BAB I PENDAHULUAN. Pengecualian Dari Ketentuan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sejenis menimbulkan persaingan usaha yang semakin ketat. Perusahaan

sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1792 Bab XVI Buku III Kitab

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder seperti peraturan perundang-undangan, jurnal ilmiah, buku-buku

Pedoman Pasal 50 huruf d Tentang Pengecualian terhadap Perjanjian dalam Rangka Keagenan

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan kebutuhan manusia pada umumnya dan pengusaha

Pedagang Perantara Copyright by dhoni.yusra

BAB III PENGERTIAN UMUM TENTANG KONSINYASI DAN DISTRIBUTOR OUTLET / DISTRO

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang bisnis baik

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya sesuai dengan prinsip ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan di dunia yang memiliki wilayah

BAB I PENDAHULUAN. membawa pengaruh yang sangat besar terhadap bangsa Indonesia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. Setiap Perusahaan memiliki tujuan untuk memperoleh laba dan. mendatang. Menurut Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), waralaba adalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang efisien. Perusahaan yang semula menitikberatkan pada proses

I. PENDAHULUAN. manajemen. Waralaba juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian kerjasama berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat dan banyak bisnis online yang bermunculan. Seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan hidup terutama kebutuhan untuk tempat tinggal merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Tingkat perkembangan ekonomi dunia dewasa ini ditandai dengan

Sistematika Siaran Radio

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

MENETAPKAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG KLASIFIKASI INFORMASI YANG DIKECUALIKAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

2016, No. -2- Negara Republik Indonesia Nomor 4866); 5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indones

BAB I PENDAHULUAN. produknya baik barang atau jasa dapat melakukan dengan berbagai cara, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha yang dinamis dan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan jaman telah membawa perubahan di berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi suatu perusahaan

BAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI. A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan

PELAKSANAAN PENGAWASAN PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU OLEH BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN DI KOTA PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cara bagi pelaku usaha untuk dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

BAB I PENDAHULUAN. sangat indah membuat investor asing berbondong-bondong ingin berinvestasi di

PERUSAHAAN, PENGUSAHA dan PEMBANTU PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pengiriman barang telah menjadi kebutuhan utama setiap individu.

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK

BAB I PENDAHULUAN. a. Tingkat pendidikan yang semakin baik, b. Tingkat penghasilan yang semakin meingkat dari tahun ke tahun,

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Copyright Rani Rumita

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. menggambarkan tentang adanya dua pihak yang saling mengikatkan diri. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang;

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 11 PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah dan kebutuhan hidup manusia sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. disingkat HKI) telah berkembang sangat pesat. Sebagai ilmu yang baru, HKI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sangat ketat terutama pada sektor jasa. Semakin maju suatu

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang. Hal ini menyebabkan para pengusaha untuk mendorong

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi globalisasi semua perusahaan akan. menghadapi tantangan yang semakin berat dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. beragamnya jenis musik, terdapat salah satu jenis musik yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak lainnya yang timbul karena adanya perjanjian. Hubungan hukum

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB OPERATOR SELULER TERHADAP PELANGGAN SELULER TERKAIT SPAM SMS DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) (Preambule) memuat tujuan

BAB I PENDAHULUAN. seorang wiraswasta. Dengan program Usaha Kecil Menengah (UKM) yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Telekomunikasi Indonesia atau yang sering dikenal oleh awam dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah hak asasi bagi warga negara Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. di luar perusahaan, antara lain melalui Penggabungan (merger), Pengambilalihan

BAB I PENDAHULUAN. Paramita, Jakarta, 1978, Hlm Rudhi Prasetya, Maatschap Firna dan Persekutuan Komanditer, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002,

TANGGUNG JAWAB PT. POS INDONESIA (PERSERO) TERHADAP PENGIRIMAN PAKET POS DI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk nongkrong-nongkrong di cafe. Gaya hidup nongkrong di. kita sadari merupakan pengaruh dari globalisasi.

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

: PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PENJUALAN LANGSUNG.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut sedikit banyak terjadi atas aktifitas pengiriman logistik seiring dengan

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KEAGENAN MUHAMAD ABSAR / D

I. PENDAHULUAN. kemajuan pembangunan ekonomi. Kemajuan pembangunan ekonomi dibuktikan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. ini dapat dilakukan dengan memberikan harga yang relatif murah disertai

BAB II KERANGKA TEORI. Kegiatan yang harus dijalankan dalam rangka pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sehat. Tujuan dari disampaikannya iklan tersebut adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Keagenan menurut Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No.7 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pasal 50 Huruf D Tentang Pengecualian Dari Ketentuan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Terhadap Perjanjian Dalam Rangka Keagenan, adalah keagenan dalam arti sempit, yaitu agen yang bertindak untuk dan atas nama prinsipal. Artinya, agen hanya mewakili produsen yang tidak terikat dalam hak dan kewajiban atas kontrak yang dibuatnya atas nama produsen. Hal ini sesuai dengan definisi agen yang diatur dalam Pasal 1 angka 4 Peraturan Menteri Perdagangan No. 11/M-DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barang dan atau Jasa. 1 Adapun definisi tentang perjanjian keagenan dapat mengacu pada buku Himpunan Peraturan Keagenan dan Distributor yang diterbitkan oleh Departemen Perdagangan RI (2006), yaitu perjanjian keagenan adalah perjanjian antara prinsipal dan agen di mana prinsipal memberikan amanat kepada agen untuk dan atas nama prinsipal menjualkan barang dan atau jasa yang dimiliki atau dikuasai oleh prinsipal. 2 Perjanjian keagenan merupakan jenis perjanjian yang 1 Agen adalah perusahaan perdagangan nasional yang bertindak sebagai perantara untuk dan atas nama prinsipal berdasarkan perjanjian untuk melakukan pemasaran tanpa melakukan pemindahan hak atas fisik barang dan/atau jasa yang dimiliki/dikuasai oleh prinsipal yang menunjuknya. 2 Departemen Perdagangan RI, 2006, Himpunan Peraturan Keagenan dan Distributor, Jakarta, Direktorat Bina Usaha dan Pendaftaran Perusahaan, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, hlm.8 & 17. 1

2 belum diatur dalam undang-undang baik itu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ataupun Undang-Undang Organik, sehingga apabila merujuk kepada penggolongan jenis perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1319 BW, maka perjanjian keagenan merupakan perjanjian tidak bernama (innominaat) karena belum dikenal dalam BW namun timbul, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. 3 Perjanjian Innominaat tersebut keberadaannya dimungkinkan berdasarkan Asas Kebebasan Berkontrak (Asas Pacta Sunt Servanda) dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, para pihak memang dapat membuat perjanjian apa saja, termasuk keagenan sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Secara khusus, belum terdapat peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perjanjian keagenan, namun eksistensi perjanjian keagenan di Indonesia diakui dalam peraturan perundang-undangan Indonesia, dari diundangkannya Undang-undang No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Kemudian Pemerintah mengeluarkan peraturan pelaksanaannya, yaitu Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 1977 tentang Pengakhiran Kegiatan Usaha Asing Dalam Bidang Perdagangan. Dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah tersebut memuat ketentuan bahwa perusahaan asing dapat menunjuk perusahaan nasional sebagai perwakilan, pembagi, penyalur (agen, distributor, dan dealer). Selain itu, terdapat beberapa departemen teknis, seperti Departemen Perdagangan dan Perindustrian yang mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang 3 Handri Raharjo, 2000, Hukum Perjanjian Di Indonesia, Yogyakarta, Pustaka Yustisi, hlm.42., lihat juga Hajar, Tanggung Gugat Prinsipal Dalam Perjanjian Keagenan LPG, Yuridika, Volume 28 No.3 (September-Desember, 2013), hlm.363.

3 keagenan, antara lain Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 77/KP/III/78 tanggal 9 Maret 1978, Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 295/M/SK/7/1982 tentang Keagenan Tunggal, Peraturan Menteri Perdagangan No. 11/M- DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barang dan atau Jasa. 4 Dalam perkembangan dewasa ini seiring dengan perkembangan dunia usaha dan gaya hidup masyarakat membuat permintaan penanganan kiriman import peka semakin berkembang. Tak hanya mencakup paket kecil dan dokumen, tetapi merambah pada penanganan transportasi, logistik, serta distribusi. 5 Oleh karena itu berbagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengiriman barang dari waktu ke waktu jumlahnya semakin bertambah, sehingga menimbulkan persaingan usaha yang semakin ketat. Dengan adanya persaingan usaha yang semakin ketat tersebut dalam hal ini perusahaan dituntut untuk terus berinovasi dalam menanggapi kebutuhan masyarakat yang semakin beragam dan kompleks, seperti halnya melakukan inovasi dalam mempercepat dan mempermudah jasa yang ditawarkan perusahaannya untuk dapat dijangkau konsumennya sehingga masyarakat tertarik untuk menggunakan jasa yang ditawarkannya. Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengiriman barang yang cukup dikenal oleh masyarakat luas adalah PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (PT. JNE). Kecepatan dan kehandalan layanan yang konsisten dan bertanggung jawab membuat kredibilitas JNE semakin tinggi di mata pelanggan maupun mitra kerja. Seiring dengan peningkatan investasi asing, 4 Hajar, Tanggung Gugat Prinsipal Dalam Perjanjian Keagenan LPG, Yuridika, Volume 28 No.3 (September-Desember, 2013), hlm.366. 5 http://www.jne.co.id/id/perusahaan/profil-perusahaan, diakses pada hari Senin, tanggal 20 Februari 2017, (19.18).

4 pertumbuhan ekonomi dalam negeri, perkembangan teknologi informasi, serta beragam inovasi produk yang dikembangkan, kinerja JNE semakin tumbuh juga berkembang di kalangan dunia usaha maupun masyarakat Indonesia. Peluang yang terus tumbuh ini mendorong JNE untuk terus memperluas jaringannya ke seluruh kota besar di Indonesia. 6 Meskipun demikian, dalam menjalankan sebuah perusahaan tentu membutuhkan bantuan pihak lain yang disebut sebagai pembantu-pembantu perusahaan. Adapun pembantu-pembantu perusahaan ada 2 (dua) jenis, yaitu: 7 1. Pembantu-pembantu dalam perusahaan, misalnya: pelayan toko, pekerja keliling, pengurus filial, pemegang prokurasi, dan pimpinan perusahaan. 2. Pembantu-pembantu di luar perusahaan, misalnya: agen perusahaan, pengacara, notaris, makelar, dan komisioner. Berdasarkan hal tersebut PT.JNE memerlukan bantuan pembantu di luar perusahaan untuk menjangkau masyarakat, karena akan membutuhkan biaya yang besar apabila perusahaan mempekerjakan banyak pegawai. PT.JNE memilih opsi untuk bekerja sama dengan pihak lain yang bersedia menjadi agen bagi perusahaannya, oleh karena agen perusahaan berasal dari orang-orang di luar perusahaan maka agen perusahaan dapat berasal dari kalangan masyarakat luas. Dengan demikian kesempatan yang diberikan pada masyarakat luas untuk menjadi agen perusahaan telah memberikan kesempatan yang sama bagi pelaku usaha untuk 6 Ibid. 7 H.M.N. Purwosutjipto, 1988, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 1: Pengetahuan Dasar Hukum Dagang, Jakarta, Djambatan, hlm.43.

5 berpartisipasi dalam pemasaran barang dan/atau jasa. 8 Keagenan memiliki peranan penting di dalam suatu kegiatan pemasaran atau transaksi-transaksi komersial. Dimana agen berperan sebagai pihak perantara antara penjual dan pembeli yang dalam hal ini bertindak dalam lingkup kewenangan yang diberikan kepadanya baik secara tegas maupun tersirat untuk melakukan transaksi komersial. Prinsipal akan bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan agen, sepanjang dilakukan dalam batas-batas wewenang yang diberikan kepadanya. 9 Perluasan jaringan pelayanan dengan sistem keagenan dapat memberikan berbagai keuntungan secara langsung yaitu: promosi tentang jasa layanan yang dijalankan perusahaan, peningkatan jumlah konsumen atau pelanggan, profit atau keuntungan perusahaan, prestise perusahaan. 10 Namun tidak dapat diingkari kenyataan bahwa kegiatan bisnis selalu di awali dengan pembuatan perjanjian. Hubungan hukum dalam bentuk keagenan lahir dari suatu perjanjian antara pihak pertama (pengusaha) dengan pihak kedua (agen perusahaan). Perjanjian keagenan berfungsi sebagai landasan hukum bagi para pihak dalam menjalankan usahanya. Dengan fungsinya yang demikian, sangat beralasan untuk memberikan perhatian terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan perjanjian keagenan dengan maksud agar para pihak dapat menyusun 8 Yunita Shinta Dewi, 2015, Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Keagenan antara PT.Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (PT.JNE) Dengan Agennya Dalam Pengiriman Barang (Studi Kasus Di CV.X Yogyakarta) (Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada), hlm.2. 9 Y.Sogar Simamora, Pemahaman Terhadap Beberapa Aspek Dalam Perjanjian, Yuridika, No.2, (Maret-April, 1996), hlm.74. 10 Aries Buwana, 2012, Analisis Terhadap Perjanjian Keagenan Dikaitkan Dengan Buku III KUHPerdata Dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 11/M- DAG/PER/3/2006 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barang dan/atau Jasa (Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Indonesia), hlm.2.

6 setidak-tidaknya hal-hal pokok, dan melaksanakan perjanjian dengan pemahaman batas-batas hak dan kewajiban masing-masing. 11 Karena perjanjian keagenan mengacu kepada asas kebebasan berkontrak, yaitu para pihak diberi kebebasan dalam menentukan bentuk perjanjian, isi dan syarat perjanjian, serta pilihan hukumnya maka para pihak bebas menentukan syarat dan ketentuan yang berlaku bagi perjanjian mereka sesuai kesepakatan itu. Tetapi kebebasan tersebut juga harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing pihak untuk melaksanakannya karena pada dasarnya pelaksanaan perjanjian berpedoman pada ketentuan perjanjian yang mereka buat untuk memenuhi hak dan kewajiban para pihak. Bahkan tak jarang isi dari sebuah perjanjian terlalu menitikberatkan kepada salah satu pihak sehingga tidak adanya kesejajaran/keseimbangan dalam pemenuhan hak dan kewajiban tersebut yang kemudian bisa saja timbul berbagai permasalahan, baik itu di sengaja maupun tidak secara sengaja dilakukan. Hal-hal tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan menuangkannya dalam bentuk penulisan hukum yang berjudul: PELAKSANAAAN PERJANJIAN KERJASAMA KEAGENAN ANTARA PT.TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR (JNE) DENGAN AGEN DALAM PENGIRIMAN BARANG DI TASIKMALAYA 11 Muhammad Absar, Tinjauan Yuridis Perjanjian Keagenan, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion, Edisi 5, Volume II, (Untad, 2014), hlm.1-2.

7 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kerjasama keagenan antara PT.Tiki Jalur Nugraha Ekakurir dengan agen dalam pengiriman barang di Tasikmalaya 2. Bagaimana perlindungan hukum bagi agen jika terjadi kerusakan dalam pengiriman barang? Tujuan penelitian ini perlu dirumuskan secara tegas dengan maksud agar didalam pelaksanaan penelitian nantinya dapat mengacu pada tujuan yang hendak dicapai atau dijadikan pedoman, yaitu: 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perjanjian kerjasama keagenan antara PT.Tiki Jalur Nugraha Ekakurir dengan agen dalam pengiriman barang di Tasikmalaya. b. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum bagi agen jika terjadi kerusakan dalam pengiriman barang. 2. Tujuan Subjektif Penulisan hukum ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.