ha sudah efektif dalam mengendalikan gulma total di lahan percobaan. menunjukkan hasil pengendalian terhadap gulma F. littoralis yang tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap penyiangan manual pada pengamatan 1 MSA, namun menunjukkan hasil pengendalian yang cenderung lebih baik dibandingkan penyiangan manual. Pada pengamatan 4 MSA, aplikasi herbisida penoksulam pada menunjukkan hasil pengendalian terhadap F. littoralis yang nyata lebih baik dibandingkan terhadap penyiangan manual. Aplikasi herbisida penoksulam pada dosis yang lebih tinggi dari 0,60 L/ha menunjukkan peningkatan hasil pengendalian yang tidak nyata. Hasil ini menunjukkan bahwa aplikasi herbisida penoksulam pada dosis 0,60 L/ha sudah efektif mengendalikan gulma spesies F. littoralis di lokasi percobaan.hal ini diduga karena gulma L. octovalvis memiliki lapisan lilin yang tebal, sehingga baru dapat

Jurnal Lahan Suboptimal, 2(2) Oktober 2013 150 dikendalikan dengan dosis yang lebih tinggi. menunjukkan hasil pengendalian yang tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap perlakuan penyiangan manual, pada pengamatan 1 MSA dan 4 MSA. Pada pengamatan 4 MSA, hingga 8 MSA yang ditunjukkan dengan bobot kering biomassa L. octovalvis yang tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap perlakuan penyiangan manual. Pada pengamatan 4 MSA terlihat bahwa aplikasi herbisida penoksulam mulai dosis 0,60 L/ha hingga 1,125 L/ha dapat mengendalikan gulma C. iria dengan hasil pengendalian yang nyata lebih baik dibandingkan dengan perakuan penyiangan manual. Pada pengamatan 8 MST, perlakuan herbisida Penoksulam menunjukkan tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan terhadap penyiangan manual pada dosis aplikasi 1,125 L/ha. Hasil ini menunjukkan bahwa aplikasi herbisida penoksulam tidak mempengaruhi pertumbuhan tajuk tanaman padi. Tinggi tanaman padi lebih tinggi dibandingkan kontrol maupun dibandingkan dengan penyiangan manual disebabkan oleh terkendalinya gulma di pertanaman padi, sehingga tanaman tumbuh dengan baik dan menunjukkan tinggi tanaman yang lebih tinggi Hasil ini menunjukkan bahwa terkendalinya gulma oleh aplikasi herbisida penoksulam memberikan ruang tumbuh yang lebih baik bagi tanaman padi. KESIMPULAN pada saat 14 hari setelah transplanting dapat mengendalikan gulma umum pada budidaya tanaman padi sawah pasang surut pada pengamatan 1 MSA hingga 4 MSA. Gulma dominan yang dapat dikendalikan oleh aplikasi herbisida penoksulam antara lain Fimbristylis littoralis (golongan teki), Ludwigia octovalvis (gulma golongan berdaun lebar), dan Cyperus iria (gulma golongan teki). efektif untuk mengendalikan gulma dominan di lokasi percobaan yaitu dosis 0,60 L/ha hingga 0,75 L/ha. Aplikasi herbisida penoksulam mulai menyebabkan gejala fitotoksisitas ringan pada tanaman padi sawah pasang surut. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada PT. DOW Agro Sciences selaku sponsor penelitian, Departemen Agronomi dan Hortikultura (AGH) IPB serta Fakultas Pertanian Universitas IBA Palembang atas dukungan fasilitasi kerjasama antar pihak dan sarana penelitian. DAFTAR PUSTAKA BPS [Badan Pusat Statistik]. 2011. Konsumsi dan Pengeluaran. http://www.bps.go.id [15 Oktober 2012]. Guntoro D, MA Chozin, E Santosa, S Tjitrosemito dan AH Burhan. 2009. Kompetesiantara Ekotipe Echinocloa crus-galli pada Beberapa Tingkat Populasi dengan Padi Sawah. J.Agron. Indonesia 37 (3): 202-208. Puslitbangtan. 2012. Peningkatan Produksi Padi Menuju 2020. BPS.htm [19 Oktober 2012]. Savary S, Willocquet L, Elazegui FA, Castilla NP, Teng PS. 2000. Rice Pest Constraints in Tropical Asia: Quantification of Yield Losses due to Rice Pests in a Range of Production Situations. Plant Dis. 84: 357-369. Savary S, Srivastava RK, Singh HM, Elazegui FA. 1997. A Characterization of Rice Pests and Quantification of Yield Losses in the Rice Wheat System of India. Crop Protect. 16: 387-398. Tungate KD, Israel DW, Watson DM, Rufty TW. 2007. Potential Changes in Weed Competitiveness in an Agroecological System with Elevated Temperatures. Environ. Exp. Bot. 60: 42 49.