METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KOLOM, BALOK DAN PELAT. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN RAMP. proses pelaksanaan dari suatu item pekerjaan yang harus direncanakan terlebih

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PILE CAP DAN RETAINING WALL. Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEMBESARAN KOLOM DAN METODE PELAKSANAAN SHEARWALL. terlebih dahulu dan mengacu pada gambar kerja atau shopdrawing.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. hasil yang baik, tepat waktu dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013

BAB V METODE PELAKSANAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN. Metode pelaksanaan kontruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan kontruksi

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS. Proyek pembangunan Aeropolis Lucent Tower dibangun dengan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

: Rika Arba Febriyani NPM : : Lia Rosmala Schiffer, ST., MT

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25

BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan, dibuatkan gambar shop

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEKERJAAN PELAT LANTAI UNTUK TOWER D DI PROYEK PURI MANSION APARTMENT. beton bertulang sebagai bahan utamanya.

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif


BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Sebelum pelaksanaan pekerjaan di proyek Apartemen Jatake Solmarina, maka di adakan persiapan lapangan seperti :

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN PADA STRUKTUR ATAS. Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Sebelum pelaksanaan pekerjaan di Rumah susun KS Tubun, maka di

BAB V METODE DAN PELAKSANAAN

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL. biasanya terdapat pada bangunan tower atau gedung bertingkat.

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL

BAB IV. PERALATAN dan MATERIAL

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. kebutuhan sarana akomodasi tempat tinggal. Bangunan ini didesain untuk

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL. Dalam setiap pekerjaan proyek konstruksi selalu diperlukan peralatan guna

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PEKERJAAN

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

BAB IV TINJAUAN BAHAN DAN ALAT-ALAT

BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB)

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. berhasil tidaknya suatu proyek. Hal ini membutuhkan pengaturan serta

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Konsep perencanaan pembangunan proyek Apartmen Chadstone-Cikarang

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV. PERALATAN dan MATERIAL. Ambassador 2 St.Moritz ini meliputi Peralatan apa saja yang dipakai untuk

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Metode pelaksanaan di lapangan akan mudah dikerjaan dengan membuat

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BALOK BETON PRATEGANG DI PROYEK WISMA KARTIKA GROGOL

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Metode pelaksanaan di lapangan akan mudah dikerjaan dengan membuat

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PROYEK

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB IV TINJAUAN KONDISI PROYEK ALAT DAN BAHAN BANGUNAN


BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Tahap pelaksanaan pekerjaan adalah tahapan dimana suatu kegiatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai

BAB IV ALAT DAN BAHAN PELAKSANAAN. Pada proyek Lexington Residences hampir semua item pekerjaan menggunakan

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. lift di cor 2 lantai diatas level plat lantai. Alasan menggunakan metode perlakuan core sebagai kolom adalah :

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Manajemen pelaksanaan dilakukan dalam rangka menjamin kelancaran

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. gambar-gambar pada kertas kerja menjadi bangunan fisik. Pelaksanaan ini

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... LEMBAR PENDADARAN... KATA PENGANTAR... LEMBAR PERSEMBAHAN... DAFTAR GAMBAR...

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan dan pemenuhan bahan bangunan serta alat kerja pada suatu proyek

BAB III BAHAN BANGUNAN DAN ALAT

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. bangunan yang bermutu agar tahap konstruksi dapat berjalan dengan lancar dan

TREE PARK BSD APARTMENT & SOHO BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang berkaitan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Vittoria Residences Apartement terdiri dari 3 tower dengan : c. Podium 5 lantai, dengan 1 lantai semi basement

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

Bab V. Metode Pelaksanaan Kerja

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. alat - alat tertentu sesuai kebutuhan untuk mendukung pembangunan tersebut.

BAB IV TINJAUAN ALAT YANG DIGUNAKAN DAN BAHAN BANGUNAN. organisasi yang bagus tetapi juga harus didukung dengan adanya alat, material,

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan

BAB VII TINJAUAN KHUSUS CORE WALL

Transkripsi:

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR 5.1. Uraian Umum Metode pelaksanaan proyek konstruksi adalah bagian yang sangat penting dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek yaitu dapat mencapai biaya, kualitas dan waktu yang efektif dan efisien. Sehingga aspek teknologi seringkali diterapkan dalam metode pelaksanaan dan memiliki peran tersendiri dalam menunjang pencapaian sasaran proyek. Pada saat menghadapi kendala-kendala yang diakibatkan oleh kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan perencanaan maka diperlukan suatu metode terobosan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan kata lain semua tahapan pekerjaan memiliki metode pelaksanaan yang telah disesuaikan dengan peruntukan proyek (baik proyek gedung, bendungan, jalan layang, dsb.) dan desain konsultan perencana. Hal yang mempengaruhi metode pelaksanaan konstruksi gedung bertingkat adalah: a. Kondisi Lokasi Proyek b. Lingkungan Sekitar Lokasi Proyek c. Jalur Akses ke Lokasi Proyek V - 1

d. Volume Pekerjaan e. Ketersediaan Material dan Bahan Bangunan f. Ketersediaan Peralatan dan Alat Berat g. Ketersediaan Sumber Daya Manusia h. Tingkat Kualitas yang dibutuhkan i. Jadwal Pelaksanaan Proyek Konstruksi j. Pelaksanaan Proyek Konstruksi 5.2. Pekerjaan Persiapan 5.2.1. Survey Lokasi Proyek dan Proses IMB Pada tahapan ini dilakukan survey terhadap lokasi proyek, baik itu akses maupun kondisi proyek. Kemudian Owner harus melakukan tahap Perizinan Melakukan Pembangunan (IMB) sesuai dengan ketentuan dari pemerintah setempat, dan setelah di Approve oleh pihak berwenang maka Owner baru boleh melakukan pembangunan yang dilanjutkan oleh tahap persiapan lainnya. 5.2.2. Site Planning Pekerjaan Site Plane terdiri dari: a. Pembuatan Pagar dan Papan Nama Proyek b. Pembersihan Lokasi Proyek V - 2

c. Pembangunan Kantor dalam Lokasi Proyek d. Pembangunan Gudang Material dan Bahan Bangunan 5.2.3. Pembuatan Shop Drawing (Gambar Kerja) Shop drawing atau gambar kerja kontraktor merupakan acuan bagi pelaksanaan pekerjaan dilapangan agar lebih mudah dan terkendali secara teknis, efisiensi waktu pelaksanaan dan juga kualitas kerja. 5.2.4. Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya Kebutuhan sumber daya ini tidak hanya dari segi tenaga kerja, namun juga dari segi pasokan listrik dan air yang dibutuhkan oleh kontraktor selama pelaksanaan proyek konstruksi. 5.2.5. Pengadaan Material dan Bahan Bangunan Pengadaan pasokan material yang dibutuhkan harus selalu berjalan baik selama pelaksanaan proyek konstruksi. Dalam tahap ini kontraktor perlu memberikan perhatian khusus dalam memasok kebutuhan material, karena seringkali pemasokan yang tidak sesuai (mengalami keterlambatan pengadaan atau harga material yang tidak sesuai RAB pada kontrak) dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan konstruksi pada tahap berikutnya. V - 3

5.2.6. Mobilisasi Demobilisasi Mobilisasi merupakan tahapan persiapan dimana pasokan sumber daya seperti tenaga kerja, material dan alat berat dibawa ke lokasi proyek dan siap untuk digunakan. Sedangkan Demobilisasi merupakan tahapan dimana alat dan material yang tersisa harus dikeluarkan atau dibersihkan dari lokasi proyek saat pelaksanaan proyek telah mencapai 100% atau telah selesai. 5.2.7. Pengukuran Awal Pelaksanaan Proyek Pengukuran adalah tahap awal dalam melaksanakan proyek kontruksi. Dimana dalam tahap ini kontraktor melakukan pengukuran titik-titik koordinat, yang bertujuan mencari ketepatan koordinat dan elevasi untuk struktur bangunan. Pengukuran titiktitik koordinat dilakukan dengan alat ukur Total Station dan pengukuran elevasi dilakukan dengan alat ukur Theodolite. Sebelum pengukuran awal dimulai, biasanya konsultan sudah melakukan Soil Investigation yang dilakukan untuk mendapatkan data yang membantu perencanaan pondasi dan kekuatan tanah dasar yang menjadi dudukan bagi pondasi itu sendiri. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan persiapan adalah: V - 4

a. Melakukan koordinasi dan perijinan dalam proses persiapan yang bersangkutan dengan legalitas pelaksanaan, agar tidak mengganggu proses konstruksi. b. Pihak yang terkait dengan tahap persiapan harus membuat urutan pelaksanaan pekerjaan dan area Pekerjaan, dengan berbagai pertimbangan sehingga diperoleh pelaksanaan kerja yang efektif dan efisien. Pertimbangan ini dilihat dari Volume Pekerjaan yang disesuaikan dengan Schedule Proyek. c. Penentuan kebutuhan material per area Pekerjaan telah disesuaikan dengan Metode Konstruksi (seperti: pekerjaan bekesting, pembesian dan pengecoran). d. Ketelitian dalam pekerjaan pengukuran titik koordinat lokasi, dan elevasi elemen struktur dengan menggunakan alat Total Station dan Theodolite (Seperti: pondasi, kolom, balok dan pelat struktur), karena hal ini akan mempengaruhi struktur bangunan. 5.3. Pekerjaan Struktur Atas 5.3.1 Pekerjaan Kolom Struktur Langkah Pekerjaan Kolom Struktur dapat dilihat pada flowchart dibawah ini : V - 5

Pekerjaan Pembesian Pekerjaan Bekisting Pekerjaan Pengecoran Diagram 5.1 Tahap Pekerjaan Kolom A. Pekerjaan Pembesian Kolom Pekerjaan pembesian tulangan pokok kolom dilakukan di tempat terpisah. Setelah pekerjaan pembesian selesai, kemudian diangkut menggunakan Tower Crane QLCM kapasitas 1.5 ton dan Tower Crane SCM kapasitas 1.5 ton untuk dipasang pada titik koordinat kolom. Tulangan yang digunakan dalam tulangan kolom adalah : 1) Untuk tulangan pokok yang digunakan adalah tulangan D19 D32. 2) Untuk tulangan sengkang digunakan tulangan D10. 3) Besi yang digunakan adalah besi polos BJTS 24 dengan mutu baja (fy) 240 Mpa dan Besi Ulir BJTS 40 dengan mutu baja (fy) 400 Mpa. V - 6

Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Pembesian Kolom adalah sebagai berikut: 1) Marking sepatu kolom sebagai tempat batas bekisting. 2) Pengadaan material tulangan kolom Gambar 5.1 Pengadaan Material Tulangan 3) Baik tulangan utama, ekstra maupun sengkang dapat disesuaikan terlebih dahulu ukurannya sebelum pemasangan. Jika panjang besi melebihi dari gambar kerja, besi dapat dipotong dengan menggunakan Cutting Wall seperti gambar 5.3 Dan untuk kait tulangan sengkang atau tulangan kolom yang memerlukan pembengkokan, maka besi dapat dibengkokkan sesuai dengan standar pembengkokkan 45 menggunakan Bar Bender seperti gambar 5.2 V - 7

Gambar 5.2 Pemotongan Besi dengan Cutting Wall Gambar 5.3 Pembengkokkan Besi dengan Bar Bender 4) Pemasangan tulangan dikerjakan sesuai dengan gambar kerja dimana besi yang perlu disambung harus di overlapping sesuai dengan perhitungan atau spesifikasi teknis. V - 8

5) Kemudian pada daerah tumpuan, sengkang dengan tulangan D10 diletakkan lebih rapat setiap jarak 100 mm sepanjang 1/4 Ld bentang kolom. Hal ini disebabkan karena adanya gaya geser yang semakin besar pada daerah tumpuan. Sedangkan di daerah lapangan, sengkang cukup diletakkan lebih renggang pada jarak kisaran 150 200 mm. Gambar 5.4 Standar dan Gambar kerja Pembesian Kolom V - 9

6) Tulangan sengkang maupun tulangan ekstra diikat dengan menggunakan kawat branded guna menjaga sambungan agar tidak lepas saat pengecoran. Gambar 5.5 Pembesian pada kolom 7) Tulangan yang selesai dirakit, dibawa ke lokasi titik koordinat kolom dengan tower crane dan ditempatkan pada posisi yang telah di marking. 8) Pasang besi kolom yang baru kedalam stek besi yang terpasang pada kolom yang telah dicor. 9) Sebelum dilakukan pemasangan bekisting tulangan kolom diberi beton decking dengan ketebalan sesuai selimut beton. Untuk kolom, selimut beton yang digunakan setebal 40 mm. Pemasangan beton decking difungsikan menjaga kelurusan V - 10

tulangan saat pengecoran dan menjadi area keududukan bagi selimut beton. B. Pekerjaan Bekisting Kolom Pekerjaan bekisitng merupakan pekerjaan pembuatan cetakan beton agar sesuai dengan bentuk dan dimensi yang telah direncanakan. Bekisting umumnya terdiri alas perancah dan cetakan beton. Pada TREEPARK CITY SOHO & Suite, bekisting kolom yang digunakan adalah dengan plywood 18 mm tetapi dengan menggunakan sistem knock down, bekisting sudah dibuat di proyek dan tie rod dan wing nutnya tidak dipasang dengan kuat. Sebelum pengangkatan bekisting untuk dipasang pada kolom, sebelumnya kolom akan dicek vertikalitinya dengan theodolite setelah itu pada pelat lantai disekitar kolom akan diberi tanda jika kolom sudah tegak lurus atau masih miring dan perlu ditegakan secara manual. Setelah kolom vertikal maka bagian bawah kolom akan dipasang sepatu kolom dengan cara dilas untuk menjadi pegangan bekisting pada bagian bawah agar tidak bergeser. Setelah itu bekisting yang telah di siapkan sebelumnya diangkut dengan tower crane lalu dipasang pada kolom. Kemudian bekisting dicek kembali vertikalitinya dengan bantuan tali yang digantungkan pada paku (tali unting-unting). Bekisting dikatakan telah V - 11

vertikal (tegak) jika jarak horizontal dari tali unting-unting pada bagian atas bekisting sama dengan jarak pada bagian bawah bekisting. Setelah tepat vertikal push pull yang ada pada bekisting dikaitkan dengan angkur ke pelat lantai. Sketsa bekisting kolom dapat dilihat pada Gambar. V - 12

Gambar 5.6 Tampak Depan Bekisting Kolom V - 13

Gambar 5.7 Tampak Samping Bekisting Kolom Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting Kolom adalah sebagai berikut a. Marking kolom apakah sudah vertikal atau belum. b. Pasang sepatu kolom sebagai batas bekisting. c. Pengecekan tulangan utama, sengkang, sepiak apakah sudah sesuai dengan gambar kerja. V - 14

d. Pemasangan bekisting yang telah dirakit sebelumnya dengan bantuan tower crane. Untuk beberapa titik kolom yang tidak bisa dipasangi bekisting yang telah dirakit sebelumnya, maka perlu dipasang bekisting langsung di posisi kolom tersebut (biasanya kolom tepi karena sulit). e. Atur vertikaliti bekisting kolom. C. Pekerjaan Pengecoran Kolom Pengecoran kolom dilakukan apabila pekerjaan pembesian dan bekisting kolom telah selesai dikerjakan dan telah mendapat persetujuan melalui surat izin pengecoran dari konsultan pengawas. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran Kolom adalah sebagai berikut: 1) Tentukan titik pengecoran pada Shop Drawing. 2) Kemudian Supervisor atau Quality Control membuat surat izin pelaksanaan pengecoran kolom kepada konsultan pengawas. 3) Periksa kebersihan pada sambungan atau pada batas pengecoran. 4) Permukaan sambungan beton lama dengan beton baru yang akan dicor disiram dengan menggunakan Calbond (Bahan perekat berupa air semen). V - 15

5) Siapkan Concrete Bucket dan Concrete Pump untuk pekerjaan pengecoran. Gambar 5.8 Persiapan Concrete Bucket V - 16

6) Beton Ready Mix dari Batching Plant PT. Adimix Precast Indonesia dengan mutu beton kolom K-500 atau setara fc 41,5 Mpa Gambar 5.9 Beton Ready Mix tiba dilokasi proyek 7) Beton yang telah datang dituangkan kedalam gerobak untuk dilakukan uji slump beton (Uji kekentalan dan kualitas beton) V - 17

Gambar 5.10 Penuangan adukan beton Ready Mix untuk Uji Slump Beton 8) Pengujian slump beton dilakukan dengan memadatkan adukan beton Ready Mix dengan menusukan tongkat berdiameter 16 mm sepanjang 60 cm sebanyak 25-30 kali secara merata pada setiap lapis adukan dan dilakukan berulang sampai tiga lapisan pada cetakan logam kerucut. Hal ini bertujuan untuk memadatkan rongga-rongga kosong pada adukan beton. Setelah itu permukaan beton uji diratakan, dan cetakan diangkat perlahan lahan. Nilai slump normal berada pada 12 ± 2 cm. V - 18

Gambar 5.11 Hasil Uji Slump Beton 9) Setelah nilai slump memenuhi persyaratan, beton Ready Mix dituang kedalam concrete bucket dan ditutup serta dikunci agar tidak tumpah kemudian diangkut dengan menggunakan tower crane. V - 19

Gambar 5.12 Pengangkutan Concrete Bucket dan Pipa Tremie 10) Pekerja yang akan melakukan pekerjaan pengecoran diharuskan terlebih dahulu memakai perlengkapan K3 11) Setelah concrete bucket tiba dilokasi pengecoran, tutupnya dibuka dan beton dituangkan kedalam bekisting dengan menggunakan Concrete Pump. V - 20

12) Tinggi jatuh penuangan beton disyaratkan sesuai dengan ketentuan 1,5 m. Hal ini dilakukan untuk menghidari agregat kasar terlepas dari adukan beton. 13) Proses pengecoran dilakukan setiap layer atau bertahap. Pada tahap pertama pengecoran dilakukan setinggi ± 1,5 m, dan pada tahap kedua dilakukan sesuai dengan elevasi yang telah ditentukan. 14) Padatkan beton dengan menggunakan Concrete Vibrator. 15) Kemudian pekerja membersihkan sisa beton yang tumpah. Ketentuan dalam pengecoran dan curing beton, sebagai berikut: 1) Concrete Vibrator sedapat mungkin dimasukkan ke dalam adukan beton dengan posisi yang vertikal, tetapi dalam keadaaan khusus boleh dimiring sampai dengan ketentuan yang berlaku. Penggetaran dengan sudut yang lebih besar akan menyebabkan pemisahan agregat. 2) Concrete Vibrator dijaga agar tidak mengenai bekisting, tulangan kolom atau bagian beton yang mulai mengeras. Untuk menghindari hal ini posisi vibrator dibatasi maksimum 5 cm dari bekisting. V - 21

3) Concrete Vibrator dihentikan apabila adukan beton mulai kelihatan mengkilap di sekitar Concrete Vibrator tersebut dan pada umumnya dicapai setelah maksimum 30 detik getaran. D. Pembongkaran Bekisting Kolom Pembongkaran bekisting kolom dapat dilakukan 12 jam setelah pengecoran. Kondisi paling ekstrim pelepasan bekisting kolom adalah 8 jam setelah pengecoran. Hal ini asumsikan bahwa beton telah mengeras dan semen telah mencapai waktu ikat awal. Pembongkaran bekisting harus mendapat ijin terlebih dahulu dari pengawas proyek atau MK. Proses pelepasan bekisting dilakukan dengan hati hati untuk menghindari kolom dari kerusakan. Bekisting yang telah dilepas diangkat dengan menggunakan Tower Crane dan dibersihkan bagian permukaan dalamnya serta diolesi pelumas untuk kemudian dipasang pada titik kolom selanjutnya. Proses pembongkaran bekisting kolom merupakan tahap terakhir dari pekerjaan kolom, berikut urutan prosesnya : V - 22

1) Kendorkan semua wing nut atau baut yang terdapat pada bekisting. 2) Kendorkan Kicker Brace dan secara bersamaan bekisting kolom akan lepas dengan sendirinya dari muka beton. 3) Bekisting kolom kemudian diangkat dan dipindahkan. Dapat dipasangkan pada titik kolom berikutnya dengan menggunan Tower Crane. Sebelumnya bekisting diberi alas muka atau bekisting dalam berupa Plywood dan diolesi oli pelumas. E. Perawatan atau Curing Beton Kolom 12 Jam setelah pengecoran kolom bekisting boleh dilepas dan dilakukan pelaksanaan perawatan beton atau curing beton dengan menggunakan Ultrachem Curing Coumpond. Hal ini dilakukan untuk merawat beton agar tidak terlalu cepat kehilangan air atau menjaga kelembaban beton, suhu beton dan memperbaiki beton apabila terjadi keretakan. 5.3.2 Pekerjaan Balok dan Pelat Struktur Langkah Pekerjaan Balok dan Pelat Struktur dapat dilihat pada flowchart dibawah ini : V - 23

Pekerjaan Bekisting Pekerjaan Pembesian Pekerjaan Pengecoran Diagram 5.2 Tahap Pekerjaan Balok dan Pelat A. Pekerjaan Bekisting Balok & Pelat Lantai Pekerjaan bekisting balok & pelat merupakan satu kesatuan, karena pekerjaannya dilaksanakan bersamaan. Pembuatan panel bekisting harus sesuai dengan yang tertera pada shopdrawing. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting Balok dan Pelat adalah sebagai berikut: 1) Lakukan pekerjaan Pengukuran dan Pengecekan. Hal ini bertujuan untuk menentukan as, elevasi dan mengatur serta memastikan kerataan kedudukan balok dan pelat yang ada pada shopdrawing. 2) Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting Balok, antara lain: a. Persiapkan bahan dan material yang akan digunakan pada pekerjaan bekisting balok. Umumnya tebal bekisting V - 24

tembereng balok lebih tebal dibandingkan dengan bekisting bottom balok. Hal ini dikarenakan adanya gaya tekan beton pada daerah tembereng bekisting yang memungkinkan terjadinya pergeseran atau kerusakan pada bekisitng tersebut. Dalam proyek ini bekisting yang digunakan untuk Tembereng adalah bekisting Plywood Polyfilm dengan ketebalan 16 mm dan untuk Bottom adalah bekisting Plywood Polyfilm dengan ketebalan 12 mm. Dan material utama lainnya seperti: balok kayu 5/7, dan 6/12. b. Kemudian Scaffolding disusun berjajar dengan jarak masing masing 100 cm sesuai dengan kebutuhan di lapangan. c. Atur Base Jack atau U-head Jack untuk ketinggian scaffolding balok. d. Pada U-head dipasang balok kayu atau Girder ukuran 6/12 sejajar dengan arah Cross Brace. e. Diatas Girder dipasang balok suri atau biasa disebut balok kaso dengan ukuran 5/7 disetiap jarak 60 cm kearah melintangnya. V - 25

f. Pasangkan bekisting Plywood Polyfilm 12 mm sebagai bottom balok dan Plywood Polyfilm 16 mm sebagai tembereng balok sesuai dengan dimensi balok pada Shopdrawing. g. Kencangkan skur atau baja penahan bekisting balok dengan lockin pin. 3) Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting Pelat, antara lain: a. Persiapkan bahan dan material yang akan digunakan pada pekerjaan bekisting pelat. Umumnya tebal bekisting pelat sama dengan tebal bekisting bottom balok yaitu dengan menggunakan Plywood Polyfilm ukuran 12 mm. Dan material utama lainnya seperti: balok kayu 5/7. b. Scaffolding disusun berjajar sama dengan scaffolding untuk balok. Karena elevasi pelat lebih tinggi daripada balok maka Scaffolding untuk pelat juga lebih tinggi daripada balok dan diperlukan main frame tambahan dengan menggunakan Joint Pin. Ketinggian scaffolding pelat diatur oleh Base Jack dan U-head Jack. V - 26

c. Pada U-head dipasang balok kayu atau Girder ukuran 5/7 sejajar dengan arah Cross Brace. d. Pasang slab baja diatas Grider sebagai pemikul beban beton pada pelat saat pengecoran Gambar 5.13 Pemasangan slab baja untuk penyangga bekisting pelat e. Kemudian dipasang plywood Polyfilm ukuran 12 mm sebagai alas pelat. Plywood dipasang serapat mungkin, sehingga tidak V - 27

terdapat rongga yang dapat menyebabkan kebocoran pada saat pengecoran. f. Semua bekisting yang telah rapat terpasang, kemudian diolesi dengan pelumas agar beton tidak menempel pada bekisting. Hal ini dilakukan agar dapat mempermudah dalam pekerjaan pembongkaran dan menjaga bekisting masih dalam kondisi layak pakai untuk pekerjaan berikutnya. 4) Pekerjaan Pengecekan Setelah pemasangan bekisting balok dan plat selesai, dilakukan pengecekan tinggi level pada bekisting balok dan pelat dengan menggunakan waterpass. Jika semua sudah memenuhi syarat dan telah dicheck oleh MK maka balok dan pelat sudah siap untuk pekerjaan pembesian. B. Pekerjaan Pembesian Balok & Pelat Lantai 1) Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Pembesian Balok antara lain: a. Pembesian balok dilakukan di lapangan. b. Sebelum dilakukan pembesian pada titik lokasi balok, tulangan disesuaikan ukurannya dengan desain penulangan balok pada Shopdrawing seperti tulangan V - 28

utama dengan panjang 12 m, daerah tumpuan atau daerah lapangan dengan panjang tulangan yang berbeda harus disesuaikan berdasarkan kebutuhan perencanaan dengan dipotong menggunakan Bar Cutter, dan tulangan kait ataupun sengkang yang harus terlebih dahulu dipabrikasi dengan menggunakan Bar Bender untuk membentuk bengkokan 45 dapat dilihat pada gambar 5.16.a. dan detail angker tulangan balok dapat dilihat pada gambar 5.16.b. V - 29

Gambar 5.14 Gambar kerja Pembengkokan Angker c. Tulangan balok yang telah dipabrikasi kemudian diangkat lalu diletakkan di atas bekisting balok yang telah disediakan. d. Ujung besi balok masuk sepanjang 40D ke kolom atau minimal 25D. Masuknya stek besi ini dilakukan apabila tulang pada balok yang satu berbeda dengan balok sepanjang as selanjutnya. Dengan catatan lebar kolom 25D x 40D. V - 30

Gambar 5.15 Standar dan Gambar Kerja Penulangan Balok dan Jarak Pejangkaran Sambungan Tulangan V - 31

e. Setelah pembesian selesai di rakit, pasang beton decking untuk selimut beton dengan tebal 40 mm pada alas dan sisi samping balok lalu diikat dengan menggunakan kawat branded. f. Berdasarkan analisis bidang momen suatu struktur, pembesian harus memperhatikan kedudukannya. Kedudukan pembesian akan mempengaruhi kinerja dari struktur tersebut. Umumnya kedua ujung balok yang mengikat pada kolom atau biasa disebut daerah tumpuan (1/4L bentang arah kiri dan 1/4L bentang arah kanan) akan mengalami momen negatif pada serat atas balok. Hal ini dikarenakan adanya gaya tarik pada serat atas balok dari beban yang bekerja ditengah bentang sehingga menyebabkan serat bawah pada daerah tumpuan tertekan. Jumlah tulangan, diameter dan jarak sengkang pada daerah ini perlu diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan kekuatan struktur. Sedangkan pada tengah bentang balok atau biasa disebut daerah lapangan (1/2L bentang balok) akan mengalami momen positif pada serat bawah balok. Hal ini dikarenakan adanya gaya tarik pada serat bawah V - 32

balok dari beban yang bekerja ditengah bentang sehingga menyebabkan serat atas pada daerah tumpuan tertekan. Namun pada daerah ini sengkang yang digunakan berjarak lebih renggang dibanding dengan sengkang yang akan digunakan untuk daerah tumpuan. V - 33

V - 34

2) Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Pembesian Plat antara lain: a) Setelah perakitan besi balok selesai, pembesian pelat dilakukan langsung di atas bekisting pelat yang sudah siap. Besi tulangan diangkat dari gudang pengadaan dengan menggunakan tower crane. Gambar 5.17 Penyediaan Tulangan Wire Mesh b) Pasangkan tulangan wire mesh tipe 6 dengan diameter 8mm yang sudah tersusun dari 2 lapis tulangan. Kemudian pasang beton decking untuk selimut beton dengan tebal 20 mm. Tulangan wire mesh masuk V - 35

sepanjang 1/2 kotak atau setara 7,5 cm kedalam tulangan balok sesuai dengan standar angker pelat. 1 kotak wire mesh berukuran 15 cm x 15 cm. Sedangkan dimensi wire mesh pada umumnya 5,4 m x 2,1 m. Jika wire mesh perlu disambung, maka wire mesh tambahan masuk 1 1/2 kotak pada wire mesh sebelumnya. c) Penyusunan wire mesh perlu memperhatikan bentang pelat yang akan diduduki karena dapat mempengaruhi getaran padabentang terpendek, sebaliknya tulangan atas wire mesh memanjang kearah bentang terpanjang. d) Untuk mendapatkan jarak tertentu antara tulangan bawah dan atas dipasang kaki ayam atau tulangan penyangga. Gambar 5.18 Kaki Ayam atau Tulangan Penyangga V - 36

Gambar 5.19 Keadaan Lapangan Kaki Ayam pada Tulangan Pelat e) Lakukan hal sebaliknya pada wire mesh untuk lapisan paling atas pelat atau yang berada diatas tulangan penyangga. V - 37

3) Pekerjaan Pengecekan Gambar 5.20 Pembesian Pelat Lantai Setelah pekerjaan pembesian balok dan pelat dianggap selesai, kemudian diadakan pekerjaan checklist oleh pengawas atau inspektor konstruksi. Adapun hal yang diperiksa untuk pembesian sebagai berikut : a) Jumlah tulangan utama. b) Diamater tulangan. V - 38

c) Jarak antar tulangan. d) Jumlah dan jarak tulangan sengkang. e) Jumlah dan jarak tulangan ekstra. f) Lokasi plumbing seperti Gutter. g) Penempatan Beton Decking. h) Kebersihannya lokasi. Pengecekan dilakukan untuk mencocokan kondisi lapangan dengan shopdrawing sebelum dilakukan pekerjaan pengecoran. Kelalaian dalam pekerjaan pembesian tidak bisa diperbaiki apabila sudah terlanjur dilakukan pengecoran. Kelalaian ini dapat berupa kesalahan penempatan jarak antar tulangan, diameter yang tidak sesuai dengan Shopdrawing sehingga dapat menyebabkan kegagalan struktur. C. Pekerjaan Pengecoran Balok dan Pelat Pengecoran balok dan pelat dilakukan apabila pekerjaan bekisting dan pembesian balok dan pelat telah selesai dikerjakan dan telah mendapat persetujuan melalui surat izin pengecoran dari konsultan pengawas. V - 39

Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran Balok dan Pelat adalah sebagai berikut: 1) Supervisor atau Quality Control membuat surat izin pelaksanaan pengecoran balok dan pelat kepada konsultan pengawas. 2) Periksa kebersihan lokasi balok dan pelat sebelum pengecoran. 3) Permukaan sambungan beton lama dengan beton baru yang akan dicor disiram dengan menggunakan Calbond (Bahan perekat berupa air semen). 4) Siapkan Concrete Bucket dan Concrete Pump untuk pekerjaan pengecoran. 5) Beton Ready Mix dari Batching Plant PT. Adimix Precast Indonesia dan PT. SGG Prima Beton dengan mutu beton balok dan pelat K-400 atau setara fc 33,2 Mpa. 6) Beton yang telah datang dituangkan kedalam gerobak untuk dilakukan uji slump beton (Uji kekentalan dan kualitas beton). Lakukan uji slump dengan hasil nilai slump 12 ± 2cm. V - 40

7) Jika diperlukan pada pelat khusus, beton diberikan bahan Intregral Waterproofing. Bahan ini digunakan pada struktur yang mengharuskan struktur tersebut kedap terhadap air. Lakukan kembali uji slump dengan nilai slump 16 ± 2cm. 8) Setelah nilai slump memenuhi persyaratan, beton Ready Mix dituang kedalam concrete bucket dan ditutup serta dikunci agar tidak tumpah kemudian diangkut dengan menggunakan tower crane. 9) Pekerja yang akan melakukan pekerjaan pengecoran diharuskan terlebih dahulu memakai perlengkapan K3. 10) Setelah concrete bucket tiba dilokasi pengecoran, tutupnya dibuka dan beton dituangkan kedalam bekisting dengan menggunakan Concrete Pump. 11) Tinggi jatuh penuangan beton disyaratkan sesuai dengan ketentuan 1,5 m. Hal ini dilakukan untuk menghidari agregat kasar terlepas dari adukan beton. 12) Padatkan beton dengan menggunakan Concrete Vibrator. V - 41

D. Pembongkaran Bekisting Pembongkaran bekisting balok dan pelat dilakukan 14 hari setelah pengecoran. Hal ini didasarkan pada nilai kuat tekan beton yang mampu terbebani pada umur 14 hari dan interpolasi kuat tekan beton pada umur beton 28 hari. E. Perawatan atau Curing Beton Balok dan Pelat Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu beton tetap baik dilakukan perawatan beton. Perawatan dilakukan adalah dengan menyiram/membasahi permukaan beton dengan bahan Compound yang dilakukan minimal 1 kali dalam seminggu V - 42