BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. II tersebut diatas, maka penulis menarik kesimpulan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas kekuasaan belaka, maka segala kekuasaan negara harus

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. fungsi dan wewenang, sebagai suatu organisasi yang baik dan kuat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sekumpulan orang yang mendiami suatu wilayah dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah mencatat bahwa Kepolisian Republik Indonesia telah terbukti

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dan pelanggaran hukum dapat dikatakan merupakan satu

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia selalu erat kaitannya dengan etika, baik ketika manusia

HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA (TNI) PASKA REFORMASI Oleh: Eka Martiana Wulansari *

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara yang berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA BADAN PELAKSANA HARIAN (BPH) DAN REKTOR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA No. 011/SKB/BPH-UMS/2007

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

BAB I PENDAHULUAN. ini, yakni: pertama, memberikan layanan civil (Civil Service); kedua,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat sebagai TNI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal ini dapat dibuktikan dalam Pasal

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

BAB I PENDAHULUAN. merefleksikan tugas dan wewenang serta tanggung jawab kepolisian, sebagaimana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu organisasi hakekatnya memiliki sumber daya manusia

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

BAB I PENDAHULUAN. Pemasyarakatan yang berperan penting dalam proses penegakan hukum. Untung S. Radjab (2000 : 22) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia secara normatif-konstitusional adalah negara

ANALISA DAN EVALUASI BULAN JUNI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dibesarkan, dan berkembang bersama-sama rakyat Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. pidana menjadi sorotan tajam dalam perkembangan dunia hukum.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seperti yang kita ketahui, semua Negara pasti mempunyai peraturanperaturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perjalanannya Kode Etik profesi Advokat dirasa masih berfungsi

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Sumatera

2016, No Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II 11 YOGYAKARTA

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 9 SERI E

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi keberlangsungan dan keutuhan Negara Kesatuan

PROSES PERADILAN TERHADAP ANGGOTA POLRI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA. Fungsi bidang pembinaan..., Veronica Ari Herawati, Program Pascasarjana, 2008

K E P U T U S A N KETUA SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN NOMOR: Stb.01/SK/ 024 /2013 TENTANG

TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK NOMOR: 51/KEP/2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

VI / MPR / 2000 dan TAP MPR-RI No. VII / MPR / 2000 telah memisahkan Polri dari TNI dan meletakkan fungsi Polri

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703)

Disampaikan oleh : Endang Susilowati, SH. Asisten Deputi Penegakan Integritas SDM Aparatur Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

BAB IV PENUTUP. 1. Peran organisasi profesi Notaris dalam melakukan pengawasan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian sebagai badan pemerintah yang diberi tugas memelihara

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2009

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu

BAB III PENGATURAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP APARAT KEPOLISIAN

Transkripsi:

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan secara tegas bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana setiap perbuatanperbuatan yang melanggar ketentuan-ketentuan yang sudah di undangkan akan mendapat sanksi yang tegas, yang bertujuan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman, tenteram, tertib, damai, dan sejahtera. Untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan upaya untuk menegakkan keadilan, keamanan, ketertiban, kedamaian, dan kesejahteraan serta hukum di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari tahun ke tahun sampai sekarang ini, di indikasikan bahwa kejahatan terus meningkat. Masyarakat menjadi merasa tidak aman lagi dalam kehidupannya seharihari. Dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari, masyarakat diliputi rasa cemas, takut, khawatir dan lain sebagainya. Meningkatnya tingkat kejahatan akhir-akhir ini seperti pencurian, perampokan, penganiayaan, penculikan, pembunuhan telah menganggu stabilitas tujuan tersebut di atas. Contoh kasus di Yogyakarta, seperti di lansir oleh Kapolda DIY pada saat itu 29 Desember 2005, Brigjen. Pol. Drs. Bambang Aris Sampurno Jati, SH., bahwa tindak pidana yang terjadi di wilayah hukum Polda DIY terus meningkat dari tahun 2004 ke tahun 2005, yaitu antara lain: - Pembunuhan dari 6 kasus tahun 2004 meningkat menjadi 16 kasus pada 2005

13 - Perampokan Toko Emas di jalan C. Simanjutak - Penyakit Masyarakat meningkat dari 478 kasus pada tahun 2004 menjadi 754 kasus pada tahun 2005. 1 Dalam situasi seperti ini, penegakan hukum adalah yang paling berperan untuk mewujudkan keamanan, ketertiban, keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, SH., hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia. 2 Agar kepentingan manusia dapat terlindungi, hukum harus dilaksanakan. 3 Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang selalu harus diperhatikan, yaitu: kepastian hukum, pemanfaatan, dan keadilan. 4 Unsur yang pertama, Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Hukum bertugas menciptakan kepastian hukum karena bertujuan ketertiban masyarakat. 5 Unsur yang kedua, kemanfaatan harus ada dalam pelaksanaan hukum dan penegakan hukum bagi kegunaan masyarakat. Jangan sampai justru karena hukumnya dilaksanakan atau ditegakkan timbul keresahan didalam masyarakat. 6 Unsur. yang ketiga, keadilan harus diperhatikan dalam pelaksanaan atau penegakan hukum. 7 Berkaitan dengan masalah penegakan hukum tidak terlepas dari aparat penegak hukum, khususnya kepolisian yang dalam hal ini adalah Kepolisian Republik Indonesia atau disingkat Polri. Polri sebagai salah satu lembaga negara dalam penegakan hukum diharapkan dapat melaksanakan tugas, wewenang, dan fungsinya dengan baik, dalam menciptakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman, 1 http://www.gatra.com/2005-12-30/artikel.php?id=91087 2 Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, SH., Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta, 2003, hlm. 160. 3 Ibid. 4 Ibid. 5 Ibid. 6 Ibid. hlm. 161. 7 Ibid.

14 tertib, damai, dan sejahtera, sebagaimana diatur di dalam pasal 5 Undang-undang No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Polri dituntut untuk profesional dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Polri sebagai pelindung dan pengayom masyarakat juga sangat diharapkan oleh masyarakat untuk dapat menjaga keamanan, ketertiban, ketentraman di dalam masyarakat itu sendiri. Masyarakat juga mengharapkan perlindungan terhadap kejahatan dari kepolisian yang berupa pencegahan terhadap kejahatan yang belum terjadi dan penyelesaian terhadap kejahatan yang sudah terjadi. Sebagaimana diatur dalam pasal 4 Undang-undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bahwa: Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Polri dituntut untuk profesional dalam melakukan tugas, fungsi dan wewenangnya. Profesionalisme Polri nyata setelah pemisahan peran antara TNI dan Polri. Polri menjadi Lembaga Negara yang mandiri dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Pemisahan tersebut diharapkan dapat meningkatkan peran dan fungsi kepolisian dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai aparat penegak hukum dan juga sebagai pelindung dan pengayom masyarakat. Undang-Undang no. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia mempertegas kemandirian Polri

15 yang dituntut untuk lebih profesional oleh masyarakat Indonesia, sebagaimana yang diamanatkan didalam pasal 31 yaitu: Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya harus memiliki kemampuan profesi. Kepolisian dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya, memerlukan suatu tindakan profesional yang ditumbuhkan dari sikap kedisiplinan pribadi yang diterapkan pada kehidupan sehari-hari dalam kedudukannya sebagai anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Hal tersebut dikarenakan dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya di dalam masyarakat, anggota Kepolisian dapat bertindak sesuai dengan inisiatif sendiri sesuai dengan norma-norma yang berlaku secara profesional. Setiap saat seorang personil polisi harus dapat dimintai pertanggungjawaban atas tindakannya. 8 Sikap disiplin merupakan sikap patuh dan taat terhadap norma-norma serta etika yang berlaku bagi setiap anggota polri. Sikap kedisiplinan merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki anggota polri dan melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya. Namun dalam prakteknya, banyak terjadi pelanggaran disiplin dan pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi oleh anggota polri. Pelanggaran disiplin dan pelanggaran Kode Etik Profesi oleh anggota polri antara lain adalah penyalahgunaan wewenang, meninggalkan wilayah tugas tanpa ijin, pelanggaran tata tertib seperti tidak mengikuti apel, terlambat hadir, kerapian dalam berpakaian, kemudian juga ada dari sebagian anggota polri yang terindikasi terlibat dalam tindak pidana seperti pembunuhan, korupsi, narkoba, perzinahan, penganiayaan, pencurian, penggelapan, dan lain sebagainya seperti dilansir oleh Kapolda Sulsel saat itu adalah Irjen. Pol. Sisno Adiwinoto. 9 8 Anton Tabah,,1998, Reformasi Kepolisian, CV. Sahabat, Klaten. 9 http://www.liputan-kota.com/2008/12/kasus-pelanggaran-disiplin-polisi-naik.html

16 Sebagai contoh kasus, di Polda DIY Polda Daerah Istimewa Yogyakarta pada periode tahun 2007 telah memecat anggotanya sebanyak sembilan orang, serta satu anggota diberikan pembinaan ulang profesi. Sembilan anggota polri Polda DIY yang dipecat tersebut telah melalui putusan sidang Kode Etik Profesi Polri. "Ini menunjukkan bahwa polri tidak membeda-bedakan antara polisi dan masyarakat sipil dalam penegakan hukum. Polri tidak segan-segan memberikan hukuman berat pada anggotanya yang memang melakukan pelanggaran," tegas Brigjend Pol R AR Harry Anwar, SH di Mapolda DIY Senin, (14/1/2008). Dalam kesempatan tersebut Kapolda DIY juga mengatakan bahwa berdasarkan hasil analisa dan evaluasi terhadap kasus tindak pidana dapat disampaikan bahwa jumlah peristiwa kejahatan pada tahun 2007 mencapai 4.779 sedangkan pada tahun 2006 mencapai 3.647 kasus, sehingga kasus tindak pidana pada tahun 2007 mengalami kenaikan mencapai 31,03%. 10 Kasus- kasus pelanggaran oleh anggota polri tersebut di atas harus diselesaikan karena akan berkaitan dengan tugas, fungsi, dan wewenangnya sebagai pengayom dan pelindung masyarakat, serta dalam Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Harkamtibmas). Kasus-kasus tersebut harus diselesaikan melalui penegakan hukum dari sudut disiplin polri dan dari sudut kode etik profesi di lingkungan polri. Pasal 7 Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia menyatakan bahwa: Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang ternyata melakukan pelanggaran Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dijatuhi sanksi berupa tindakan disiplin dan/atau hukuman disiplin. 10 http://news.okezone.com/index.php/readstory/2008/01/15/1/75326/polda-diy-tahun-2007-pecat-9- polisi-nakal

17 Tindakan disiplin dan atau hukuman disiplin yang dijatuhkan kepada anggota polri yang ternyata melakukan pelanggaran peraturan disiplin, pasal 8 dan 9 PP No. 2 tahun 2003 tersebut diatas yaitu antara lain berupa: a. Tindakan disiplin teguran lisan atau tindakan fisik b. Hukuman disiplin berupa: - teguran tertulis; - penundaan mengikuti pendidikan paling lama 1 (satu) tahun; - penundaan kenaikan gaji berkala; - penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun; - mutasi yang bersifat demosi; - pembebasan dari jabatan; - penempatan dalam tempat khusus paling lama 21 (dua puluh satu) hari. Pasal 11 Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia juga menjelaskan pemberhentian anggota polri secara tidak hormat yaitu apabila anggota polri tersebut: a. melakukan tindak pidana; b. melakukan pelanggaran; c. meninggalkan tugas atau hal lain. Penyelesaian Pelanggaran Disiplin dan Kode Etik Profesi di Lingkungan Polri diselesaikan menurut tata cara yang diatur di dalam peraturan perundang-undangan. Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan tersebut di atas oleh penulis, maka penulis mengadakan suatu penelitian hukum dengan judul: Penegakan Hukum Disiplin Dan Kode Etik Profesi Di Lingkungan Polri Setelah Pemisahan Peran Polri dan TNI.

18 B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah Penegakan Hukum Disiplin dan Kode Etik Profesi di lingkungan Polri setelah pemisahan peran Polri dan TNI? C. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk memenuhi syarat akademis 2. Untuk mengetahui bagaimanakah penegakan hukum disiplin dan kode etik profesi di lingkungan polri setelah pemisahan peran Polri dan TNI. 3. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penulisan hukum ini. D. Manfaat penelitian Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Secara teoritis Bertujuan untuk memberikan sumbangan pemikiran pada perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, dah hukum pidana pada khusunya terkait penegakan hukum Disiplin dan Kode Etik Profesi Polri setelah pemisahan peran Polri dan TNI. 2. Secara praktis Bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat pada umumnya, dan mahasiswa pada khususnya tentang penegakkan hukum Disiplin dan Kode Etik Profesi Polri setelah pemisahan peran Polri dan TNI.

19 E. Batasan konsep Penegakkan Hukum : adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 11 Disiplin : adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada suatu keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. 12 Sedangkan pengertian disiplin di lingkungan TNI adalah ketaatan dan kepatuhan yang sungguh-sungguh setiap prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang didukung oleh kesadaran yang bersendikan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit untuk menunaikan tugas dan kewajiban serta bersikap dan berperilaku sesuai dengan aturan-aturan atau tata kehidupan prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. 13 Pengertian disiplin di lingkungan Polri adalah ketaatan dan kepatuhan yang sungguh-sungguh terhadap peraturan disiplin anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. 14 Kode Etik Profesi : adalah suatu tuntunan, bimbingan atau pedoman moral atau kesusilaan untuk suatu profesi tertentu atau merupakan daftar 11 http://www.solusihukum.com/artikel/artikel49.php 12 http://annilasyiva.multiply.com/journal/item/46 13 Pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 26 Tahun 1997 Tentang Hukum Disiplin Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. 14 Pasal 1angka 2 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.

20 kewajiban dalam menjalankan suatu profesi yang disusun oleh para anggota profesi itu sendiri dan mengikat mereka dalam praktik. 15 Profesi : adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. 16 Peran : adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan olehorang lain terhadap kedudukannya dalam suatu sistem. 17 Polri TNI : adalah Kepolisian Republik Indonesia. : adalah Tentara Nasional Indonesia. F. Metode penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif, yang berfokus pada norma dan bahan hukum sebagai data utama. 2. Sumber data a. Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari: 1). Bahan hukum primer: diperoleh dari peraturan perundangundangan atau putusan hakim yang berkaitan dengan penelitian. 2). Bahan hukum sekunder: diperoleh dari penelitian kepustakaan yang dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku, artikel, jurnal, situs, hasil penelitian dan pendapat hukum yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 15 Drs. Pudi Rahardi, MH., 2007, Hukum Kepolisian, Laksbang Mediatama, Surabaya. 16 http://id.wikipedia.org/wiki/profesi 17 http://bidanlia.blogspot.com/2009/07/teori-peran.html

21 b. Data Primer Data Primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan narasumber. 3. Metode pengumpulan data a. Dengan wawancara, yaitu dengan mengadakan tanya jawab dengan narasumber secara lisan yang berkaitan dengan hal-hal yang terkait dengan permasalahan. b. Dengan mengolah Data Sekunder, yaitu dari peraturan perundangundangan, buku-buku, situs, dan pendapat hukum berkaitan dengan masalah yang diteliti. 4. Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian kepustakaan maupun lapangan diolah dan di analisis secara kualitatif, artinya analisis menggunakan ukuran kualitatif. Data yang diperoleh dari kepustakaan maupun lapangan, baik secara lisan maupun tertulis, kemudian diarahkan, dibahas dan diberi penjelasan dengan ketentuan yang berlaku, kemudian disimpulkan dengan metode induktif, yaitu menarik kesimpulan dari hal yang umum ke hal yang khusus.

22 G. Sistematika penelitian Untuk mempermudah isi dari penelitian ini, maka penulis akan menyajikan pembahasan yang sistematikanya sebagai berikut: BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan huukum. BAB II: Bab ini merupakan bab pembahasan, yang menguraikan tentang Tinjauan Umum Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Hukum Disiplin Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kode Etik Profesi Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penegakan Hukum Disiplin Dan Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia, BAB III: Bab ini merupakan bab penutup yang menguraikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.