Studi Deskriptif Mengenai Personal Strengths pada Siswa Miskin Kelas 2 SMAN 1 Margahayu Kabupaten Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut berdampak pada rendahnya angka partisipasi pendidikan (APK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bukunya Resiliency : What We Have Learned. Teori ini digunakan karena sesuai

BAB I. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu ilmu yang saat ini berkembang dengan pesat, baik secara teoritis

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dilihat berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), tercatat

BAB I PENDAHULUAN. Francisca, Miss Indonesia 2005 menganggap pendidikan adalah hal yang tidak

Social competence. Ps tinggi. W tinggi. Kyi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu sistem sosial yang terdiri dari sejumlah individu yaitu

BAB I PENDAHULUAN. memasuki suatu era yang cukup memprihatinkan, khususnya bidang pendidikan. Badan Pusat

BAB I PENDAHULUAN. memerhatikan kesehatannya, padahal kesehatan itu penting dan. memengaruhi seseorang untuk dapat menjalani kehidupan sehari-harinya

BAB I PENDAHULUAN. pula dengan individu saat memasuki masa dewasa dini. Menurut Harlock (1980),

BAB I PENDAHULUAN. (rohani) dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peran dalam kehidupannya, seperti menjadi suami atau istri bagi

BAB I PENDAHULUAN. hatinya lahir dalam keadaan yang sehat, dari segi fisik maupun secara psikis atau

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Resiliensi yang berdasarkan (Benard, Bonnie 2004) dalam buku Resiliency : What

Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Banyak bermunculan fenomena perceraian yang terjadi, dimana tingkat perceraian di

BAB I PENDAHULUAN. suatu jenis penyakit yang belum diketahui secara pasti faktor penyebab ataupun

Studi Deskriptif Mengenai Strategi Akulturasi Integrasi pada Mahasiswa Perantau Kelompok Etnik Minangkabau dan Kelompok Etnik Batak di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, sampai dengan bulan

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental dengan pengaruh perubahan perilaku yang tidak disadari. Pola

BAB I PENDAHULUAN. yang menerjang sebagian besar wilayah pantai barat dan utara Propinsi Nanggroe

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri, dengan harapan anak mereka akan menjadi anak yang sehat,

BAB I PENDAHULUAN. Ketika dua orang memasuki perkawinan, mereka mengikat komitmen untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia sebagian besar terletak di kawasan rawan bencana

Studi Deskriptif Mengenai Resiliensi pada Warakawuri di Komunitas AW Bandung Descriptive Study about Warakawuri Resilience at AW Community in Bandung

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai efektivitas individual

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan oleh orang tua tunggal adalah salah satu fenomena di zaman

BAB I PENDAHULUAN. tidak berfungsi dan dapat menyebabkan kematian. Menurut Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan penyakit tertua di dunia yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada

BAB I PENDAHULUAN. adalah belajar/berprestasi, hormat dan patuh pada ayah-ibu. Jika peran setiap

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya yang tidak dapat mereka atasi. Masalah yang sering membuat

BAB I PENDAHULUAN. negara lain, tapi juga terjadi di Indonesia. Keberadaan perempuan, yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Masyarakat berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan tersebut agar

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB 1 PENDAHULUAN. di kota-kota lain di Indonesia. Tidak memandang dari status sosial mana individu

Kebanggaan Atas Identitas Etnik Pada Mahasiswa Perantau Kelompok Etnik Minang Dan Batak Di Bandung

Bab I. Pendahuluan. hasil pemantauan LSM 2006, jumlah anak jalanan di Kota Bandung sebanyak 4000

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit pemerintah, fungsi sosial inilah yang paling menonjol. Menurut WHO,

BAB I PENDAHULUAN. Semua orangtua berharap dapat melahirkan anak dengan selamat dan

BAB I. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit sehingga membuat. banyak orang merasa cemas. Salah satu jenis penyakit tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik pula. Pendidikan memiliki peran penting bagi setiap bangsa, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau yayasan, orangtua, guru, dan juga siswa-siswi itu sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. karena pendidikan merupakan sarana untuk mendapatkan pembelajaran,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang optimal. Menurut definisi yang dikembangkan oleh AAMD

BAB I PENDAHULUAN. Dengan keberhasilan itulah, individu berharap memiliki masa depan cerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu ikatan lahir dan batin antara pria dan wanita

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang tidak mencerminkan kehidupan keluarga yang utuh dan harmonis.

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan akhir kehidupan. Dalam proses tersebut, manusia akan mengalami tahap

BAB I PENDAHULUAN. seseorang yang memasuki tahap perkembangan dewasa awal yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan sumber daya yang memiliki potensi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terbentuknya seorang manusia baru yakni sejak terjadinya konsepsi

BAB I PENDAHULUAN jiwa, yang terdiri dari tuna netra jiwa, tuna daksa

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mendalam di seluruh dunia dikarenakan jumlah penderita autisme yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya manusia akan tertarik baik secara fisik maupun psikis pada

Studi Deskriptif School Engagement Siswa Kelas X, XI Dan XII IPS SMA Mutiara 2 Bandung

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

METODE PENELITIAN. Contoh dan Cara Pengambilan Contoh

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai

KUESIONER DATA PRIBADI DAN DATA PENUNJANG KATA PENGANTAR. adalah menyusun skripsi. Adapun judul skripsi ini adalah Studi Deskriptif tentang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan, keluarga yang harmonis adalah dambaan setiap orang. Semua ini bisa

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Kesabaran Pada Ibu Asuh Di SOS Children s Village (SOS Kinderdorf) Lembang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia ke arah globalisasi yang pesat, telah menjadikan

Study Deskriptif Mengenai Kematangan Karir pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Unisba

BAB I PENDAHULUAN. dari panca indera lain. Dengan demikian, dapat dipahami bila seseorang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kedua subyek sama-sama menunjukkan kemampuan problem solving, autonomy, sense of purpose and bright future.

Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama

KATA PENGANTAR. Angket ini berisi daftar pernyataan yang berhubungan dengan penelitian yang

Hubungan Self Efficacy dengan Procrastination pada Pegawai Departemen Pemesinan PT. PINDAD (Persero)

Abstrak. iii Universitas Kristen Maranatha

Studi Deskriptif Student Engagement pada Siswa Kelas XI IPS di SMA Pasundan 1 Bandung

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Mereka yang telah selesai mengenyam pendidikan, akan melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. Syndrome atau yang dikenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Olahraga merupakan suatu kegiatan yang melibatkan fisik dan mental

Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS)

1 2

BAB I PENDAHULUAN. kandungan, masa bayi, balita, usia sekolah dan remaja. Setiap tahapan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. dengan bertambahnya usia. Semakin bertambahnya usia maka gerak-gerik, tingkah

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI DERAJAT RESILIENCE PADA ANAK- ANAK DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI

Kisi-kisi Alat Ukur Resilience

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan

RESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN

Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan populasi penduduk sebesar jiwa pada data

BAB I PENDAHULUAN. nonformal (Pikiran Rakyat, 12 November 1998). Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi remaja untuk mendapatkan

School Engagement pada Siswa SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dapat berubah melalui pendidikan baik melalui pendidikan

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.

Transkripsi:

Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Personal Strengths pada Siswa Miskin Kelas 2 SMAN 1 Margahayu Kabupaten Bandung 1 Ifada Auli Azka, 2 Ihsana Sabriani Borualogo, 3 Stephanie Raihana Hamdan 1,2,3 Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116 e-mail: 1 ifadaauliazka@rocketmail.com, 2 ihsana.sabriani@yahoo.com, 3 stephanie.raihana@gmail.com Abstrak: SMAN 1 Margahayu Kabupaten Bandung adalah salah satu SMA dengan siswa miskin terbanyak di Kabupaten Bandung. Siswa miskin memiliki tekanan yang berbeda dengan siswa yang berasal dari keluarga mampu, baik itu perlakuan dari teman maupun tuntutan karena harus sekolah sambil bekerja. Mereka sempat putus asa dan berniat untuk berhenti sekolah karena sakit hati atas perlakuan teman-temannya dan nilai-nilai pelajaran mereka buruk. Pada saat itu terjadi keluarga memberikan dukungan untuk mereka. Dari sanalah mereka bertekad untuk tetap melanjutkan sekolah, mengatur waktu antara belajar dengan bekerja, dan belajar lebih giat. Mereka juga tetap berusaha menjalin komunikasi dengan teman sekelasnya walaupun mereka tidak dipedulikan. Akhirnya semua itu membuat nilai-nilai mereka membaik. Mereka dapat berprestasi dalam bidang akademis maupun non akademis. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa mampu untuk kembali bangkit dan berhasil secara akademis maupun non akademis walaupun menghadapi tekanan dari teman dan tuntutan untuk bekerja. Siswa dapat bangkit dikarenakan mereka memiliki sejumlah kompetensi dan protective factor. Fenomena ini disebut dengan resiliensi. Menurut Benard (2004:13), resiliensi dapat dilihat melalui personal strengths yang dimiliki oleh individu, sehingga dapat menjelaskan kekuatan apa yang mampu membuat mereka kembali bangkit dari tekanan yang dihadapi. Selain personal strengths, proteksi dari lingkungan juga dibutuhkan siswa untuk dapat menjadi resilien. Namun, pada artikel ini hanya akan membahas lebih rinci mengenai personal strengths yang dimiliki oleh siswa. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai resiliensi pada siswa miskin berdasarkan personal strengths yang dimiliki oleh mereka di kelas 2 SMAN 1 Margahayu Kabupaten Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan subyek penelitian sebanyak 28 orang siswa miskin di kelas 2 SMAN 1 Margahayu Kabupaten Bandung. Alat ukur penelitian menggunakan kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori resiliensi dari Benard yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Reliabilitas alat ukur resiliensi (α = 0.838) menunjukan reliabilitas tinggi sekali. Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa miskin kelas 2 SMAN 1 Margahayu Kabupaten Bandung adalah siswa miskin yang memiliki resiliensi tinggi dengan persentase sebesar 67.9%. Kata Kunci: Resiliensi, Siswa Miskin, Protective Factor, Risk Factor A. Pendahuluan Pendidikan adalah hal yang penting bagi para penerus bangsa tanpa terkecuali. Baik itu dari kalangan miskin maupun kaya, namun salah satu persoalan pendidikan yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia adalah masih tingginya angka putus sekolah. Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP, Kemdikbud, 2010) menunjukkan bahwa 90.263 ribu siswa SMA/SMK/MA putus sekolah. Pada tahun yang sama, dari total lulusan SMP/MTs sebanyak 4,2 juta siswa, 1,2 juta siswa tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA/SMK/MA. Survey SUSENAS BPS yang mengungkapkan bahwa 75,7% angka putus sekolah disebabkan oleh alasan ekonomi, baik karena tidak memiliki biaya (67%), maupun karena anak harus bekerja (8,7%). Oleh karena itu upaya yang harus dilakukan oleh siswa yang berasal dari keluarga miskin untuk bersekolah tidaklah mudah. Kehidupan di sekolahpun pada kenyataannya memiliki berbagai kendala sehingga tidak mudah bagi para siswa miskin untuk menjalaninya. 116

Studi Deskriptif Mengenai Personal Strengths pada Siswa Miskin Kelas 2 SMAN 1 Margahayu... 117 Di Kabupaten Bandung terdapat 18 SMA negeri. SMAN 1 Margahayu adalah salah satu SMA di kabupaten Bandung yang memiliki pendaftar bantuan siswa miskin terbanyak (http://kantorberitapendidikan.net). Pada tahun 2014, terdapat 98 orang siswa yang tercatat sebagai siswa miskin. Data tersebut didapat dari pendaftar bantuan siswa miskin yang sudah memasuki seleksi tahap dua dan sudah diajukan oleh pihak sekolah untuk mendapat bantuan, sehingga sekolah sudah melakukan pengecekan ulang terhadap para pendaftar. Pada kelas dua di SMA 1 Margahayu ini terdapat 28 orang siswa miskin. Tidak hanya kesulitan ekonomi, namun ternyata siswa dari keluarga miskin memiliki tekanan lain yang tentu saja berbeda dengan siswa yang berasal dari keluarga mampu, baik itu perlakuan dari teman maupun tuntutan karena harus sekolah sambil bekerja. Mereka sempat putus asa dan berniat untuk berhenti sekolah karena sakit hati atas perlakuan teman-temannya, nilai-nilai pelajaran mereka pun buruk. Pada saat itu terjadi, mereka hanya bisa mengadu pada keluarga saja. Keluarga memberikan dukungan untuk mereka agar dapat membuktikan bahwa dengan keadaan mereka yang seperti itu, mereka tetap bisa sukses. Dari sanalah mereka bertekad untuk untuk tetap melanjutkan sekolah, berusaha untuk lebih mengatur waktu, dan belajar lebih giat. Mereka juga tetap berusaha menjalin komunikasi dengan teman sekelasnya dengan mengajak teman-temannya berbicara. Membantu mereka dalam pelajaran, walaupun mereka tidak dipedulikan oleh temantemannya, berusaha untuk dapat membagi waktu antara bekerja dan sekolah, tetap tidak terpengaruh dengan lingkungan di sekolahnya dimana teman-temannya membuat peer group masing-masing, mereka lebih memilih untuk berteman dengan siapa saja. Selain itu, mereka yakin bahwa mereka mampu mencapai tujuan yaitu berprestasi di kelas serta menjadi lebih aktif di kelas dan sekolah. Akhirnya semua itu membuat nilai-nilai mereka membaik. Mereka dapat berprestasi dalam bidang akademis maupun non akademis. Selain itu mereka juga mampu untuk berelasi secara lebih memuaskan sehingga membuat mereka dapat menjadi lebih aktif di kelas dan di sekolahnya. Ada yang mengajukan diri untuk menjadi ketua kelas dan dipilih oleh teman-temannya, mengikuti organisasi di sekolah, dan aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa mampu untuk kembali bangkit dan berhasil secara akademis maupun non akademis walaupun menghadapi tekanan dari teman dan tuntutan untuk bekerja. Siswa dapat bangkit dikarenakan mereka memiliki sejumlah kompetensi. Fenomena ini disebut dengan resiliensi. Benard (2004:13) mengemukakan bahwa resiliensi dapat dilihat dari personal strengths yang dimiliki oleh individu. Personal strengths adalah karakteristik individu yang biasa disebut dengan aset internal atau kompetensi individu yang berhubungan dengan perkembangan yang sehat dan kehidupan yang berhasil. Selain personal strengths, proteksi dari lingkungan juga dibutuhkan siswa untuk dapat menjadi resilien. Namun, pada uraian ini hanya akan membahas lebih rinci mengenai personal strengths yang dimiliki oleh siswa. Berdasarkan permasalahan yang telah peneliti tuliskan, peneliti tertarik untuk mengetahui Bagaimana gambaran resiliensi pada siswa miskin di kelas 2 SMAN 1 Margahayu Kabupaten Bandung? Psikologi, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

118 Ifada Auli Azka, et al. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai resiliensi pada siswa miskin berdasarkan personal strengths yang dimiliki oleh mereka di kelas 2 SMAN 1 Margahayu Kabupaten Bandung. B. Landasan teori Definisi resiliensi Benard (2004:13) mengemukakan bahwa resiliensi dapat dilihat dari personal strengths yang dimiliki oleh individu. Personal strengths adalah karakteristik individu yang biasa disebut dengan aset internal atau kompetensi individu yang berhubungan dengan perkembangan yang sehat dan kehidupan yang berhasil. Terdapat empat kategori dari resilience: (1) Social competence yaitu kompetensi sosial yang meliputi karakteristik, ketrampilan, dan sikap yang mendasari pembentukan relasi dan attachment positif dengan orang lain. Social competence terdiri dari responsivitas, komunikasi, empathy and caring, dan compassion, altruism, forgiveness. (2) Problem solving dibangun oleh berbagai kemampuan, yaitu kemampuan merencanakan, fleksibilitas, pemikiran kritis, dan insight. (3) Autonomy, melibatkan kemampuan untuk bertindak dengan bebas dan untuk merasakan suatu sense of control atas lingkungannya. Autonomy terdiri dari positive identity, internal locus of control and initiative, self-efficacy and mastery, adaptive distancing and resistence, self-awareness and mindfulness, dan humor. (4) Sense of purpose diidentifikasikan dengan kesuksesan akademis. Sense of purpose terdiri dari goal direction, achievement motivation and educational aspirations, special interest, creativity, and imagination, optimism and hope, dan faith, spiritulity, and sense of meaning. C. Metode Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori resiliensi dari Benard. Penelitian ini merupakan studi populasi. Polpulasi yang digunakan dalam peneltian ini adalah seluruh siswa miskin di kelas 2 SMAN 1 Margahayu Kabupaten Bandung yang berjumlah 28 orang. D. Hasil penelitian Berikut akan disajikan pengolahan data berdasarkan hasil perhitungan mean dengan menggunakan SPSS 17: Tabel 1 Mean Resiliensi N Minimum Maximum Mean Std. Deviation mean resiliensi 28 3.61 5.82 5.1674.49540 Valid N 28 (listwise) Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sosial dan Humaniora)

Studi Deskriptif Mengenai Personal Strengths pada Siswa Miskin Kelas 2 SMAN 1 Margahayu... 119 Tabel 2 Kategori Resiliensi No Nilai mean F % Kategori 1 > 5.1674 19 67,9 Tinggi 2 5.1674 9 32,1 Rendah Berdasarkan dari tabel di atas, menunjukan bahwa rata-rata siswa miskin di kelas 2 SMAN 1 Margahayu Kabupaten Bandung, memiliki resiliensi yang tinggi. Diagram 1 berikut ini menunjukkan perbandingan antar mean per aspek resiliensi. Diagram 1 Personal Strengths Sebagai Aspek-Aspek Resiliensi 5.4 5.3 5.2 5.1 5 4.9 Berdasarkan hasil mean dari tabel diatas, tampak bahwa aspek resiliensi yang paling tinggi adalah sense of purpose, sedangkan yang paling rendah adalah autonomy. E. Pembahasan Aspek-aspek Resiliensi Social Competence Problem Solving Autonomy Sense Of Purpose Pada SMAN 1 Margahayu Kabupaten Bandung, terdapat 28 orang siswa kelas dua yang tercatat sebagai siswa miskin di sekolah tersebut. Ke 28 orang siswa tersebut memiliki berbagai kendala pada saat di sekolah karena kemiskinan yang mereka alami. Kemiskinan merupakan salah satu faktor risiko yang utama, dan seringkali menyebabkan terjadinya kumulatif risiko pada derajat yang tinggi. Siswa yang memiliki faktor risiko kemiskinan, tentu saja mempunyai tantangan tersendiri dalam kehidupannya. Pada saat di sekolah, siswa-siswa dari keluarga yang kurang mampu atau miskin memiliki tekanan yang lebih berat dari siswa-siswa yang berasal dari keluarga mampu, baik itu perlakuan dari teman yang mengucilkan mereka maupun tuntutan karena harus sekolah sambil bekerja. Pada saat itu terjadi, siswa tetap mampu untuk berkomunikasi dengan temannya dengan berbagai cara walaupun tidak dipedulikan, siswa juga mampu mengatur waktu antara sekolah dan bekerja. Banyak hal yang tetap dapat siswa lakukan meskipun mereka mendapat tekanan. Kemampuan siswa tersebut disebut dengan personal strengths. Benard (2004:13) mengemukakan bahwa untuk dapat melihat resiliensi seseorang dapat dilihat dari personal strengths yang dimiliki. Oleh karena itu resiliensi dapat didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk bangkit kembali dari tekanan yang dihadapi, berhubungan dengan perkembangan dan kehidupan individu untuk dapat menjadi lebih baik dari saat sebelum menghadapi tekanan tersebut yang dilihat dari kompetensi individu berupa social competence, problem solving skill, autonomy, dan sense of purpose. Psikologi, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

120 Ifada Auli Azka, et al. Berdasarkan hasil pengujian statistik, didapatkan bahwa siswa miskin di kelas 2 SMAN 1 Margahayu Kabupaten Bandung memiliki resiliensi yang tinggi dengan persentase jumlah siswa sebesar 67.9% dan nilai mean diatas 5.16 (tabel 1). Resiliensi yang tinggi menunjukkan bahwa siswa miskin tersebut memiliki keempat aspek personal strengths. Diantara keempat aspek personal strengths tersebut, aspek sense of purpose adalah aspek yang paling tinggi dengan nilai mean 5.33 (tabel 3). Ada empat kompetensi yang terdapat didalam sense of purpose yaitu, goal direction ditunjukan siswa dengan adanya keinginan untuk berkuliah dan menjadi sukses dimasa depan walaupun mereka tahu bagaimana kondisi keuangannya. Achievement Motivation ditunjukan ketika siswa yakin bahwa dirinya mampu memiliki prestasi walaupun sebenarnya untuk memenuhi kebutuhan sekolah saja sudah sulit. Educational Aspirations ditunjukan siswa dengan adanya cita-cita yang mereka miliki untuk pendidikan dimasa depan, mereka mengetahui perguruan tinggi yang ingin dimasuki dan jurusan apa yang ingin mereka ambil nanti. Special Interest, Creativity, and Imagination ditunjukan siswa ketika mereka merasa bahwa hobinya itu dapat mengibur dirinya saat memiliki masalah, sehingga saat mereka melakukan hobi tersebut, mereka merasa lebih tenang. Optimism and hope terlihat saat mereka meyakini bahwa usaha yang mereka lakukan sekarang akan membuat mereka menjadi lebih baik dimasa depan nanti. Faith, Spiritulity, and Sense of Meaning ditunjukkan ketika siswa memiliki keyakinan terhadap Tuhan bahwa Tuhan tidak akan memberikan kesulitan terusmenerus kepada mereka jika mereka terus berdoa agar masalah yang dihadapi dapat dilalui. Sense of purpose inilah yang membuat siswa memiliki keyakinan bahwa mereka mampu mencapai tujuan, yaitu berprestasi di kelas, menjadi lebih aktif di kelas dan di sekolah. Selain sense of purpose, terdapat tiga aspek lain setelah sense of purpose dengan urutan yaitu social competence dengan nilai mean 5.17, problem solving skill dengan nilai mean 5.18, dan autonomy sebagai aspek yang paling rendah dengan nilai mean 5.06 (tabel 3). Didalam social competence terdapat empat sub kompetensi yaitu, responsivitas ditunjukan siswa saat mereka mampu mengontrol ekspresi emosi, mereka tidak langsung marah walaupun tersinggung karena teman menghinanya, bahkan mereka mudah untuk kembali ceria meskipun baru saja mendapat ejekan dari teman. Komunikasi ditunjukkan ketika siswa tetap berani menyampaikan pendapat dan ide-ide walaupun pendapat dan idenya tersebut seringkali tidak diterima. Empathy and caring ditunjukan ketika siswa mau mendengarkan cerita mengenai masalah yang sedang teman hadapi. Compassion ditunjukan ketika siswa memiliki kesediaan untuk menolong teman, meskipun terkadang mereka tidak bisa memberikan pertolongan sesuai dengan yang dibutuhkan. Altruism ditunjukan oleh siswa ketika temannya membutuhkan uang, mereka bersedia meminjamkan, walaupun sebenarnya mereka juga tidak memiliki banyak uang. Forgiveness ditunjukkan siswa ketika mereka bersedia untuk memaafkan orang lain yang bersalah kepadanya. Social competence ini yang membuat siswa tetap berusaha untuk mengajak teman-temannya berbicara dan membantu teman-temannya dalam pelajaran walaupun mereka tidak diacuhkan. Oleh karena itu, akhirnya siswa menjadi lebih aktif di kelas dan di sekolahnya. Personal strengths lain yang dimiliki oleh siswa adalah problem solving skill. Ada empat sub kompetensi yang terdapat didalam problem solving skill yaitu, planning ditunjukkan siswa dengan mempunyai banyak harapan setelah lulus SMA, salah satunya yaitu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Flexibility terlihat ketika siswa tidak Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sosial dan Humaniora)

Studi Deskriptif Mengenai Personal Strengths pada Siswa Miskin Kelas 2 SMAN 1 Margahayu... 121 terpaku pada satu cara ketika menghadapi hambatan untuk mencapai tujuan. Resourcefulness terlihat ketika siswa mengenali sumber-sumber bantuan saat mereka memiliki masalah dan mencari dukungan dari orang lain. Critical thinking dan insight ditunjukkan siswa ketika mereka menghadapi masalah, mereka mengetahui penyebabnya sehingga mereka mencari cara untuk menyelesaikannya. Problem solving skill inilah yang membuat siswa mampu menyelesaikan masalah nilai yang memburuk karena sekolah sambil bekerja. Mereka akhirnya dapat menemukan cara untuk membagi waktu antara bekerja dan sekolah. Personal strengths lain yang dimiliki oleh siswa adalah autonomy. Meskipun autonomy adalah aspek yang paling rendah diantara ke empat aspek personal strengths, namun siswa tetap memiliki autonomy tesebut dalam diri mereka. Didalam autonomy terdapat enam sub kompetensi yaitu, positive identity ditunjukan siswa dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri, siswa juga merasa bangga dengan kelebihan yang dimiliki olehnya. Internal locus of control ditunjukkan ketika siswa mampu untuk menjadi penentu kehidupan dia sendiri. Initiative terlihat ketika siswa berusaha untuk menyelesaikan sendiri masalah yang sedang dialaminya, tidak langsung bergantung pada bantuan orang lain. Self efficacy dan mastery ditunjukkan siswa ketika mereka menghayati bahwa dirinya mampu mendapatkan nilai yang bagus, sehingga mereka rajin belajar dan merasa bahwa dirinya kompeten saat melakukan aktivitas di sekolah. Adaptive distancing and resistence terlihat saat siswa dapat membatasi interaksi dengan teman yang memberikan efek negatif, dan mengupayakan agar tidak terlibat dalam aktivitas negatif yang dilakukan teman. Self awareness dan mindfulness ditunjukkan ketika siswa mampu mengendalikan perasaan malunya dan tetap tampil percaya diri dihadapan orang lain. Humor terlihat saat siswa dapat menemukan hal-hal yang lucu dari kesulitan yang pernah mereka alami. Autonomy ini juga yang membuat siswa tidak tergantung pada teman-temannya, mereka lebih memilih untuk berteman dengan semua siswa di kelas disaat teman-temannya yang lain membuat peer group masing-masing. F. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Siswa miskin di kelas 2 SMAN 1 Margahayu Kabupaten Bandung adalah siswa miskin yang memiliki resiliensi tinggi dengan persentase jumlah siswa sebesar 67.9% dan nilai mean diatas 5.16. 2. Resiliensi yang tinggi tersebut ditunjukkan melalui aspek personal strengths, yaitu sense of purpose yang tinggi dengan nilai mean 5.33, ini menunjukan bahwa siswa mampu menemukan cita-cita pendidikan dimasa depan. 3. Meskipun rata-rata siswa miskin di kelas 2 SMAN 1 Margahayu Kabupaten Bandung memiliki resiliensi yang tinggi, namun masih terdapat siswa yang memiliki resiliensi rendah dengan persentase sebesar 32.1%. 4. Adapun aspek dari resiliensi yang paling rendah adalah autonomy dengan nilai mean 5.06 yang menunjukan bahwa siswa kurang mampu untuk menjadi penentu kehidupan dirinya sendiri. Psikologi, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

122 Ifada Auli Azka, et al. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Benard, Bonnie. (1993). Fostering Resilience In Kids : Protective Factors In The Family, School, And Community. OR : Western Center of Drug-Free School and Communities.. (2004). Resiliency : What We Have Learned. San Fransisco : WestEd. Borman, Geoffrey D. & Laura T. Overman. (2004). Academic Resilience In Mathematics Among Poor And Minority Students. Chicago Journals. Vol 104, no 3. Cegah Siswa Putus Sekolah, Tingkatkan Angka Partisipasi SMA Melalui Bantuan Siswa Miskin (BSM). (2014). Http://psma.kemdikbud.go.id. (diunduh pada 25 September 2014) Edwina, O. Irene Prameswari. (2013). Faktor Kepribadian (Trait), Proteksi, Dan Risiko Sebagai Determinan Pembentuk Resilience Pada Remaja Usia 15-18 Tahun Di Kotamadya Bandung. Bandung : Pusat Penerbitan Universitas (P2U). Gizir, Cem Ali Ph.D & Gul Aydin Ph.D. (2009). Protective Factors Contributing To The Academic Resilience Of Students Living In Turkey. Professional school counseling. Vol 13, no 1. Goldstein, S., & Brooks, R.B. (2005). Handbook of resilience in children. Springer Science and Busines Media. Hair, F.J., Black, C.W., Babin, J.B., Anderson, E.R. (2010). Multivariate Data Analysis. USA: Pearson. Hartuti & Frieda M. Mangunsong. (2009). Pengaruh Faktor-Faktor Protektif Internal Dan Eksternal Pada Resiliensi Akademis Siswa Penerima Bantuan Khusus Murid Miskin (BKMM) Di SMA Negeri Di Depok. Jurnal Himpsi. Vol VI, No. 2, 107-119. Noor, Hasanuddin. (2009). PSIKOMETRI, Aplikasi dalam Penyusunan Instrumen Pengukuran Perilaku. Bandung: Fakultas Psikologi Unisba. Rahayu, Makmuroh Sri. (2010). Diktat Kuliah Metodologi Penelitian I. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung Reis, Sally M., Robert D. Colbert, & Thomas P. Hebert. (2010). Understanding Resilience In Diverse, Talented Students In An Urban High School. Routledge taylor and francis group. Vol 27, No. 2. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sosial dan Humaniora)

Studi Deskriptif Mengenai Personal Strengths pada Siswa Miskin Kelas 2 SMAN 1 Margahayu... 123 Schoon, Ingrid. (2006). Risk And Resilience: Adaptations In Changing Times. New York: Cambridge, University Press. Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Tahun 2014, Kemdikbud Siapkan Anggaran Bantuan Siswa Miskin untuk 12,86 Juta Siswa dan Mahasiswa. (2014). Http://kantorberitapendidikan.net/. (diunduh pada 14 Agustus 2014). Psikologi, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015