Dwi Irawati, S.E, M.Si, PhD.cand. Murry Harmawan, S.E, M.Sc.

dokumen-dokumen yang mirip
Susi Suwanti Endah Pri Ariningsih, S.E., M.Sc Wijayanti, S.E., M.Sc

PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE DAN FASHION INVOLVEMENT PADA IMPULSE BUYING BEHAVIOR KONSUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kebutuhan konsumen yang bervariasi memberikan peluang bagi para pelaku bisnis terutama di

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan seperti department store, factory

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

PENGARUH HEDONIC SHOPPING VALUE TERHADAP IMPULSE BUYING DIMEDIASI OLEH POSITIVE EMOTION PADA KONSUMEN CARREFOUR PLAZA AMBARRUKMO YOGYAKARTA

PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE, FASHION INVOLVEMENT DAN HEDONIC SHOPPING VALUE TERHADAP IMPULSE BUYING BEHAVIOUR PELANGGAN TOKO ELIZABETH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya era globalisasi dan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. berjenis mall, boutique, factory outlet, clothing, distro, telah menjadikan bisnis ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis ritel modern, khususnya di bidang fashion agar dapat memenangkan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Konsumen Elzatta di Ruko Sentra Tropodo Sidoarjo. impulsif di Galeri Elzatta Ruko Sentra Tropodo Sidoarjo.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya kebutuhan konsumen yang bervariasi memberikan peluang bagi para peritel untuk mendapatkan konsumen

BAB I PENDAHULUAN. dengan strategi masing-masing dalam mendapatkan konsumen yang diharapkan akan

BAB V PENUTUP. 1. Fashion Involvement secara signifikan mempengaruhi Impulse Buying. keterlibatan konsumen terhadap produk fashion maka akan

BAB I PENDAHULUAN. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia

PENGARUH SITUASI PEMBELIAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA GIANT SUPERMARKET CILACAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sekunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut dipenuhi melalui aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dewasa ini telah membawa pengaruh yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penentuan Pokok Bahasan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis pengaruh fashion involvement,

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga perusahaan memiliki strategi tersendiri dalam menarik konsumen yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti trend yang berkembang di pasar. Oleh karena itu, para pemasar

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa untuk menarik simpatik masyarakat. Banyaknya usaha-usaha

Gunadarma Tagline. Loo

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH GAYA HIDUP SEHAT, HARGA, DAN KELOMPOK REFERENSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SUSU ANLENE DI KEBUMEN

ANALISIS PENGARUH IN STORE PROMOTION TERHADAP PERILAKU IMPULSE BUYING YANG DIMODERASI OLEH IMPULSE BUYING TENDENCY (Survei di Toko Laris Purworejo)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuannya mereka terus memperjuangkan tujuan lama, atau tujuan pengganti.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagian besar konsumen Indonesia memiliki karakter unplanned.

BAB V PENUTUP. value, fashion involvement dan emotional gratification terhadap impulse

TESIS PENGARUH GAYA HIDUP HEDONIS, KECANDUAN BERBELANJA, KETERLIBATAN FASHION TERHADAP PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PRODUK FASHION GLOBAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH CUSTOMER VALUE DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN (STUDI PADA MASKAPAI PENERBANGAN GARUDA INDONESIA DI KOTA YOGYAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. macam kegiatan pemasaran yang tidak lepas dari perilaku konsumen.

PENGARUH HEDONIC SHOPPING VALUE, SHOPPING LIFESTYLE DAN POSITIVE EMOTION TERHADAP IMPULSE BUYING PADA PLAZA ANDALAS PADANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. konsepsi yang dinamis yang terus-menerus berubah sebagai reaksi terhadap

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu

Persoalan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat dijabarkan dalam persoalan penelitian adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kunci utama dalam memenangkan persaingan. harus mengkaji sikap konsumen terhadap produk yang dihasilkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa contoh bentuk pusat perbelanjaan modern seperti minimarket,

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan

PENGARUH BAURAN RITEL TERHADAP CITRA TOKO (STUDI PADA KONSUMEN TOSERBA LARIS PURWOREJO)

M. Fatkhul In am Suharyono Edy Yulianto Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB II LANDASAN TEORI. Peroses pengambilan keputusan merupakan suatu psikologis dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian causal effect. Penelitian causal effect

BAB II LANDASAN TEORI. fashion involvement, hedonic shopping value dan impulsive buying behavior.

Lampiran 1 (lanjutan) 1. Bagian ini menyatakan identitas responden. a. Jenis Kelamin. 1. Perempuan. 2. Laki-laki. b. Usia Tahun. 2.

BAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ritel Global (GRDI) 2015 yang dirilis AT Kearney. Ini adalah tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab V Kesimpulan dan Saran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini menganalisis mengenai dimensi motivasi berbelanja hedonic yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Konsumen di masa sekarang semakin menuntut banyak hal terhadap produk

BAB V PENUTUP. mengetahui hubungan antara variabel Atribut Produk dan Motif Hedonic terhadap

ABSTRAK. Kata-kata kunci: hedonic shopping value, shopping lifestyle, dan impulse buying

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

BAB V PENUTUP. Didasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada. bab IV, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

PENGARUH STRATEGI BAURAN PEMASARAN JASA TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Mowen dan Minor (2002:10), impulse buying didefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG

Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian

STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Bab III memaparkan metodologi yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. terbentuk sebelum memasuki toko. Bisa juga dikatakan suatu desakan hati yang

BAB I PENDAHULUAN. permintaan orang-orang akan hiburan semakin tinggi. Orang-orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern sekarang perkembangan perusahaan yang sangat pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleksitas dan berbagai tekanan yang dihadapi perusahaan meningkat. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Bab I menjelaskan mengenai fenomena penelitian beserta variabel -variabel yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bisma, Vol 1, No. 2, Juni 2016 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA MINIMARKET MITRA JAYA DI PONTIANAK

PENGARUH VARIABEL RETAIL MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI RITA PASARAYA KEBUMEN. Oleh: Didik Darmanto Manajemen

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam era yang serba modern seperti saat ini, tingkat persaingan

PENGARUH SUASANA TOKO TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA SWALAYAN JADI BARU DI KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam

PENGARUH DESAIN ATMOSFER TOKO TERHADAP TANGGAPAN EMOSIONAL KONSUMEN ABSTRAK

BAB 1. aktivitas pejualan barang atau jasa yg dilakukan secara langsung untuk memenuhi

PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE, FASHION INVOLVEMENT,

PENGARUH RELATIONSHIP QUALITY

BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS. konsumen melakukan dan apa yang mereka lakukan. Schiffman dan

Transkripsi:

1 PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE, FASHION INVOLVEMENT, HEDONIC SHOPPING VALUE, DAN INSTORE ENVIRONMENT TERHADAP IMPULSE BUYING BEHAVIOR KONSUMEN (Survei pada konsumen Galeria Mall di Kota Yogyakarta) Dwi Irawati, S.E, M.Si, PhD.cand. Email: irasoepardjo@yahoo.com Murry Harmawan, S.E, M.Sc. Email:murryharmawansaputra@gmail.com Tutik Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Purworejo Email: Tutikvirgo@ymail.com ABSTRAK Setiap pelaku bisnis fashion store menawarkan berbagai produk fashion yang sesuai dengan gaya hidup konsumen agar mampu menarik konsumen untuk melakukan pembelian yang tidak terencana atau impulse buying. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh shopping lifestyle, fashion involvement, hedonic shopping value, dan instore environment terhadap impulse buying behavior konsumen Galeria Mall di Kota Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah semua konsumen Galeria Mall di Kota Yogyakarta. Sampel penelitian ini berjumlah 130 orang. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dinilai dengan skala Likert yang masing masing sudah diuji coba dan telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel shopping lifestyle, fashion involvement, hedonic shopping value, dan instore environment berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying behavior konsumen Galeria Mall di Kota Yogyakarta.

2 Kata Kunci : shopping lifestyle, fashion involvement, hedonic shopping value, instore environment, impulse buying behavior. PENDAHULUAN Seiring perkembangan zaman, berbelanja sudah menjadi bagian dari gaya hidup yang dilakukan semua orang terutama pada wanita dan kaum muda. Gaya hidup seseorang tidak terlepas dari sikapnya terhadap belanja, terutama pada bidang fashion. Banyaknya fashion store saat ini mengakibatkan persaingan bagi para pelaku bisnis fashion semakin ketat. Kondisi persaingan ini menuntut pemilik bisnis fashion store mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi di pasar. Selain itu, pelaku bisnis fashion dituntut mampu untuk mengadaptasi bisnis mereka sehingga selalu sesuai dengan gaya hidup konsumen. Berbelanja menjadi gaya hidup yang paling digemari oleh sebagian kalangan konsumen. Banyak konsumen yang berbelanja tanpa disertai pertimbangan apalagi bagi mereka yang tidak mempermasalahkan harga. Mereka hanya membeli produk yang menggoda mata yang sebenarnya tidak dibutuhkan dengan alasan sering tidak tahan melihat barang bagus, ingin segera membeli, dan merasa seperti dibius dan tidak dapat berfikir jernih sehingga yang ada didalam benak individu adalah keinginan memuaskan hasrat berbelanja (Fitri, 2006). Untuk memenuhi gaya hidup tersebut, konsumen rela mengorbankan sesuatu demi mendapatkan fashion yang diinginkan dan hal tersebut cenderung mengakibatkan konsumen melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya atau impulse buying. Impulse buying (pembelian tidak terencana) merupakan perilaku belanja yang terjadi secara tidak terencana, tertarik secara emosional, dimana proses pembuatan keputusan dilakukan dengan cepat tanpa berfikir secara bijak dan pertimbangan terhadap keseluruhan informasi dan alternatif yang ada (Rook, 1995). Pembelian konsumen yang bersifat impulse buying ini dapat didasari adanya perubahan gaya hidup berbelanja (shopping lifestyle) yang semakin bervariasi. Shopping lifestyle menunjukkan cara yang dipilih oleh seseorang untuk mengalokasikan pendapatan, baik dari segi alokasi dana untuk berbagai produk dan layanan, serta alternatifalternatif tertentu dalam pembedaan kategori serupa (Zablocki dan Kanter, 1976). Hal tersebut tentu berkaitan dengan keterlibatan konsumen terhadap suatu produk, salah

3 satunya keterlibatan konsumen pada produk fashion (fashion involvement) yang dapat mendorong terjadinya impulse buying. Fashion involvement adalah keterlibatan seseorang dengan suatu produk fashion karena kebutuhan, kepentingan, ketertarikan, dan nilai terhadap produk tersebut (Japariyanto dan Sugiyono, 2011). Dengan berbagai faktor internal yang dimiliki konsumen akan berhubungan pula dengan suasana hati dan kebiasaan mereka berbelanja apakah didorong oleh sifat hedonis yang biasa disebut dengan hedonic shopping value atau tidak. Hedonic shopping value menurut Semuel (2005) mencerminkan manfaat secara langsung dari suatu pengalaman dalam berbelanja, seperti kesenangan dan hal hal baru. Ketika berbelanja menjadi suatu pengalaman dalam memenuhi kebutuhan hedonis, maka pengusaha fashion store harus mampu merancang lingkungan dalam toko (store environment) dengan baik agar konsumen merasa nyaman dan mau tinggal lebih lama dalam fashion store, sehingga konsumen secara tidak sadar akan melakukan pembelian tidak terencana (impulse buying). Instore environment (lingkungan dalam toko) dapat didefinisikan sebagai kesadaran dalam merancang ruang untuk menciptakan efek efek tertentu pada pembeli. Lebih khusus lagi, store environment adalah upaya untuk merancang lingkungan pembelian untuk menghasilkan efek emosional tertentu pada pengunjung toko yang dapat meningkatkan kemungkinan pembeliannya (McGoldrick, 2002:459). Galeria Mall merupakan Mall yang cukup besar, yang hadir dalam memenuhi kenyamanan dan kebutuhan belanja keluarga masyarakat kota Yogyakarta. Galeria Mall juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas hiburan yang menarik, fasilitas yang berkelas, serta banyak pilihan produk fashion yang berkualitas ditawarkan dalam rangka memenuhi lifestyle masyarakat kota Yogyakarta (www.galeriamall.com). Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Shopping Lifestyle, Fashion Involvement, Hedonic Shopping Value, dan Instore Environment terhadap Impulse Buying Behavior Konsumen.

4 Rumusan Masalah 1. Apakah shopping lifestyle berpengaruh positif terhadap impulse buying behavior konsumen Galeria Mall di kota Yogyakarta. 2. Apakah fashion involvement berpengaruh positif terhadap impulse buying behavior konsumen Galeria Mall di kota Yogyakarta. 3. Apakah hedonic shopping value berpengaruh positif terhadap impulse buying behavior konsumen Galeria Mall di kota Yogyakarta. 4. Apakah instore environment berpengaruh positif terhadap impulse buying behavior konsumen Galeria Mall di kota Yogyakarta. IMPULSE BUYING BEHAVIOR KONSUMEN Impulse buying (pembelian tidak terencana) merupakan perilaku belanja yang terjadi secara tidak terencana, tertarik secara emosional, dimana proses pembuatan keputusan dilakukan dengan cepat tanpa berfikir secara bijak dan pertimbangan terhadap keseluruhan informasi dan alternatif yang ada (Rook, 1998). SHOPPING LIFESTYLE Shopping lifestyle dalam arti ekonomi, menunjukkan cara yang dipilih oleh seseorang untuk mengalokasikan pendapatan, baik dari segi alokasi dana untuk berbagi produk dan layanan, serta alternatif alternatif tertentu dalam pembedaan kategori serupa (Zablocki dan Kanter, 1976). FASHION INVOLVEMENT Fashion involvement adalah keterlibatan seseorang dengan suatu produk karena kebutuhan, kepentingan, ketertarikan, dan nilai terhadap produk fashion tersebut (Japariyanto dan Sugiyono, 2011:34). HEDONIC SHOPPING VALUE Hedonic shopping value menurut Semuel (2005:152 170) mencerminkan manfaat secara langsung dari suatu pengalaman dalam berbelanja, seperti kesenangan dan hal hal baru. Konsumsi hedonis meliputi aspek tingkah laku yang berhubungan dengan multy sensory,

5 fantasi dan konsumsi emosional yang dikendalikan oleh manfaat seperti kesenangan dalam menggunakan produk dan pendekatan estetis (Holbrook dan Hirschman, 1982). INSTORE ENVIRONMENT Instore environment adalah lingkungan internal toko yang mempengaruhi emosi konsumen (Tirmizi, et.al, 2009). Instore environment merupakan penentu pembelian yang tidak direncanakan. HIPOTESIS Hubungan shopping lifestyle dengan impulse buying behavior konsumen Gaya hidup yang terus berkembang menjadikan kegiatan berbelanja sebagai salah satu lifestyle yang paling digemari konsumen untuk memenuhi kebutuhan. Shopping lifestyle mengacu pada pola konsumsi yang mencerminkan seseorang tentang bagaimana cara menghabiskan waktu dan uang. Semakin tinggi konsumen menjadikan shopping sebagai lifestyle, semakin besar pula kemungkinan terjadi impulse buying. H 1 : Shopping lifestyle berpengaruh positif terhadap impulse buying behavior konsumen. Hubungan fashion involvement dengan impulse buying behavior konsumen Menurut Stone (1981) pakaian adalah instrumen seseorang dalam mengekspresikan identitasnya. Seseorang akan memperhatikan cara berpakaian yang dia pilih demi mendapatkan validasi dari audiens yang nantinya akan memperkuat self concept tersebut. Pakaian sangat erat keterlibatannya dengan karakteristik pribadi dan pengetahuan tentang fashion, yang pada gilirannya dipengaruhi oleh keyakinan konsumen dalam membuat keputusan pembelian. H 2 : Fashion involvement berpengaruh positif terhadap impulse buying behavior konsumen. Hubungan hedonic shopping value dengan impulse buying behavior konsumen Menurut Rachmawati (2009) konsumen lebih mungkin terlibat dalam impulse buying ketika mereka termotivasi oleh keadaan hedonis atau alasan ekonomi, seperti kesenangan, fantasi dan sosial atau kepuasaan emosional. Tujuan pengalaman belanja untuk mencukupi kebutuhan hedonis, produk yang akan dibeli ini nampak seperti terpilih tanpa perencanaan dan mereka menghadirkan suatu peristiwa impulse buying.

6 H 3 : Hedonic shopping value berpengaruh positif terhadap impulse buying behavior konsumen. Hubungan instore environment dengan impulse buying behavior konsumen Lingkungan di dalam toko mampu menstimulus seseorang agar terpengaruh dengan adanya kondisi lingkungan tertentu. Seorang pemasar harus memahami kondisi lingkungan penting untuk memahami perilaku seseorang konsumen (Tendai, 2009:103). Melalui elemen elemen yang ada di instore environment seperti musik, aroma, suhu, citra, furnitur, gaya layanan, dan orang dapat mempengaruhi kondisi psikologis konsumen, ritailer dapat menciptakan stimuli stimuli yang akan memicu konsumen dalam pembelian impulsif. H 4 : Instore environment berpengaruh positif terhadap impulse buying behavior konsumen. KERANGKA PEMIKIRAN Shopping lifestyle (X 1 ) Fashion involvement (X 2 ) Hedonic shopping value (X 3 ) Instore environment (X 4 ) H1+ H2+ H3+ H4+ Impulse buying behavior (Y) METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (20010:7) penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian kejadian relatif, distribusi dan hubungan hubungan antara variabel sosiologis maupun psikologis.

7 Populasi penelitian ini adalah semua konsumen Galeria Mall di kota Yogyakarta. Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010:118). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:124). Sedangkan pengukuran responden menggunakan skala Likert, yang mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang. Data yang dikumpulkan dengan membagikan kuesioner kepada para pelanggan Galeria Mall di kota Yogyakarta, yang bersedia menjadi responden dan memenuhi kriteria yang ditetapkan. DEFINISI OPERASIONAL Shopping Lifestyle (X 1 ) Shopping lifestyle didefinisikan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh pembeli sehubungan dengan serangkaian tanggapan dan pendapat pribadi tentang pembelian produk (Cobb dan Hoyer, 1986). Indikator shopping lifestyle dalam penelitian ini adalah : a) Menanggapi untuk membeli ketika ada tawaran iklan mengenai produk fashion; b) Membeli pakaian model terbaru ketika melihatnya; c) Berbelanja merk yang terkenal; d) Sering membeli berbagai merk (produk kategori) dari pada merk yang biasa dibeli. Fashion Involvement (X 2 ) Fashion involvement adalah keterlibatan seseorang dengan suatu produk fashion karena kebutuhan, kepentingan, ketertarikan dan nilai terhadap produk tersebut (Japariyanto dan Sugiyono, 2011:34). Indikator fashion involvement dalam penelitian ini adalah: 1) Mempunyai lebih dari satu pakaian dengan model terbaru (Trend); 2) Fashion adalah hal yang penting; 3) Menyukai fashion yang berbeda dengan yang lain; 4) Pakaian menunjukan karakteristik saya; 5) Mencoba terlebih dahulu.

8 Hedonic shopping value (X 3 ) Hedonic shopping value menurut Semuel (2005) mencerminkan instrumen yang menyajikan secara langsung manfaat dari suatu pengalaman dalam melakukan pembelanjaan, seperti kesenangan dan hal hal baru. Indikator hedonic shopping dalam penelitian ini adalah: 1) Adventure shopping; 4) Value shopping; 2) Gratification shopping; 5) Social shopping. 3) Role shopping; Instore environment (X 4 ) Tendai (2009:103) menyatakan bahwa lingkungan didalam toko mengacu pada rangsangan fisik dan sosial kompleks di dunia eksternal konsumen. Indikator instore environment dalam penelitian ini adalah: 1) Latar musik; 5) Kepadatan toko; 2) Tampilan toko; 6) Promosi di dalam toko; 3) Aroma toko; 7) Kebersihan toko. 4) Informasi harga; Impulse buying behavior (Y) Menurut Rook (1987) impulse buying adalah pembelian yang terjadi ketika konsumen mengalami desakan tiba tiba, yang biasanya sangat kuat dan menetap untuk membeli sesuatu dengan segara. Dorongan membeli adalah sifat foya foya dan dapat merangsang konflik emosional, sehingga impulse buying mudah terjadi karena keinginan konsumen yang berubah ubah. Indikator impulse buying bahavior dalam penelitian ini adalah: 1) Sering membeli tanpa berpikir terlebih dahulu; 2) Membeli barang dengan terburu buru; 3) Sering membeli barang secara spontan.

9 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil uji instrumen uji validitas yang digunakan untuk mengukur variabel shopping lifestyle (X 1 ), fashion involvement (X 2 ), hedonic shopping value (X 3 ), instore environment (X 4 ) dan impulse buying behavior (Y) dalam penelitian ini menggunakan teknik Corrected Item Total Correlation dimana nilai koefisien korelasi butir total (Corrected Item Total Correlation) < 0,30. Cara yang digunkan untuk menguji kuesioner dalam variabel Shopping lifestyle (X 1 ), Fashion involvement X 2 ), Hedonic shopping value (X 3 ), instore environment (X 4 ) dan impulse buying behavior (Y) adalah dengan melihat nilai Cronbach s Alpha baik per butir maupun per variabel dengan koefisien Alpha lebih besar dari taraf signifikansi 60%. Analisis Regresi Linier Berganda Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diketahui bahwa nilai beta standardized dari variabel shopping lifestyle (X 1 ) = 0,223, fashion involvement (X 2 ) = 0,459, hedonic shopping value (X 3 ) = 0,241, dan instore environment (X 4 ) = 0,173. Oleh karena itu, persamaan garis regresi dalam penelitian ini adalah : Y = 0,223X 1 + 0,459X 2 +0,241X 3 +0,173X 4 Pengujian Hipotesis Berdasarkan Uji Signifikansi diketahui bahwa koefisien regresi dari variabel shopping lifestyle (X 1 ), fashion involvement (X 2 ), hedonic shopping value (X 3 ), dan instore environment (X 4 ) adalah positif dan p value <0,05. Hal tersebut membuktikan bahwa variabel shopping lifestyle (X 1 ), fashion involvement (X 2 ), hedonic shopping value (X 3 ), dan instore environment (X 4 ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying behavior konsumen. Uji Determinan R 2 Berdasarkan nilai koefisien determinansi (R 2 ) yang sudah disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar, 0,411. Hal ini berarti terdapat kontribusi antara variabel shopping lifestyle, fashion involvement, hedonic shopping value, dan instore environment terhadap impulse buying behavior sebesar 41,1%. Sedangkan sisanya 58,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

10 Pengaruh Shopping Lifestyle terhadap Impulse Buying Behavior Diketahui bahwa nilai b 1 = 0,223 dengan p value = 0,001 (<0,05) yang berarti signifikan. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan shopping lifestyle (X 1 ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying behavior (Y) terdukung. Terbuktinya hipotesis pertama dalam penelitian ini disebabkan karena konsumen melakukan pembelian produk fashion pada saat Galeria Mall memberikan tawaran melalui iklan, konsumen membeli pakaian model terbaru pada saat konsumen melihat di Galeria Mall, konsumen membeli produk fashion terkenal ketika berada di Galeria Mall, dan konsumen sering membeli berbagai pakaian bermerk dari pada merk yang biasa dibeli pada saat berada di Galeria Mall. Sehingga konsumen akan melakukan pembelian secara tidak terencana atau impulse buying behavior. Pengaruh Fashion Involvement terhadap Impulse Buying Behavior Diketahui bahwa nilai b 2 = 0,459 dengan p value = 0,000 (<0,05) yang berarti signifikan. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan fashion involvement (X 2 ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying behavior (Y) terdukung. Terbuktinya hipotesis kedua dalam penelitian ini disebabkan karena konsumen membeli lebih dari satu pakaian dengan model terbaru pada saat berada di Galeria Mall, konsumen merasa fashion yang ada di Galeria Mall merupakan hal yang penting, konsumen menyukai pakaian yang berbeda dengan yang lain saat berada di Galeria Mall, pada saat berada di Galeria Mall konsumen merasa pakaian yang dilihatnya menunjukkan karakteristiknya, dan pada saat berada di Galeria Mall konsumen mencoba terlebih dahulu pakaian yang akan dibelinya. Sehingga hal tersebut membuat konsumen melakukan pembelian tidak terencana atau impulse buying behavior. Pengaruh Hedonic Shopping Value terhadap Impulse Buying Behavior Diketahui bahwa nilai b 3 = 0,241 dengan p value = 0,002 (<0,05) yang berarti signifikan. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan hedonic shopping value (X 3 ) berpengaruh positif terhadap impulse buying behavior (Y) terdukung. Terbuktinya hipotesis ketiga dalam penelitian ini disebabkan karena konsumen merasa berbelanja di Galeria Mall merupakan petualangan yang sangat menyenangkan, konsumen merasa berbelanja di

11 Galeria Mall merupakan suatu cara untuk mengobati stress, konsumen merasa suka berbelanja bersama orang lain pada saat di Galeria Mall, konsumen merasa suka berbelanja di Galeria Mall ketika ada diskon, dan konsumen merasa berbelanja di Galeria Mall merupakan pengalaman untuk menciptakan ikatan persaudaraan. Sehingga hal tersebut membuat konsumen melakukan pembelian tidak terencana atau impulse buying behavior. Pengaruh Instore Environment terhadap Impulse Buying Behavior Diketahui bahwa nilai b 4 = 0,173 dengan p value = 0,012 (<0,05) yang berarti signifikan. Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan instore environment (X 4 ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying behavior (Y) terdukung. Terbuktinya hipotesis keempat dalam penelitian ini disebabkan karena konsumen menyukai latar musik yang diputar di Galeria Mall, konsumen merasa senang dengan tampilan di Galeria Mall yang ditata dengan menarik, konsumen merasa nyaman dengan aroma yang ada di Galeria Mall, konsumen menyukai informasi harga di Galeria Mall yang dicantumkan pada fashion, konsumen merasa senang saat berbelanja di Galeria Mall karena penataan gang gang dan penataan produk memudahkan konsumen berjalan tanpa berdesakan, konsumen merasa senang saat ada promosi di Galeria Mall karena Galeria Mall mendesain poster dan gambar sesuai dengan produk yang ditawarkan, dan konsumen menyukai kebersihan yang ada didalam Galeria Mall. Sehingga konsumen melakukan pembelian tidak terencana atau impulse buying behavior. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Shopping lifestyle berpengaruh positif terhadap impulse buying behavior konsumen pada Galeria Mall di Kota Yogyakarta. 2. Fashion involvement berpengaruh positif terhadap impulse buying behavior konsumen pada Galeria Mall di Kota Yogyakarta. 3. Hedonic shopping value berpengaruh positif terhadap impulse buying behavior konsumen pada Galeria Mall di Kota Yogyakarta.

12 4. Instore environment berpengaruh positif terhadap impulse buying behavior konsumen pada Galeria Mall di Kota Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA Benjamin, D. Zablocki dan Rosabeth, M. Kanter. 1976. The Differrentiation of Life Style. Annual review of sociolagy, 269 298. Cobb, J.C. dan Hoyer, W.D. 1986. Planed versus impulse purchase behavior. Journal of Retailing, Vol. 62, Hal. 5, No. 384 409. Fitri, R.A. 2006. Terlena Dalam Menikmati Berbelanja. Ekonomi Japariyanto, E. dan Sugiyono, S. 2011. Pengaruh Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement terhadap Impulse Buying Behavior. Universitas Kristen Petra. Diunduh dari www.journal.ubayana.ac.id pada tanggal 14 Maret 2015. McGoldrick. 2002. Retail Marketing. Massachusetts School of Management, Universitas Massachusetts Institute of Technology (MIT). Rachmawati, V. Agustus 2009. Hubungan antara Hedonic Shopping Value, Positive Emotion, dan Perilaku Impulse Buying pada Konsumen Ritel. Universitas Kristen Widya Mandala Surabaya. Diunduh dari www.journal.lib.unair.ac.id pada tanggal 24 Desember 2014. Rook, D. W. dan Fisher, R. J. (1995), Normative Influences on Impulsive Buying Behavior, Journal of Consumer Research, Vol. 22. Semuel,Hartane,2005, Respon Lingkungan Berbelanja Sebagai Stimulus Pembelian. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan,Vol.7, No.2. Stone, Shelly. C dan Shertze, B. 1981. Fundamental of Guidance. Boston: Houghton Mifflin Company. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Tirmizi, A. M., Rehman, U.R., Kashif, dan Saif, M.I. 2009. An Empirical Study of Consumer Impulse Buying Behavior. European Journal of Scientific Research, 28, 4, 522 532. Tendai, dan Crispen, 2009. Instore Shopping Environment and Impulse Buying. Journal of Marketing Management, Vol 1, No. 4, hal. 102 108. http://gudeg.net/id/directory/18/472/galeria-mall.html diunduh pada tanggal 10 Desember 2014.